NovelToon NovelToon

AKU MAFIA BUKAN BIDADARI

Bab I : Awal Kecurigaan

Sebuah mobil melaju membelah keramaian jalan kota yang tengah padat oleh berbagai kalangan yang tengah istirahat di jam makan siang.

“Yah pasti ada yang ngomel-ngomel sepanjang tahun kalau telat lagi.” batin Velia  menghela nafas.

Ponsel Velia berdering, dengan cepat dia mengangkat telponnya.“Aku tahu, jangan ngomel mulu udah kayak emak-emak anak selusin aja” ucap Velia tanpa memberi kesempatan orang diseberang telpon untuk berbicara terlebih dahulu.

“Beberapa menit lagi aku sampai. OK! Bye bestie.” lanjut Velia yang langsung mematikan sambungan telponnya.

Dengan gerakan cepat Velia menambah laju kecepatan mobilnya. Beberapa menit kemudian akhirnya Velia sampai ke tempat yang sudah di tentukan.

Brrraaaakkkh!!!

Saat  memarkirkan mobilnya Velia  tak sengaja menabrak mobil seseorang yang juga ingin memarkirkan  mobilnya ditempat yang sama.

Seorang pria yang berada didalam mobil tersebut membuka pintu dan segera turun dari mobilnya ingin memaki penabrak tersebut.

Velia dengan santainya menurunkan kaca mobil lalu memberikan finger love kepada pria tersebut sambil berkata,“Maaf aku tak sengaja.” dengan langkah seribu Velia segera melarikan diri dan berlalu pergi begitu saja.

Sehingga membuat Pria itu tak bisa berkata-kata lagi, ia pun akhirnya bergegas mencari tampat parkir yang lain.

“Dasar wanita aneh, bukannya mengganti rugi malah membuat drama konyol.” gumamnya

“Hey, Hey siput laut akhirnya kamu muncul juga”, ucap Kinara saat melihat sahabat baiknya berjalan menuju kearahnya.

Tanpa menjawab Velia dengan nafas yang ngos-ngosan langsung duduk dihadapan Kinara dan meminum jus apel milik Kinara tanpa izin pemiliknya.

“Itu miliku!,” seru Kinara

Slurrrpp!!

Jus Apel curian tersebut langsung habis tak tersisa.

“Kau bisa pesan lagi nanti aku yang traktir,” ucap Velia.

“Tentu harus begitu, itu juga bentuk tanggung jawab sih,” jawab Kinara dengan semangat.

“Tapi kenapa kau seperti habis di kejar-kejar rentenir ?,” tanya Kinara

“Apa kau sekarang bangkrut dan akhirnya banyak utang ?,” Serbuan pertanyaan yang muncul dari isi kepala Kinara.

Velia memutar bola matanya lalu berkata. "Tidak keduanya lah,"

“Jangan-jangan kau di kejar sugar daddy.” ucap Kinara sembari menaik turunkan kedua alisnya.

“Otakmu mulai eror yah kelamaan jomblo.” jawab Velia yang membuat keduanya tertawa ria.

Tiba-tiba seorang pria yang menggunakan jaket ojek online memberikan sebuah amplop coklat dan meletakannya di atas meja mereka. “Paket!.” Hanya satu kata yang di ucapkannya.

Lalu pria tersebut bergegas pergi meninggalkan keduanya yang sedang terkejut terlebih Velia. Obrolan yang seru pun terhenti seketika.

“A. Apa ini ?, Jangan-jangan pria di parkiran tadi ingin menuntutku ?. Tapi sekilas aku melihatnya pergi juga apa masih sempat membuat hal semacam ini !,” pikir Velia.

Perasaan Velia tiba-tiba berubah jadi tak enak, jantungnya ikut berdegup dengan kencang seperti sesuatu hal yang

buruk akan terjadi padanya.

