Dor dor
Tembakan peringatan dilepaskan ke udara. Sepertinya tidak membuat semangat para pelaku pencurian di rumah salah satu warga menghentikan langkahnya menghindari polisi.
"Bapak Rinto berhenti!" Teriak tegas peringatan dari polisi tidak menyurutkan semangat Rinto terus melajukan langkahnya.
Dor
Tembakan mendarat mulus di kaki Rinto. Tanpa perlawanan Rinto dibawa polisi ke kantor.
Raka Dirga Pratama pemuda tampan yang baru saja lolos tes kepolisian di kotanya. Namun, tidak butuh waktu lama Raka sudah dilepaskan turun kelapangan. Raka termasuk salah satu anggota kepolisian termuda se angkatannya.
"Raka, sekarang kamu lanjutkan tugas penyelidikan terhadap kasus penipuan yang terlapor atas nama PT Mutiara Biru!" Perintah Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Rian Hendrawan.
"Saya tunggu berita baik secepatnya!" Lanjut tegas Komisaris Rian
"Siap, Ndan!" Melekatkan tangannya di samping keningnya tertanda penghormatan terhadap sesama anggota, terutama komandannya.
"Saya ijin menyelidiki, permisi!" Dibalas anggukan Komisaris Rian. Raka berlalu menuju tempat yang akan ia selidiki. Ini kali pertamanya Raka diperintahkan untuk menyelidiki kasus antar dua perusahaan besar. PT Mutiara Biru adalah perusahaan milik Wibowo. Sedangkan yang melaporkan nya direktur perusahaan PT Cahaya Purnama perusahaan yang sedang melangsungkan kerja sama dengan Wibowo. Kerjasama yang awalnya baik-baik saja berakhir dengan kisruh yang akan diakhiri di meja hukum.
Raka dengan cerdiknya menyamar menjadi OB di kantor pusat PT Mutiara Biru. Tanpa ada yang curiga Raka dibiarkan lolos masuk kedalam perusahaan Wibowo dengan mudah.
Hari pertama, Raka menyamar jadi seorang OB. Polisi muda itu begitu pandai bermain dalam melaksanakan tugas. la begitu lihai sampai tiada satu pun orang kantor yang curiga.
Flashback
Raka mengubah penampilannya menjadi sedikit berubah, walaupun begitu ketampanannya masih terlihat bersinar dari luar. Namun, Raka tidak lagi menggunakan fasilitas polisi yang masih ia pegang, tetapi merubah dirinya seperti orang miskin berangkat naik angkot dan menggunakan baju hasil pinjamannya. Polisi muda itu meminjam baju anak pembantunya yang terlihat sedikit lusuh.
"Ki, pinjam baju ya untuk hari ini dan hari-hari berikutnya. Gua janji lo boleh makai baju gua yang ada di lemari. Bebas benaran!" Kiki yang masih bingung dengan sikap Raka tidak terlalu menghiraukan. Yang penting dipikirannya ia bisa berpenampilan keren.
"Deal!" Sambar tangan Raka dengan semangat.
Mereka berdua menyepakati bertukar dunia untuk beberapa hari. Toh itu juga untuk keperluan kerjaan Raka. Raka masuk kekantor menggunakan identitas Kiki. Ia sedikit merombak foto yang ada di KTP Kiki. Demi melaksanakan tugas Raka tidak mempermasalahkan mengeluarkan sedikit modal.
Flashback berakhir
Dengan intens penuh kehati-hatian Raka memperhatikan gerak-gerik Wibowo. Pekerjaan yang dilakukan Wibowo tidak lepas dari pantauan mata Raka.
Brukk
Kebisingan terjadi ketika ada seseorang cewe tidak lain adalah Dara yang tiba-tiba mengejutkan Raka. Dengan hati-hati Raka membuat seolah-olah ia sedang bekerja membersihkan kaca di depan ruang Wibowo.
"Auhh sakit..." Suara lirih keluar dari perempuan cantik itu. Memegang tangan kanan yang terasa keram yang baru saja bertabrakan dengan Raka yang ingin balik arah meninggalkan ruang Wibowo.
"Maaf non!" Dengan sigapnya Raka berlutut di depan Dara seperti oppa-oppa Korea. Mencoba membantu Dara berdiri.
"Jalan pake mata bisa!" Bentak Dara berdiri sendiri tanpa menghiraukan bantuan tangan dari Raka.
