25 February, 2042. Laut Cina Selatan, perbatasan laut Tionghoa. Kapal pesiar Ken Adventure 051.
Pinggiran kapal.
"Gyuuurr" Aku mendengar suara retak tulangku saat tubuhku dibanting didinding. Perlahan aku membuka mata. Aku sadar aku tengah berada dipinggiran kapal pesiar milikku sendiri. Tanganku dalam keadaan terikat, dan tubuhku mati rasa dipenuhi luka luka yang cukup parah. Saat ini posisiku dalam keadaan berlutut tak berdaya. Aku tak percaya ini, aku, berada dalam posisi ini?
"Tak. tak. tak." Tiba tiba terdengar suara langkah kaki. Aku mendongak, melihat seorang pria tampan dengan badan tegap berjas hitam menuju ke arahku. Aku tahu siapa dia, dia adalah tangan kananku sendiri, Nicholas Ren. Seorang pria asal Turki yang menjadi bawahanku selama sepuluh tahun ini. Tapi bukan itu yang membuatku terkejut. Melainkan wanita disampingnya. Seorang wanita yang sempurna dengan gaun merah yang dipakainya serta roknya yang pendek dan ketat menampilkan tubuhnya yang seksi dan mont*k. Dia istriku. Tapi, apa apaan dia!
'Viona!' Mataku membelalak saat melihatnya bersama Nicholas. Dan yang terpenting lagi. Mereka terlihat sangat mesra. Tangan Nicholas yang merangkul pinggang seksi Viona perlahan turun ke ****** dan secara pelan merem*s lembut benda empuk itu hingga membuat Viona mendesah malu.
"Sa-sayang, dia sedang melihat kita. Bukankah tadi kau sudah cukup puas?" Viona berkata malu namun wajahnya sudah memerah. Ini membuatku semakin marah. Urat urat didahiku timbul tidak perduli dengan darah yang bercucuran. Namun aku sadar, bahwa saat ini mulutku sedang dibungkam oleh lakban.
Viona bersembunyi dibelakang Nicholas seolah dia takut padaku. Namun sebaliknya, Nicholas malah tersenyum sinis terhadapku.
"Huh, apa yang kau takutkan? Dia sudah tidak bisa apa apa lagi sekarang. Lagian, bukankah sebentar lagi dia akan mati?"
Mataku semakin membelalak. Nicholas mendekatiku dan sampai kehadapan ku. Saat itu, tanpa aba aba dia langsung menendangku hingga aku tersungkur dilantai.
"Si brensek ini. Bisa juga dia bertahan dari obat itu. Memang, si penguasa Asia tidak bisa diremehkan begitu saja. Tapi sayang sekali yah...." Nicholas tertawa getir. Lalu dia meraih daguku dan mengangkatnya.
"Plak" Dia menamparku dengan keras hingga aku tidak tahu mana letak daratan dan langit. Semuanya berputar.
"Lihatlah ini, si berensek ini mengotori tanganku dengan darahnya yang kotor." Nicholas mengelap tangannya ke lantai dengan jijik.
"Sa-sayang, kau baik baik saja?" Sementara Viona datang dengan cepat membersihkan tangan itu. Dia berbicara dengan suara pelan.
"Bukankah sudah kuberi tahu? Biarkan anak buahmu saja yang mengurusnya."
"Tidak perlu Viona. Biar aku saja yang mengurus pria ini. Dia membuatku muak dengan sikap dinginnya selama ini. Lihatlah dia sekarang. Bagaimana keadaannya sekarang yang bahkan lebih rendah dari pada sampah." Nicholas tak berhenti menginjakku dengan sekuat tenaga hingga akupun sendiri lemas tak bisa bergerak. Dia kembali meraih kepalaku dengan genggamannya. Lalu mengangkatku, tanpa ragu dia bahkan meludahiku dengan begitu percaya dirinya.
"Bukankah ini menyenangkan?" Dia menyeringai. Lalu melepas lakban dimulutku dengan kasar.
"Nicholas! Mengapa kau melakukan ini!" Aku berteriak keras. Meluapkan kemarahanku dalam satu kalimat dan tatapan yang tajam. Namun dia malah tertawa melihatku seperti itu. Sejak kapan dia meremehkan ku begini? Dan bagaimana bisa dia menyentuh istriku sesukanya.
"Apa yang kau lakukan dengan istriku!"
"Diam!"
