NovelToon NovelToon

Aku Balas Pengkhianatanmu, Mas!

Bab 1-Dikhianati

Bab 1- Dikhianati Orang Tersayang.

"Zora ... kamu nggak ada duanya, kamu selalu bisa memuaskanku. Karena inilah aku semakin tergila-gila sama kamu."

DEG!!!

Jantung Nana seperti berhenti berdetak, tatkala mendengar suami tercinta menyebut nama sahabatnya. Wanita dengan berat badan 105 kg dan tinggi badan 160 cm ini mematung di depan pintu kamar yang memang tidak tertutup rapat.

"Apa yang sedang mereka lakukan di dalam kamar?" gumam Nana penuh tanda tanya.

Pikiran Nana menjadi kacau. Nana menduga kalau Zora dan Jordy bermain di belakngnya, hingga ia memutuskan menguping percakapan Jordy dan Zora.

"Jadi, kamu lebih tergila-gila sama aku atau sama Nana istrimu itu?"

Sahutan Zora terdengar lirih dan manja membuat darah di dalam tubuh Nana mendidih seketika.

"Udah berapa kali aku bilang, kalau kita berduaan seperti ini, jangan sekalipun sebut nama perempuan gendut itu, dia nggak ada apa-apanya dibandingkan sama kamu."

Sahut Jordy dibarengi desa han yang terdengar menyayat hati Nana. Sebagai seorang istri, tentu Nana tahu kalau suaminya hampir mencapai puncak kenikmatan. Namun, hati Nana tersayat karena kenyataannya sang suami melakukan hubungan itu bersama wanita lain.

Zora terkekeh. "Tapi, Nana si gendut itu istrimu, meskipun sedang hamil muda, Nana pasti bisa memuaskanmu seperti ini," sahut Zora lagi.

"Si gendut itu payah! Sudahlah, berhenti bicara omong kosong. Kita nikmati saja hari ini karena besok aku sudah kembali ke rumah, jadi kita nggak bisa leluasa berduaan seperti ini. Ah ... rasanya aku nggak mau jauh darimu, sayang...."

"Makanya jangan buat aku menunggu terlalu lama, cepat nikahi aku ... aku bosan jadi selingkuhnmu." Zora semakin menuntut janji Jordy yang akan menikhinya.

"Tunggu sebentar lagi, aku nggak bisa menceraikan Nana sekarang, apa kata orang kalau aku menceraikan Nana dalam keadaan hamil muda?"

"Tapi, kamu janji nikahin aku, 'kan?"

"Janji... setelah si gendut itu melahirkan, aku pasti menceraikannya dan menikahi kamu...."

Percakapan itu digantikan suara ******* yang keluar dari mulut Jordy dan Zora. Para pezin* itu saling memuji satu sama lain seperti merekalah orang paling bahagia di muka bumi, namun justru terdengar sangat menjijikan di telinga Nana yang tiba-tiba merasa mual seperti ingin memuntahkan semua isi di dalam perutnya. Nana tidak menyangka kalau dua orang yang sangat ia cintai itu tega mengkhianatinya. Bahkan, tidak sungkan mengejek fisiknya.

Cukup sudah, kesabaran Nana sudah habis. Akhirnya Nana mendorong pintu kamar sampai terbuka lebar.

Brak!

"Apa ini, Mas? Tega kalian bermain gila di belakangku?"

Nana histeris melihat sang suami Jordy dan Zora saling timpah tindih di atas tempat tidur, mereka dalam keadaan polos tanpa busana.

Kehadiran Nana yang datang tiba-tiba mengejutkan Jordy dan Zora. Sontak, Jordy menjauhi Zora kemudian turun dari tempat tidur, Zora pun langsung meraih selimut guna menutupi tubuhnya.

"Kenapa kau ada di sini?"

Jordy marah karena kehadiran Nana mengganggu aktifitas panasnya dengan Zora, dengan mata merah, ia memungut satu persatu pakaian yang tercecer di lantai lalu dengan santainya memakai celana di depan Nana.

