Chapter 1
Hidupku Yang Bahagia
Di sebuah rumah kecil, di daerah hutan yang tidak diketahui, ada sebuah keluarga kecil yang berbahagia yang terdiri dari seorang anak kecil dengan ayah dan ibunya....
"Ayah! ayah! coba lihat gambarku!!!" ucap anak kecil yang bernama Yaoma dengan girang.
Yaoma dengan girang, berlari ke ruang tamu sambil membawa gambarnya ke ayahnya.
"Wah bagus sekali Yaoma, kau menggambar ayah, ibu dan kau yah!" puji ayahnya kepada Yaoma.
"Iya ayah!!!" jawab Yaoma kepada ayah dengan nada anak kecil polos yang gembira.
Ibu datang dari dapur dan menghampiri Yaoma dan ayah dengan tersenyum ke arah kami.
"Ibu juga ingin lihat dong~," ucap ibu Yaoma sambil berjalan ke arah Yaoma dan ayah.
"Ah iya!" ucap Yaoma dengan senyuman lebar.
Yaoma langsung berlari ke arah ibunya dan membawa gambarnya lagi, dan memberikannya kepada ibunya untuk dilihat dengan perasaan yang sangat senang.
"Ini ibu!!" ucap Yaoma sambil tangannya memberi gambarnya.
Yaoma memberikan gambar yang dia pegang kepada ibu, dan ibu mengambilnya dan melihatnya.
"Bagaimana ibu???" tanya Yaoma dengan penasaran.
"Wah bagus sekali Yaoma! kau memang anak pintar!!!" puji ibu dengan senyuman hangat.
Ibu sambil mengelus kepalaku dengan sangat lembut dan dengan senyuman yang hangat.
"Ehehe terima kasih ibu!!!" jawab Yaoma dengan senang.
Waktu itu semua terasa sangat bahagia dan hampir serasa sempurna, tapi itu semua tidak bertahan lama saat secara tiba tiba ada sebuah kabar yang datang tentang peperangan para dewa dan dewi.
Ayah dengan panik sambil memegang pundak ibu dengan tujuan menghentikan ibu yang bersiap pergi. "Hey Eden! kau yakin pergi untuk menghentikan perang para dewa yang gila itu!?" peringatan ayah dengan sangat panik.
"Tentu saja Rosche, meski begini, aku juga seorang dewi!" jawab Eden dengan yakin sambil menoleh ke arah Rosche.
"Ba..baiklah...maaf aku tak bisa membantu pastinya..," jawab Rosche dengan sedih sambil melepas genggamannya.
"Ibu....," ucap Yaoma dengan sedih.
Yaoma dengan sedih memegang baju Eden, dengan sedikit air mata dimatanya.
"Tenanglah dan tetap bersama ayah, jaga dirimu oke?" bujuk Eden dengan tersenyum ke arah Yaoma.
Eden membungkuk dan memeluk Yaoma dengan lembut, di depan pintu rumahnya sebelum dia pergi.
Yaoma membalas peluk Eden, dengan sangat erat sambil mengatakan "Baik....," jawab Yaoma pada Eden dengan nada yang sangat sedih.
Eden melepaskan pelukannya dari Yaoma dan segera bersiap berangkat ke sana.
"Rosche jaga Yaoma dengan baik paham?" perintah Eden dengan tegas sambil melihat ke arah Rosche.
"Baik nyonya Eden....," jawab Rosche dengan pasrah.
"Kenapa ayah memanggil ibu, nyonya?" gumamku di dalam hati dengan kebingungan.
Rosche membungkuk kepada Eden dan menaruh 1 tangannya di dada kirinya sambil memberi hormat layaknya seorang kesatria dan bersumpah pada Eden.
"Saya Rosche Alestaria, akan menjaga Yaoma sebaik mungkin!" ucap sumpah Rosche kepada Eden layaknya kesatria.
"Baiklah terimakasih Rosche, kupercayakan semua padamu, sampai jumpa," ucap Eden dengan yakin akan jawaban Rosche.
Eden pergi dengan perasaan yakin bisa menyelesaikan masalah ini, dan meninggalkan Yaoma dan Rosche.
