NovelToon NovelToon

4 YOUNG MOBSTERS

4 Young Mobsters*

Lysa, Arjuna, Jonathan dan Sandara Liu adalah anak dari seorang ratu mafia bernama Vesper yang memiliki banyak nama alias, yakni Lily atau Liana.

Ia juga memiliki banyak marga pada namanya disesuaikan dengan kepentingan penyamarannya.

Wanita berdarah Asia yang mengalami banyak kejadian tragis dihidupnya membuatnya kini memiliki wajah baru seperti bule Eropa.

Memiliki dua orang suami, Kai dan Han yang kini mendampinginya membesarkan keempat anak dari pernikahannya sebanyak lima kali.

Vesper yang kini berusia 55 tahun dengan suami bernama Kai, lelaki dengan jarak terpaut 7 tahun lebih muda darinya berdarah Indonesia-Tionghoa dan Han lelaki berusia 58 tahun berdarah Jepang-Korea.

Vesper memiliki tujuh orang bodyguard yang dipercaya selama masa hidupnya menjadi mafia.

Mereka adalah Eko, asal Indonesia. James dan Drake dari Amerika. Eiji dan Tora yang berasal dari Jepang. Seif dari Afrika dan Buffalo asal Jerman.

Seif dulunya seorang budak asal Afrika yang dibeli oleh Sultan asal Afganistan di pasar budak ilegal saat di Mesir.

Seif mengabdikan dirinya pada Javier, salah seorang anggota dewan 13 Demon Heads termuda asal Afganistan.

Namun, penyerangan brutal yang dilakukan oleh militer pemerintah, membuat Javier kehilangan kekuasaannya dan menyerahkan Seif kepada Vesper, ibu angkatnya untuk dijadikan salah satu bodyguard-nya menggantikan Lopez.

Buffalo, bodyguard asal Jerman yang direkrut oleh Vesper karena kemampuannya dalam mengemudikan pesawat, helikopter dan segala jenis kendaraan tempur terbang di atas langit.

Vesper menjadi ratu mafia tak tertandingi kala itu di jamannya. Namun kini, Vesper semakin tua dan tubuhnya semakin lemah.

Meski kekuasaannya terhampar hampir di seluruh dunia, ia satu-satunya wanita yang dipuja, diakui dan dihormati oleh para mafia yang tersebar di seluruh pelosok.

Hanya saja Vesper tetap memiliki titik lemah yakni tak bisa melawan umur dan penyakit kekalnya akibat gas syaraf 'Mr. Perfume' kala itu yang membuatnya terus mengalami penurunan dalam kesehatannya.

Vesper memberikan wasiatnya kepada empat anaknya yang masih muda untuk meneruskan usaha legal dan ilegalnya untuk menggantikan posisinya dengan cara yang unik.

Vesper sudah lelah dengan pertarungan karena ia sudah terlalu banyak terluka. Semua orang yang tahu akan kisahnya turut sedih, saat Vesper sudah tak setangguh dulu ketika masih berjaya.

Vesper telah kehilangan banyak orang yang disayangi dan dicintainya akibat gempuran hebat militer pemerintah yang selalu mengincar kematiannya.

Namun, Tuhan terlalu sayang pada Vesper yang selalu diberikan kesempatan untuk tetap menjalani hidup yang baginya sudah memuakkan.

Vesper ingin segera menemui neraka dimana ia tak pernah melihat surga dalam kehidupannya.

Ia sudah bosan, meski ia pernah berulang kali mencoba bunuh diri, tapi Tuhan lagi-lagi tak mengizinkannya.

Vesper menerima takdirnya sebagai mafia dengan segala macam penderitaannya hingga sekarang.

Meski kini Vesper mulai meninggalkan dunia mafia dan menjalani masa tuanya dengan menghabiskan waktu berjalan-jalan dengan kedua suami yang begitu mencintainya, tetap tak membuat keempat anaknya berhenti menyayanginya.

Lysa tumbuh menjadi gadis yang cantik dan memiliki banyak talenta. Ia dijuluki 'The Eyes' karena kemampuannya sebagai penembak jitu dan pemanah, serta ahli dalam menggunakan segala jenis senjata yang bisa disetarakan dengan agent khusus pemerintah.

Para mentornya pun orang-orang jebolan pemerintah yang berkhianat. Lysa memiliki darah mafia yang kuat seperti ibunya.

Arjuna tumbuh menjadi lelaki yang kuat. Dulunya ia sakit-sakitan dan anak yang lemah. Arjuna anak dari Vesper dan Han.

Kini Arjuna dijuluki 'The Ocean' karena kemampuannya dalam berenang hingga mencapai kedalaman air yang cukup menakjubkan.

Ia sangat gesit dan tangkas dengan kemampuan bertarung tangan kosong. Ia ahli bela diri dan memainkan pedang.

