NovelToon NovelToon

CUKUP SATU

INTIP INFO

Haiii Readers selamat bertemu kembali di lapak yang baru namun kisah yang sama.

Author menyadari keBe-te an para readers setiaku, yang harus Scroll panjang di lapak OB MILIK CEO.

Untuk itu, di buat lah cover yang baru di sini agar kita bisa berhalu ria tentang Kevin-Muna, Gita-Gilang juga Asep-Siska. Akan selalu ada banyolan ringan, gombal akut, juga beberapa pantun jenaka di sini.

Jika reader sawan lama ga baca tulisan nyak, percayalah. Nyak juga demam kalo lama ga nulis kelanjutan cerita buat para reader tercinta.

Ke pasar baru beli blender,

Pulangnya singgah di kolam renang.

Author tanpa reader

hanyalah remahan rengginang.

Anjuran keras by author bagi para pembaca baru, agar mampir sebentar di OB MILIK CEO agar lebih paham dengan alur cerita CUKUP SATU ini.

Happy reading 🙏

BAB 1 : MAMI KETEMU GEDE

Yang itu, warna hitam. Lalu yang kanan di rak tingkat dua warna kuning, terus yang haknya kaca, juga itu yang atasnya ada pita. Bawa semua ke sini, di coba dulu." Suara seorang wanita berusia hampir setengah abad, dengan dandanan gelamor. Rambut tidak hitam, bibir berlipstik merah merona, bertubuh agak besar.

Reflek Gilang dan Gita menoleh ke suara itu bersamaan. Lalu saling bertukar pandang, seolah heran dengan suara yang terdengar seperti sedang memerintah seseorang tersebut.

"Baaas... Denger mami ga sih? Cepetan." Bunyi perintah lanjutan dari orang yang sama, yang sudah berhasil mendudukan bokoongnya pada kursi yang di sediakan untuk para pelanggan.

Gita memegang tangan Gilang untuk beralih dari tempat itu, sebab tak tertarik dengan jenis sepatu yang berjejer di sana.

"Iya sebentar mi." Jawab suara lelaki yang tak asing di telinga Gita, tapi ia memilih cuek saja dan semakin memutar tubuhnya berbalik menjauhi area itu.

"Pasangin dong kayak biasa...!" Suara wanita itu lagi terdengar memerintah. Siluet tubuh itu pun terlihat menunduk di depan wanita yang duduk di kursi yang tersedia untuk memasang beberapa sepatu di kaki wanita tersebut.

Gilang menoleh memastikan perintah itu apakah di turuti atau tidak oleh orang yang ia perintahkan. Gita, ikut menoleh ke arah perintah tadi. Penasaran dengan suara lelaki yang seperti ia kenal itu.

"Baskoro." Batin Gita tercekat. Ternyata orang yang di perintahkan oleh wanita separuh baya tadi adalah Baskoro, mantannya. Tidak mungkim Gita salah, toh ia lebih dari tiga tahun menjalani hubungan asamara dengan pria yang berhasil memperdaya hati juga uangnya. Baskoro yang selalu memperlakukannya dengan manias dan manja, tanpa cacat cela.

Gita segera berbalik lalu memeluk erat tangan Gilang. Ingin segera menghilang saja, sebab tak ingin bertemu apalagi berbicara dengan mantan kekasihnya tersebut. Gita pun tak ingin Gilang tau jika itu adalah kekasih di masa lalunya.

"Neng... Ga mau beli sepatu?" Gilang memastikan.

"Ga ada yang cocok a'..." Jawab Gita singkat namun sangat menyejukkan hati Gilang.

"Selamat rekeningku." batin Gilang senang, tanpa ia tau istrinya sangat tegang saat melihat sang mantan tiba-tiba ada di hadapan.

"Kapan neng liat? Kok udah bilang ga cocok? Kita liat lagi deh beiibph." Gilang masih berani menawarkan Gita.

"Neng ga punya rencana nambah koleksi sepatu a'a." Jawab Gita sedikit manja.

"Sepatu buat di pake sayang, bukan buat di koleksi." Gilang mencubit hidung Gita yang selalu mesra dan gemes. Keduanya sambil berlalu ke outlet yang berisi tas tas model terbaru juga mahal tentunya.

"Kenapa ke sini?" tanya Gita pada Gilang yang selalu meletakkan tangannya di pinggang istrinya.

"Kali mau beli tas...?" tawar Gilang lagi masih berani uji nyali ternyata.

"Jangan menggoda, kalo eneng khilaf jangan nyesel lho." Jawab Gita masih menjaga kewarasannya.

"Sekali kali, boleh kali neng. Anggap hadiah pernikahan kita." Jawab Gilang memberanikan diri.

