NovelToon NovelToon

Terlambat Menikah

#1

Lula adalah seorang gadis yang berusia 25 tahun, ia mengabdi sebagai guru wiyata bhakti di sebuah Madrasah Ibtidaiyah swasta di desanya dan pada sore hari ia membantu mengajar di sebuah TPQ di kampungnya.

Lula mengajar di MI swasta tersebut sejak lulus SMA, sebenarnya Lula merasa tak punya bakat dalam mengajar, karena memang kekurangannya disamping merasa wajahnya yabg jelek, bicaranya juga pelan kaya bang udin, apalagi suaranya yang seperti anak kecil, itu yang selalu membuat dia minder.

Namun karena desakan kedua orang tuanya dan atas permintaan dari pengurus yayasan, dengan terpaksa ia harus menerima dan melakoninya, lagi pula sudah berulang kali ia mencoba melamar pekerjaan tetapi belum ada yang cocok.

Seperti biasa rutinitas Lula setiap pagi, dia berangkat dengan berjalan kaki, karena memang dia tidak bisa naik kendaraa bermotor, letak MI tempatnya mengabdi beda kampung dari tempat tinggalnya dan harus melewati satu kampung, 20 menit untuk sampai ke MI dengan berjalan kaki.

Pagi itu udara masih terasa sejuk, tampak mentari baru menyembul dari peraduanya, disambut si pipit yang bersahutan dengan perkutut milik tetangga, menambah indah suasana.

"Bismillah," ucapnya mengawali langkahnya keluar rumah dengan sejuta harapan di dalam jiwanya.

Ia melangkahkan kaki di jalan kampung yang belum terjamah oleh aspal, dan bila usai hujan banyak genangan air di sana. beberapa saat kemudian sampailah ia di sebuah tanjakan, terdengar suara sepeda motor mendekat dari belakang.

"Berangkat, Lul!" sapa pengendara motor itu yang ternyata adalah Iyan. Iyan adalah teman Husnan, kakaknya Lula

"Iya, Yan," jawab Lula singkat.

Lula heran kenapa Iyan berlalu begitu saja, padahal ia berharap Iyan akan memberi tumpangan seperti padanya seperti, aneh...

Akhirnya sampailah Lula ke tempat tujuan, masih jam 6.30, kebetulan hari ini adalah jadwalnya sebagai guru piket. Ia langsung masuk ke dalam kantor, menekan fingerprint, meletakkan tas di meja kerjanya kemudian bergegas keluar menuju gerbang untuk bersalaman menyambut siswa yang datang.

Bel otomatis berbunyi menandakan waktunya apel pagi, Lula segera bergabung dengan barisan guru yang lain,ada 9 guru di MI tersebut 4 laki-laki dan 5 perempuan, 2 diantaranya sudah PNS. apel pagi dilakukan dengan pembacaan doa bersama antara guru dan siswa.

Kegiatan pembelajaranpun akhirnya berjalan seperti biasanya hingga waktu istirahat pertama tiba.

"Alhamdulillah." ucapnya usai menyeruput teh manis yang tersedia di meja.

Suasana kantor menjadi hidup diiringi dengan musik yang diputar dari speaker aktif.

"Hewahhh! " seru Pak Hardi.

Lula hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Akhirnya Lula ikut menikmatinya juga, apalagi lagu yang sekarang didengar sesuai dengan apa yang ia rasakan sekarang.

***

Ingin kugapai bulan

ingin kugapai bintang

tapi semuanya itu hanya impian

Lama kugenggam asa

lama kupendam rasa

tapi tak mungkin aku tak mengatakan

Karena aku wanita

tak mungkin berkata cinta

hasrat hatiku menanti

ungkapan kata darimu

reff:

Hari-hari lulalui

hampa dalam penantian

kuhayalkan kuimpikan

hangat belai kasih sayang

Adakah dalam hatimu

Seperti isi hatiku

yang selalu mendambakan

cinta dalam kepastian

Aku bagai puguk

yang merindukan rembulan

sampai kapan aku menanti kata cintamu

#Yunita Ababil*

"Tuh kan, jadi habis lagunya. direwangi nyanyi Sih." kata Pak hardi menyalahkan.