Arjuna juga menyukai olah raga exstream akibat ajaran dari James, salah satu bodyguard Lily yang menjadi mentornya.

Sedang Jonathan. Salah satu anak Vesper yang memiliki darah mafia murni diantara yang lain.

Ayahnya, Erik Benedict kala itu seorang mafia asal Inggris yang tinggal di Colombia dan pernah menjadi ketua 13 Demon Heads saat itu.

Meski demikian, Jonathan malah anak yang paling santai dan cuek dibanding ketiga saudaranya.

Jonathan tak menunjukkan ketertarikan dalam dunia mafia dan Vesper pun tak mempermasalahkannya.

Nathan, panggilan akrabnya. Ia sangat hebat dalam berbisnis, bernegosiasi dan tentu saja, playboy seperti ayahnya dulu.

Sandara Liu, anak Vesper paling akhir dari buah cintanya dengan salah satu bodyguard yang kini menjadi suaminya, Kai.

Liu dijuluki 'Mirror' karena kemampuannya dalam menirukan segala bentuk gerakan dalam sekali lihat. Ia menguasai paling banyak bahasa ketimbang saudaranya yang lain.

Liu sangat jenius. Ia bisa melakukan analisis dengan akurat dan hampir tak pernah melakukan kesalahan. Liu pendiam dan senyumannya mematikan.

Dibalik wajah lugu dan polosnya, Liu menyimpan banyak misteri bahkan kedua orang tuanya pun tak bisa menebak isi pikiran anak gadisnya.

Meski demikian, Liu tertarik dalam dunia tarik suara dan menari. Ia bahkan ingin menjadi penyanyi suatu saat nanti dan kedua orangtuanya mendukung impiannya itu.

***

Di kastil Borka, Rusia 13 tahun yang lalu.

Mereka berbicara dengan bahasa Indonesia campuran.

Ruang makan terlihat ramai seperti biasa dengan keempat anak Vesper yang didampingi oleh Han, Kai dan Lily.

Mereka terlihat seperti keluarga yang harmonis, penuh canda tawa dan kehangatan. Tak tampak wajah mafia dalam diri mereka.

"Mah, Lysa akhir pekan nanti balik ke kampus karena mulai masuk semester lima. Jadi, Lysa ..." ucap anak pertama Lily yang menginjak umur 21 tahun.

"Hmm, pasti kau mau minta mobil 'kan? Mama tau," jawab Lily cuek sembari memotong telur mata sapi di piringnya.

"Capek tau mah ... jalan kaki mondar-mandir. Itu sih Lysa gak boleh asrama. Rumahnya 'kan jauh mah dari kampus. Bisa kaya lobak nanti kaki Lysa. Tar gak ada yang naksir aku lagi," ucap Lysa sambil memonyongkan bibir dan memelas.

Semua orang yang mendengarnya terkekeh. Lysa melirik semua orang dan malah terlihat sebal.

"Udah ada Javier lho, ganjen," jawab Lily sembari memasukkan potongan telur mata sapi ke mulutnya.

"Ishh ... dibilang ya. Lysa tu mau fokus jadi sarjana dulu. Kawin mulu yang dipikirin, heran," timpal Lysa protes.

"Woi ... nikah woi!" timpal Eko, salah satu bodyguard Vesper yang sedang berjalan menuju ke meja makan dengan membawa setumpuk dokumen.

Semua orang kembali terkekeh. Lysa menjulurkan lidah karena malu.

"Apa, Eko? Tidak lihat aku sedang makan?" ucap Lily malas karena Eko malah menggangu sarapannya.

"Urgent ini mbak. Mayday statusnya. Cus cepetan gitu lho maemnya. Lab leb lab leb kaya Eko kalo makan," ucap Eko dengan logat jawanya yang khas.

Lily melirik Eko tajam dan membuat Eko diam seketika lalu memundurkan langkahnya karena takut dengan lirikan nonanya itu.

"Nggeh ... monggo ... nikmati sarapannya, gak usah buru-buru ... selow mbak Vesper ... selow ..." ucap Eko meringis sembari berjalan mundur dan nyengir seperti kuda.

Semua orang menahan tawa dimana Lily masih menatap Eko tajam tanpa berkedip. Eko menelan ludah dan buru-buru pergi karena takut diamuk Lily entah dilempar garpu atau malah pisau ke arahnya.

Dua suami Lily hanya tersenyum karena sudah tak asing dengan sikap garang isterinya sang ratu mafia ini.

"Mah, Arjuna juga mau pergi ya sama paman James ke Afrika. Nanti ditemenin sama om Seif juga kok," ucap Arjuna dengan mata berbinar.