Gilang tetap saja mengajak Gita berputar putar di deretan tas edisi terbaru.

"Selamat sore kakak... silahkan di lihat lihat, di pilih, langsung di pinang juga kakak." Sapa seorang pramuniaga berpenampilan laki laki tapi bertingkah sopan dan lembut bagai seorang wanita.

"Iya kakak... kami liat liat dulu ya." Jawab Gita sopan. Dan makin rapat menempel pada Gilang melihat gelagat pria agak ngondek itu.

"Ini... edisi terbaru kak. Limitied lhoo, baru ada satu stok yang datang. Cuuus kakak di pinang." Sodornya semakin mendekatkan tubuhnya dengan Gilang. Dengan Gilang ya, bukan Gita.

"Oh... kita liat liat saja dulu kakak." Jawab Gita bergeser melindungi tubuh Gilang agar tidak di dekati pria yang sepertinya suka dekat dekat dengan suaminya itu.

"Udah deh Bas, jangan bawel. Bawa aja, tinggal nenteng doang. Mami yang bayar sendiri kok kamu yang cerewet." Lagi suara wanita yang sama saat Gita dan Gilang berada di outlet sepatu tadi.

"Iya mami yang bayar, tapi tanganku udah penuh mi." Jawab lelaki itu agak kesal. Membuat Gita dan Gilang lagi lagi menoleh ke arah yang sama.

"Gita..." Ucap lelaki yang di pandangi secara masal oleh mereka yang ada di outlet itu.

"Baskoro?" Kaget Gita pura pura, padahal ia tau sejak tadi ada Baskoro di dekatnya, untuk itu ia segera ingin menghilang dari tempat itu untuk menghindar pria itu.

"Siapa sayang?" tanya wanita paruh baya itu penuh selidik pada Baskoro.

"Temen kuliah mi." Jawab Baskoro pelan dengan tampang serba salah, malu dan entahlah seolah ketangkap basah.

"Oh... hai. Kenalkan Miranda, maminya Baskoro." Ujar wanita itu ramah pada Gita dan mengulurkan tangannya ingin berkenalan.

"Gita... tante. Ini Gilang, suami Gita." Gita tak mau kalah mengenal Gilang pada wanita yang mengaku sebagai maminya tersebut. Padahal Gita ingat betul, ibunya Baskoro tidak berpenampilan begini.

"Oh..." Kerlingnya manja pada Baskoro yang makin salah tingkah di buatnya.

Gita hanya tersenyum kearah pasangan beda genre itu, dengan berbagai macam tuduhan dan kecurigaan di kepalanya.

Gilang mengingat ingat nama pria itu. Dan mengaitkan dengan masa lalu istrinya. Hm... mengapa sama seperti nama mantannya?

"Neng... ini mantanmu?" bisik Gilang di telinga Gita lalu so modus mencium sisi daun telinga Gita.

"Iya A'. " Jujur Gita menjawab pertanyaan suaminya sembari menyusup tangannya ke pinggang Gilang. Agar tidak kentara sedang memberi jawaban untuk suaminya.

"Kakak cantik... cuus deh. Ini tas edisi terbaru, limitied lho say." Lagi lelaki ngondek tadi tanpa permisi menenteng tas yang ia tawarkan pada Gita, lalu menyodorkan pada maminya Baskoro.

"Sini di liat dulu." Jawab wanita paruh baya itu.

Gilang mengajak Gita mengitari etalase yang ada, dengan mendorong tubuh istrinya dengan dua tangan di pundak Gita.

"Pilih satu neng... pliiis." Bisiknya pelan.

"Ga ada yang bagus a'..." Jawab Gita yang tidak fokus dengan pilihannya karena terganggu dengan kehadiran Baskoro.

"Liat lagi dengan teliti. Neng suka yang gimana sih, a'a mau tau lah, selera istri a'a." Rayu Gilang mesra. Sadar jika gerak tubuh mereka tidak pernah lepas dari tatapan penasaran Baskoro, sementara maminya sibuk dengan si cowok kemayu tadi, melayani pilihan dan selera si mami Baskoro.

"Apa kabar Git?" tanya Baskoro saat Gilang ijin menerima telepon, entah dari siapa.

"Baik."

"Itu benar suamimu? Kapan kamu nikah?"

"Belum resepsi sih. Bulan depan mungkin." Jawab Gita pelan.

"Selamat ya, Git." Ucapnya pelan lagi.

"Bas... wajah mamamu beda? Oplas??" Gita memberanikan diri bertanya akan kebingungannya.

"Mami ketemu gede lah."

"Papa mu nikah lagi?" polos Gita bertanya.