"Kalian berdua menjijikan, Mas!" teriak Nana penuh emosi, air matanya sudah membasahi pipinya yang chuby.

"Kau yang menjijikan, kau sudah berani membantah perintahku! Bukankah aku sudah bilang jangan datang ke sini ... tapi lihatlah kau datang diam-diam tanpa ijinku!" bentakkan Jordy membuat Nana terperanjat, sebab baru sekarang Jordy membentaknya bahkan suaranya memenuhi kamar.

"Jadi, ini alasanmu melarangku datang ke sini, Mas? Kamu bilang Villa ini sedang direnovasi, kamu bilang kamu di sini mau memantau para pekerja, tapi ternyata kamu berusaha menutupi hubungan gelap kalian? Kenapa kamu tega melakukan ini padaku? Kamu lupa aku sedang mengandung anakmu? Kenapa kamu selingkuh dengan perempuan murahan dan tidak tahu malu ini?"

Nana tidak menyangka pria yang sudah menikahinya selama 8 tahun ini tega menghancurkan hidupnya.

"Tutup mulutmu perempuan gendut! Kau yang murahan datang mengganggu kesenangan kami di sini. Asal kau tau Zora lebih baik dan lebih segalanya terutama dalam hal memuaskan aku di atas ranjang, jadi jangan bawa-bawa kehamilanmu yang tidak berpengaruh apapun untukku!" ucap Jordy semakin marah.

"Bukankah selama ini kamu nggak pernah memersalahkan aku yang gendut? Dan anak ini, kita udah lama menanti kehadirannya, Mas! Kenapa sekarang kamu bicara seperti itu?"

Nana meraba perutnya yang masih datar, wanita berdaster biru yang wajahnya hampir dipenuhi bintik-bintik menyerupai jerwat ini hanya bisa menangis dan menahan sesak di dada. Nana berharap janin di dalam perutnya bisa memberinya kekuatan menghadapi pengkhianatan ini.

Jordy terdiam menatap Nana. Tapi, tidak mencoba membujuk atau minta maaf pada istri gendutnya itu.

"Aku sudah berkorban untukmu, aku bahkan memilih memutuskan semua hubungan dengan anggota keluargaku. Tapi, kenapa ini yang aku dapatkan? Kenapa ini balasan yang kamu berikan? Apa kamu lupa bagaimana perjuangan kita mendapatkan restu yang bahkan sampai sekarang belum kita kantongi? Apa kamu lupa bagaimana perjuangan kita mendapatkan anak yang aku kandung ini, Mas?"

Nana sekilas memejamkan mata ia tidak sanggup melihat lipstik merah hampir memenuhi leher dan dada bidang suaminya.

"Salahmu sendiri! Selama ini aku nggak pernah menyuruhmu meninggalkan keluargamu! Kau saja yang naif dan bodoh, aku nggak perduli dengan restu keluargamu itu, aku sudah muak dengan wanita gendut sepertimu!" Jordy tetap bersikeras menyalahkan Nana.

"Gendut! Gendut! Gendut! Aku gendut demi anak ini juga! Anakmu! Anak kita!"

Nana tidak terima fisiknya diejek suaminya sendiri. Apalagi, Jordy dan Zoea pun tahu kalau selama ini ia memang mengikuti program hamil yang meningkatkan hormon sampai tubuhnya semakin subur.

Jordy berdecih. "Aku udah nggak mau anak darimu! Hanya Zora yang pantas mengandung anakku!" Jordy menunjuk Zora, wanita cantik itu sudah duduk di atas ranjang yang menjadi saksi kegiatan panas mereka.

Zora hanya diam mendengarkan pertengkaran antara suami istri itu. Ia tidak membantah ataupun membela dirinya sendiri, yang ada sekarang Zora lega sebab tidak perlu kucing-kucingan bermian api dengan suami sahabatnya itu.