Sontak Lily menjatuhkan sendok dan garpunya karena kaget. Ia melotot tajam pada anak keduanya ini dan sontak membuat Arjuna terkejut seketika.

"Ngapain ke Afrika?" tanya Lily to the point.

"Berburu, hehe," jawab Arjuna sambil meringis yang kini ia berusia 14 tahun.

Lily menghembuskan nafas keras dimana ia makin pusing dengan segala bentuk kegiatan anaknya.

Arjuna yang tak mau sekolah reguler seperti anak-anak pada umumnya itu menghabiskan waktunya dengan berkelana.

Arjuna yang menyukai alam liar membuat Lily memperbolehkannya bereksplorasi karena tak mau mengekangnya.

"Wah, asik dong jalan-jalan. Nathan ikut dong, Kak Juna," timpal Jonathan yang iri karena Arjuna mendapatkan izin dari ibunya.

"Eh ... Nathan harus sekolah, gak boleh bolos," jawab Kai ayah angkatnya mengingatkan.

"Trus kapan Nathan pikniknya?" rengek Nathan yang memang dikenal anak mami itu.

"Nanti papa Kai temenin. Nathan mau kemana?" tanya Kai tersenyum manis padanya.

"Main ski yuk di Swiss ... trus kita makan cokelat ... oh, kita keliling Eropa aja papa, ya ya ya ..." ucap Jonathan antusias padahal ia baru berusia 10 tahun.

Lily dan Kai memejamkan mata. Jonathan yang boros dan selalu dimanja oleh keluarga mantan suaminya itu membuat mereka berdua agak sulit untuk menolaknya.

"Ya, boleh saja. Nanti papa bilang dulu sama pakde Satria ya. Kita bisa tinggal di rumahnya karena pakde Satria lebih tau tempat asyik mana aja di Swiss," jawab Kai menyarankan.

"Yes! Yes! Yes!" jawab Jonathan riang.

Lily hanya geleng-geleng kepala karena keinginan Nathan terpenuhi lagi. Lysa dan Arjuna terlihat iri, tapi mereka yang sudah paham karakter adik mereka itu mencoba untuk mengabaikannya. Lily melirik Liu.

"Dara sayang. Dara mau ngapain?" tanya Lily dengan senyum manisnya.

Dara diam saja tertunduk. Dara yang jarang bicara itu membuat semua orang kebingungan jika berbicara padanya.

"Dara sama ayah Han dan mama Lily saja ya di rumah. Nanti kita main bersama. Dara mau main apa?" tanya Han dengan senyum merekah.

Lagi-lagi Dara hanya diam tak menjawab. Dara yang kini berumur 5 tahun memang bukan tipe anak yang periang, tapi ia anak yang pintar dan jenius. Lily dan semua orang saling melirik.

"Yah, kita pikirkan nanti saja. Baiklah, ibu sudah selesai makan. Ibu pergi dulu ya, ucapan Eko bikin mama kepikiran," ucap Lily sembari mengambil gelas berisi air putih di depannya dan meneguknya.

Lily beranjak dari dudukannya lalu menghampiri salah satu suaminya yang duduk di sebelahnya.

Lily mencium bibir Han lalu mencium kening keempat anaknya dan diakhiri dengan mencium bibir Kai.

Lily tersenyum pada semuanya dan berjalan melenggang meninggalkan ruang makan. Semua orang menatap kepergiannya yang sekejap membuat suasana dalam ruang makan hening seketika.

-----

ILUSTRASI VESPER

ARTIST : EVA GREEN

EDIT FACEAPP : 55 YEARS OLD

PIC SOURCE : PINTEREST

Taken Away*

Vesper berjalan di koridor kastilnya ke lantai dua tempat Eko sudah menunggunya untuk memberikan laporan.

Vesper masih berusia 42 tahun saat ini, tapi tetap terlihat garang dan berkuasa karena ia kembali menjabat sebagai ketua dewan 13 Demon Heads atas desakan seluruh mafia yang berada di seluruh dunia.

Vesper bahkan mengganti banyak peraturan selama ia berkuasa. Para mafia pun menurut tanpa protes sedikitpun.

Larangan yang memiliki hubungan sesama anggota dewan pun kini sudah diizinkan kembali seperti zaman masa Komandan Zeno dan Rose Marlena menjabat.

Vesper duduk di kursi kerja dengan Eko yang sudah siap dengan laporannya. Mereka berbicara bahasa Inggris dan Indonesia campuran.

"Speak."

"Jadi, gini mbak. Soal perekrutan bodyguard para anggota dewan dengan peraturan yang baru. Si Bojan, dia curiga sama anak buah rekrutannya sendiri," ucap Eko dengan logat jawanya.

Vesper berkerut kening.

"Who?"