"Bhuak" Nicholas kembali meninjuku dengan penuh emosi. Sampai sampai aku merasa tulang leherku seperti berputar. Aku memuntahkan apa yang ada dimulutku meskipun itu kosong. Napasku sesak, hingga sulit untuk menarik napas. Rasanya aku mau mati saja. Tidak ada kekuatan, mungkin ini dikarenakan obat yang dikatakan Nicholas tadi.
"Kau tau? Butuh banyak sekali perjuangan hingga aku bisa membuatmu seperti ini. Aku bahkan harus kelelahan mencari obat ini." Nicholas menunjukan sebuah botol kecil. Bertuliskan Farmasi J yang tertempel di botol itu.
Tunggu! Farmasi J? Seketika aku menyadari satu hal lagi.
"Ni-nicholas? Ka-kau bersekongkol dengan Yusman?"
Yusman adalah musuh bebuyutan ku yang selama ini ingin kukalahkan.
"Hahaha..... Alfin Kenjiang, meskipun kau saat ini dalam keadaan begitu menyedihkan. Ternyata otakmu masih bekerja dengan baik. Memangnya kenapa jika aku bekerja sama dengan Yusman. Menurutku ini sepadan. Lagi pula, bukan hanya aku yang berperan penting dalam rencana ini. Tapi.... Istri kesayanganmu juga ikut membantuku." Nicholas berdiri, merangkul pinggul Viona. Saat ini Viona memberikan senyuman bangga. Dan juga terdapat ekspresi tersipu diwajahnya.
"Vi-viona? Mengapa kau melakukan ini padaku? Apakah aku pernah berbuat salah padamu?"
Viona langsung menunjukan kejijikan dibibirnya. Dia pun memainkan ujung rambutnya sendiri.
"Aku benar benar terpaksa menikahimu. Kau benar benar percaya diri dengan tampang yang kau punya. Kau tidak sadar pada dirimu sendiri betapa rendahnya kamu."
Aku menggertakan gigi dengan penuh kebencian. Terpaksa katamu? Padahal selama ini aku telah menolak banyak wanita yang bahkan memberikan nyawanya padaku. Kau bilang terpaksa? Aku seketika naik darah.
"Brens*k! Dasar kau wanita jal*ng! Padahal aku sudah percaya padamu selama ini! Mengapa kau melakukan hal padaku! Mengapa! Mengapa mengapa!" Ekspresi Viona berubah drastis. Dari wajah dingin entah kenapa terlihat wajah penyesalan. Tapi tiba tiba Nicholas mendekatkan wanita itu padanya. Aku yang sedang berteriak, malah ditendang kearah lautan. Aku pun terjatuh. Saat itu aku masih terbengong. Apakah aku akan mati. Lalu tiba tiba aku terrgantung. Aku bahkan berteriak kesakitan karena lenganku remuk. Ada sebuah rantai yang tersambung dalam ikatanku. Tanganku yang berada dibelakang seketika tertarik keatas. Itu rasanya sangat sakit sampai sampai aku tak bisa membayangkannya. Seperti rasanya tulang bahuku ingin sekali terputus.
Lalu wajah Nicholas terlihat diatas sana. Dia melambaikan tangannya dengan senyuman senang. Lalu meraih kepala Viona dan menciumnya. Mereka berciuman dengan mesra diatas sana. Sedangkan aku masih bergantung dengan menahan amarah. Lalu tiba tiba tubuhku terjatuh lagi. Ternyata ujung rantai itu terdapat bola besi yang sangat berat. Aku sampai jatuh kedalam laut dan tak bisa berenang keatas karena beban besi tersebut. Entah berapa dalam lautan itu. Aku merasa lautan ini sangat dalam hingga tidak ada dasarnya. Aku yang kehabisan napas perlahan menutup mataku. Semakin melemah bahkan aku tahu kalau saat ini aku tak bernapas lagi. Ini merupakan pengalaman terburuk yang pernah ada dalam hidupku. Aku tidak pernah mempercayai ini. Tapi mau bagaimana pun, semuanya adalah nyata. Kalau aku dibunuh oleh tangan kananku sendiri bahkan istriku pun membantunya.