Saat itu aku tak sedikitpun tau tentang apa yang terjadi, dan setelahnya aku dan ayahpun pergi dari rumah kami saat itu dengan maksud supaya tak terkena dampak dari peperangan para dewa, dan dewi yang aku sendiri juga tidak tau, apa itu.
Ayahpun bersiap siap ambil persediaan yang mungkin bisa dibawa dan sebuah pedangnya yang aku melihatnya sendiri rasanya itu sangat indah, pedangnya putih dan terlihat sangat cantik, lalu setelah ayah membawa apa yang mungkin dibawa aku dan ayah pergi kehutan yang lebih dalam.
Di tengah Hutan.
Saat kami didalam hutan, ada sesuatu bergerak dari arah semak-semak secara tiba-tiba.
Srrrk srrk srrk
Bunyi suara dari semak-semak yang semakin jelas dan serasa ada yang mendekat.
"Siapa itu!?" ucap Rosche sambil melihat semak-semak dengan waspada.
Rosche dengan waspada mengeluarkan pedangnya dan sambil memegang pedangnya dia mengarahkannya ke arah semak-semak.
Yaoma dengan ketakutan langsung bersembunyi dibelakang Rosche, sambil memegang baju ayahnya.
Anjing hitam bermata 6 keluar dari semak semak, sambil menjulurkan lidahnya layaknya anjing pada umumnya.
"Anjing iblis? yang satu saudara dengan Cerberus yah?" ucap Rosche dengan tenang.
Rosche kembali tenang dan menurunkan pedangnya.
"Wah, anjing!!!" ucap Yaoma dengan girang melihat anak anjing.
Yaoma dengan gembira langsung keluar dari belakang Rosche yang tadinya dia ketakutan dan berjalan ke arah anjing itu.
Anjing itu layaknya seperti pada anak anjing pada umumnya, langsung menghampiri Yaoma dan menjilat tangannya.
“Wah, aku suka anjing ini!! aku ingin memelihanya, bagaimana jika aku namai kau Rover??" kata Yaoma dengan gembira sekaligus yakin bahwa anjing itu baik.
Yaoma dengan gembira sambil mengelus kepala anjing itu, dengan tangannya.
"Ahahah..., yah karena dia masihlah anak anjing dan terlihat tidak berbahaya, baiklah boleh kau pelihara kok Yaoma," balas Rosche dengan santai dan senyuman.
Rosche kembali memasukan pedangnya ke sarung pedangnya karena sudah merasa aman.
Setelahnya, malam pun tiba dan kami berkemah dulu sementara karena kami masih belum melakukan apapun, untuk bertahan hidup, dan kamipun berkemah dengan di temani api unggun, dan Rover juga tertidur dengan pulas di samping Yaoma, layanyknya se ekor anak anjing.
Dan keesokan paginya, ayah mulai bekerja mulai dari mengumpulkan kayu, mencari bahan makanan, informasi dll, sedangkan aku hanya bermain dengan Rover dan terkadang belajar dari ayah cara bertahan hidup, namun entah kenapa aku sedikit penasaran tentang ibu seorang dewi, karena saat itu aku hanya anak berusia 7 tahun dan pastinya suka penasaran akan apa pun dan akhirnya aku bertanya langsung pada ayah pada malam hari berikutnya, saat ayah selesai membuat api unggun.
"Ayah kapan ibu akan kembali?" tanya Yaoma pada ayahnya Rosche.
"Entah, tapi ibumu pasti akan kembali setelah masalah ini selesai kan?" jawab Rosche.
"Kalo begitu ayah, ibu itu dewi apa?" tanya Yaoma lagi pada Rosche.
"Ah dia itu Dewi Langit, dari kerajaan langit," jawab Rosche lagi.
"Wah hebat!!! kalo ibu sehebat itu pas dia sangat kuat!!! aku akan bersabar dan menunggu ibu, ehehehe...," ucap Yaoma dengan gembira dan yakin.
Namun bahkan setelah 4 tahun, tidak ada tanda ibu akan kembali, dan juga tidak ada informasi tentang perang itu, tapi aku percaya ibu pasti akan kembali, lalu setelah setahun berikutnya di saat usiaku 13 tahun pada tanggal 13 Agustus mereka datang.....
Di depan rumah Yaoma dan Rosche.
Tok tok tok
Seseorang mengetuk pintu rumah Rosche dan Yaoma lalu Rosche segera datang dan membukakan pintu untuk melihat yang datang.
