NovelToon NovelToon

Salah Nikah

Cast

...Kenalan yuk ! sama mereka......

.......

.......

.......

1. Raga Argawinata Pratama [ Raga ]

..."Awalnya kamu memang bukan salah satu dari tuju ku, tapi sekarang satu-satunya tuju ku adalah kamu."...

2. Nada Allegra Russell [ Nada ]

..."Semesta masih baik karena mau mengizinkan kita untuk menikmati bintang-bintang di langit terindah. Sampai kapanpun aku tak akan melupakan kenangan ini."...

3. Alluna Melodi Russell [ Melodi ]

..."Aku hanya manusia yang jauh dari kata sempurna. Jadi, wajar kalau melakukan sebuah kesalahan."...

4. Aryawitama Danubrata [ Danu ]

..."Aku kira hubungan kita hanya akan diwarnai oleh kebahagiaan, tapi nyatanya tidak seperti itu. Luka ikut bergabung dan ini menimbulkan rasa sakit yang mungkin akan berkepanjangan."...

...🥀🥀🥀...

Gimana nih visualnya ? Ganteng dan cantik kan ? Lumayan lah kalau dilihat sekalian buat cuci mata 🤭

Kali ini author ambil visualisasi dari aktor atau aktris Thailand. Kenapa mereka ? Ya, karena merasa untuk penggambaran karakter cocok di mereka.

Oh ya, untuk jalan cerita kali ini masih dibuat dengan cara sederhana supaya lebih mudah dimengerti oleh pembaca.

Jadi, saat membaca karya ini Author harap kalian hanya bisa menikmatinya saja tanpa harus berpikir terlalu dalam.

Untuk kalian yang memang suka dengan cerita yang memiliki plot berat, mungkin karya ini tidak akan cocok.

Sebelum membaca cerita ini, kalian bisa mampir terlebih dahulu ke tulisan Author lainnya. Baru saja tamat, Beloved Mr. Dosen.

Jangan lupa untuk tinggalkan like dan komentar pada setiap bab nya. Tambahkan juga ke favorit supaya kalian tidak ketinggalan akan lanjutannya.

Mari bersama-sama kita ramaikan cerita ini biar menghalunya semakin seru. Halu berjamaahan gitu loh maksudnya 😂

Happy Reading...

...🥀🥀🥀...

Akun sosial media Author :

Instagram : just.human___

Prolog

...❗WARNING ❗...

...✓ Cerita ini hanya sebuah karya fiksi yang tidak ada sangkut pautnya pada kehidupan nyata....

...✓ Tidak bermaksud untuk menyinggung pihak manapun....

...✓ Boleh baper tapi jangan berlebihan....

...✓ Harap memaklumi jikalau ada typo atau kesalahan dalam penulisan....

...✓ Dilarang keras menjiplak karya ini ! Tolong hargai saya sebagai penulis yang sudah susah memikirkan jalan ceritanya !...

...---ooOoo---...

..."Kalau ada kamu, rasanya aku sudah tidak butuh apapun. Semua bisa terlengkapi dan aku selalu bahagia."...

...- Nada....

.......

.......

.......

Malam ini, disaat bulan purnama bersinar begitu terang menyinari langit yang dipenuhi oleh banyak sekali bintang berkelipan, aku duduk seorang diri di dekat jendela yang sengaja kubuka, membiarkan udara malam yang begitu menenangkan menyapa tubuh ini.

Aku duduk disini dengan ditemani oleh secangkir susu hangat. Berharap setelah ini bisa mengistirahatkan tubuh dan tidur nyenyak.

Menderita insomnia akut sangat membuatku kesulitan. Apalagi ditambah dengan masalah yang tengah aku hadapi sekarang. Bagaimana aku mau beristirahat jika overthinking ini selalu menyerang ku ?

"Bisakah aku beristirahat sebelum tengah malam ?" Tanyaku kepada diri ini dengan penuh harap.

Dalam beberapa hari kebelakang, waktu istirahat malam ku selalu berantakan. Aku tidak akan bisa tidur kalau bulan belum menyembunyikan dirinya.

Dokter juga telah memberikanku beberapa resep obat untuk di konsumsi, namun semua itu sia-sia. Tidak ada perubahan apapun yang terjadi. Insomnia ku masih ada dan malah menjadi makin parah.