Kedua tangan Nana mengepal melihat Zora tersenyum mengejeknya, ia baru sadar selama ini kenapa Zora sering mengirimkan makanan manis, berlemak bahkan mengandung karbohidrat tinggi untuknua. Semua dilakukan Zora hanya untuk membuat tubuh Nana gendut seperti sekarang.

"Dasar perempuan murahan! Sahabat nggak tahu diri! Kau sengaja buat aku gendut, 'kan?"

Nana mendekati tempat tidur dan langsung menarik rambut panjang Zora.

"Apa tidak ada laki-laki lain yang bisa kau goda selain suamiku?" pekiknya menahan sakit hati.

"Lepas! Lepaskan aku, Nana!" teriak zora kesakitan, ia mencoba melepaskan rambutnya dari genggaman Nana. Tapi, berat badan Nana yang hampir 2x lipat lebih besar darinya membuat wanita cantik ini kewalahan melawan Nana.

Jordy tidak terima dan mendekati Nana.

"Lepaskan dia atau kau akan menyesal!"

Jordy memukul lengan Nana, ia tidak segan-segan untuk membela wanita simpanannya.

"Kamu bela perempuan ini?" Nana menatap Jordy kecewa.

"Iya, aku lebih memilih Zora daripada dirimu, jadi cepat lepaskan calon istriku!" sentak Jordy, ia menegaskan posisi Zora di depan istri sahnya sendiri.

Bab 2- Dua Orang Tidak Tahu Malu

Bab 2- Dua Orang Tidak Tahu Malu

"Kamu keterlaluan! Kamu gila, Mas!!"

Nana semakin emosi, ia tidak mengenali suami tercinta yang selama ini selalu setia padanya. Perempuan mana yang sanggup mendengar pernyataan suami yang ingin menikahi wanita lain yang notabennya adalah sahabatnya sendiri?

Emosi Nana semakin meledak ketika melihat beberapa bercak merah di tubuh Zora yang diyakini sebagai hasil perbuatan suaminya.

"Akkkhhhh ternyata kau seorang ja*ang! Sahabat berhati busuk!"

Nana melepaskan Zora sampai kepalanya terbentur sandaran tempat tidur.

"Sakit ... aku akan menuntutmu karena sudah melukaiku...." rintih Zora sambil mengelus kepala, ia sengaja meringis kesakitan berusaha menarik perhatian Jordy.

Jordy langsung memeluk Zora, ia tidak menghiraukan Nana yang masih berdiri di sampingnya.

"Tenanglah, sayang ... ada aku di sini." Jordy mencium kepala Zora.

Diam-diam di dalam dekapan Jordy, Zora tersenyum bangga karena berhasil merebut cinta Jordy. Ya, selama ini Zora memang sengaja membuat Nana gendut supaya Jordy bosan dan berpaling dari istrinya itu. Bisa dibilang selama ini Zora pura-pura baik untuk mencari cela agar bisa merayu dan menghancurkan rumah tangga Nana dan Jordy.

Mulai sekarang tidak masalah jika Nana mengecapnya sebagai wanita murah*n, yang penting baginya Nana dan Jordy akan berpisah. Lalu setelah itu, ia akan menjadi nyonya baru di rumah sahabatnya itu.

Menyaksikan perlakuan Jordy kepada Zora membut hati Nana seperti disayat sembilu, air mata pun tidak sanggup menggambarkan lukanya. Apa yang lebih menyakitkan dari semua ini? Suami menolak anak yang masih ada di dalam kandungan, kemudian didepan mata memeluk wanita lain dalam keadaan telanj*ng bulat.

Nana tidak tahu kenapa ia bisa mengalami semua ini. Nana harap ini mimpi buruk yang hanya singgah sementara, tapi air mata yang terasa dingin menyentuh pipi menyadarkan Nana kalau semua yang dilihat adalah kenyataan pahit yang mau tidak mau harus dihadapi. Nana semakin lemas dan tidak bertenaga untuk memisahkan Jordy dan Zora.