Raka terdiam, dia juga tau itu Dara putri satu-satunya Wibowo targetnya. Dengan lihainya Dara menghempas kan rambutnya meninggalkan Raka yang masih bingung dengan cewe songong di depannya.
"Papa!" Dengan manjanya Dara memeluk Wibowo dari belakang.
Beberapa menit waktu mereka habiskan untuk berbincang hal tidak penting yang harus didengar Raka
Semua gerak-gerik mereka tidak lepas dari pantauan mata Raka. Beberapa saat Raka yang mulai melihat Dara yang akan beranjak pergi dari ruangan Wibowo. Tidak tunggu diam, Raka yang takut ketahuan langsung melangkah meninggalkan ruangan tersebut.
Dara berlalu melangkahkan kakinya menuju luar kantor, setiap langkahnya tak lepas dari perhatian Raka. Sehingga, sosok Dara pun menghilang dari jangkauan mata Raka.
"Menarik," batin Raka. Terlihat senyum tipis sekilas mewarnai wajah tampannya.
Next ya kakak say😘😘
Ayo siapa yang pelit jempol😁jangan lupa ya kakak tinggalkan jejaknya🙏🙏
#salam hangat author pemula 🙏
#Desi_hw12
Beberapa saat, setelah pulang bekerja dikantor Wibowo Raka duduk merenung dibawah pohon rindang dibelakang rumahnya tepatnya istananya. Raka anak dari seorang mantan Komisaris Jenderal TNI yang bernama Komisaris Reno Wardian.
Reno papanya Raka menghembus napas terakhirnya ketika menjalankan tugas. Reno kehabisan banyak darahketika terjadinya perang antar Rw di suara Desa di daerah Jakarta. Reno yang saat itu bertugas melerai dan mencari jalan keluar permasalahan mereka, akhirnya Reno mengikhlaskan tubuhnya terkena sabitan benda tajam yang digunakan mereka untuk tauran.
Raka kehilangan papanya saat berumur 15 tahun tepat 5 tahun yang lalu. Dengan tekad untuk meneruskan perjuangan papanya, Raka mengikuti jejak papanya hingga tujuan utamanya dapat tercapai menjadi seorang panglima tertinggi Kapolri. Sekurang-kurangnya menjadi Komisaris seperti papanya.
Saat ini Raka hanya tinggal bersama mamanya dan keluarga pembantunya. Raka yang ingin rumah nya ramai mengijinkan Pak Jarwo dan ibu saidah bersama kedua anaknya tinggal dirumahnya.
Raka juga membiayai anak pembantunya itu untuk melanjutkan sekolahnya sampai perguruan tinggi. Walaupun gaji Raka sebagai anggota polisi tak cukup besar, ia memiliki penghasilan dari perusahaan papanya yang dilanjutkannya.
Selain sebagai polisi, Raka juga termasuk direktur muda pemilik salah satu mol terbesar di kota tempat tinggalnya .
Raka hidup dipenuhi kemewahan, hingga ia tak lupa pula menyumbangkan sebagian penghasilannya untuk panti asuhan yang dikelola oleh mamanya sendiri Rifkana.
Beda hal dengan Rifkana, yang menghabiskan waktunya dipanti asuhan. Semenjak suaminya meninggalkan Rifkana lebih sering di panti dari pada dirumahnya sendiri.
Raka yang menghabiskan waktunya melamun akhirnyanya menemui jalan keluar supaya ia bisa menyelesaikan misinya dengan cepet. Raka tersenyum puas sembari menatap langit dan pepohonan hijau di hadapannya.
Ruang Kerja Wibowo
"Permisi pak!" Raka memasuki ruangan Wibowo dengan santai nya. Ia yang sudah yakin dengan kali ini rencana nya pasti berhasil sesuai pemikirannya.
"Iya, silakan duduk!" Dengan rendah hatinya Wibowo mempersilakan Raka duduk.
"Kamu ada keperluan apa sama saya?" Lanjut Wibowo, yang juga penasaran dengan kedatangan Raka tiba-tiba. Eh Kiki lah ya kan Raka memakai identitas Kiki.
"Gini Pak, barusan saya bertemu seseorang di depan."
"Katanya, ia ingin bertemu Bapak, katanya penting!" Lanjut Raka hati hati takut Wibowo curiga dengan lagaknya.