Disaat diri ini masih setia terjaga, aku bisa mendengar dengan jelas suara bel apartemen yang ku tempati berbunyi. Siapa ? Kenapa aku mendapatkan tamu ditengah malam begitu ? Apa dia tak bisa melihat waktu ?

Aku sebenarnya ingin mengabaikannya, tapi entah mengapa firasat ini mengatakan kalau itu adalah tamu penting. Oleh karenanya, dengan cepat, aku keluar dari kamar lalu mendekat ke arah pintu.

Karena muncul keraguan, aku memutuskan untuk mengintip dari lubang kecil yang ada di pintu apartemen. Aku hanya ingin memastikan kalau orang yang datang berkunjung kemari berasal dari kalangan yang ku kenal.

Aku mengintipnya dan mendapati seorang lelaki yang tengah berdiri di luar sana sambil membelakangi pintu apartemen ku.

Tak tahu pasti siapa yang datang, aku rasanya seperti pernah bertemu dengan lelaki itu. Tampak belakangnya sama sekali terlihat tidak asing di mataku. Aku bisa memastikan kalau lelaki yang datang itu bukan manajerku — Nathan.

Jujur, kini aku dibuat sangat bertanya-tanya. Ingin segera membuka pintu, tapi keberanian secara kebetulan menjauh dariku.

Sampai akhirnya, lelaki itu membalikkan badannya kemudian membunyikan kembali bel apartemenku.

Waktu melihat wajahnya yang terpampang dengan jelas dari lubang kecil, aku teringat pada kejadian itu. Sebuah kejadian yang menjadi alasan bertambah buruknya insomnia ku.

Lelaki itu datang bukan untuk mencari masalah baru kan ? Itulah yang aku pertanyakan dalam benak saat melihatnya.

Walau merasa enggan, aku tetap saja membuka pintu apartemen. Aku pikir lelaki itu datang di jam seperti ini karena ingin membicarakan sesuatu yang penting.

Pintu terbuka dan aku bisa melihat wajahnya yang selalu menampilkan ekspresi dingin. Aku sangat penasaran, apakah lelaki itu tak bisa tersenyum atau memang malas untuk tersenyum ? Padahal kalau ada senyuman di wajah itu, dia pasti akan terlihat begitu manis.

"K-kenapa kamu datang kemari ?" Tanyaku dengan tergagap. Melihatnya ada di depanku membuat perasaan gugup hadir.

"Bisa kita bicara sebentar ?" Dia masih kelihatan begitu serius.

Aku menatapnya dan berpikir bimbang. Apakah harus ku izinkan dia masuk ? Di apartemen hanya ada aku sendiri. Apa pantas membawa seorang lelaki masuk di jam seperti ini ?

"Kita bisa bicara seperti ini." Kataku yang sama sekali tidak mengizinkan nya masuk.

Bukan bermaksud tak sopan, namun aku hanya tidak mau menambah masalah yang memang sudah ada. Takut, nanti ada salah paham lagi yang timbul karena hal seperti ini.

"Mari kita menikah !" Ajaknya secara tiba-tiba dan langsung membuatku terkejut.

Lelaki itu datang diwaktu yang tidak tepat lalu mengajakku untuk menikah ? Apa dia masih waras ?

"Kamu sedang bercanda ?" Aku menolak untuk menganggapnya serius ya, meskipun dari cara bicaranya terdengar tak main-main.

"Dalam hidup, aku sama sekali tak pernah berpikir untuk bercanda." Ucapnya tegas.

Aku menelan saliva lalu menatapnya heran. Aku tahu kalau kami saat ini sedang terlibat dalam masalah, tapi apakah harus dengan cara menikah untuk menyelesaikannya ? Bukankah pernikahan bukan untuk dibuat mainan ?

"Aku hanya berpikir kalau kita akan bisa mendapatkan win win solution dengan pernikahan." Katanya lagi.

"Aku tidak mau menikah denganmu." Hanya memberikan penolakan yang bisa kulakukan.

"Beritahu aku alasannya ?" Dia mendesak ku.