Aku sangat kecewa. Jika saja aku masih punya kesempatan. Aku ingin membalas dendam pada mereka. Tapi yah, umurku saat ini sudah 40 tahun. Mungkin ini adalah akhir dari semuanya. Akhir dari kehidupanku yang panjang. Namun berisi pengalaman yang begitu padat. Terima kasih Tuhan, engkau telah memberikan pelajaran dalam kehidupan ini. Seandainya nanti ada kehidupan selanjutnya, aku ingin menjadi lebih baik.
Aku bersiap menutup mata. Namun tiba tiba ada tangan yang menarik kerahku. Setelah itu....
"Plak"
Terdengar suara tamparan yang keras. Pipiku langsung memanas dibagian kiri.
"Bajingan! Cepat bangun!"
Aku merasakan tendangan diperutku. Seperti sesuatu yang tajam menghantamnya.
"Gyuurrr"
"Hah....!! hah....!! hah.....!! Aku langsung terbangun dengan napas yang sesak. Badanku basah, tapi rasanya sangat dingin. Ternyata seseorang menyiramku dengan air es. Namun bukan itu yang kupikirkan, melainkan gambaran Nicholas membuangku ke dasar lautan masih terngiang dikepalaku. Apakah itu cuma mimpi? Tidak, itu bukan mimpi. Saat ini mungkin aku telah diselamatkan. Tapi bagaimana caranya? Seingatku besi itu sangat berat hingga mencapai beberapa ton. Bagaimana bisa ada yang menolongku di lautan sedalam itu. Dan juga, Ukh... badanku lemas sekali. Dimana ini? rasanya aku kenal tempat ini.
"Plak" Pipi kiriku sekali lagi menjadi perih.
"Bangs*t! Kau tidak memperhatikanku yah? Sudah berani kamu rupanya."
Suara itu? Aku mendongak, mataku membelalak melihat wajah orang yang menampar ku. Dia seorang wanita, tapi wanita ini....
Bagaimana bisa dia masih hidup? Seharusnya dia ini sudah mati kan? Apakah ini ilusi? Atau sekedar kilas balik kematian? Yang terpenting, mengapa setelah mati masih merasakan rasanya pipi perih setelah ditampar?
Namaku Alfin. Orang tuaku sudah berpisah sejak aku berumur lima tahun. kemudian ayahku menikah lagi. dan sekarang aku mempunyai adik perempuan dengan selisih enam tahun. namun orang tua kami meninggal karena kecelakaan disaat aku berumur 16 tahun. aku dan adikku pun menjadi yatim saat itu. Untungnya ada bibi dan paman yang senantiasa merawat kami. Hanya saja, adikku menderita penyakit Hemofilia berat yang mengakibatkan kehidupan kami jadi lebih sulit. Bibi kami memang sering marah marah tentang biaya rumah sakit adikku. Dan itu mempengaruhi mentalnya. Adikku selalu merasa bersalah dan berpikir karena adanya dia, kehidupan kami selalu susah.
Untuk memperbaiki keadaan, aku berusaha memberinya semangat. Mendorongnya agar tetap tersenyum setiap hari. Dan yang lebih penting lagi, aku pun pindah ke Surabaya untuk merantau. Mencari uang untuk biaya adikku. Aku ijin kepadanya dengan alasan pindah sekolah, tapi sebenarnya aku bekerja disana. Lulus SMP, umur 17 tahun aku mulai bekerja keras mencari uang.
Pada umur 20 tahun, batender bar ditempatku bekerja menawarkan sebuah pekerjaan yang tidak wajar. Yakni menikah dengan seorang wanita yang dua tahun lebih tua dariku. Katanya dia mencari pria yang bisu dan tuli. Mungkin terdengar aneh, namun gajinya sangat menggiurkan. Satu bulan bisa digaji 50 sampai 100 juta. Dengan memikirkan masalah hidup dan tanggung jawab, aku menerima pekerjaan itu. Meskipun harus berpura pura tuli atau bisu sekalipun.
Kukira aku akan menikah dengan wanita dibawah rata rata. Rupanya aku menikah seorang bidadari. Dia nampak sempurna, semua pria pasti menginginkannya. Namanya Clara, wanita 22 tahun yang bekerja sebagai pramugari pesawat. Ketika kami pertama kali bertemu, dia tidak banyak berbicara. Aku langsung di ajak ke keluarganya dan auto nikah dengannya. Masa kontrak selama satu tahun, tapi kisah kami hanya sampai 6 bulan saja. Saat itu, aku tidak pernah bahagia dengannya. Atau bisa dibilang lebih parah dari itu. Aku, sangat menderita bagaikan dineraka.