"Yaaank... sini liatin dong mami pilih yang mana?" Suara mami Baskoro agak nyaring agar Baskoro mendekatinya.

"Ambil semua aja mana yang mami suka." Jawab Baskoro mendekati maminya. Dan langsung cup... pipi Baskoro di kecup maminya itu gemas.

Bersambung...

Hallo vote, like, gift n komennya di sini aja yaah👍🙏

BAB 2 : PETITE BOITE

Pertanyaan Gita belum di jawab Baskoro tapi orangnya sudah berlalu menuju sang mami yang memanggilnya.

Kecupan di pipi Baskoro bertepatan saat Gilang persis lewat di sebelah pasangan itu.

Gilang polos, mana pernah punya pikiran macam macam akan hubungan seseorang. Yang ia tau mami itu panggilan untuk seorang wanita yang pernah melahirkan anak. Tapi, melihat adegan pipi Baskoro di cium gitu, kok Gilang malah kaget ya. Masih ada hubungan ibu dan anak semesra itu? pikir Gilang.

"Udah dapat mau yang mana neng?" tanya Gilang menghampiri Gita yang sudah bosan berkeliling dalam outlet itu.

"Ga ada yang cocok a'. Lain kali aja deh, a'a traktirnya. Neng cape muter muter." Ujar Gita menahan lirikan matanya pada salah satu koleksi merk terkenal Louis Vuitton. Tapi Gita tau diri dia istri Gilang sekarang bukan hanya berstatus anak sultan.

Belum lagi kekesalannya bertemu mantan di saat penampilannya kucel sepulang kerja ini.

"Kakak cantik ambil yang mana?" tanya lelaki kemayu tadi pada maminya Baskoro.

"Ambil yang mana yaa? bingung. Dua duanya saja deh. Ini sama ini." Ujarnya menyodorkan dua tas dengan model klasik, khas tante tante pergi arisan berlian pada umumnya, persisbselera mama Indira.

"Heeiii udah mau pulang...? cuma liat liat? ga jadi beli?" Celetuk mami Baskoro, entah itu pertanyaan, pernyataan atau ejekan untuk Gita yang sejak tadi hanya memegang lalu melepas beberap tas.

"Mas... yang merk ini yang modelnya terbaru ga? yang bisa buat santai, yang ga buat ke kantor." Tanya Gilang pada lelaki kemayu tadi, menunjuk rak tas bermerk LV.

"Bentaar ya ganteeeng." Genit lelaki itu senang di sapa oleh Gilang.

"Suka yang LV... ya. Bentar, Kinan ambilkan dulu ya mas ganteng." Lanjutnya lagi setengah berlari da terbang menuju tempat penyimpanan.

Gilang dan Gita bertukar pandang, mendengar pria itu menyebut namanya Kinan, padahal name tag nya bertulis Kunanto. Ah... bences mah bebas kali ya, ga harus ke Dukcapil juga buat perbaiki nama dan akte kelahiran.

"Ini ... ini ... ini. Kinan jamin cucok meong, bikin tampilan si mbaknya ketceeh model terbaru yang di keluarkan oleh Louis Vuitton, Petite Boite. Bisa di tenteng, di selempang juga. Kecil kecil cabe rawit, cukup buat taro dompet, hape, juga cermin n sisir kecil kali ya cyiin. Agar penampilan kita selalu cantik terjaga. Niih, di Jakarta baru Nagita Slavina lho pake yang ori kayak gini. Cuuus di pinang deewwh." Puanjang dan lebar dong si Kinan alias Kunanto itu mempromosikan jualannya.

"Iih lucu banget sih. Mungil, keren." Puji Gita dengan mata berbinar.

"Suka...? Bungkus ya mas." perintah Gilang pada mahkluk jadi jadian itu.

"Ooouuuhhh siaap babe." Ucapnya menenteng tas kecil itu dengan satu telunjuk sejajar bahunya menuju kasir.

"A'a.... itu mahal." Hardik Gita pada Gilang. Dia tau itu barang edisi terbaru, ori pula. Gita tidak bisa membayangkan harus berapa ronde main malam ini untuk membayar harga tas itu, jika Gilang minta di bayar dengan layanan prima.

Gilang cuek saja, ia sudah menarik tangan Gita ke kasir tepat di sebelah Baskoro dan maminya sedang melakukan pembayaran.

"Totalnya Delapan Belas juta rupiah. Ada lagi kak." Ucap kasir ramah pada mami Baskoro.

"Sepertinya cukup dulu deh." Jawabnya ramah sambil tertawa sinis penuh ejekan pada Gilang yang kini berdiri di depan kasir sebalahnya.

"Lima puluh tujuh juta delapan ratus ribu rupiah, mas. Ada tambahan lagi?" Ucap kasir yang ada di depan Gilang.