"Apaan sih pak, tinggal diputar lagi aja." jawab Lula nggak terima.

Tiba-tiba saja, Pak Yahya guru yang duduknya persis di depan Lula memberinya selembar kertas. Surat cinta ya..hehe...halu kamu Lul, mungkin saja mau nitip tugas.

Kertaspun dibuka,

"Allahu alkafi robbuna alkafi qasadna alkafi wajadna alkafi likuli alkafi kaffana alkafi wani'ma alkafi alhamdulillah" dibaca 11× ba'da maghrib dan subuh

"Rabbii zawijnii zaujan shaalihan" dibaca 100x ba'da hajjat.

"Biar apa ini pak?" tanya Lula,

"Biar sukses, bu." jawab Pak Yahya.

Lula sebenarnya tahu apa arti do'a yang kedua itu, itu artinya "Ya Allah ya Tuhanku, berilah aku seorang pasangan suami yang Shalih."

"Insyaallah, maturnuwun,Pak" jawab Lula.

🌸🌸🌸

Gegiatan belajar mengajar telah usai, seluruh siswa sudah pulang karena tidak ada kegiatan ekstra hari ini. Suasana kantor masih tampak rame, apalagi sejak kedatangan Pak Hardi, PNS yang baru saja dimutasi dari MIN, ambyar...kalau bicara bikin gerr..ditambah musik dari speaker aktif dengan volume seperti ada orang sedang hajatan saja.

Hingga alarm Fingerprint berbunyi, menandakan benda itu memanggil-manggil untuk disentuh.

Satu persatu mereka menyentuh benda itu kemudian berlalu pergi meninggalkan gedung madrasah.

Lula pun berjalan pulang menyusuri jalanan yang sama. Belum sampai jauh ia melangkah, tiba-tiba sepeda motor berhenti didepannya.

"Ojek Bu? " tanya si pengendara motor.

"Gak punya ongkos, Mas" jawab Lula tertawa.

"Cepetan naik, sebelum tawaranku expired" ancam tukang ojek

"Mi instan kali expired" jawab Lula.

"Bilang kek dari tadi kalau mau lewat sini, jadi kan gak usah jalan kaki" katanya lagi.

Karena biasanya Pak Hardi akan memilih jalan lain yang lebih halus kalau pulang pergi.

"Udah belum?" tanya Pak Hardi lagi.

"Udah." sahut Lula.

"Kalau sudah turun donk!" ujar Pak Hardi.

"Ih..Pak Hardi!" seru Lula

"Tadi katanya udah, ya turunlah! hahaha..." ujarnya sambil tertawa.

"Udah naik maksudnya." jawab Lula.

Pak Hardipun melakukan sepeda motornya dengan pelan karena jalanan yang terjal.

"Gimana, Bu. Sudah ada calon belum?" tanya Pak Hardi saat dalam perjalanan.

"Belum ada sih, Pak. Tapi saya masih menunggu seseorang." jawab Lula.

"Trus kira-kira dia juga suka sama kamu apa tidak?" tanyanya lagi.

"Saya juga nggak tahu, Pak. Kita sudah lama tidak bertemu." jawab Lula.

"Kalau Saya kenalkan dengan teman saya kira-kira mau nggak?" tanya Pak Hardi lagi.

"Nggak apa-apa sih Pak kalau mau ngenalin. walau dalam hati saya bertekad, kalau saya mau menikah dengan orang lain jika dia sudah menikah." jawab Lula.

"Oke, nanti saya coba hubungi teman saya kalau kamu mau." ujar Pak Hardi lagi.

Akhirnya sepeda motor yang mereka naiki telah sampai di gang masuk kampung Lula

"Dianter sampai rumah nih ceritanya?" ujar Lula setengah bertanya.

"Sekali-kali tidak apa-apalah." jawab Pak Hardi.

Pak Hardipun menghentikan sepeda motornya tersebut tepat di depan rumah Lula. Lula langsung turun dari boncengan motor tersebut.

"Terimakasih, Pak!" ucap Lula. "Nggak mampir? gentongku masih penuh, lho!" tawarnya.