"Aku nggak terima, apa kalian pikir aku akan diam saja?" Ada keputus asaan di diri Nana, namun ia mencoba kuat dan melawan.

Jordy dan Zora sama-sama menoleh melihat Nana.

"Detik ini juga, tinggalkan villaku. Dan kamu, Mas...."

Nana menunjuk Jordy. "Keluar dari perusahaan dan rumahku, semua itu milikku dan kamu tidak pantas berada di dalamnya!"

Meskipun dunianya hancur, tapi Nana masih bisa berfikir jernih. Nana tidak mau hancur sendirian sementara suami dan pelakor menikmati harta miliknya. Semua aset yang mereka miliki berawal dari tabungan pribadi Nana sebelum menikah. Sementara Jordy hanyalah seorang pengangguran yang di PHK dari salah satu perusahaan di tempatnya bekerja. Jordy bahkan hidup tanpa keluarga.

Nana yang saat itu masih muda dan dimabuk asmara rela berkorban bahkan nekat meninggalkan keluarga yang tidak merestui hubungan mereka, ia memilih menikah dengan Jordy. Setelah menikah Nana membuka butik kecil-kecilan yang perlahan semakin sukses sampai Nana bisa membuka perusahaan tekstil sendiri.

Karena tidak kunjung mengandung, Nana memilih fokus menjalankan program kehamilan dan memercayakan Jordy mengelola bisnis dan perusahaan. Nana berharap Jordy bisa lebih mengembangkan perusahaan agar keluarganya tahu kalau Jordy juga bisa bekerja dan menjadi pengusaha sukses. Dengan begitu, nama Jordy akan harum dan keluarga merestui hubungan mereka. Tapi, semua yang terjadi diluar ekspetasi Nana. Takdir berkehendak lain. Restu belum didapat, malah kini Jordy dan Moza menikam dari belakang.

"Dan kamu perempuan nggak tau malu, mulai hari ini jangan pernah injakkan kakimu di butikku. Kau kupecat dengan tidak hormat!" cetus Nana tidak sudi bekerja sama dengan Moza yang sering menjadi modelnya.

Ancaman Nana membuat tawa Jordy dan Zora pecah di ruangan itu, mereka menganggap Nana seperti badut yang sedang melucu.

"Itu hanya akan terjadi di dalam mimpimu!" Mata Jordy tertuju pada Nana, tapi tangannya sibuk mengelus bagian yang menyembul di dada Zora.

Zora merengkuh wajah Jordy sampai melihatnya lalu dengan rakus mencium bibir Jordy di depan istri sahnya.

"Usir si gendut ini, biar kita bisa lanjutkan kenikmatan yang sempat tertunda," ucap Zora sesaat setelah melepaskan tautan bibir mereka. Zora sengaja memanasi Nana dan tidak segan bergelayut manja di lengan Jordy.

"Sebutan apa yang pantas dilayangkan untuk kalian? Kalian berdua yang seharusnya keluar dari sini!"

Nana ingin menarik tangan Zora, tapi terhalang tubuh Jordy yang seperti sengaja melindungi wanita itu.

"Asal kau tau, rumah, perusahaan, Villa dan butikmu sudah menjadi milikku! Semua sudah berganti nama atas namaku!" ucap Jordy lantang.

Kening Nana mengkerut, ia bingung mendengar ucapan Jordy.

"Omong kosong apa itu? Aku tidak pernah menyerahkan dokumen apapun apalagi membubuhkan tanda tanganku di sana!" sentaknya tidak terima.

Jordy tertawa. "Kau terlalu bodoh! Kau lupa aku pernah meminta beberapa tanda tanganmu dan dengan senang hati kau berikan tanpa membaca isinya lebih dulu! Jadi, pulanglah ke rumah untuk mengemsi pakaianmu dan cepat pergi sebelum aku kembali, aku tidak sudi rumahku dihuni wanita gendut sepertimu!"