“Ve, kenapa malah bengong ? Buka dong aku kepo nih.” ucap Kinara sambil menggoyang-goyangkan lengan Velia.

Setelah menghela nafas beberapa kali Velia pun membuka amplop tersebut yang tanpa ada nama pengirim.

Velia merasa bingung dengan isi amplop yang tengah dipegangnya. Hanya beberapa lembar foto seorang bayi perempuan yang cantik dan menggemaskan dan seorang wanita yang wajahnya sengaja di blur.

“Apa ini ?, sepertinya orang itu salah mengantar barang deh,” ucap Velia.

Kinara langsung merampas selembaran foto tersebut. “Ini siapa Ve?” tanya Kinara yang masih sibuk memperhatikan foto terebut.

“Bayi ini sangat gemussh gemusshh manja, pipinya gembul kayak bakpao cantik sekali. Eeuum ada mirip-miripnya dengan Revan,” lanjut Nara yang membuat Velia terkejut.

“Ada-ada saja ucapanmu itu ,” Seru Velia.

Pelayan tiba membawa makanan yang mereka pesan, tanpa butuh waktu yang lama keduanya menghabiskan semua makanan yang tersaji di meja mereka, setelah itu Velia mengambil tasnya dan menuju kasir untuk membayar pesanan mereka tadi.

Velia lalu menarik lengan Kinara sembari berjalan keluar meninggalkan restoran itu. “Ayo kita pulang saja, aku akan mengantarmu,” ucap Velia.

“Tapi kita belum jalan-jalan Ve,” ucap Kinara sambil melangkah dengan berat.

“Lain waktu juga bisa, aku lupa ada urusan penting hari ini.!” ucap Velia yang terus berjalan.

Sesampainya di parkiran hal yang tidak diharapkan pun terjadi. “Aduh pria itu, kalau ini sudah pasti dia akan menuntutku ganti rugi,” batin Velia.

“Hey kau! ganti rugi kerusakan mobilku.” Ucap pria itu dengan datar sembari memasukan kedua tangannya ke dalam saku celana. Kinara yang melihat pria itu hanya membeku seperti terhipnotis karena ketampanannya.

Lain halnya dengan Velia tanpa pikir panjang lagi dia segera mengeluarkan cek yang berisi 20 juta dan memberikannya ke pria itu. “Ini aku ganti, permisi aku ada urusan penting.” ucap Velia lalu masuk kedalam mobilnya begitu juga Kinara kemudian pergi meninggalkan tempat itu.

“20 juta ?. yang benar saja, dia pikir ini mobil-mobil remot apa!. Tapi sudahlah dari pada tidak sama sekali, aku juga tidak mau rugi banyak.” gerutu pria itu lalu memasukan cek tersebut kedalam sakunya.

Setelah tiga puluh menit menempuh perjalanan akhirnya mereka sampai dirumah Kinara.

“Udah jangan sok imut dan manis begitu mukanya Ra,”

Kinara yang sedang cemberut pun menoleh dan menatap tajam sahabatnya itu.

 “Pppffttthh. Cepatlah turun my bestie.” ucap Velia sambil menahan tawa.

Dengan berat hati Kinara turun dari mobil dan masuk ke dalam rumah. “Pulang sana!.” ucap Kinara menutup pagar rumahnya dengan keras namun Velia hanya tertawa kecil menanggapinya.

Ting !

Ting !

Ting!

Bunyi pesan masuk dari nomor tidak dikenal. “Siapa ini?” gumam Velia.

“Buka kado kecil yang telah ku berikan!,’’

“Kau akan menemukan peta harta karun!,’’

“Semoga kau menyukainya!,”

Velia melihat ada sebuah kotak di kursi belakang mobilnya. Dengan segera ia mengambil dan langsung membuka kotak tersebut.

Dia mendapat sebuah foto yang sama seperti tadi, hanya saja foto wanita itu tidak di blur lagi dan ada satu foto yang membuat Velia tercengang.