"Nggak, terimakasih. Sudah ditunggu anakku tadi minta jalan-jalan katanya." jawab Pak Hardi. "Mari, Bu!" sapanya sambil berlalu pergi

Lulapun berjalan menuju rumahnya, meraih handel pintu dan membukanya.

"Assalamu 'alaikum" tak ada jawaban, dirumah tampak sepi. Lula menutup kembali pintu itu.

Dengan langkah gontai Lula masuk kamar langsung menghempaskan tubuhnya di dipan, terasa getaran listrik keluar dari sekujur tubuhnya hingga terlelap.

Kumandang azan ashar membangunkan Lula dari mimpi siangnya. Ia pun beranjak membersihkan diri, sholat ashar dan segera berangkat ke TPQ menunaikan kewajiban berikutnya.

#2

Hari Jum'at adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh setiap karyawan, buruh pabrik bahkan guru madrasah, pasalnya jum'at adalah hari libur di daerah Kabupaten Pekalongan, kurang paham sejarahnya bagaimana, mengapa dipilih hari jum'at sebagai hari libur, mungkin satu-satunya di negara ini.

Setelah sukses dengan ceremony jum'atnya, Lula berniat mengunjungi sahabatnya Laely di kampung sebelah habis dhuhur.

"Mak, aku mau ke tempat Laely." pamit Lula pada Mak Kulsum,ibu kandung Lula.

"Iya, hati-hati di jalan!" jawab Mak Kulsum.

Lula berjalan dengan santai, tampak menenteng kantong kresek hitam di tangan kanannya.

Tak berapa lama ia berpapasan dengan seseorang yang iya kenal.

"Hai Iyan, mau kemana? " sapa Lula. namun tak ada balasan dari yang disapa, malah sepertinya Iyan seperti pura-pura tidak melihatnya.

"Apa aku begitu menjijikan, Yan? hingga memandangkupun kau tak sudi." batin lula.

Kira-kira 10 menit, sampailah Lula di rumah Laely rumah yang sangat sederhana.

"Tumben sepi," gumam Lula melihat suasana rumah sahabatnya itu tidak seperti biasanya. Karena biasanya udah ramai Laely dan teman-teman untuk sekedar grumungan.

"Assalamu 'alaikum," ucap Lula, namun tak ada sahutan.

Ceklek

"Gak dikunci ternyata, masuk aja dech." batinnya

"Lel... Lel.. kamu dimana? "panggil Lula

"Lula ya? "terdengar suara gametar lirih dari bilik belakang.

"Iya mak." sahut Lula.

"Lho..Mak kenapa?" tanya Lula mendapati Mak Triyah, ibunya Laely tiduran di dipan terbungkus selimut siang-siang begini. Lula memperhatikan seluruh tubuh Mak Triyah tampak berwarna kemerahan.

"Sudah periksa, mak?" tanyanya lagi

"Sudah diperiksa bu bidan, sudah minum obat juga." jawab Mak Triyah masih dengan suara gemetar.

"Laely kemana mak?"tanya Lula Lagi

"Dia ikut jamaah tahlil Ibu-ibu," jawab Mak Triyah "Mak kan lagi sakit, takutnya kalau dapat arisan nanti dikocok lagi karena ndak ada yang mewakili." lanjut Mak Triyah.

"Mak, jambu biji di belakang rumah kayanya dah pada matang, Lula pamit mau metik ya Mak." pamit Lula

"Hati-hati manjatnya lho." jawab Mak Triyah

Lula segera memanjat pohon jambu sesampainya di belakang rumah.

"Hadeuh.. harusnya tadi bawa kantong kresek, kalau dijatuhin kan bisa pecah, mungkin juga bisa kena telek ayam." gerutunya. Ia berfikir kalau harus turun untuk mengambil kantong kresek capek manjatnya lagi, sementara gak ada orang yang bisa dimintai pertolongan.

Lula memetik jambu yang agak matang lalu memakannya diatas pohon. Entah sudah habis berapa buah Author juga gak ngitung. Saking asiknya menikmati suasana, Lula tak menyadari ada sepasang mata memperhatikannya.