******
Aku ingat sekarang. Aku dulu pernah menikah dengan wanita kejam ini. Clara, wanita berparas cantik ini adalah seorang bos dari genster dikota ini. Aku dulu pernah bertanya tanya, mengapa aku bisa bisanya menikah dengan wanita sial ini. Dan sekarang aku ingat saat ini. Ini adalah salah satu kejadian dimasa lalu, dimana saat itu aku sudah tidak tahan lagi dengan sikapnya padaku. Aku diam diam menyelinap kekamarnya, lalu berusaha membiusnya agar dapat menidurinya. Tapi, apa yang aku dapatkan adalah sebaliknya. Dia bukan wanita bodoh seperti yang aku harapkan. Dia bahkan menyembunyikan alat penyengat listrik dibawah bantalnya sendiri. Hingga ketika aku hendak menyentuhnya, dia menggunakan sengatan listriknya untuk menjatuhkanku hingga aku pingsan tak berdaya.
Setelah ku ingat, ini mungkin sudah tiga hari aku pingsan. Pantas saja tubuhku begitu lemas, sepertinya kejadiannya sama seperti dulu. Aku dikunci dikamar ini selama tiga hari tanpa minum dan makan. Untung saja aku pingsan, kalau tidak, mungkin saja aku sudah mati kelaparan disini.
Aku memandangi Clara yang berdiri angkuh di depanku. Dia hanya memakai pakaian tidur berkain tipis, sangat memikat. Tapi aku tidak memandangnya dengan mesum. Wanita ini, selama dua puluh tahun berlalu, aku tahu wanita macam apa dia. Aku akui, dia sangat kejam. Selama periode waktu itu kami pernah bentrok tak terhitung jumlahnya bagaikan dua musuh yang tak bisa didamaikan lagi. Namun, pernah satu kali dimana dia membantuku. Itulah yang membuat kebencian ku berkurang padanya sekarang karena utang yang belum sempat ku bayarkan dikehudupan lalu. Mungkin di kehidupan ini aku akan membayarnya dengan lunas.
lagian, Clara bukankah musuh sebenarnya. Melainkan Viona Lee dan Nicholas Ren. Merekalah yang harus aku targetkan. Apa yang mereka perbuat padaku saat itu, aku akan mengembalikannya berkali kali lipat.
"Phak!" Sesuatu yang perih terasa di tubuhku. Ah, aku lupa satu hal saat ini. Aku masih berada ditangan wanita kejam ini. Dia bahkan memukulku dengan cambuk miliknya. Dia benar benar gila!
"Phak! Phak! Phak!" Beberapa cambuk mendarat di tubuhku. Bahkan ada yang mendarat diwajahku. Aku benar benar sangat lemas, kulitku sakit dan perih. Ini benar benar sangat keterlaluan.
"Alfin, kau benar benar berani sekarang yah. Apa yang kau lakukan tadi malam benar benar membuatku jijik padamu."
"Phak!" Dia memukulku sekali lagi. Aku meringis. Aku tidak bisa bergerak, itu karena saat ini aku tengah diikat disebuah kursi dengan mulut dilakban. Sialan, ini benar benar menyakitkan. Dalam hati aku berteriak mengatakan bahwa dia tidak masuk akal. Kita sudah menikah selama lima bulan dan aku tidak pernah sekali pun menyentuhmu. Itu wajar bagi seorang lelaki sejati sepertiku untuk memiliki nafsu ketika melihat wanita cantik berada sekamar denganku. Hanya lelaki tidak normal yang tahan dengan semua ujian itu.
Napasku tidak teratur karena rasa sakit. Lalu lemas karena lapar, dan juga aku haus karena tidak minum apapun. Ini benar benar menyakitkan.
Lalu tiba tiba Clara pergi. Dia mengambil sesuatu dari dalam laci. Dia mengeluarkan sebuah gunting yang cukup besar. Aku langsung berkeringat. Apa jangan jangan dia akan melakukan itu.
Wanita itu menatapku dengan tajam.
"Aku tau dari mana keberanian mu itu berasal. Pasti benda dibawah itu yang mendorongmu untuk melakukan hal itu. Kalau begitu, kita hancurkan saja benda itu!"