“Di. Dia.!” ucap Velia lalu menutu mulutnya dengan tangan. Velia mulai gemetar dengan nafas yang tak beraturan, air mata yang membendung seakan ingin terjun dengan sendirinya.

Dia kemudian mengambil semua isi kotak itu. Sebuah kertas jatuh saat Velia ingin menutup kotak tersebut.

Ada sebuah tulisan “Kau akan hancur!.”

Velia menjatuhkan wajahnya ke setir mobil, dan sesekali menghantuk-hantukkan kepalanya. Melihat ini semua membuat suasana hatinya menjadi  kacau balau.

Apakah suaminya benar-benar setia dan mencintainya sesuai ucapan yang sering di dengar dari mulut manis suaminya itu.

Butuh waktu beberapa menit untuk menetralkan kembali perasaannya. Velia mengambil ponsel dan segera menghubungi suaminya, beberapa kali mencoba akhirnya tersambung.

“Hallo sayang, maaf mengganggumu, apa lagi sibuk?,” tanya Velia dengan santai seperti biasa untuk menyembunyikan kesedihannya.

“Tidak apa-apa sayang, ada apa?,”jawab Revan dari seberang telepon.

“Eeuumm aku merindukanmu,' ucap Velia sembarang.

“Tunggu aku pulang sayang, aku juga merindukanmu!, Love You, Bye,”

“Bye, sampai bertemu di rumah.” Sambungan telepon pun terputus.

Untuk memastikan semuanya aku harus mencari tahu kebenarannya dahulu, lalu aku akan meminta penjelasan dari Revan.

Bab II : Mencari Bukti Nyata

Pagi yang indah, matahari mulai memancarkan sinarnya.

Velia mengerjapkan matanya lalu duduk bersandar di atasranjang. Terdengar suara seseorang membuka pintu kamar mandi, terlihat Revan yang baru saja selesai membersihkan dirinya.

“Mau kemana sayang, bukankah ini hari liburmu ?,” tanya

Velia.

Revan menuju mari lalu memakainya dengan terburu-buru sambil berkata.“Aku mau bertemu teman – teman kantor sebentar, ada masalah kerjaan,”

Velia tersenyum kecut mendengar ucapan suaminya. “Bertemu teman kantor atau teman hidup yang lain?.” batin Velia.

Kecupan manis mendarat di puncak kepala Velia. “Sore nanti aku akan pulang, nanti aku sarapan dan makan siang di luar jadi tak usah repot-repot menyiapkannya sayang, bye!.” ujar Revan lalu melangkah keluar kamar.

Saat pintu tertutup Velia bergegas turun dari ranjang lalu mengambil kunci mobil serta ponselnya. Dengan diam-diam Velia mengikuti suaminya yang sudah berada di garasi mobil, setelah mobil melaju keluar rumah, Velia segera masuk kedalam mobil dan mengikuti kemana suaminya pergi.

“Oke baby, aku ingin tahu siapa wanita monster itu.," ucap Velia sambi sedikit merapikan rambutnya.

"Gara-gara dia aku belum sempat mandi bahkan cuci muka saja nggak sempat." ucap Velia membuka laci mobil lalu mengambil permen dan memakannya.

"Untungnya masih ada stok, kalau tidak monsternya langsung pingsan sebelum adu jotos." lanjutnya.

Akhirnya mobil Revan berhenti di depan sebuah rumah minimalis.

Tak lama terlihat seorang wanita cantik sedang menggendong bayi keluar dari pintu rumah lalu menyambut Revan dengan senyum merekah begitu pun Revan. Mereka bertiga pun masuk ke dalam rumah.

Disisi lain, tak jauh dari rumah itu Velia melihat langsung moment yang meluluhlantakan hatinya.

Ia tak kuasa menahan air matanya yang terjun tanpa permisi, tubuhnya gemetar, kedua tangannya menutup wajahnya. "Aku tidak percaya lagi padamu Revan." ucap Velia dengan sesenggukan.