"Heran.. siang-siang begini kok ada kampret ya." kata orang itu.

"Sialan!!" serunya "Ambilkan kantong kresek dan galah cepetan!" perintahnya.

"Sekarang? " tanya Laely.

"Enggak, nunggu kucing bicara jum'at kliwon." jawab Lula sambil memonyongkan bibirnya yang memang sudah monyong. hihihi..

"Nih," sahut Laely menyerahkan kantong kresek yang dicepitkan diujung galah bambu.

"Aku dah bawa nanas, mangga dan lain-lain, kamu bagian bikin sambal lho Lel!! " perintah Lula pada Laely dari atas pohon.

"Siap Boss!" jawab Laely

Setelah dirasa cukup jambu biji yang dipetik, Lula segera turun dari pohon.

"Arisannya dapet?" tanya Lula sambil mengupas nanas.

"Belum," jawab Laely sambil menguleg sambal kacang gula merah.

"Nyesel donk ikut tahlilan," ledek Lula

"Enggaklah..niatnya kan ibadah." jawab Laely.

Beberapa saat kemudian Teman-teman yang lainpun berdatangan. Mereka menikmati rujak atau Lotekan buah dengan diselingi canda tawa.

"Kamu ngidam, Lul? " tanya Maryam.

"Iya, tapi sebenarnya aku lagi ngidam yang mau bikin ngidam dulu... hehehe.. " jawab Lula.

Tak terasa sudah hampir maghrib akhirnya mereka satu persatu pamit pulang. Tinggallah Lula, Hendrik, Malik dan Laely yang masih tertinggal. Mereka telah pindah tempat ke ruang tamu, duduk di sofa yang sudah tidak empuk, dan kelihatan paku yang setiap saat bisa mengoyak baju yang mendudukinya. Hendrik tetangga Laely masih duduk di kelas XI SMA, sementara Malik adalah adik kandung Laely.

Terdengar suara azan berkumandang dari mushola dekat rumah Laely.

"Kamu nggak sholat, Hen?" tanya Lula pada Hendrik yang santai saja tidak seperti temannya yang lain.

"Bentar lagi, Mbak." jawab Hendrik "Mbak Lula sendiri nggak sholat? " tanyanya balik.

"Mbak kan lagi dapet." jawab Lula

"Dapet apa mbak, arisan?" tanya hendrik pura-pura tidak tahu.

"Yee arisan, menstruasi tau" jawab Lula ngotot.

"Yah kirain dapet arisan, kan seneng dapet traktiran akunya." balas Hendrik sambil mengernyitkan alisnya. "Oh ya mbak, kenapa cewek bisa menstruasi, sedangkan cowok tidak? " tanyanya lagi.

"Karena cewek punya rahim, didalam rahim itu ada sel telur, kalau terjadi pembuahan bisa jadi janin, sedangkan yang tidak berhasil dibuahi ya jadilah darah mentruasi atau haid." jawab Lula menjelaskan.

"Oo.. berarti harus dibuahi ya, mbak?" tanya Hendrik lagi.

"Huss.. sembarangan," sergah Lula. "Nikahi dulu baru dibuahi dodol." sahutnya lagi. Hendrikpun hanya terkekeh sambil berlalu pergi.

"Eh Lel, Mak Kamu kenapa? Kayanya alergi." tanya Lula kepada Laely usai Laely sholat dan bergabung kembali.

"Mak makan tongkol." jawab Laely.

"Emang Mak punya riwayat alergi tongkol?" tanya Lula lagi.

"Bukan alergi, tapi keracunan." jawab Laely lagi.

"Kok bisa?" tanya Lula semakin penasaran.

"Jadi gini...kemarin Mahdi suaminya Tari tetangga sebelah baru pulang melaut, dia bawa sekarung ikan tongkol kering dan dibagi-bagi sama tetangga sekitar sini." terang Laely. "Dan ternyata aku baru tau kalo ikan tongkol itu gak boleh dikeringkan, karena bisa menyebabkan keracunan." Lanjutnya.

"Kok yang keracunan cuma Mak Triyah?" Tanya Lula.