"Louisa. Dia orang Jerman. Bojan udah nyari data tentang dia, tapi bersih. Yuki dan Eiji juga nyari plus dibantuin Monica Red Skull pula, tapi ya gitu. Bersih. Kebersihan malah. Ini bahaya lho mbak," ucap Eko serius.

"Hmm begitu ya. Punya fotonya?"

"Ada. Kita curiga dia ini mata-mata pemerintah mbak," ucap Eko sembari memberikan foto Louisa padanya.

Vesper menatap foto itu seksama lalu mengembalikan pada Eko lagi dengan santai.

"Jadi ... gimana mbak?" tanya Eko penasaran dengan jawaban Vesper.

"Ya, gak gimana-gimana. Mm, sebenarnya, Eko. Ada hal penting yang aku ingin kau kerjakan, tapi jangan sampai ketahuan Kai dan Han serta keempat anakku," ucap Vesper serius.

Eko terhenyak seketika.

"Apa tu mbak?"

"Aku ingin membuat surat wasiat untuk keempat anak-anakku. Setelah ini selesai, temui pengacaraku untuk mengesahkannya. Simpan baik-baik berkas itu nanti di dewan sekretariat 13 Demon Heads. Minta Manda untuk menyimpannya," ucap Vesper pelan.

Kening Eko berkerut.

"Kok tiba-tiba, Mbak? Jangan nglakuin hal aneh-aneh lho ..." ucap Eko curiga.

Vesper tersenyum tipis.

"Lakukan saja. Kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi. Meski sekarang keadaan terlihat aman, tak ada gangguan seperti saat 2 tahun lalu hanya saja ... mmm," ucap Vesper dengan pandangan tertunduk tiba-tiba dan terlihat cemas.

Eko menatap Vesper seksama.

"Yah ... aku hanya ingin memberikan yang sepantasnya untuk anak-anakku," ucap Vesper sembari mengetukkan telunjuk di atas mejanya.

Eko diam menatap Vesper yang bersikap tak wajar baginya dimana nonanya ini tak pernah bersikap demikian.

"Oke. Apa yang harus Eko tulis?" tanya Eko sembari mengambil selembar kertas di samping meja kerja Vesper yang memiliki rak susun berisi tumpukan kertas kosong.

Vesper tersenyum.

"For my four dear children, Lysa, Arjuna, Jonathan and Liu.

Ini peninggalan ibu untuk kalian. Jaga aset-aset ini dengan baik dan kembangkan. Buat menjadi lebih kuat dari yang ibu lakukan sekarang. Ukir sejarah nama kalian sendiri dalam aset yang akan ibu serahkan.

Ibu mempercayakan semua aset-aset ini pada kalian. Keunikan kalian akan menjadi ciri khas dalam dunia mafia. Jangan saling berebut, yang ibu berikan sudah disesuaikan dengan kemampuan kalian.

Oke, dari yang pertama. Untuk Lysa ..."

Ucap Vesper yang langsung dituliskan oleh Eko dalam lembaran kertas itu yang nantinya akan Vesper langsung tanda tangani dan cap kelima jari dengan darahnya.

Semua anggota dewan yang mencalonkan anaknya untuk menjadi penerusnya harus meninggalkan bukti tersebut dengan tulisan tangan bukan ketikan komputer.

Eko dipercaya oleh Vesper untuk mengurus surat wasiat itu beserta semua aset miliknya yang nanti akan disimpan dalam berkas rahasia di sekeretariat 13 Demon Heads di Rusia.

Hingga saatnya tiba nanti, dewan sekretariat akan mengumumkan kepada para pewaris tentang apa yang diserahkan oleh mantan dewan yang menduduki kursi jika ia menyatakan pensiun atau mati.

Sebanyak 5 lembar kertas yang berisi wasiat untuk keempat anak Vesper, sudah dicap dengan darah dari kelima jarinya.

Eko pamit pergi untuk mengurus semua warisan itu. Ia keluar dari ruangan dan meninggalkan nonanya sendirian di sana.

Tugas Eko tinggal menyerahkannya pada dewan sekretariat yang kini dipegang oleh Amanda Theresia sebagai ketuanya.

Vesper memejamkan mata, ia sudah merasa tenang karena yang ia miliki sudah ia serahkan kepada keempat anak-anaknya.

Vesper menatap foto pernikahannya dimana keempat anaknya duduk mengapit di kanan kirinya dengan kedua suami yang berdiri di belakangnya.

Senyum Vesper merekah hingga sebuah petaka tak diduga tiba-tiba datang pada dirinya, lagi.

Mata Vesper melebar seketika saat sebuah helikopter tempur milik pemerintah muncul di depan jendela ruang kerjanya.

Terdengar suara tembakan bersahut-sahutan dari para Black Armys yang berjaga di luar kastil.

Vesper terperanjat dari dudukannya dan langsung berdiri. Ia segera mengambil senjata laras panjang yang ia sembunyikan di bawah meja kerjanya.