Nana bergeming di tempat, mengingat pernah membubuhkan tanda tangan di beberapa dokumen pengiriman barang ke luar kota, tapi ternyata itu dokumen pengalihan nama dirinya dengan Jordy.

"Aku nggak nyangka kamu bisa sejahat ini sama aku, Mas! Tapi, aku nggak akan tinggal diam. Aku akan menggugat kamu dan selingkuhanmu ini ke pengadilan!"

"Silahkan kalau kamu bisa!" Zora ikut campur, ia berdiri dan memeluk Jordy dari belakang. "Lebih baik kamu pergi, atau kamu mau menyaksikan kami bercin ta di sini?" imbuhnya lagi, tangannya mulai meraba dada bidang Jordy.

Nana tidak kehabisan akal, ia bergerak cepat mengambil beberapa foto mesra Jordy dan Zora yang masih belum berpakaian.

"Aku sudah punya bukti kuat untuk menuntut kalian! Sampai ketemu di meja hijau, para pengkhianat!"

Dengan perasaan hancur, Nana pergi membawa bukti yang ada di ponselnya.

Jordy khwatir Nana pergi membawa beberapa foto yang bisa memberatkan dirinya di pengadilan nanti. Dengan bukti itu semua orang akan berpihak pada Nana karena jelas-jelas ia sudah mengkhianati Nana.

"Hey ... hapus foto itu!" teriak Jordy, memanggil Nana tapi Nana tidak menghiraukannya.

"Udahlah, sayang biarin aja. Mungkin foto itu mau dijadikan kenangan," ucap Zora sembari memungut pakaiannya yang tercecer di lantai.

"Kalau sampai Nana menunjukkan bukti perselingkuhan kita, aku bisa kalah dan kehilangan semua aset Nana yang sudah aku kantongi, kamu mau kita hidup di jalanan?"

"Ya nggak maulah!"

Enak saja, setelah semua usahanya merebut Jordy dan harta Nana berhasil, Zora tidak mau kehilangan sebelum menikmati hasilnya.

"Makanya, kita harus singkirkan bukti yang Nana punya." Jordy bergegas keluar kamar untuk mengejar Nana yang belum pergi jauh.

Bab 3- Keguguran

Bab 3-Kegugran

Nana ingin berlari dan cepat-cepat pergi dari tempat terkutuk itu, tapi apalah daya tubuhnya yang gendut tidak bisa diajak kompromi. Alhasil Nana hanya bisa berjalan tergesa-gesa menuju gerbang besi yang menjulang tinggi di depan mata, tapi belum sempat Nana menjangkaunya gerbang sudah tertutup secara otomatis.

"Kau nggak bisa ke luar dari sini tanpa ijinku!" teriak Jordy dari ambang pintu, ia melemparkan remote kontrol ke sembarng arah kemudian mendekati Nana.

Nana berusaha membukanya secara paksa, lengan dan punggung ia gunakan untuk mendorong gerbang itu, namun apa yang dilakukan berakhir sia-sia. Gerbang besi bercat putih itu tidak mau terbuka untuknya.

"Hapus foto-foto itu, atau kau terkurung di sini untuk selamanya!" ancam Jordy yang kini sudah berdiri di belakang Nana.

Nana menyembunyikan handpone di balik punggungnya, ia terjebak tidak bisa pergi ke mana-mana.

"Apa kamu takut aku menyebarkan bukti perselingkuhanmu ini? Kalau gitu kembalikan apa yang sudah kamu curi dariku!"

"Hey Nana! Aku lebih pintar dan lebih pantas memimpin perusahaan,sudahlah ikhlaskan saja untukku!"

Jordy mencekal pergelangan tangan Nana, ia berusaha merebut benda itu.

"Suatu hari nanti, kamu pasti menyesali perbuatanmu, Mas. Kamu akan datang dan mengemis maaf dariku!"