"Mak yang masak, jadi dia yang udah nyicipin" jawab Laely. "Bukan cuma Mak kok, tetangga sini juga banyak yang udah keracunan." sambungnya.

"Eh, Lul...aku denger kabar katanya Mak kamu mau jodohin Kamu sama Iyan." kata Laely.

"Apa?" tanya Lula kaget " kok aku malah gak tau..Pantesan sikapnya aneh gitu." lanjutnya lagi sambil garuk-garuk kepala.

"Kamu sendiri bagaimana?" tanya Laely.

"Ya gak gimana-gimana, terserah Iyannya...tapi kayanya dia gak mau dijodohin sama aku. Lagian katanya dia dah punya cewek teman kerjanya." jawab Lula.

"Mau makan apa? ku cuma punya tongkol." tanya Laely pada Lula.

"Kamu mau meracuni aku? " Lula balik tanya. " Gah, ngemi aja yuk tempat biasa!" ajaknya.

"Ayuk.. tapi bayarin ya." jawab Laely. akhirnya mereka pergi untuk membeli mi ayam ke warung Kang Tinggal.

"Lel, kamu jadi nikahnya kapan?" tanya Lula setelah pesanannya datang.

"Kalau tidak ada halangan, awal tahun depan" jawab Laely.

"Kenapa mesti nunggu lama kalu dah siap?" tanya Lula lagi sambil menyuapkan mi kedalam mulutnya.

"Kan nunggu biayanya terkumpul, Lul," jawab Laely. "Dan biayanya kalau tahun depan dah cukup." lanjutnya.

Akhirnya sampai jam 9 malam Laeli mengantar Lula pulang dengan berboncengan motor.

#3

Sebenarnya Lula sudah tidak betah dengan pekerjaan yang dijalaninya selama ini, disamping honornya hanya cukup untuk beli sabun, itupun harus nunggu hingga 6 bulan, saat bantuan dari pemerintah cair.

Namun orang-orang terdekatnya selalu memberinya dorongan "Jalani dengan ikhlas, suatu saat pasti akan kamu terima Hasilnya, kalau tidak di dunia anggaplah sebagai tabunganmu kelak di akhirat." nasehat dari pamannya Lek Rudin.

Ia hanya bisa terpuruk melihat kondisi ayahnya yang sakit-sakitan, sementara masih ada 3 adiknya yang membutuhkan biaya sekolah. Lula anak ke 2 dari 5 bersaudara, kakaknya laki-laki, Husnan juga guru wiyata bhakti dan membuka usaha konveksi sambil Kuliah D2 PGMI, adiknya Usnul masih kelas XI MA, 2 lagi Nia dan Izur kelas VIII dan IX MTs.

Sudah dua kali ayahnya Pak Muri masuk rumah sakit karena komplikasi jantung dan paru-paru yang dideritanya. Setiap saat beliau meraung kesakitan saat penyakitnya kambuh. Orang yang mendengarnya pasti tidak akan tahan. Tetapi kesehariannya beliau masih tetap menjalankan kegiatan sehari-hari seperti biasa.

***

Liburan ahir semester telah tiba. Lula berencana mengisi kegiatan paginya dengan menjahit pakaian. Sebenarnya banyak dari teman-teman dan tetangganya yang minta dijahitin baju olehnya, namun karena tidak ada kesempatan maka ia tidak menerima pekerjaan itu. Dulu pernah ia mengambil pekerjaan itu, lembur hingga tengah malam, namun kondisinya tubuhnya tidak bisa kerjasama, ia sering sakit.

Malam itu Pak Muri terlihat sedang menerima dua orang tamu, tidak seperti biasanya sejak beliau sakit, biasanya beliau tidur setelah sholat maghrib kemudian bangun pukul 03.00 dini hari untuk mengerjakan sholat isya dan sholat malamnya.

Pukul 21.00 dua orang tamu tersebut baru pulang, beliau masuk kedalam kamar tampak memegang dadanya terasa sakit, beliau mengerang kesakitan, akhirnya seisi rumah terpanggil untuk berkumpul mendengar erangan beliau yang menyayat hati, kecuali Husnan yang memang saat itu sedang mendapat tugas untuk mengikuti KMD (Kursus Mahir Tingkat Dasar) bagi pembina pramuka dari MI tempatnya mengabdi.