Aku menggelengkan kepala dengan kuat. Ingin berbicara namun tidak bisa. Aku meronta, gunting itu tak boleh menyentuh masa depanku. Aku tau wanita ini, dia tidak pernah bercanda. Semua yang dilakukannya adalah nyata. Dan yang paling aku khawatirkan, dia sama sekali tak mau mendengarkan ku. Seseorang, tolong aku. Aku tak mau seperti ini setelah menjalani kilas balik kematian. Aku tak mau, tuhan, apakah ini hukuman bagiku atas apa yang kulakukan selama ini? Kau benar benar kejam, tuhan. Sungguh, kau benar benar tidak kasihan padaku. Aku mohon, seseorang, tolong aku!
Gunting Clara perlahan mendekati selangkanganku. Aku berusaha mundur, namun yang ada aku malah terjatuh karena kursinya yang kehilangan keseimbangan. Ketika Clara hendak membuka resleting celanaku, tiba tiba terdengar suara bel berbunyi.
Clara terhenti. Dia keluar melihat siapa yang datang. Untuk beberapa saat, dalam keadaan terjatuh, aku menghela napas. Untungnya tuhan masih mengasihaniku. Jika tidak, maka kilas kematian ini benar benar akan menjadi trauma ku yang kedua. Aku tidak begitu ingat siapa yang datang. Tapi, Clara tidak pernah mengabaikan tamu yang datang dirumahnya. Makanya dia segera melihat Tamu tersebut.
Aku berusaha bangkit, namun ternyata masih tidak bisa. Yang paling susah adalah kedua tanganku dibelakang yang diikat bersama kursi. Ini benar benar sangat menyusahkan.
Tiba tiba pintu kembali terbuka. Clara datang dengan wajah muram. Dia langsung melepaskan ku. Membuka ikatanku.
"Kali ini kau lolos, jika kau berulah lagi. Aku tidak segan membunuhmu."
Aku diam tidak mengatakan apa apa sembari menatapnya.
"Plak" dia langsung menamparku dengan tatapan tajam.
"Kau masih berani menatapku seperti itu? Lihat saja nanti, aku akan membutakan matamu juga." Dia segera berdiri, sementara aku masih masih tidak bergerak. Setelah dia pergi, aku masih menatap kepergiannya. Di masa lalu, aku melarikan diri dari wanita ini. Lalu aku masuk secara paksa ke militer. Setelah itu kembali berhadapan dengannya. Mungkin dimasa lalu aku agak sulit untuk mengalahkannya. Tapi tidak untuk saat ini, aku akan mempermainkan wanita ini. Dia beberapa kali ingin memotong bat*ngku dimasa lalu. Kali ini aku tidak akan membiarkannya.
Tiba tiba Clara masuk ke kamar lagi. Hal itu membuatku terkejut.
"Cepatlah mandi dan datang keruang makan. hari ini ibu datang." Setelah nada dinginnya, dia pun turun ke lantai bawah.
Aku berdiri perlahan. Ibunya? Oh aku ingat. Clara hanya tinggal berdua dengan ibunya, Mawar. Ayahnya saat ini tinggal di kota Jakarta dengan kekuasaan yang dimilikinya. Makanya putrinya juga mempunyai kekuatan disini. Yah, masa bodohlah. Yang harus kulakukan kali ini bukanlah melarikan diri lagi seperti di masa lalu. Tapi aku harus menghadapinya .
Aku menuju ke kamar mandi. Membuka baju, celana, lalu menyalahkan shower. Tubuhku bergidik saat air air menyentuh tubuhku. Goresan goresan yang diakibatkan oleh cambukan membuatku tidak tenang untuk mandi. Tapi aku harus tetap mandi, aku ingin merubah penampilanku dimasa lalu agar menjadi lebih baik. Aku berbalik pada cermin. Saat ini wajahku masih polos, tidak ada bekas luka apapun. Tubuhku masih kurus tanpa adanya otot. Sepertinya aku masih membutuhkan waktu untuk melatih tubuh ini. Percuma bagiku memiliki pengalaman yang kaya jika tidak diikuti dengan penyesuaian tubuh. Sepertinya mulai hari ini jadwalku akan berbeda dimasa lalu.
Setelah mandi, aku membuka lemari. Mengambil pakaian, lalu aku melihat sebuah ponsel dimeja. Aku mengambil ponsel itu. Oh, rasanya sudah lama. Ini adalah ponsel pertamaku dari jerih payah pekerjaanku. Aku pun melihat tanggal waktu.