Nana tidak kehabisan akal, hanya sekali tindakan,ia sudah bisa membuat Jordy merintih kesakitan, wanita berambut ikal tersebut menendang selangka ngan Jordy, kemudian berlari ke belakang villa untuk mencari jalan tikus yang tersembunyi diantara semak belukar.

"Sia*! Tunggu pembalasanku, Nana!" Jordy terseok-seok mengejar Nana.

Sementara Zora, selesai berpakaian seperti semula, ia ikut mengejar Nana. Dilihatnya wanita gendut itu berlari ke arah lain, sedangkan Jordy terlihat mengejar sambil memegang pangkal pahanya.

"Kamu kenapa?"

Jordy menggeleng dan menunjuk Nana.

"Kejar dia, jangan biarkan dia melewati jembatan itu!"

"Iya!" Zora mengejar Nana yang sudah mulai menyebrangi jembatan kayu.

***

Tepat di belakang Villa, terdapat anak sungai yang mengalir deras, ada juga jembatan kayu menuju hutan-hutan di mana terdapat jalan tikus yang sudah jarang dilalui orang. Bahkan, Nana saja sudah lama tidak menginjakkan kaki di sana, tapi hari ini demi buah hati dan harga diri yang sudah diinjak tanpa ampun, Nana rela menerobos rintangan yang ada di depan mata.

"Akh... bertahanlah, Nak! Mama akan bawa kamu ke luar dari sini."

Perut Nana terasa kram, nafasnya pun tersenggal-senggal, letih, lelah, haus yang ia rasakan.

"Bertahanlah sayang, jangan khawatir ada Mama di sini." Dengan tertatih dan menahan sakit ia tetap berjalan di atas jembatan yang sudah rapuh tersebut.

Jordy dan Zora pun tidak mau kalah, mereka tidak mau menyerah sampai berhasil menghadang Nana.

"Mau ke mana, huh?" Zora menarik tangan Nana. "Dasar gendut, nggak semudah itu pergi dari sini!"

"Zora lepaskan, aku."

"Lepaskan? Yakin mau aku lepaskan?"

Zora menertawakan Nana.

"Sudah jangan banyak cerita, berikan ponselmu!" Jordy mengulurkan tangan.

"Mas... tolong bawa aku ke rumah sakit, perutku sakit," rintih Nana, wajahnya terlihat pucat pasih.

"Alasan, kau pergilah sendiri!" sentak Jordy.

"Tolong, demi anak ini ... selamatkan bayiku, Mas. Aku janji tidak akan mengganggu kalian."

"Hei gendut! Kamu nggak bisa bodohi kami, kamu pikir kami perduli sama kamu? Jangan harap!" Zora merebut ponsel Nana lalu melemarkan benda pipih itu ke sungai yang mengalir deras.

"Kenapa dibuang?" tanya Jordy seakan ponsel itu lebih berharga daripada nyawa anak dan istrinya sendiri.

Nana berusaha menahan sakit sembari memegang tangan Jordy dan Zora.

"Yang penting kita udah berhasil singkirkan bukti itu!"

Zora menghemaskan tangan Nana lalu menarik tangan Jordy. "Ayo kita pulang!" ajaknya tanpa mengkhiraukan Nana.

"Nggak! Sekali saja tolong aku, Mas. Aku sudah kehilangan semuanya hanya anak ini yang aku punya sekarang, aku nggak mau kehilangan dia juga. Tolong bawa aku ke rumah sakit."

Nana menahan Jordy dan mengiba agar suaminya mau mengantarkan ke rumah sakit, tapi Jordy dan Zora tidak perduli, mereka terus menghindar sampai Nana terjatuh ke sungai.

BYUR!!!!

"Nana!!!" Jordy menjerit melihat Nana terombang-ambing di air, semakin lama hanya tangan Nana yang terlihat.

"Apa dia bisa selamat? Gimana kalau dia ngelaporin kita ke polisi?"