Vesper menyiagakan senjatanya dan membuka jendela ruang kerjanya yang cukup lebar itu dan muat untuk dimasuki oleh 3 orang sekaligus.

Vesper membidik para penembak dari pintu helikopter. Namun, saat Vesper bersiap menembak, tiba-tiba ...

SHOOT! JLEB!

"Agh."

"LILY!" teriak Han lantang yang berlari ke arahnya dimana Vesper ditembak oleh peluru bius yang mengenai lehernya.

Vesper roboh di lantai seketika. Han melepaskan peluru-pelurunya ke arah para penembak dimana helikopter itu merapat ke jendela ruang kerja Vesper.

Han ditembaki dan membuatnya harus berlindung agar tak terkena tembakan. Para pasukan pemerintah lompat lewat jendela dan masuk ke ruang kerja lalu mengambil Vesper.

Kai datang dan segera melakukan serangan balik dengan Eko bersamanya. Vesper dibawa oleh pasukan itu ke dalam helikopter untuk dibawa pergi.

"NONA LILY!" teriak Kai lantang dimana Vesper sudah dinaikkan dalam pesawat.

Eko, Kai dan Han mengamuk. Mereka menembaki para pasukan pemerintah di dalam ruang kerja Vesper.

Semua barang di sana menjadi sasaran tembak. Ruangan berantakan seketika seperti terkena terjangan topan.

Namun, yang membuat tempat itu menjadi lebih mengerikan adalah ... Vesper berhasil dibawa pergi oleh pasukan pemerintah.

"MBAK VESPER!!" teriak Eko lantang dimana seluruh pasukan pemerintah yang ada di ruangan itu telah tewas mengenaskan di tiap sudut ruangan.

Mata Kai, Eko dan Han terbelalak seketika. Helikopter yang membawa Vesper telah terbang menjauh.

Mereka bertiga berlari dan tetap menembakkan sisa peluru ke arah helikopter dimana di bawah mereka juga digempur oleh kendaraan militer yang membuat suasana pagi itu yang diselimuti salju benar-benar mencekam.

Suara dentuman bom dan ledakan-ledakan dasyat terdengar di seluruh tempat di kastil Borka. Tangan Kai dan Han gemetaran melihat isteri mereka dibawa dengan mudah oleh para tentara pemerintah.

Kai dan Han marah besar begitu pula dengan Eko, bodyguard-nya.

"AARGGHHHHH!!!" teriak Kai lantang bagaikan seekor monster yang mengaum karena mengalami penyiksaan dalam dirinya.

Kai menembakkan seluruh amunisi pada senjata laras panjangnya ke para pasukan pemerintah yang berada di lantai bawah yang mencoba menerobos masuk.

"Eko! Keluarkan pelindas!" teriak Kai lantang mengomandoi.

Eko mengangguk cepat dan segera berlari untuk melakukan yang Kai perintahkan. Kai segera berpaling dari bingkai jendela dan keluar dari ruang kerja Vesper untuk menghabisi para penyerang.

Jantung Han berdegup kencang, ia memejamkan mata dan tanpa ia sadari air matanya menetes. Han tak menyangka jika hal buruk terjadi lagi pada mereka.

Han membalikkan badannya dimana ia merasa begitu kehilangan. Baru kali ini ia gagal menyelamatkan Vesper, isterinya.

Han berjalan gontai menuju pintu keluar ruang kerja Vesper. Saat Han melangkahkan kakinya yang terasa lunglai pada seorang mayat penyerang di lantai, pendengaran Han teralihkan pada suara radio dari salah satu mayat itu.

"Green One, come in."

Mata Han terbelalak seketika. Ia langsung berjongkok dan mencari suara radio itu. Han menemukannya dan segera menjawab panggilan itu. Ia berpura-pura menjadi salah satu tentara.

Han mengatur nafasnya agar suaranya terdengar meyakinkan.

"Green One, active."

"Vesper sudah diamankan. Kembali ke markas. Tarik pasukan."

"Roger that."

Han langsung berlari keluar ruangan dan mencoba mengejar para tentara pemerintah yang menarik diri dari penyerangan.

Han masih membawa radio itu dalam genggamannya. Ia mengambil senjata para pasukan pemerintah dengan segera dan melucuti pakaian mereka.

Han kembali menyamar menjadi pasukan khusus seperti mereka. Anak-anak Vesper melihat yang Han lakukan dimana mereka bersembunyi di balik pintu gudang ruang makan.

"Apa yang ayah lakukan?" tanya Arjuna mendekati Han yang mempersenjatai dirinya di ruang makan.

Han terkejut karena Arjuna dan ketiga anak Vesper melihatnya. Tak lama, Kai dan Eko juga datang karena ingin mengamankan ketiga anak Vesper. Mereka kaget dengan yang Han lakukan.