"Sum, sepertinya sudah waktuku untuk pergi." kata Pak Muri pada Mak Kulsum. Semua yang hadir tampak gemetar dengan mata berkaca-kaca.

"Istighfar kang, jangan ngomong seperti itu." pinta Mak Kulsum "Astaghfirullahaladhim.. " sambatnya.

" Lul, panggilkan Lek Rudin kemari! " perintah Mak Kulsum pada Lula.

Lulapun segera beranjak pergi. Mak Kulsum menggelar tikar dan kasur di luar kamar dan membimbing Pak Muri merebahkan tubuhnya di kasur. Tak berapa lama Lek Rudin dan istrinya datang diikuti Lula dibelakangnya. Tampak Lek Rudin bersimpuh membimbing talkin pada Pak Muri. Lula mengajak ketiga adiknya bergegas mengambil air wudlu, mereka segera pergi ke belakang, bergantian mengambil wudlu, kemudian kembali lagi ke ruangan dengan membawa kitab suci Alqur'an dan membacakan surah yasiin. Meteka membaca surah yaasiin dengan suara terbata-bata, karena menahan air mata, dadanya terada sesak. Orang-orang tampak mulai berdatangan. Selesai membaca surah Yaasiin, tubuh Pak Muri sudah tertutup kain, entah kapan datangnya Husnan juga sudah duduk bersumpah ditampung jenazah bapaknya. Berita duka tersiar dari beberapa mushola dan masjid sekitar.

"Selamat jalan, Bapak!" ucap Lula dalam hati, air matanya tak mampu tertahan lagi membentuk dua anak sungai, bahkan aku belum bisa membuat beliau bahagia, batinnya.

Usai pemakaman bapaknya, seharian Lula hanya mengurung diri di dalam kamar meratapi nasibnya. Apa aku salah jika mengatakan Tuhan tidak adil padaku, batinnya. Dilahirkan dari keluarga miskin, jelek, banyak kekurangan, bahkan mungkin kalau ada yang berani mengatakan, predikatku adalah perawan paling tua di kampung ini. Ya Allah, sekarang kau sempurnakan dengan memanggil bapakku.

Tidak ada sepatah katapun yang keluar dari bibirnya, hanya isak tangis dan derai air mata tidak dapat ditahannya. Tiba-tiba pintu kamar yang tidak dikunci itu dibuka.

"Lula, kamu nangis?" tanya Lek Badriyah yang tiba-tiba masuk menghampiri Lula. Lula segera menghapus air matanya." Lula, tangismu ini malah akan memberatkan kepergian bapakmu, Sayang" kata Lek Bad lagi." Dah, jangan nangis, jamaah tahlil dah pada datang, tahlilan mau segera dimulai, cepetan wudlu gih" perintahnya. Tanpa sepatah katapun Lula segera beranjak pergi dari tempat tidurnya, pergi ke kamar mandi untuk mengambil wudlu, kemudian bergabung dengan yang lainnya.

***

Para kerabat wanita nampak sibuk di dapur, baik dari keluarga almarhum bapak maupun ibu Lula, karena nanti malam adalah selamatan tiga hari atas meninggalnya Pak Muri.

Lula masih ada dikamarnya, duduk dan bersandar di dipan. Tiba-tiba,

" Lul, besok mau ke pernikahan Nunung? " tanya Husnan diambang pintu yang memang tidak ditutup. Lula masih terdiam, bingung...hadir dengan keadaan hatinya yang sedang berduka, kalau tidak hadir tidak enak karena Nunung adalah teman kosnya sewaktu dulu Lula kursus komputer di kota, dia berasal dari Bandar Kabupaten Batang dan sekarang Nunung kuliah semester ahir D2 PGMI sekelas dengan Husnan. " Kalau Mau dateng sama Mas, jam 9 an. " kata Husnan lagi.

"Besok pagi aja Mas, kalau aku mau dateng aku ngomong" jawab Lula. Kemudian ia. beranjak keluar bergabung dengan yang lain di dapur.