Jordy semakin ketakutan, sorot matanya mencari tubuh Nana yang sudah hilang dari pandangan.

"Nana hamil anakku ... aku sudah membunuh mereka." Zordy gemetaran.

Zora merengkuh wajah Jordy.

"Dengarkan aku, kita bukan pembunuh! Kalau dia mati nggak ada hubungannya sama kita. Jadi kamu jangan khawatir lagipula nggak ada saksi yang lihat kejadian ini, lebih baik kita pergi dan lupakan semuanya!"

"Tapi_

"Sudahlah, ini lebih baik untuk hubungan kita. Satu-satunya penghalang sudah kita singkirkan, ayo kita pergi dari sini!"

Zora terus mensugesti Jordy sampai berhasil membujuk Jordy pergi dari lokasi kejadian.

***

Sementara Nana merasakan sakit saat punggungnya terbanting di sungai, pandangan Nana menjadi buram, bahkan air keruh itu mengisi paru-paru yang mengakibatkan ia kesulitan bernafas. Ketika masih sadarkan diri ia berusaha menjangkau apapun yang bisa diraih untuk menahan tubuhnya, tapi bobot tubuhnya yang berat semakin menarik dan menenggelamkan dirinya.

Sekilas, bayangan Zora dan Jordy yang sudah menghabisinya terlintas hingga akhirnya mata Nana terpejam dan ia pun kehilangan kesadarannya.

***

Dua hari kemudian.

Kelopak mata pasien wanita yang sudah dua hari terbaring di rumah sakit mulai terbuka lebar. Petugas rumah sakit yang berjaga langsung memanggil pria yang mengaku sebagai walinya.

"Pasien sudah sadar, Pak," ucap suster pada seorang pria yang menunggu di depan ruangan.

"Benarkah?" Wajahnya terlihat lebih ceria dari sebelumnya. "Akhirnya dia sadar juga. Boleh saya masuk?"

"Silahkan, Pak. Saya permisi memanggil dokter ahli yang menangani pasien."

Suster itu pergi.

"Aku janji, tidak akan membiarkanmu sendirian menahan penderitaan yang diakibatkan suamimu itu!"

Gerahamnya mengeras menahan amarah mengingat kondisi Nana yang mengenaskan saat pertama kali ditemukan di sungai. Bahkan, saat itu Arjuna pikir Nana sudah tidak bisa diselamatkan lagi, tapi ternyata Tuhan masih memberikan kesempatan Nana menikmati hidup.

Ceklek!

Dari ambang pintu Arjuna melihat Nana berusaha bangkit. Arjuna cepat-cepat mendekati tempat tidur pasien.

"Tetaplah berbaring seperti ini."

Arjuna menahan kedua pundak Nana melarang wanita bertubuh subur itu duduk sembarangan.

"Kamu masih lemah," imbuhnya sambil membenarkan letak bantal di kepala Nana. "Namaku Arjuna, aku bukan orang jahat."

Nana tidak menjawab sepatah katapun, bibirnya terasa keluh untuk berucap, matanya menatap sayu pada pria asing bertubuh tegap yang juga menatapnya.

"Minumlah." Arjuna menyodorkan pipet putih yang terhubung ke dalam segelas air putih. "Jangan khawatir, kamu ada di rumah sakit," terang Juna lagi.

"Rumah sakit?" Nana meraba perutnya. "Anakku ...anakku baik-baik saja, kan?"

Arjuna terdiam.

"Jawab ...kenapa diam saja?"

Nana histeris saat sadar kalau janinnya sudah tidak ada di dalam rahimnya.

"Jangan bilang kalau anakku nggak bisa diselamatkan!"

"Aku nggak mau kehilangan anakku!"

"Kenapa kalian pisahkan kami? Kenapa kalian ambil dia dariku?"

"Kenapa takdir sekejam ini?"

"Kembalikan anakku! Cepat kembalikan anakku!" Kehilangan terdalam membuat hidup Nana seakan mati.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!