"Pernikahan itu sakral. Aku tidak mau mempermainkan sebuah pernikahan." Tutur ku yang berusaha tegas.

Perasaan tidak ada yang lucu dengan penuturan ku, tapi kenapa lelaki itu malah terkekeh ? Apa aku salah bicara ?

"Tidak mau mempermainkan pernikahan tapi, memilih untuk melanjutkan acara pernikahan tanpa calon mempelai pria." Sindirnya.

"I-itu k-karena aku tak mau rugi. Aku sudah mempertaruhkan banyak hal untuk mempersiapkan acara itu." Kataku yang berusaha mencari alasan.

Dia menatapku dengan ekspresi yang terlihat sama. Suasananya mendadak menjadi serius.

"Ayo kita menikah ! Aku akan menanggung semua kerugian mu dan akhiri semua masalah yang terjadi." Dia begitu keras kepala akan keinginannya untuk menikahi ku.

Pernikahan, kurasa bukan penyelesaian yang tepat. Jika, aku menikah dengan lelaki itu sama berarti aku membenarkan semua berita yang tengah ramai beredar di masyarakat. Bisa jadi, karirku akan semakin meredup setelah pernikahan itu.

Aku tidak mungkin mempertaruhkan karir bernyanyi ku. Perusahaan juga telah melarang ku untuk tidak melakukan apapun yang bisa memperkeruh permasalahan ini.

Menurutku, akan lebih baik dianggap seperti orang tidak waras karena melakukan pernikahan tanpa mempelai pria dibanding harus menikah dan memperumit masalah lagi. 

"Tidak." Tolak ku dengan keputusan yang mungkin sudah bulat.

"Aku benar-benar akan membantumu menangani semua situasi. Jangan dikira pernikahan yang aku tawarkan ini akan membuat dampak negatif lebih banyak. Percaya aku, semuanya pasti bisa berubah." Ucap lelaki ini mencoba untuk meyakinkan diriku.

Aku kembali menatapnya lalu tersenyum cukup lebar. Tidak akan ada kata 'ya' untuk tawarannya itu.

"Kamu boleh pergi, aku ingin istirahat." Usir ku.

Tanpa menunggunya pergi, aku langsung saja menutup pintu tepat di depan matanya. Aku tak mau menerima dia sebagai tamu lagi.

Akun media sosial author :

Instagram : just.human___

.

.

.

Catatan kecil :

- jangan lupa untuk memberikan like, komentar dan vote. Jadikan cerita ini sebagai favorit supaya tidak ketinggalan akan kelanjutannya.

^^^Bersambung...^^^

Bab 1

Tuhan selalu adil dalam hal menciptakan seorang manusia. Dia pasti sudah memberikan kepada setiap manusia sebuah talenta atau bakat yang bisa dikembangkan.

Sejak kecil — lebih tepatnya ketika aku berusia lima tahun, ibuku yang waktu itu memang berprofesi sebagai seorang penyanyi dengan senang hati mengajariku bernyanyi. Aku diajari bukan karena paksaan tapi, karena memang ibuku melihat kalau dalam diri ini memiliki potensi, bakat atau talenta untuk bernyanyi sama seperti dirinya.

Katanya sih, aku memang dulu suka sekali diam-diam mengambil microphone milik ibuku. Meskipun tak bisa menyala tapi, tetap saja aku pergunakan untuk bernyanyi asal-asalan.

Ibuku adalah seorang penyanyi yang sangat terkenal pada eranya tahun 90-an. Tak hanya jago dalam hal bernyanyi, ia juga sangat pandai dalam bermain alat musik. Ibuku itu selalu menyanyikan lagu buatannya sendiri. Penyanyi yang juga bisa menulis lagu, itulah ibuku.

Bagi ibuku, musik adalah satu-satunya cara untuk melakukan self healing. Kalau tidak ada musik, ibuku pasti merasakan kehampaan.

Kecintaannya kepada musik itu juga menurun langsung terhadapku. Sekarang ketika usiaku sudah masuk delapan belas tahun, aku memutuskan untuk juga ikut terjun langsung dalam bidang musik. Aku ingin mengikuti jejak ibuku.