"Percayakan Lily padaku. Aku akan membawanya kembali. Aku sudah pernah hidup di lingkungan militer pemerintah," ucap Han yang sudah berdiri tegap dengan mengenakan seragam militer itu.

Arjuna memeluk kaki ayahnya seketika dan kedua anak Vesper menangis sedih. Liu keluar dari gudang dan mendekati Han lalu memegang jemarinya erat. Han tertegun.

"Bring her home."

Han mengangguk. Ia lalu berjongkok dan memegang pipi Liu dengan senyum manisnya.

"Maaf, Dara. Ayah dan ibu belum bisa menemanimu bermain akhir pekan nanti. Kau tidak marah, 'kan?" tanya Han pelan.

Liu menggelengkan kepala tanpa ekspresi diwajahnya. Han tersenyum lalu mencium kening Liu dengan penuh kasih sayang.

Han lalu berdiri dan memegang pipi anaknya, Arjuna yang terlihat ia ketakutan.

"Jaga saudara-saudarimu. Kalian harus selalu kompak. Kau bisa diandalkan 'kan selama ayah pergi?" tanya Han menatap anaknya serius.

Arjuna mengangguk mantab. Han terlihat lega. Ia lalu mendekati Kai dan menepuk pundaknya kuat.

"Tunggu kabar dariku. Jaga anak-anak. Siapkan semua. Begitu ada celah, kita balas mereka," ucap Han serius.

Kai mengangguk dengan mantab. Eko juga ikut mengangguk. Han segera menutup wajah dengan masker milik mayat pasukan khusus itu.

Han berlari dengan senjata milik pasukan khusus dan berpura-pura telah membunuh para orang-orang di dalam ruang makan.

Kai dan semuanya berakting telah tewas tergeletak di sana. Para pasukan pemerintah percaya dan mereka segera pergi meninggalkan kastil Borka.

Liu yang ikut berpura-pura mati di dekat pintu ruang makan, perlahan membuka matanya dan bangun dari tempatnya bermain drama.

Ia berjalan pelan menuju pintu keluar ruang makan dan melihat sebuah helikoter melayang di atas kastil ibunya meninggalkan kekacauan yang mereka buat di sana.

Liu menyipitkan matanya melihat helikopter itu. Ia berguman.

"Mil Mi-28H Havoc number 50."

------

ILUSTRASI HELIKOPTER PEMERINTAH RUSIA

SOURCE : GOOGLE

boombastis.com

Analyze*

Hai ... kwkwkw pada ribut aja tanya kapan 4YM up. Sabar mbakk mass satu2 diselesaikan novelnya ya. Insya Allah bln depan 4YM mulai up daily 1 eps perhari. Nih lele kasih bonus 1 eps skalian numpang pengumuman😆

Ni lele masih berduka krn leptop rusak jdi lele pusiang ngetik di HP. Pedes mataku😵

Bulan Agst ini lele msh up SM dan ADW. ADW mau lele tamatin jdi akan fokus up disitu meski jadwalnya blm tentu. Ni kerjaan RL sumpah kagak abis2, herman lele.

Baiklah trims udh menunggu dan bersabarlah sayang2ku. Lele aja sabar lho kalian ini napsu aja. Sabar~

------- back to Story :

Han ikut dalam pasukan berseragam militer tersebut. Han diam di dalam helikopter yang entah membawanya kemana.

Jantung Han berdebar kencang tak karuan karena helikopter yang membawa isterinya sudah pergi lebih dulu darinya.

Han melihat para pasukan yang menyerang kastil Borka seperti pasukan khusus bayaran. Tak ada label bendera suatu negara. Merekapun diam tak ada yang bicara satupun. Han mencoba bersikap sewajar mungkin.

Hingga akhirnya perjalanan panjang itu berakhir ketika mereka sampai di sebuah pinggiran pantai.

Hari mulai gelap. Perjalanan itu cukup memakan waktu lama. Semua tentara di turunkan dari helikopter. Han mengikuti tentara di depannya dan berbaris.

Namun, ia kembali terkejut saat melihat sebuah kapal selam muncul dari permukaan air laut.

Han melihat sebuah helikopter mengangkut sebuah peti dengan lilitan rantai di sekelilingnya dan gembok besar terlihat kokoh. Jantung Han berdebar kencang. Ia berspekulasi, Vesper disekap di sana.

Palka pintu kapal selam terbuka. Peti itu mulai dimasukkan dimana terlihat puluhan pasukan berjaga di sekeliling kapal.

Belasan speed boat, jet ski dan helikopter bersenjata, menjaga ketat proses pemindahan itu.