Panik ga?

Panik ga?

Panik dong...!

Mau lari? ga mungkin

Batal beli? lebih malu lah

Akhirnya senyum tabah dan yakin saja, semua yang ia keluarkan untuk istrinya dengan ikhlas sekarang, akan di gantikan Allah berkali lipat padanya di kemudian hari. Amin.

"Ada lagi neng?" tanya Gilang kalem, walau sesungguhnya sendi lututnya sudah melemas hampir lumpuh mendengar harga tas itu, sungguh setara dengan biaya 2 semester jika ia ambil kuliah S2 nanti.

"A'a... udah. Itu aja." Jawab Gita yang sesungguhnya ga mau, mau banget tapi rada gengsi lah, sebab Baskoro dan maminya tadi juga dapat mendengar dengan jelas harga tas yang akan Gilang belikan untuknya itu sangat fantastik.

"Oke. Itu saja mbak." Ujar Gilang menyodorkan black card di tangannya.

"Hah... sejak kapan Gilang punya itu. Bukankan Gilang baru beberapa bulan jadi WaCEO. Masa mendadak sultan." Lagi... otak Gita di penuhi pertanyaan seputar kekayaan suaminya. Apa masih ada sumber uang lain, yang Gilang miliki dan belum Gita tau. Gita hanya tersenyum bangga saat pembayaran tas kecil mungil berbentuk bulat itu sudah berada dalam paper bag bermerk LV dengan huruf segede gambreng.

"Makasiih A'ayank." ujar Gita mesra pada Gilang yang langsung meletakan tangannya pada pinng Gita.

"Sama-sama sayang." Jawab Gilang senang.

"Terima kasih mbak." Salam terakhir Gilang dengan ramah pada kasir yang bertugas sore itu. Kemudian berlalu menuju pintu keluar.

Dan adegan mesra itu tak luput dari tatapan iri sekaligus kagum mami Baskoro. Ia mengira pasangan kucel itu hanya mampu melihat lihat saja ketika berada di outlet itu. Ternyata justru mampu membeli tas yang bahkan dua kali lebih mahal dari tas yang ia beli.

"Temen kuliah kamu itu kaya banget ya Bas?" tanya Miranda pada Baskoro dengan wajah agak kesal.

"Hmm... lumayan." Jawab Baskoro sambil membuka pintu mobil untuk maminya itu.

"Kuliah di mana sih?" Jiwa kepo Miranda makin penasaran.

"Inggris." Jawab Baskoro yang sudah berada di balik kemudi.

"Kamu lulusan Inggris?" Miranda bahkan baru tau jika pria simpanannya itu pernah kuliah di luar negeri.

"Ga..." jawab singkat Baskoro.

"Katanya temen kuliah?" Miranda masih menelisik.

"Bas... masuk doang, tapi ga selesai mi...Hehehehe." Gelak Baskoro menertawakan dirinya sendiri.

"Gimana?"

"Iya... Bas cuma pernah kuliah di Universitas yang sama dengan dia. Tapi ga selesai." Jelasnya lagi

"Kenapa?"

"Sibuk."

"Kerja?" tanya Miranda lagi.

"Jual diri." Bisiknya sambil mencuri kecupan di pipi sang mami ketemu gedenya itu.

"Hahaaaa... kamu bisa saja. Masih mau jadi anak kuliahan, mami dukung deh." tawarnya pada kekasih gelapnya itu.

"Ga mau... sudah enak kuliah sama mami. Ngapain kuliah, ntar cari kerja lagi. Bakalan dikit waktunya sama mami tersayang. Bas ga bisa hidup tanpa mami." Oh Tuhan, tangan Baskoro malah sempat saja menyelinap di balik rok wanita yang hampir seumuran ibunya itu.

Sekedar melambungkan perasaan wanita tua itu, jika Baskoro selalu begitu menginginkannya. Seolah candu dengan tubuh yang mulai reot itu. Tapi, dari segi finansial. Jangan di tanya lagi. Kini Baskoro tak perlu kesusahan lagi dalam urusan keuagan, dari apartemen, mobil bahkan uang bulanan selalu mengalir ke rekeningnya.

Kelebihannya lagi, saat dia berhubungan dengan wanita seusia ini, mereka tak pernah menuntut untuk menikah. Untuk urusan kepuasan biologisnya, bukankah ia bisa membeli wanita wanita muda yang lebih fresh dari maminya itu.

Bersambung...

Halloo reader tersayang.

Terima kasih sudah mampir di sini.

Semoga betah nginap dan kasih sesajen di mari yaak.

Nyak selalau usahakan crazzy up deh.

Salam sayang seIndonesia raya

❤️❤️❤️

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!