Aku adalah seorang penyanyi yang puji Tuhan sedang naik daun pada era ini. Lagu-lagu yang aku ciptakan sendiri mampu diterima dengan baik oleh masyarakat. Rasanya sangat membanggakan ketika lagu yang dibuat sendiri bisa didengarkan oleh orang lain.

Karena aku sudah hidup nyaman sebagai seorang penyanyi — bisa dibilang semua kebutuhan ku bisa tercukupi, aku memutuskan untuk tinggal sendiri di sebuah apartemen yang baru aku beli satu tahun yang lalu.

Alasanku memilih tinggal sendiri karena tidak tahan dengan perlakuan semena-mena yang diberikan oleh keluarga baru ayahku.

Iya, ibuku — seseorang yang paling berarti dalam kehidupan, sudah tiada. Beliau meninggal ketika usiaku baru lima belas tahun. Ibuku meninggal karena mengidap penyakit kanker darah. Aku ditinggalkan bersama ayahku. 

Awalnya aku sama sekali tidak bermasalah kalau harus tinggal bersama ayahku tapi, ketika ayahku memilih untuk mengajak seorang perempuan lain disitulah perasaan kurang nyaman datang menghampiriku.

Baru delapan bulan sejak kepergian ibuku dan ayah bisa dengan mudahnya mencari bidadari lain untuk menggantikan posisi ibuku.

Semua kasih sayang yang harusnya untukku direnggut begitu saja oleh perempuan itu. Jika datang sendiri aku tidak akan mempermasalahkannya namun, perempuan itu datang dengan membawa seorang anak perempuan yang sekarang ini menjadi adik tiri ku.

Aku hidup diantara mereka selama kurang lebih tiga tahun dan rasanya benar-benar seperti di neraka. Setiap hari aku semakin melihat kalau ayahku — satu-satunya keluarga yang ku punya, semakin menjauh dan menjaga jarak dariku.

Kalau seperti ini, bisa dibilang aku tidak hanya ditinggalkan oleh ibuku tapi juga ayahku meninggalkanku. Jadi, mau tak mau aku harus bisa hidup mandiri.

Meskipun aku harus tinggal seorang diri di apartemen ini, aku tetap bisa merasakan nyaman. Tidak ada rasa kesepian karena memang setiap hari Nathan — manajerku, datang berkunjung untuk memeriksa keadaanku sekaligus memberikanku jadwal manggung dan juga hampir setiap hari diri ini selalu dibuat sibuk. Apartemen hanya menjadi tepat untuk beristirahat dikala lelah datang menghampiri.

"Jadi, apa jadwalku untuk hari ini ?" Tanyaku kepada Nathan yang sekarang sedang sibuk menatap layar iPad.

"Siang ini kosong karena nanti malam kamu akan ada jadwal mengisi acara di salah satu stasiun televisi." Jawab manajerku memberitahu.

"Apa aku memiliki waktu untuk pergi ke salon ?" Tanyaku lagi karena memang sejak kemarin sudah memiliki rencana untuk mempercantik diri ke salon tapi, selalu saja tak memiliki waktu karena saking padatnya jadwal.

"Hanya sampai jam dua sore. Karena setelah itu kamu harus berangkat ke stasiun televisi." Ucap Nathan.

Aku menatap ke arah jam dinding yang kebetulan terpasang dengan jelas di dinding ruang tamu dari apartemen ini. Mungkin, aku memiliki sekitar empat jam untuk pergi ke salon.

Dikarenakan waktu yang kumiliki tidak terlalu banyak jadi, aku harus memakainya dengan baik dan benar. Dengan cepat, aku beranjak dari sofa ruang tamu ini lalu bergegas mengambil kunci mobil yang tergeletak di atas meja. Masih menggunakan pakaian santai, aku bergegas keluar dari apartemen ini meninggalkan Nathan — manajerku.

"Aku pergi dulu. Jangan lupa mengunci pintu !" Pamit ku kepada Nathan.

"Hati-hati saat mengemudi, Nada. Jangan membuat masalah apapun !" Pintanya yang hanya bisa ku dengarkan saja karena untuk menanggapi, aku tak memiliki banyak waktu.

Dengan langkah cepat yang terkesan terburu-buru, aku pun menuju ke arah lift lalu menekan dengan sembarangan tombol yang ada.