Velia memutuskan pulang ke rumah dan menunggu Revan kembali. Ia hanya terdiam duduk di dekat jendela dengan tatapan kosong, sesekali bulir butih keluar membasahi pipinya.

Hari mulai gelap, terdengar suara deru mobil memasuki garasi. "Itu pasti Revan." Velia mengusap sisa air matanya lalu keluar menemui Revan.

Revan tersentak melihat istrinya membuka pintu dengan wajah yang pucat dan mata sembab.

"Sayang apa kamu sakit?!," tanya Revan.

Tanpa membalas pertanyaan dari suaminya, ia langsung menarik lengan Revan lalu menuju ke kamar mereka. Revan dengan patuh mengikuti sitrinya.

"Ada apa?!," tanya Revan.

Velia menarik nafas berat lalu berkata. " Siapa wanita yang kau temui tadi pagi?!."

"Apa maksudmu?!."

"Jawab saja aku dengan jujur, aku bertanya bukan berarti aku tidak tahu kebenarannya." seru Velia sembari terduduk lemas.

Revan ikut duduk dan memeluk istrinya itu. "Maafkan aku." hanya kata-kata itu yang terus keluar dari mulut Revan.

Mendengar ucapan suaminya ia sudah tahu kebenarannya.

Pecah sudah kesedihan Velia, ia menangis dengan sekencang-kencangnya untung saja hanya ada mereka berdua di rumah saat itu.

Waktu berlalu begitu cepat, malam telah berganti dengan pagi yang cerah.

Velia bangun dari tidurnya, ia melihat suaminya masih tertidur pulas di sisinya.

Beberapa menit kemudian Velia telah bersiap dengan pakaian yang rapi dan make up tipis untuk menutupi mata sembabnya.

Ketika membuka matanya Revan  melihat istrinya bersiap keluar. "Mau kemana?," tanya Revan.

"Jangan cari aku!!." ucap Velia berjalan keluar kamar lalu membanting pintu dengan keras.

Revan tertunduk sembari mengacak-acak rambutnya. Dia pun tidak mengerti kenapa semua ini bisa terjadi.

Ditempat lain Kinara sudah menunggu kedatangan sahabatnya setelah dapat kabar dari Velia.

Tak lama kemudian Velia tiba di rumah Kinara.

Melihat raut kesedihan di wajah sahabatnya, Kinara langsung membawa Velia ke dalam kamar.

Mereka duduk di atas ranjang. "Bestieku." ucap Kinara langsung memeluk Velia yang tengah menahan tangis.

"Sudah Ve, cukup hari ini saja kau bersedih. Kau wanita yang kuat pasti bisa melewati masalah ini." ujar Kinara memberi semangat.

"Baiklah, aku harus menghadapi monster itu!," balas Velia juga dengan semangat.

"Jadi apa yang akan kau lakukan?," tanya Kinara.

"Aku masih ingin mendengar penjelasan Revan dulu kenapa dia mengkhianatiku," jawab Velia.

"Lalu?," penasaran Kinara kemudian merebahkan tubuhnya di ranjang dan dengan santainya memeluk bantal seperti akan mendengarkan cerita dongeng pengantar tidur.

"Aku ingin bertemu wanita itu." ucap Velia menoleh ke Kinara lalu memukulnya dengan bantal.

"Dasar bestie KW!, orang lagi sedih dia asyik santai mau tidur," cemberut Velia.

Kinara menarik sahabatnya ikut berbaring di sampingnya. "Sudahlah tidur saja dulu,bermalam saja di sini besok pagi baru kau adu ilmu dengan monster itu." ucapnya.

Velia menghela nafas lalu ikut tertidur.

Keesokan harinya Revan sudah menunggu di depan rumah Kinara. Ia sudah tahu pasti istrinya akan pergi kesini.