"Ah ada a____," ucap Rosche dengan kaget.
Rosche membuka pintu dan terkejut akan kedatangan kedua orang yang datang kerumahnya.
"Halo prajurit langit, pengawal pribadi nyonya Eden
Rosche"
Episode berikutnya "Kebahagiaan Yang Menjadi Neraka"
Chapter 2
Kebahagiaan Yang Menjadi Neraka
"Kalian kan!?" kata Rosche dengan sangat panik saat melihat orang yang datang ke rumahnya.
"Kau tak perlu panik Rosche, dan juga aku di perintahkan nyonya Eden, untuk memberitahumu bahwa misimu telah selesai," ucap salah satu orang yang berpakaian seperti tentara langit itu dengan wajah kosong.
"Apa!?" tanya Rosche dengan wajah yang panik dan kebingungan.
"Yah misimu telah selesai, dan kami akan membunuh bocah itu atas perintah nyonya Eden," jawab tentara itu.
"JANGAN BERCANDA!" teriak Rosche dengan panik.
Rosche dengan kesal sambil memegang kerah tentara langit 1 dengan wajah murka sembari keheranan, karena ia tau seharusnya Eden tidak seperti ini.
"Hoy, apa maksud kalian sialan, dia itu anakku!!?" tanya Rosche dengan kesal.
"Anakmu kan ada di kerajaan langit, dia itu kan hanyalah misimu," jawab tentara langit itu.
"Jangan bercanda! bagiku dia juga an__"
Jleb
Rosche tertusuk tanpa dia sadari dan langsung terjatuh dengan perut yang berdarah.
Rosche memegang perutnya dengan kesakitan.
"Uargh....," ucap Rosche dengan kesakitan.
"Bodoh kenapa kau menusuknya!?" tanya Tentara langit 1 dengan panik sambil melihat tentara langit 2.
"Kau terlalu lama dan juga dia tidak penting hidup, atau tidak hidup," jawab tentara langit 2 sambil menatap tentara langit 1.
"Cih, yah terserahlah ayo pergi," ajak tentara langit 1 kepada tentara langit 2 dengan sedikit jengkel.
Lalu kedua tentara langit itu langsung meninggalkan rumah Rosche dan Yaoma, dan meninggalkan Rosche dalam keadaan sekarat.
"Y...a...o...m...a...," ucap Rosche dengan sangat pelan dan dalam keadaan sekarat dengan pendarahan di perutnya yang tak berhenti.
Rosche melihat mereka berdua pergi, dan menahan rasa sakitnya sambil berusaha ke dalam rumah dengan menyeret tubuhnya dengan tangannya.
"Setidaknya aku..harus..," ucap Rosche dengan kesakitan.
"Lalu, setelah ini pekerjaan kita selesai kan?" tanya tentara langit 2 dengan perasaan santai meski dia baru saja menembak Rosche.
"Yah, setelah ini kita pulang, dan kalo memungkinkan kita bawa mayat bocah itu," jawab tentara langit 1 dengan santai juga.
"Heh... menurutmu apakah bocah itu kuat?" Tanya tentara langit 2 lagi ke tentara langit 1 dengan penasaran.
"Kalo dia kuat, justru bagus kan? dia artinya layak dibunuh," jawab tentara langit 1 sambil melihat ke arah tentara langit 2.
"Ahahah yah benar juga, soalnya aku saja bisa membunuh Rosche," tawa tentara langit dengan sombong.
Tentara langit 2 dengan bangga dan senyuman yang jahat mengingat saat dia menembak Rosche.
"Kau bunuh dia cuman saat lengah, jadi jangan sombong," ucap tentara langit 1 dengan menyangkal ucapan tentara langit 2.
"Cih, berisik," jawab tentara langit 2 dengan jengkel.
Tentara langit 2 dengan jengkel berjalan mencari Yaoma lagi dengan tentara langit 1 di sekitar daerah hutan.
"Tapi kuberitahu kau tentara langit 2, kali ini aku yang akan membunuh bocah itu," kata tentara langit 1 dengan tatapan tajam.
"Baiklah sesukamu, aku juga sudah puas membunuh Rosche, meski aku tak sempat melihat pedangnya," jawab tentara langit 2 dengan puas.