Tak lama menunggu, akhirnya pintu lift pun terbuka dan saat itu juga aku dibuat terkejut. Kenapa harus sekarang ? Apa tidak bisa nanti saja datangnya ?

"Hai, kak Nada..." Sapa nya sembari tersenyum hangat.

Benar, dia adalah adik tiri ku. Anak kandung yang dibawa oleh istri ayahku sekarang. Namanya adalah Melodi dan usianya baru sembilan belas tahun. Antara aku dan dia hanya terpaut dua tahun.

"Kenapa kamu ada disini ?" Tanyaku langsung yang sama sekali tak ingin berbasa-basi dengannya.

Jujur, setiap aku melihat Melodi selalu saja perasaan yang tidak enak muncul. Seakan aku memiliki sebuah firasat kalau masalah akan muncul.

"Aku ingin menemui kak Nada. Aku mau membicarakan hal penting." Ucapnya dengan penuh harap.

Jujur saja, aku tak memiliki banyak waktu untuk berbicara dengannya. Bukan apa-apa tapi, memang aku harus segera pergi ke salon.

"Aku tak ada waktu untuk sekarang." Tolak ku tegas sambil menekan tombol ke lantai satu.

"Kak, ini penting. Tidak bisakah kamu meluangkan waktu untuk adik tersayang mu ini ?" Bujuknya yang membuatku langsung merinding. Sejak kapan dirinya menjadi adik tersayang ku ?

"Jika kamu ingin uang, aku akan mentransfernya ke rekening." Ucapku yang terdengar cukup malas menanggapi.

"Sepuluh juta ya, kak !" Pintanya menyebutkan langsung jumlah uang yang dia inginkan.

Aku menatapnya sekilas lalu menghela napas berat. Hal penting ? Apakah meminta uang juga termasuk hal penting sampai menganggu seperti ini ?

Tidak ada hal lain yang seharusnya diharapkan dari seorang Melodi. Gadis itu hanya menemui ku untuk meminta uang. Jika boleh menebak, pasti kartu kreditnya sudah mencapai limited.

"Apa sepuluh juta cukup ?" Tanyaku.

"Kalau kak Nada mau memberikan lebih, aku akan dengan senang hati menerimanya." Jawabnya seperti tak punya urat malu.

"Aku akan memberimu dua puluh juta tapi, kamu harus berhenti menganggu." Ucapku dengan tegas.

"Iya, aku janji gak akan ganggu kak Nada lagi." Katanya yang terdengar sangat tidak bisa dipercaya. Pasalnya sering kali ia berjanji seperti itu tapi, ujungnya tetap saja kembali untuk meminta uang.

Aku sebenarnya merasa sedikit heran dengan cara hidup yang dilakukan oleh Melodi. Pasalnya, berapa banyak uang yang diberikan kepada dia selalu saja habis. Gadis itu tetap merasa kurang. Padahal setahuku, ayah juga tak mungkin pelit uang terhadapnya.

Pintu lift pun terbuka, aku pun melangkahkan kaki keluar dan dia tetap saja mengekor dibelakang ku. Sekarang apalagi yang dibutuhkannya ? Uang dua puluh juta juga baru saja aku transfer ke rekeningnya.

"Bukankah sudah kubilang untuk berhenti menganggu ?" Tanyaku yang masih mencoba menahan rasa emosi yang mulai bergejolak.

"Kak..." Panggilnya dengan suara manis.

"Apa ?"

"Kak Nada mau kemana ?"

"Memangnya kenapa ?" Tanyaku yang benar-benar enggan untuk memberitahunya. Aku hanya takut kalau gadis itu minta ikut. Pergi ke salon dan menikmati empat jam waktu kosong adalah caraku untuk bersantai. Tolong jangan ikut dan merusak semuanya !

"Boleh aku ikut ?" Hal yang ku takutkan terjadi. Kenapa sih, gadis itu selalu saja mengekor dibelakang ku ? Tidak adakah kegiatan lain yang bisa dilakukannya ?

"Tidak boleh. Lebih baik kamu pergi bersama teman-temanmu saja." Kataku menolak. Aku memang sama sekali tak ingin mengajaknya. Karena kalau diajak pasti akan merepotkan ku.