Han teringat akan kejadian dua tahun silam saat di Afrika Selatan ketika pembebasan sandera, yakni Tuan Charles dan Nyonya Rose. Ia berpikir jika ini adalah ulah militer yang sama entah CIA atau MI6.

Namun, mata Han terbelalak saat melihat sosok lelaki yang dipenuhi tatto muncul sembari menghisap rokok dengan wajah tengilnya.

Lelaki itu adalah Tobias yang ternyata berhasil lolos dari maut saat ia melemparkannya dari atas tebing kala itu ke derasnya aliran sungai.

Nafas Han tercekik, pandangannya tak menentu seketika. Han tertunduk.

Saat Han tenggelam dengan penyelasan atas kejadian dua tahun silam, ia tertegun saat merasakan kepalanya ditempelkan sebuah moncong senjata laras panjang dalam jumlah banyak. Han menaikkan pandangannya seketika.

"Ohohoho ... lihat ... siapa ini, ada penyusup," ucap Tobias terkekeh sembari melepas paksa penutup wajah Han dan melemparkannya begitu saja.

Jantung Han berdegup kencang tak karuan. Nafasnya menderu saat Tobias mendekatinya dan mematikan bara rokok di rompi anti peluru yang dipakainya dengan seringai di wajah.

"Menyesal, Han?" ledek Tobias.

Han menatap Tobias tajam dan ingin sekali mencekiknya hingga tewas. Tobias terkekeh. Ia tak terintimidasi sama sekali dengan tatapan Han.

Perlahan, Tobias mengeluarkan pisau yang Han kenali. Itu adalah pisau yang Han berikan padanya. Han menyelipkan pisau itu dalam kepompong Tobias.

Tobias menatap pisau itu seksama. Han menatap tajam lelaki bengis itu. Tobias memegang rompi anti peluru Han dan mengangkatnya. Tiba-tiba ....

JLEBB!!

"ARGGHH!"

Tobias terkekeh saat menusuk perut Han. Han memegangi tangan Tobias kuat dengan kedua tangannya, menahan agar pisau itu tak menusuk lebih dalam lagi.

Darah mulai mengucur deras dari robekan luka itu. Han merasakan sakit yang teramat sangat setelah sekian lama tak terluka.

Han menguatkan mentalnya dan mengumpulkan sisa tenaganya. Ia menendang dengan keras salah satu lutut Tobias hingga ia ambruk.

Han segera mencabut pisau itu dari perutnya dan melemparkannya jauh. Han memegangi perutnya yang sakit. Tobias mengamuk.

Ia mencengkeram rompi anti peluru Han dan menyeretnya di atas rerumputan. Han masih berusaha menahan sakit di perutnya. Moncong senjata masih ditodongkan.

Han berusaha melawan. Ia memukul kaki Tobias berulang kali dengan kedua tangannya, tapi Tobias tak bergeming. Han yang heran itupun merobek paksa celana di betisnya.

Han kembali melotot saat melihat kaki besi buatan Kai dipakai olehnya. Han shock seketika. Tobias menyeret Han sampai ke ujung tebing.

Han bisa merasakan angin berhembus kencang menerpa tubuhnya. Tobias menginjak luka diperut Han dengan kaki robotnya dan seringai di wajah.

"Teknologi kalian sangat mengagumkan. Aku bahkan memiliki kaki robot ini juga. Kau membuat salah satu kakiku cacat, Tuan Han," ucap Tobias dengan wajah iblis terus menekan luka Han hingga ia mengerang kesakitan karena injakan kaki robot itu.

"Sampai jumpa, Kim Han Bong. Aku akan mengunjungi anak-anak Vesper. Oh, atau mungkin ... menggantikanmu sebagai Ayah mereka, hehehehe ... tentu saja dengan menyingkirkan Kai terlebih dahulu. Hahahaha!"

Han geram. Saat Han mencoba untuk bangun membalas Tobias, tiba-tiba lelaki itu menendangnya dari samping dengan kuat hingga Han terdorong dan ....

"TOBIASSS!" teriak Han lantang saat ia jatuh dari ujung tebing ke jurang yang dalam.

"Hahahaha ... hahahaha ... end of your story, Kim, Han, Bong ...." ucap Tobias penuh kemenangan.

Han hilang dan tenggelam dalam ganasnya ombak malam itu. Tobias membawa seluruh pasukannya pergi meninggalkan lokasi dengan Vesper bersamanya entah kemana.

***

Sudah tiga hari dan Han belum menunjukkan diri. Semua orang cemas. Eiji yang sudah melacak sinyal Han sejak kepergiannya belum menemukan hasil.

Para Black Armys yang mencoba mengejar kendaraan militer saat penyerangan juga berhasil dilumpuhkan hingga mereka tewas saat dalam pengejaran.