Mereka berdua pun berjalan mencari Yaoma kembali.
Di tengah hutan, di lahan kosong di bukit
"Ahahaha, kau sudah sangat besar dan sangat cepat Rover!!!" tawa Yaoma dengan senang.
Yaoma dengan girang sambil menunggangi Rover dan Rover berlari larian.
Tentara langit 2 dan tentara langit 1 menghampiri Yaoma dan Rover, dan keluar dari balik salah satu pohon yang dekat dengan mereka.
"Hoy bocah," panggil tentara langit 2 ke arah Yaoma.
"Siapa kalian?!" tanya Yaoma dengan waspada.
Yaoma dengan waspada dan langsung melihat mereka berdua dengan berhati-hati, karena ia merasa ada perasaan buruk akan mereka.
"Kau tak perlu tau bocah, lakukan!," jawab tentara langit 2.
"Wind : Kaze suru," tentara langit 1 menyerang Yaoma dengan tebasan angin dari tangannya dan menjatuhkan Yaoma dari atas Rover.
"Argh!" seru Yaoma dalam keadaan terjatuh.
Yaoma terjatuh dari atas Rover dan langsung tubuhnya langsung mencium tanah dan Rover langsung kesal dan mulai menggonggong.
"WOOF WOOF!" seru Rover menggonggong.
Rover menggonggong dengan marah dan langsung berlari menyerang tentara langit 2.
"Mungkin dia bisa kugunakan," ucap tentara langit 2.
Tentara langit 2 tersenyum dan mengarahkan tangannya ke arah Rover sembari bersiap melakukan sesuatu yang entah apa.
"Lightning : Raiton No Yari!" tentara langit 2 mengaktifkan skillnya dan menyerang Rover.
Tombak petir keluar dari tangan kiri tentara langit 2, dan menusuk bagian perut Rover dan membuatnya terjatuh.
"ROVER!!!!! sialan apa mau kalian!???" ucap Yaoma dengan kesal sambil berteriak ke arah kedua tentara langit.
"Membunuhmu," jawab tentara langit 1 dengan santai.
"Apa!?" ucap Yaoma dengan panik.
Yaoma langsung berdiri, dengan panik dan terkejut akan apa yang dikatakan oleh tentara langit itu.
"Hey tentara langit 1, aku akan bawa anjing ini dengan naga terbang, tak apa kan?" tanya tentara langit 2.
"Yah sesukamu, aku akan menyusul setelah ini," jawab tentara langit 1.
"Kalo begitu," ucap tentara langit 2 sambil memegang sesuatu dari tangannya.
Tentara langit 2 mengeluarkan rantai dari tangannya, dan mengikat tubuh Rover ke kaki naganya.
"Oke, kalo begitu aku pergi dulu!" ucap tentara langit 2 ke arah tentara langit 1.
Tentara langit 2 langsung menaiki naganya dan pergi membawa Rover ke langit dan membiarkan Tentara langit 1 itu sendirian.
"ROVER!!!!!" Yaoma berteriak ke arah tentara langit 2 karena panik Rover sudah di tangkap.
"Sekarang aku akan menyelesaikan pekerjaanku dan membunuhmu bocah," ucap tentara langit 1.
"Kenapa kalian mengincarku!!" tanya Yaoma dengan kesal.
Yaoma dengan tatapan yang sangat kesal di campur dengan perasan benci melihat tentara langit 1 melihatnya semakin maju sedangkan ia berusaha untuk melakukan sesuatu.
"Kau tak perlu tahu, dan aku hanya ingin menyampaikan bahwa Rosche sudah mati, kami sudah membunuhnya," kata tentara langit 1 dengan santai.
Tentara langit 1 melihat tajam Yaoma dengan senyuman sedangkan Yaoma hanya menatap kosong perkataan dia dan diam seketika lalu emosi ia kembali terkumpul.
"Kau ... KAU MEMBUNUH AYAH!???????" teriak Yaoma dengan marah.
Tubuh Yaoma secara tiba-tiba diselimuti aura hitam dan wajah berubah menjadi sangat marah dan terlihat seperti iblis.
"Sepertinya dia kuat," gumam tentara langit 1 sambil tersenyum ke arah Yaoma.
"Baiklah aku akan meladenimu, meski sejak awal itu memang pekerjaanku," ucap tentara langit 1.