***

Esoknya,

"Mas, aku jadi dateng ke pernikahan Nunung." kata Lula pada Husnan.

"Yaudah, siap-siap Gih! " suruh Husnan.

Lula segera bersiap siap, dia mengenakan celana biru dongker, tunik biru motif bunga-bunga pastel dan kerudung segiempat warna pastel. Lalu menyangklong tas selempang. Setelah siap mereka segera berangkat berboncengan.

"Nanti kamu Mas turunin di Kuripan ya, ketempat Nunungnya naik bis. Mas ada jam kuliah sebentar. " kata Husnan saat dalam perjalanan "Mas nyusul bareng Temen-temen Mas, nanti pulangnya bareng Mas." lanjutnya lagi.

Sampai ditempat yang dimaksud, Husnan menghentikan motornya, Lula turun. Husnan menunggu sampai bis datang. Tak berapa lama bis jurusan Pekalongan-Bandar pun datang, Lula segera naik, Husnan pun berlalu pergi.

Dalam perjalanan Lula tak bisa membendung air matanya, yang ada di pikiranya hanyalah bayangan bapaknya. Tak berapa lama sekitar 20 menit, Lula meminta sopir untuk menghentikan bisnya. Lula turun di depan gang menuju rumah Nunung. Kemudian Ia berjalan Kira-kira 100 meter menuju rumah Nunung.

"Gak nyangka Nunung dapetnya Mas Pong" batinnya, seingatnya Mas Pong itu pegawai ditempat Nunung magang praktek kerja nyata.

Padahal dulu sewaktu kos bareng Nunung sempat pacaran sama Agung, tetangga sekitar kos yang masih duduk di kelas 2 SMP yang umurnya 6 tahun lebih muda.

Sampai di rumah nunung, suasana sudah ramai namun acara belum dimulai, ternyata hari ini acara resepsi pernikahan karena ijab qobulnya sudah dilaksanakan seminggu yang lalu.

Lula disambut oleh mbak Ifah, kakaknya Nunung, karena Nunung masih dirias. Karena tidak tahu harus berbuat apa, Lula pergi ke belakang, mungkin saja ada yang bisa kukerjakan. Lula membantu mengelap mangkok soto.

Tak berapa lama acara resepsi segera berlangsung, Lula melongok keluar ke tempat berlangsungnya resepsi. Ternyata rombongan kakak dan teman-temannya sudah datang disana. Husnan melambaikan tangan kepadanya, Lula berjalan menghampirinya

" Mau pulang sekarang? " tanya Husnan pada Lula.

" Iya, tapi Lula pamit dulu sama Nunung ya, Mas." jawab Lula.

Lula segera beranjak menuju ke pelaminan, disana sepasang pengantin beserta orang tuanya berada.

" Selamat menempuh hidup baru Nung, semoga menjadi keluarga yang sakinah mawadah warohmah, langgeng sampai kakek-nenek." ucap Lula sambil memeluk Nunung.

"Aamiin... makasih, Lul. Kamu sama siapa Lul? udah makan belum?" tanya Nunung. Karena dari tadi pagi ia baru bertemu Lula.

"Aku sama Mas Husnan, udah makan kok. Nih udah mau pulang, maaf ya udah ditunggu Mas Husnan. Aku pamit Ya." jawab Lula.

"Jahat kamu Lul, kamu gak nginep aja sih." kata Lunung memonyongkan bibirnya.

"Yaudah deh aku nginep, tapi tidur ditengah kalian ya." goda Lula. Nunung melotot." Jelek deh ah.. aku bercanda. maaf aku gak bisa nginep, dirumah masih ada acara tahlilan Nung." Lanjutnya tiba-tiba raut wajahnya berubah sedih."Dah pada ngantri tuh yang lain, aku pamit ya, emuach.. emmuac" pamit Lula sambil cipika cipiki.

Akhirnya Lula bergabung dengan Husnan dan teman-temannya. Kemudian mereka segera pulang.

Lula tak ingin berlarut-larut dalam kesedihan, bahkan ia mewakili ibunya yang sedang dalam masa idah berbelanja ke pasar membeli keperluan untuk acara tahlilan selama tujuh hari.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!