Ketika melihat istrinya Revan langsung menarik Velia masuk kedalam mobilnya. "Lepaskan!." bentak Velia.

Kinara yang melihatnya tidak bisa berbuat apa pun karena ini masalah rumah tangga mereka.

"Ikut aku, aku akan jelaskan semuanya!." Mereka berdua masuk kedalam mobil Revan.

Sesampainya di rumah mereka duduk di sofa. Suasana menghening dan akhirnya Velia bersuara. "Jelaskan!" tegas Velia.

"Aku memang mengenalnya saat kuliah dulu, kemudian aku mendengar kabar dia ke luar negeri untuk merawat ibunya yang sakit setelah itu tak ada kabar lagi darinya, kita sudah tak ada komunikasi lagi sejak saat itu," jelas Revan dengan tenang.

"Lalu bagaimana hingga kalian bisa memiliki anak?," bentak Velia.

"Aku tak tahu bagaimana detailnya, tapi kali terakhir aku bertemu dengannya saat kita menikah," ujar Revan.

"Bagaimana bisa?!, apa kau yakin itu anak kandung mu?, bisa saja dia menjebakmu!," seru Velia.

"Aku sudah lakukan tes DNA dan anak itu memang anak kandungku," Revan tertunduk.

"Hubungi wanita itu, aku ingin bertemu dengannya." ucap Velia lalu beranjak pergi menuju kamar. Revan menyetujuinya. "Masalah ini harus selesai," pikir Revan kemudian pergi dari rumah untuk menemui wanita itu.

Senja mulai menampakkan diri. Terlihat seorang wanita duduk termenung sambil mengaduk-aduk minumannya yang sudah dingin itu, ia adalah Velia.

Beberapa saat kemudian seorang wanita datang menghampiri Velia.

Tentu Velia sudah tahu siapa wanita itu, tanpa izin dengan angkuhnya wanita itu langsung duduk di hadapan Velia.

Wanita itu mengulurkan tangan lalu berkata. ''Kenalkan aku Tania Marvin,''

Dengan terpaksa Velia membalas jabat tangan tersebut. Jantungnya berdegub kencang, tangan lainnya mengepal dengan kuat.

''Velia,'' jawabnya lalu melepas tangan Tania.

''Apa yang kau inginkan?!," tegas Velia.

''Kehancuranmu!," jawab Tania dengan tatapan tajam.

''Kau sudah berhasil!!,' balas Velia.

Tania berdiri lalu mendekatkan wajahnya ke Velia. ''Ini belum berakhir, aku akan membuatmu merasa tak ingin hidup lagi di dunia ini.'' bisik nya kemudian pergi meninggalkan Velia yang membeku di tempat.

Velia berusaha menahan tangisnya, ia berjanji pada diri sendiri tidak akan menangis lagi.

''Aku membenci kalian berdua,!'' gerutu Velia dalam hati.

Bab 3 : Pilihan Yang Sulit

Sekuat-kuatnya seorang wanita pasti akan ada suatu titik terendah dalam hidupnya.

Bagi seorang istri tentu suami adalah tumpuan dan tujuan hidupnya, tapi semua itu akan berbalik jika suami memiliki ratu lain dalam kerajaan rumah tangga.

Kini bagi Velia sudah tak ada harapan lagi untuk bertahan dalam bahtera rumah tangga yang sudah hancur.

Velia duduk di tepi ranjang, pandangannya menatap nanar setiap sudut ruangan yang menyimpan banyak kenangan baginya.

Dengan langkah berat Velia berjalan sembari membawa koper berisi beberapa pakaian dan dokumen pribadinya.

Velia ikut duduk di samping pria yang akan menjadi mantan suaminya.

"Apa ini pilihan mu?!," tanya Revan.

"Tentu, apa ada alasan yang kuat untuk aku bertahan?," ucap Velia lesu.