Tentara langit 1 bersiap dengan kuda-kuda siap bertarung untuk menghadapi Yaoma.
Yaoma tanpa peringatan sedikitpun dengan cepat berlari dan berusaha menyerang dengan pukulannya.
"Light : Light Speed" tentara langit 1 menggunakan skillnya untuk menghindar dari serangan Yaoma dan Yaoma menjadi memukul dan tanah yang dipukul Yaoma hancur.
"JANGAN LARI!!!" teriak Yaoma dengan marah sambil menyerang dengan membabi buta.
Yaoma langsung berbalik dan berusaha menyerang tentara langit 1 kembali dengan melesat ke arahnya dalam keadaan murka.
"Wind : Kaze Kick!" tentara langit 1 menyerang Yaoma dengan tendangan angin dan mengenai mata kiri Yaoma.
"Argh!" seru Yaoma dengan sedikit kesakitan.
Mata Yaoma terkena serangan tentara langit 1 dan berdarah, Yaoma yang kesakitan itupun memegang mata kirinya dengan tangan kanannya.
"Dark : Reveletion!" Yaoma mengarahkan tangan kirinya dan muncul pusaran hitam di tangannya dan menarik tentara langit 1 ke arah Yaoma.
"Tidak! tidak!!!" ucap tentara langit 1 dengan panik sambil tertarik oleh pusaran itu.
Tentara langit 1 menggeliat dari hisapan Yaoma dengan panik dan berusaha kabur tapi tarikan pusaran itu membuatnya semakin mendekat dengan Yaoma.
"MATIIIII!!!!!!!!!" Yaoma memukul dengan super kuat tentara langit 1 dengan tangan kanannya sampai pukulannya menembus perutnya.
"Uargh .... sialan .....," ucap tentara langit 1 sambil memuntahkan darah.
Yaoma menarik kembali tangannya dari perut tentara langit 1 dan tentara langit 1 terjatuh dengan perut yang berlubang dan dalam keadaan sekarat.
Aura hitam Yaoma hilang besertakan dengan wajah dia yang sekilas seperti iblis menghilang dan Yaoma mulai merasakan kelelahan. "Hah ... hah ... ayah ... aku harus ketempat ayah...," ucap Yaoma dengan kelelahan.
Yaoma langsung berlari ke rumahnya dengan cepat dan meninggalkan tentara itu dan tidak memperdulikan lukanya.
"Ahahah ... meski aku mati ..., kau sudah terlambat dasar bocah bodoh ...," ucap tentara langit 1 sambil memegang perutnya yang berlubang dengan pendarahan yang tidak berhenti.
"Hah ... hah ... ayah!" ucap Yaoma dengan nafas tergesa gesa sambil melihat rumahnya.
Yaoma dengan tergesa-gesa, dan melihat rumahnya dan langsung menghampirinya. Yaoma sudah sampai di rumahnya dan ia terdiam dan menjadi bisu kembali.
"Ayah apa .... aku ... terlambat yah?" kata Yaoma sambil melihat keadaan ayahnya Rosche.
Yaoma menghampiri tubuh Rosche yang sudah tak bernyawa dengan keadaan bersandar di tembok ruang tamu rumahnya dengan darah di lantai berceceran dan perutnya yang berlubang, dengan senyuman yang hangat.
"Ahaha ... haha ... ARGHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH!!!!!!!!!!!!!!!!!"
Pada sore itu Yaoma berteriak dengan sangat keras sampai seluruh burung di hutan, terbang.
"Hidupku memang sangat bahagia, tapi hari ini semuanya telah berubah jadi neraka"
Episode berikutnya "Sebelum Balas Dendam"
Chapter 3
Sebelum Balas Dendam
Setelah kematian ayah karena orang asing yang menyebut diri mereka tentara langit, aku sangat putus asa dan rasanya ingin mati, tanpa adanya kebahagiaan lagi dihidupku, tapi di sisi lain aku ingin membalaskan dendam ayah, aku ingin mengetahui apa alasan ayah dibunuh dan kenapa aku di incar, sambil kebingungan akan hal itu akupun sambil menyembuhkan mataku yang terkena serangan prajurit itu waktu itu sambil memikirkan apakah aku ke ibu? tapi... ibu bilang ibu akan kembali, karena aku kebingungan aku pun memilih mencari-cari berkas ayah di lemari kamar ayah, dan mencari informasi.