"Kenapa ngak disuruh masuk?" Bentak Wibowo penuh kemarahan. Bagaimana bisa dia bos diperintahkan oleh seorang OB rendahan.
"Maaf Pak, namanya ibu Sarah apa bapak kenal?" Lanjut Raka menundukkan kepala nya sopan. Ia menyebut kelemahan Wibowo kunci atas nama Sarah. Sarah adalah pacar gelap Wibowo. Tidak ada satu pun yang tau tentang hubungannya dengan Sarah. Wibowo menjalani hubungan haram sesaat ia masih punya istri sampai sekarang ia masih berhubungan dengan Sarah. Dara putrinya pun belum mengetahui tentang Sarah.
"Sarah?" Satu nama membuat tubuh Wibowo terdiam kaku, tanpa aba-aba ia langsung beranjak keluar dari ruangan itu.
Raka, yang senang rencananya berhasil menggunakan kunci yang benar, untuk Wibowo langsung memperhatikan kondisi sekitar. Beberapa saat setelah memastikan kondisi aman, karena sekarang saatnya makan siang tidak ada satu pun karyawan yang melewati ruang Wibowo. Dengan sigap nya Raka mengobrak-abrik tumpukan dokumen yang berada di setiap sisi ruangan itu. Cukup lama Raka bermain-main dengan setumpuk dokumen. Akhirnya perjuangannya tak sia-sia. Ia mendapat satu dokumen yang dapat dijadikan barang bukti yang bersalah adalah perusahaan Wibowo. Senyum puas Raka pun terpancar, matanya berbinar-binar sembari membuka satu-persatu dokumen tersebut.
Bruk!
Lagi-lagi Raka dikejutkan dengan makhluk aneh yang bernama Dara. Dengan hati-hatinya Raka mambalikan tubuhnya tanpa memegang apapun. Jelas saja Raka menitipkan dokumen nya di lekukan tubuhnya.
Dara yang juga kaget, dengan keberadaan Raka langsung mendekat dan memperhatikan lekukan tubuh Raka dari ujung kaki hingga ujung rambut.
Mata mereka beberapa saat bertemu, tak ada sedikit suara pun yang adanya hembusan napas mereka. Raka yang masih panik ketauan bisa saja sebentar lagi Wibowo kembali dengan amukan. Raka mencoba meminta maaf dan berlalu meninggalkan Dara yang masih terdiam dengan hadiah terakhir Raka sebelum pergi yaitu sebuah kecupan mulus mendarat di keningnya.
"Aihh. Jijik!" Mengusap halus keningnya yang masih terasa panas. Bukan hanya keningnya yang panas, hatinya pun juga terasa sedikit gerah.
Next kakak say 😘😘
Jangan lupa jejaknya ya kk 🙏
#author: desi_hw12
Mata mereka beberapa saat bertemu, tak ada sedikit suara pun yang ada nya hembusan napas mereka. Raka yang masih panik ketauan bisa saja sebentar lagi Wibowo kembali dengan amukan. Raka mencoba meminta maaf dan berlalu meninggalkan Dara yang masih terdiam dengan hadiah terakhir Raka sebelum pergi yaitu sebuah kecupan mulus mendarat di keningnya.
"Aihh. Jijik!" Dara mengusap halus keningnya yang masih terasa panas. Bukan hanya keningnya yang panas, hatinya pun juga terasa sedikit gerah.
"Dara!"Panggilan Wibowo memecah lamunan Dara. Dara menghempaskan tubuhnya ke pelukan Wibowo.
"Papa, hiks hisk Pa..." Dara menangis dipelukan papanya. Ia menceritakan segala hal yang ia lihat barusan dari karyawan papanya itu.
Dara menceritakan bahwa ia cukup sering melihat Raka mengintip Wibowo yang sedang sibuk dengan pekerjaan nya. Wibowo yang semakin curiga dengan karyawan nya yang satu itu langsung menelpon sekretarisnya.
"Ani, sekarang kamu cari tahu soal karyawan baru yang bernama Kiki!"
"Saya tunggu siang ini juga!" Perintah tegas Wibowo belum sempat ani sekertarisnya membalas sambungan telepon sudah terputus.
"Papa!" Dara masih terlihat sayu , ia sebelumnya sudah biasa cipika-cipiki sama lawan jenis nya, inilah pertama kali ia merasa aneh dengan perasaannya. Entah ini perasaan yang kwatir keadaan papanya, Entah ini perasaan.