"Aku!, selama aku mencintaimu tidak akan ada yang berubah!," jelas Revan.

"Ini lah yang aku takut kan, jika cinta itu sudah tidak ada bukan kah akan membuat lukaku semakin dalam!," Velia terus menatap mata Revan mencari kebenaran dari sana.

"Aku sempat berfikir ingin menjadi manusia paling egois untuk meminta mu meninggalkan wanita itu, tapi aku tidak bisa membiarkan anakmu kehilangan sosok ayah!," lanjut Velia.

Revan tak kuasa menahan tangisnya, ia menggenggam erat kedua tangan Velia dan sesekali menciumnya.

"Aku tahu kau bahagia bersama mereka Revan, raut wajah mu tidak bisa membohongi semua itu!. Bukankah itu yang kamu inginkan karena sampai saat ini aku belum bisa memberikan mu seorang anak," ujar Velia yang langsung mendapatkan pelukan erat dari Revan

"Lepaskan aku Revan, aku mohon!." mendengar ucapan itu Revan menguatkan pelukannya seakan tidak ingin melepaskan Velia.

Velia hanya terdiam tanpa membalas pelukan Revan. Setelah di rasa cukup akhirnya Revan melepas pelukannya.

"Baiklah aku tidak akan menahan mu," ucap Revan. Velia menganggukkan kepala lalu pergi dari rumah itu.

Beberapa minggu telah berlalu berharap Velia merasa lebih baik selama tinggal bersama orang tuanya namun sakit itu tidak bisa hilang begitu saja.

Melihat kedua orang tuanya tengah duduk santai di ruang keluarga, Velia melangkah ke arah mereka.

"Mama!, Papa!,'' ucap Velia lalu bergelayut manja di antara mereka.

''Aku ingin ke suatu tempat untuk liburan siapa tahu dapat jodoh baru!,'' ujar Velia dengan gelak tawa.

''Haha dasar janda genit!," balas Shela sembari mentoyor kepala putri semata wayangnya itu.

''Apapun yang ingin kamu lakukan, lakukan saja yang penting kamu bahagia. Papa tidak ingin mengekang mu lagi seperti dulu,'' terang Gio Selkova.

''Horee!! otw cari sugar daddy!!.'' Velia berlari riang menuju kamarnya.

''Heeeyyy!!,'' sela Gio.

''Bercanda pah,'' balas Velia terus berlari.

Kedua orang tua Velia saling memandang dengan senyuman bahagia akhirnya putri mereka mulai membaik beberapa hari terakhir ini.

Shela sudah berencana jika saja putrinya belum kembali seperti biasa ia akan memanggil temannya yang seorang psikiater.

''Kita hanya bisa mendukungnya untuk tetap kuat menghadapi ini,'' ucap Gio lalu menepuk-nepuk tangan istrinya.

Shela dan Gio terperangah melihat putrinya keluar kamar sudah berpakaian rapi dan cantik sambil membawa koper tak lupa polesan make up tipis membuat penampilannya lebih segar.

''Ve!!!? kamu mau pergi sekarang juga!!?,'' ucap Shela.

''Tadi Ve udah ngomong sama papa dan mama kan?'' Velia merasa bingung dengan kedua orang tuanya.

''Yah nggak harus sekarang juga dong!, kamu bilangnya baru beberapa menit lalu,'' Shela menepuk jidat.

''Sudah, sudah, biarkan dia pergi.'' Gio bangun dari duduknya lalu memeluk Velia yang di susul Shela.

''Udah jangan terlalu bahagia, aku pergi dulu.'' Velia melepas pelukan orang tuanya, di luar sebuah mobil siap mengantarkannya menuju bandara.

---

Di sebuah gedung pencakar langit terlihat seorang pria dengan tergesa-gesa masuk ke ruangan.

Braakk. Seorang pria membuka pintu dengan kasar.