"Ini kan ...?" ucap Yaoma sambil melihat sebuah album.
Yaoma memegang sebuah album lama, dan melihat-lihat isi album.
"Ini kan ... foto tentara, lebih tepatnya ini adalah foto tentara langit, seperti kedua orang itu!" ucap Yaoma sambil melihat-lihat gambar.
"Ayah!" Yaoma melihat sesosok tentara mirip ayahnya di salah satu foto.
"Ibu! jadi sepertinya dulu ayah adalah tentara langit yang bekerja untuk ibu yah...," ucap Yaoma sambil melihat foto ayahku, yaitu tentara itu, yang di gambarnya ayahku sedang menundukan diri di depan ibuku yaitu Eden.
Yaoma melihat sesosok manusia yang hanya berwarna hitam di ujung foto, dengan samar-samar.
"Tapi ... siapa yang ada di ujung gambar ini?," tanya Yaoma dengan kebingungan.
"A-aku tak mengerti dari semua album ini aku paham hanyalah beberapa hal yaitu, ayah adalah seorang tentara langit, dan ibu adalah seorang dewi yang mempunyai seorang tentara yang bekerja untuknya yaitu ayah yah, tapi saat aku melihat semua album ini, kenapa tidak ada satu pun foto pernikahan mereka?" ucap Yaoma dengan bingung sambil melihat semua foto di album itu.
"Tapi ... waktu itu... nyonya!? aku ingat 5 tahun lalu ayah memanggil ibu nyonya sebelum ibu pergi, umumnya suami istri tak mungkin mengatakan itu, kalo begitu apa artinya aku bukan anak ayah?" ucap Yaoma dengan kebingungan setelah mengingat ayahnya memanggil ibuku dengan sebutan nyonya 5 tahu lalu.
Kepala Yaoma bergetar dengan menyakiti di kepala Yaoma.
"Aw ... kenapa ini ...?" kata Yaoma dengan kesakitan.
Rasa sakitnya semakin menyakitkan dan membuatnya semakin sakit dan merasakan serasa ada yang mau keluar dari kepalanya.
"ARGH!!!" teriak Yaoma dengan kesakitan.
Kedua tanduk iblis, keluar dari kepala Yaoma dan Yaoma langsung memegang tanduknya.
"Kenapa ini!? kenapa aku punya tanduk? apa aku keturunan iblis?" ucapnya dengan kebingungan dan panik karena kepalanya tiba tiba mengeluarkan tanduk.
Yaoma memegang tanduk itu dan tidak lama kemudian tanduk kembali lagi masuk ke kepalanya dan rasa sakitnya kembali hilang.
"Are? kenapa tanduknya kembali lagi ke kepalaku?" ucap Yaoma dengan bingung.
Yaoma dengan bingung sambil memegang kepalanya tapi tanduk itu sudah tidak muncul.
"Sepertinya, aku memang iblis yah, mungkin ini masuk akal ..., tapi apapun yang terjadi aku bersumpah akan balaskan dendammu ayah, entah kau memang ayahku atau bukan, bagiku kau ayahku," Yaoma dengan yakin mengatakan itu dan bersumpah, meski dia juga tidak yakin apakah dia anak ibunya atau bukan, tapi itu tidak mengganggunya dan dia langsung mencoba melakukan pekerjaan ayahnya dengan mencoba berburu hewan dengan pergi ke hutan padan siang harinya.
"Aku harus tetap hidup jika aku ingin balas dendam! kalo begitu aku akan coba berburu dulu di sekitar hutan!" gumam Yaoma sambil berjalan disekitar daerah hutan dengan melihat lihat sekitar.
Srkk srrk srrk
Muncul suara dan sesuatu yang bergerak dari semak semak yang di dekat Yaoma.
"Baiklah, apa yang akan datang?," tanya Yaoma sambil melihat sekitar.
"GROARRR," auman seekor beruang hutan yang tiba tiba muncul dari semak semak.
Beruang hutan muncul, dan berlari dengan sangat cepat ke arah Yaoma.
"Itu yah," ucap Yaoma sambil menoleh ke arah beruang itu.
Yaoma melompat dan menghindar dari terjangan beruang hutan itu.