"Kenapa gak boleh ? Kak Nada, aku ikut ya..." Dia terus saja memohon sambil memasang wajah melas.

"Aku tidak mungkin mengajakmu bekerja." Ucapku sedikit bohong berharap kalau setelah ini ia berhenti melakukan hal yang berhasil menarik perhatian orang banyak.

"Ajak aku, kak..." Rupanya dia memang bersikeras untuk ikut.

"Tidak Melodi !" Aku menolak lagi dengan tegas.

"Padahal aku senang kalau datang ke tempat kerja kak Nada. Banyak cowok ganteng yang bisa aku temui." Ungkapnya dengan berani.

Melodi adalah seorang gadis berusia sembilan belas tahun dan baru lulus dari bangku sekolah menengah atas setahun yang lalu. Ku akui gadis itu cantik makannya tak heran dia menggunakan kecantikannya untuk menggoda banyak pria. Dia sangat terobsesi pada pria tampan. Katanya sih, dia sangat berniat untuk menikah diusia muda. Jadi, ya begitulah... Sekarang dia tengah berusaha keras untuk mencari jodoh yang cocok dengannya.

"Daripada kamu mencari cowok akan lebih baik mencari kampus dan melanjutkan pendidikan. Kalau tidak mau kuliah kamu bisa cari pekerjaan dan hasilkan uang sendiri." Ucapku memberikan sebuah nasihat yang baik untuk masa depannya.

Karena pembicaraan dengan Melodi ini, waktu senggang yang kumiliki sudah terbuang sekitar tiga puluh menit. Maka dari itu, aku berhenti untuk menanggapi Melodi dan memilih untuk segera pergi menuju ke arah parkiran tempat dimana mobil milikku berada.

"Kalau sudah tak ada lagi, aku pamit. Sudah terlambat." Pamit ku sambil membuat sebuah senyuman bulan sabit.

Tidak peduli dengan tanggapannya, aku memilih berlalu begitu saja, berjalan menjauh meninggalkan Melodi — adik tiri yang selalu berhasil menimbulkan rasa risih.

Dengan langkah yang terburu-buru aku menuju ke arah mobil yang kebetulan dari jarak ku sekarang sudah terlihat dengan jelas. Aku melangkah mendekat namun, lagi dan lagi harus terhenti karena adik tiri ku kembali muncul.

Aku begitu terkejut melihat Melodi kembali berada persis di hadapanku. Ku kira gadis itu tidak mengikuti ternyata, sudah mendahului.

"Kamu lagi." Ucapku sambil mengelus dada. Aku hanya mencoba menenangkan detak jantung yang saat ini berdebar kencang karena terkejut.

"Hai Kak Nada..." Dia menyapa lagi sambil tersenyum ke arahku.

"Kenapa masih mengikuti ?" Tanyaku kepadanya.

"Aku ingin bertanya lagi. Tadi, lupa untuk menanyakannya." Ucap Melodi menyampaikan maksud dan tujuan keberadaannya disini.

"Cepat tanyakan ! Aku sudah tak punya banyak waktu lagi untuk menanggapi mu." Desak ku sambil terus melihat ke arah jam yang melingkar pada pergelangan tanganku.

"Hari ini Kak Nada kerjanya ditemani oleh Kak Danu ?" Tanya Melodi yang aku pun tak terlalu mengerti akan maksudnya. Kenapa gadis itu menanyakan Danu ?

"Memangnya kenapa ?" Aku tak langsung memberitahunya karena entah mengapa perasaanku jadi kurang enak.

Dia tersenyum penuh arti sambil menggelengkan kepalanya. "Enggak apa-apa, cuma tanya saja."

Danu itu adalah kekasihku. Kami sudah menjalin hubungan sekitar empat tahun lamanya. Kami berdua saling mengenal ketika masih berada di bangku SMA.

Awalnya aku kira hanya cinta monyet tapi ternyata, tanpa disangka bisa bertahan sampai sekarang ini. Rasanya, memiliki Danu adalah sebuah anugerah terindah yang pernah diberikan oleh Pencipta kepadaku. Danu itu satu-satunya orang yang ku andalkan selain manajer dan juga aku sangat mempercayainya.