''Tuan Deon ada kabar buruk!!,'' dengan nafas tak beraturan pria itu langsung meletakan dokumen di atas meja.

''Ckckck, tak sopan! keluar sana lalu kembali lagi!'' gertak Deon.

''Tapi tuan, udah terlanjur tak bisa kah untuk kali saja, ini lebih dari sangat penting,'' mohon Jovi.

Deon menghela nafas. ''Baiklah ada apa?!,'' tanya Deon sambil mengecek dokumen yang di bawa Jovi.

''Tuan beberapa investor kita mengundurkan diri dari proyek terbaru kita,'' jawab Jovi dengan serius.

''Mereka telah memberikan kita kompensasi atas pengunduran sepihak ini, informasi yang saya dapatkan mereka pindah ke Trias Group Tuan,'' lanjutnya.

Deon memijit pelipisnya. ''Siapkan keberangkatanku sekarang juga!!.'' Deon bangun bersiap pergi ke negara B.

''Saya sudah menyiapkannya Tuan, kita bisa pergi sekarang Tuan!,'' Jovi membantu membawa beberapa dokumen penting di dalam tas.

Mereka keluar bersama menuju loby. Sebuah mobil mewah sudah siap menunggu Tuan nya.

Selama perjalanan Deon hanya memandang keluar jendela, ia tahu lawan bisnis nya kali bukan orang sembarangan.

Bebeda dengan Jovi yang sibuk dengan ponsel nya yang tidak berhenti berdering dari tadi.

''Tuan ada masalah dengan jet pribadi anda, kita harus menunggu sampai sore nanti Tuan,'' Jovi menoleh ke belakang menunggu jawaban Tuan nya.

''Pesan kelas bisnis yang berangkat sekarang!, aku tidak mau di tunda-tunda lagi!,''

''Baik Tuan.'' Jovi langsung menghubungi pihak maskapai. '' Tuan 20 menit lagi pesawat berangkat.

Mobil mewah itu berhenti di depan loby khusus VIP. Dengan setelan jas mahal membuat pesona seorang Deon semakin meningkat.

Mereka berjalan masuk ke dalam pesawat.

Deon duduk di dekat jendela sedangkan Jovi dengan setia duduk di samping Tuan nya.

Tak jauh dari mereka terlihat seorang wanita cantik berambut panjang duduk di sisi jendela lainnya.

Wanita itu terlihat memandang keluar jendela dengan raut wajah datar dan tatapan kosong.

Deon memperhatikan wanita itu sedari tadi, untung saja ia memakai kaca hitam sehingga tidak mencolok.

''Aku seperti pernah melihatnya!,'' Deon mengerutkan alisnya beberapa detik kemudian ia mengingatnya.

Deon menarik sudut bibirnya ''Wanita Aneh,'' gumamnya.

Merasa ada yang memperhatikannya Velia pun menoleh dengan santainya Deon berpura-pura sibuk dengan ponselnya.

Tanpa curiga Velia memejamkan matanya untuk beristirahat sejenak. Beberapa hari ini ia tidak dapat tidur dengan nyenyak.

Jovi yang tenang dalam diam ternyata memperhatikan tingkah bosnya. Dia pun menoleh ke arah Velia.

''Ppfffttthhh!.'' Jovi menutup mulutnya menahan tawa.

''Cantik bos!.'' ucap Jovi sedikit berbisik.

''Diam kau!!.'' ketus Deon.

''Aku siap membantumu bos!,'' goda Jovi menaik turunkan alisnya.

Deon mengambil earphone lalu memasangkannya ke Jovi.

''Tidurlah!!, kau akan kerja berat setelah tiba di sana nanti!,'' perintah Deon.

''Kalau ternyata aku yang bekerja kenapa bos ikut!?,''

''Aku bosnya,'' jawab Deon penuh percaya diri.

Jovi memutar bola mata jengah, dia salah bertanya kali ini.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!