"Pa, Dara pergi duluanya. Soal nya dara ada mata kuliah siang ini!" Pamit Dara menyalami papanya dibalas anggukan Wibowo, Dara berlalu meninggalkan ruangan Wibowo.
Kantor Polisi..
"Siang ndan!" Tidak tunggu lama Raka memberikan laporan hasil penyelidikan terhadap PT Mutiara Biru. Sebuah map cukup membuktikan perbuatan curang dari PT Mutiara Biru.
"Laporan diterima, saya tidak sia sia melepaskan mu kelapangan." Komisaris menepuk nepuk bangga bahu Raka.
"Sekarang kamu boleh kembali.Tunggu misi selanjutnya!" Dengan senyum bangganya Raka kembali pulang membawa kabar gembira kepada mamanya. Ia berharap ini awal dari keberhasilannya.
"Mama, Ma?" Raka celingak celinguk menelusuri setiap sisi gedung mewahnya itu. Tak terlihat tanda tanda kehadiran mamanya.
"Ki, liat Mama ngak?" Tanya dengan gaya stayle gagahnya menaikan satu alis menatap Kiki yang asik main PS diruang tamu. Biasalah Kiki bertingkah seperti anak yang punya rumah saja.
"Oh bu Rifkana barusan pamit Kak. Katanya mau kesebelah!" Kiki menunjuk tangan ya kearah panti yang tepat berada disebelah rumahnya.
"Thanks!" Raka mencium tangan Kiki berlarian meninggalkan Kiki yang melanjutkan main PS nya .
Kiki tak heran dengan kelakuan Raka yang kebiasaan mencium tiba tiba tidak hanya tangan, jidat Kiki pun pernah di tempelin mulut manisnya Raka.
Entah sejak kapan Raka berulah sekonyol itu, sampai ia ngak memandang orang main nyosor aja.
"Mama!" Raka jatuh dipelukan Rifkana.
"Apa sih, Ka? Sesak Mama nih!" Mencoba melepaskan pelukan erat Raka.
"Anak Mama udah besarkan? Jangan seperti anak kecil gini!" Menatap tajam Raka.
"Ihh Mama, aku masih kecil..." Manja Raka menggoda mamanya itu.
"Udah deh jangan mulai, kamu mau apa kesini? Mama mau lanjut lihat kebutuhan anak anak mama yang masih kurang nih!" Mengambil kembali dokumen yang jatuh ulah Raka tadi yang memeluk tiba-tiba.
"Ahh, Mama kebiasaan. Raka, kan juga anak Mama! Raka mau diurusin juga, Ma!" Rengek Raka melepaskan pelan tangannya.
"Raka bahagia ma!"
"Raka berhasil menjalankan tugas pertama, Raka senang. Bentar lagi Raka bisa menjadi papa Ma." Panjang kali lebar Raka menceritakan isi hatinya sama Rifkana.
"Selamat ya sayang!" Rifkana mencium kening Raka. Terlihat jelas kebiasaan Raka menyosor turunan dari mamanya. Wkwk😅
Lelah Raka mengeluarkan unek-unek bahagia dalam hatinya. Hingga ia cape sendiri habis ngoceh panjang kali lebar akhirnya menyerah dan pamit pulang meninggalkan Rifkana yang masih sibuk memperhatikan anak anak yatim piatunya.
"Ternyata hasil yang didapat dari usaha sendiri, bahagia nya beda ya? Huff." Tarik napas lega Raka menghempas kan tubuhnya di kasur mengadap jendela. Mata Raka menerobos jendela entah kemana arahnya.
Akhirnyanya Raka berlalu ke alam mimpi.
"Itu Dara kan? Kenapa ada Dara dimimpi aku sih?" Raka ngomong ngelantur memegang tangan Rifkana, yang sedang berdiri di hadapannya.
Pagi hari..
"Permisi Pak! Ini hasilnya Pak!" Ana menyodorkan sebuah map putih ke meja Wibowo. Jelas Wibowo tidak sabar mengetahui hasilnya.
Dengan tergesa-gesa Wibowo membaca lembar demi lembaran dokumen yang berada di hadapannya itu.
Next kk say😊😊
Jejak kakak jangan lupa ya 🙏🙏vote dan dukungan nya jangan lupa 👍👍
#author: Desi_ hw12
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!