"Yakin gak ada apa-apa ? Kamu ingin menemui Danu ?" Tanyaku menelisik.

"Boleh aku menemuinya ?" Tanyanya balik dengan sorot mata berbinar.

"Tentu saja tidak." Jawabku santai lalu membuka pintu mobil dan mulai mengabaikan Melodi.

Aku rasa pembicaraan antara kami sudah selesai. Maka dari itu, aku tanpa ragu menutup pintu dengan cukup keras persis dihadapannya. Setelah melakukan hal itu — tanpa peduli akan tanggapan Melodi, aku melajukan mobil ini meninggalkan parkiran apartemen.

Karena Melodi aku jadi membuang sekitar empat puluh lima menit dari waktu senggang yang ku punya. Harusnya ku gunakan waktu itu untuk mempercantik diri di salon.

...---ooOoo---...

Waktu benar-benar memburuku. Jika tidak cepat mungkin aku tak akan memiliki kesempatan lagi untuk pergi ke salon. Meskipun merasa sedikit takut, aku tetap mempertahankan kecepatan mobilku pada angka 80 km/jam. Bisa dibilang, aku sedikit mengebut di jalanan kota siang ini yang terpantau ramai lancar.

Disaat aku tengah berfokus pada jalanan, tanpa diduga aku mendapatkan sebuah panggilan masuk yang berasal dari Nathan — manajerku. Tak mau membuatnya menunggu, aku pun langsung menjawab panggilan itu. Aku rasa Nathan ingin memberikan sebuah informasi penting, mungkin ?

"Iya, Nathan. Ada apa ?" Tanyaku tanpa sebuah basa-basi.

"Dimana ?" Nathan bertanya balik kepadaku.

"Masih dalam perjalanan."

"Belum sampai ?"

"Sudah dekat."

"Aku hanya ingin memberitahumu kalau Melodi sedang berada di apartemen mu." Ucap Nathan yang langsung membuatku membelalak kaget. Kenapa gadis itu masih berada di sana ?

"Melodi ? Bisakah kamu suruh dia pulang ?" Perintahku.

"Sudah kulakukan tapi, katanya ingin tetap disini sampai kamu pulang."

"Apa dia sudah gila ? Dia mau menungguku ? Bilang padanya kalau aku akan pulang besok subuh."

Aku memang sedang bertelepon dengan Nathan tapi, tak lama suaranya langsung berubah. Rupanya, Melodi yang melanjutkan pembicaraan ini.

"Hai Kak Nada..." Kata Melodi dari balik panggilan ini, suaranya terdengar begitu ceria.

"Kamu lagi."

"Aku baru tahu kalau apartemen yang selama ini Kak Nada tinggali sangat nyaman."

"Apa yang kamu mau ? Katakan saja ! Pasti ada hal lain yang membuatmu tak ingin pulang."

Aku sangat berharap kalau Melodi berhenti menggangguku seperti ini. Aku ingin dia segera kembali pulang bersama kedua orang tuanya.

"Bolehkah aku tinggal untuk sementara waktu disini ? Aku benar-benar tak ingin pulang ke rumah." Pintanya sambil merengek supaya diizinkan tinggal.

"Tidak boleh." Aku menolak dengan keras permintaannya itu.

"Kenapa ?"

"Aku hanya tidak suka tinggal bersama orang lain," jawabku asal.

"Aku suka menyendiri." Tambah ku.

Tak mau lebih banyak dari ini, aku pun bergegas untuk mengakhiri panggilan secara sepihak.

Entah mengapa setelah menjawab dan berbicara kepada Melodi aku sedikit merasa kalau gadis itu tengah menghadapi masalah. Daripada ia terus saja mengganggu, aku memutuskan untuk memutar stir menuju ke rumah tempat dimana ayah serta ibu tiri ku tinggal.

Bagaimanapun caranya, aku harus membuat Melodi kembali ke mereka. Aku sangat membenci saat dimana Melodi selalu berada di dekat ku.

Akun media sosial author :

Instagram : just.human___

.

.

.

Catatan kecil :

- jangan lupa untuk memberikan like, komentar dan vote. Jadikan cerita ini sebagai favorit supaya tidak ketinggalan akan kelanjutannya.

^^^Bersambung...^^^

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!