Berita ini segera disebarluaskan oleh Kai dari pusat komando. Seluruh mafia dalam jajaran 13 Demon Heads kembali dibuat panik akan serangan langsung, terlebih ke ketua mereka.

Saat pusat komando sedang sibuk mencari keberadaan Han dan Vesper dari para informan mafia yang tersebar, Lysa memberanikan diri untuk ikut terlibat bersama Arjuna di sampingnya.

"Kenapa kalian kemari? Sebaiknya kalian segera bersiap untuk evakuasi," ucap Kai sembari mendekati dua anak Vesper.

"Papa Kai. Apa kau ingat agent Cecil dan Rika?" tanya Arjuna tiba-tiba.

Sontak semua orang di pusat komando menoleh ke arah mereka berdua. Eko dan Eiji yang berada di sana ikut mendekati dua anak itu.

"Kenapa memangnya? Apa kalian menduga dua agent itu terlibat? Kalian tahu darimana nama mereka?" tanya Eiji heran.

"Saat kami di Amerika ditemani oleh Paman Sergei, ia memberitahukan nama agent Cecil pada kami. Lalu saat pemakaman kakek dan nenek, Paman Sergei mengatakan jika agent Rika yang membunuh mereka. Lalu ibu pernah bercerita akan mendatangi mereka untuk mengambil nyawa dua wanita itu. Apakah ... mereka datang untuk membalas dendam dengan mendatangi ibu terlebih dahulu sehingga ibu tak bisa membunuh mereka?" tanya Lysa berspekulasi.

Semua orang tertegun. Kejadian dua tahun silam hampir terlupakan oleh mereka. Semua orang saling memandang.

Tiba-tiba, saat semua orang sedang tegang dan meminta pada para Black Armys yang berada di Amerika untuk menyelidiki hal itu, Jonathan masuk ke ruang pusat komando dengan gusar.

"Papa Kai! Dara memakai komputer mama di ruang kerja! Aku sudah melarangnya, tapi ia malah mengusirku. Dara nakal!" adu Jonathan dengan wajah sebal.

Kai segera beranjak dan berlari ke ruang kerja Lily yang sempat porak poranda akibat penyerangan beberapa hari yang lalu. Dara memang suka menghabiskan waktu dengan bermain komputer.

Hanya saja, selama setahun terakhir, kemampuan Dara dalam menyelesaikan permainan games yang ia instal di komputernya, berhasil di selesaikan dengan cepat hanya dalam satu hari, per satu permainan.

Kai terkejut saat melihat Dara masuk ke sistem operasi yang terkoneksi dengan GIGA. Mata Kai melotot dan segera mendekati anak gadisnya itu.

"Hai ... Dara, sayang. Apa yang kau lakukan? Ini komputer mama. Kalau kau ingin bermain games pakai komputer Papa saja ya," ucap Kai sembari mendekati anaknya yang terlihat fokus pada layar komputer itu.

"Papa, look," ucap Dara sembari menunjuk sebuah layar dan ia terkejut.

Sebuah helikopter yang muncul pada kamera CCTV kastil Borka saat penyerangan dimana ada spesifiksi di sana berikut siapa saja yang memilikinya. Kai menatap Dara seksama dengan tajam.

Kai langsung membawa laptop itu berlari ke pusat komando dengan tergesa. Semua orang tertegun saat meletakkan laptop yang koneksi internetnya menggunakan wifi terinskripsi di sana.

"Eiji. Dimana GIGA mendapatkan semua data ini?" tanya Kai.

"Oh. Dia memang bisa menyusup ke database militer bagian penyimpanan. Kita memiliki penyusup di sana. Monica membuat semacam alat mirip 'Kartu Vesper' yang pernah aku, Sasha dan Nona Lily buat dulu, dimana sistem kita bisa masuk ke jaringan database mereka. Jadi, update data terbaru selalu bisa kita dapatkan tiap hari. Baik senjata ataupun kendaraan tempur. Kenapa?" tanya Eiji heran dimana saat penyerangan ia masih berada di mansion Joel.

"Helikopter ini yang membawa nona Lily," ucap Kai serius dan sontak mata semua orang melotot seketika.

Eiji segera meminta bagian pencarian untuk mengkonfirmasi nama-nama perusahaan dan instansi dari pemilik helikopter tempur itu.

Para Black Armys segera dikerahkan. Para bodyguard Lily yang terpencar di segala penjuru negara segera pergi ke titik-titik yang dimaksud.

Dara berdiri diam menatap semua orang yang terlihat sibuk dengan pencarian mereka itu.

"Robicon Coorporation, Islandia," ucap Dara lirih dimana ketiga saudaranya mendengar apa yang adik terkecil mereka itu katakan.

ILUSTRASI SANDARA LIU

SOURCE : PINTEREST

ARTIST : ELLA GROSS

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!