25 February 2022. Tepat sekali, ini adalah jangka waktu 20 tahun dari hari dimana kematianku. Saat itu aku masih mengingat, ketika aku dibuang Nicholas pada tanggal 25 February 2042. Ponsel ini juga sangat berperan penting dalam penyamaran yang kulakukan saat ini.
Aku turun kebawah setelah semuanya selesai. Dimeja makan, sudah ada dua wanita yang duduk makan. Satunya adalah Clara, dan satunya lagi adalah ibunya. Clara seperti gadis 20 an namun ia kelihatan sangat dewasa. Sementara ibunya, dia terlihat seperti wanita 30 an meskipun umurnya saat ini kira kira sudah 40 an. Dia terlihat sangat muda. Kulitnya putih seperti susu. Ibunya Clara sangat pandai menjaga keawetan tubuhnya. Mungkin ini disebabkan karena dia tidak mempunyai suami selama bertahun tahun.
Aku duduk disamping Clara. Tidak mengatakan apapun melainkan mengambil makanan diatas meja karena memang sudah sangat lapar. Ibu Clara mengetik disebuah ponsel dan memberikannya kepadaku.
Didalam ponsel itu terlihat beberapa teks yang bertuliskan:
"Kau terlihat pucat, apa kau baik baik saja?"
Setelah melihat pesan itu aku tersenyum. Aku tidak menjawab karena saat ini masih sadar bahwa aku harus bersandiwara. Aku pun juga membuka ponselku lalu mengetikan beberapa kata.
"Tidak apa apa, aku hanya kelelahan."
Setelah itu, ibu mawar pun mengerti apa yang kumaksud. Dia pun tersenyum lalu mengetik lagi.
"Kalian terlihat sangat mesra, apakah Clara memperlakukanmu dengan baik?"
Aku mengangguk meskipun batin ini ingin mengatakan bahwa putrimu adalah wanita paling kejam didunia ini. Tapi aku harus menjaga sikap didepan ibunya dan yang terpenting adalah peran ku dimasa lalu tidak boleh di ubah, karena kalau tidak masa depan juga mungkin akan berubah dijalan yang tidak kuinginkan.
Aku pun juga mulai mengetik.
"Ya. Clara sangat baik, dia juga pengertian."
Ibu Clara menatapku dengan senang. Namun keningnya berkerut tiba tiba. Sepertinya dia melihat luka lebam di bahuku. Dia ingin membuka lengan baju tapi Clara tiba tiba berdehem.
"Cepatlah makan, aku dan Alfin akan pergi jalan jalan."
Ibunya pun terhenti. Dan menatap Clara dengan dingin. Hubungan keduanya memang tidak baik. Namun ibu dan anak ini masih memiliki rasa kasih sayang di hati mereka meski tidak diperlihatkan secara langsung.
Aku pun ikut makan tanpa mengatakan apapun. Setelah itu, kami pun berpamitan. Aku naik kedalam mobil BMW milik Clara. Dan ibunya juga naik ke mobil pribadinya juga.
Clara melirik kearah jendela mobil. Ibunya telah pergi. Mobilnya juga sudah tidak ada. Dia langsung menghentikan mobilnya. Lalu menatapku dengan dingin.
Aku tidak menyadari apa arti tatapannya. Aku masih bingung dan pikiranku masih menerawang beberapa kejadian dimasa lalu.
Lalu tiba tiba Clara menuju kearahku. Dia mendekatiku. Aku kaget. Tapi ternyata dia malah membukakan pintu untukku. Ku kira dia mau berbaik hati. Rupanya terbalik, setelah itu dia menendangku keluar tanpa rasa kasihan. Lalu menginjak gas dengan keras dan mobilnya pun melaju pergi. Sementara aku sendiri masih tersungkur dijalan dalam keadaan memalukan. Aku menggertakan gigi. Berusaha bangun, melihat mobil Clara yang perlahan menghilang di pandangan mata. Setelah itu pun aku berjalan, tidak tau aku harus kemana. Kemana dulu tempat pertama harus ku tuju.
Saat aku tengah berpikir, tiba tiba telponku berbunyi. Aku mengambil ponselku dan membukanya. Ternyata sudah pesan didalamnya.
"Alfin, datanglah ke ruanganku hari ini. Sudah tiga hari kau tidak bekerja. Apa kau ingin berhenti?"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!