"Baiklah apa yang kugunakan melawannya? dari seingatku saat melawan tentara langit, aku menggunakan kekuatan tipe kegelapan yah? kalo begitu sesuatu yang cocok hm..... ah itu!" gumamku sambil mendapatkan sebuah ide setelah berpikir singkat.
Yaoma tersenyum dan mengharahkan tangannya ke arah beruang dengan pose seperti tentara langit yang waktu itu menyerangnya.
"GROARRRRR," beruang mengaum dengan marah.
Beruang berbalik arah dan berusaha menyerang Yaoma sekali lagi.
"Dark : Kuro yari!" Yaoma mengaktifkan skillnya dan mengeluarkan tombak hitam dari tangannya, dan menyerang beruang hutan dengan tombaknya dan menjatuhkannya ke tanah dengan mudah.
"Yosh, sepertinya aku berhasil meniru si tentara langit 2 itu dan menggunakannya," ucap Yaoma dengan bangga.
"Etto, kalo tak salah beruang bisa jadi rebusan Beruang kan yah?" ucap Yaoma sambil melihat beruang itu dan memikirkan membuat makanan apa dengan tubuhnya.
"Yosh, akan kubawa dan kumakan untuk makan malam! aku juga akan berlatih lagi dengan para hewan liar atau apapun, agar tubuh kecil ini lebih kuat!" kata Yaoma sambil menyeret tubuh beruang itu ke rumah.
Setelahnya aku bertahan hidup dengan cara memburu dan bertarung setiap harinya demi menjadi lebih kuat, dan tanpa disadari aku sudah berusia 18 tahun, namun anehnya adalah meski aku hidup di hutan, aku memakai jas berwarna hitam, dan kurasa mungkin ini efek dari kekuatan kegelapanku, dan karena sudah sangat lama akan kejadian itu aku bahkan sudah hampir lupa akan balas dendam, namun suatu hari dia datang dan mengingatkanku kembali...
"Daging ini enak yah," puji Yaoma pada masakannya sendiri.
Yaoma dengan santai memakan hasil buruannya di depan rumahnya dengan duduk sambil memanggang beberapa daging buruannya.
Insting Yaoma merasakan sesuatu datang dari arah pohon yang dekat dengan dirinya, dan sesuatu itu muncul dan menghampirinya
"Sesuatu datang," kata Yaoma dengan merasakan sesuatu datang.
Seseorang menghampiri Yaoma dan tanpa terlihat waspada sedikitpun dia langsung mengajak bicara Yaoma. "Kau, Yaoma iblis di hutan ini kan?" tanya seseorang yang menghampiri Yaoma dari balik pohon.
Yaoma langsung menatap orang yang memanggilnya sambil memegang dagingnya.
"Yah, kau siapa? dilihat dari auramu kau sepertinya seorang iblis yah," tanya Yaoma dengan dingin dan menatap dengan tatapan yang tajam pada iblis itu.
"Ya, kau benar sekali, aku adalah seorang iblis sama sepertimu, aku ke sini datang membawa pesan dari tuan Hades," ucap iblis sambil melihat Yaoma.
Ia pun mulai menyampaikan pesan singkat dari Hades, yaitu :
"Jika kau ingin tahu kebenaran saat 'itu' datanglah kesini!"
"Begitulah isi pesan dari tuan Hades," ucap iblis itu sambil menatap Yaoma dengan senyuman.
Yaoma terkejut dan menjatuhkan makanan yang dia pegang.
"Tak mungkin...," ucap Yaoma dengan tidak percaya.
"Benar juga...," ucap Yaoma sambil mengingat tujuannya kembali.
Yaoma mengingat kembali saat dia menemukan Rosche sudah tak bernyawa dan juga mengingat kembali perasaan tidak mampunya menolong ayahnya.
Seketika saat itu aku kembali mengingat ayah, dan aku kembali ingat kenapa aku masih ingin hidup, bukannya untuk ini aku bertahan? dan kenapa aku bisa melupakannya, aku merasa sangat malu padamu ayah, tapi saat itu emosi dendamku kembali dan aku berpikir...
Aku akan mengetahui semuanya, dan menemui ibu, lalu aku pastinya akan membalaskan dendammu
ayah!"
Episode berikutnya "Hades"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!