"Nadine bangun," teriak seorang wanita cantik dengan suara lengking nya kepada Nadine. Seorang gadis cantik yang mempunyai sikap periang, bar-bar, blak-blakan, dan juga sedikit judes itu.
Sementara di dalam kamar yang bernuansa serba Hello Kitty, Nadine masih tidur dengan nyenyak nya menikmati mimpi bertemu dengan seorang pangeran yang tampan rupawan seperti Oppa Lee Min Ho sang idola si Nadine.
Saat sang pangeran akan mencium bibir indah Nadine, tiba-tiba saja dia terbangun, karena tiba tiba saja sebuah suara datang memekakkan telinga.
Seketika Nadine terbangun dengan kesalnya karena tidak jadi mendapatkan ciuman dari sang pangeran.
Saat Nadine masih mengumpulkan kesadarannya, pintu kamarnya kembali digedor gedor kuat, diiringi dengan teriakan suara wanita yang tak lain adalah mama nya sendiri.
"Nadine ayo bangun, udah jam delapan ini," teriak mamanya..
"Ayo mama tunggu diruang makan, ada yang mama sama papa kamu bicarakan cepetan," tambah mamanya dengan suara yang masih keras.
"Iya ma, sebentar, Nadine mandi dulu," balas Nadine dari dalam kamarnya.
Dengan langkah kesal Nadine turun dari tempat tidurnya menuju kamar mandi, langsung memulai ritual mandinya.
Setelah selesai mandi,Nadine menuju walk in closet buat berganti pakaian.
Nadine menggunakan pakaian celana pendek, baju kaus polos berwarna hitam.
Penampilan itu membuat Nadine tetap cantik walaupun tidak berdandan, sebab Nadine sudah memiliki kecantikan yang alami.
Sesampainya diruang makan, Nadine langsung duduk mengoleskan selai kacang kedalam rotinya.
Saat akan memakan roti ke dalam mulutnya, Nadine kaget dengan ucapan mama nya.
"Nadine, mama sama papa mau menjodohkan kamu dengan anak sahabat mama," ucap mama nya dengan santai, tetapi tak sesantai hidupnya Nadine.
Nadine kaget dengan ucapan sang mama.
"Dijodohkan?Gak mau, Nadine belum mau nikah ma, Nadine masih mau kuliah," jawab Nadine.
"Kamu tenang aja sayang, kamu bisa kok lanjutin kuliahmu setelah menikah nanti," sambung papa Nadine buat meyakini anak nya.
"Iyaa sayang. Anak sahabat mama ini gak masalah kok kalau kamu mau kuliah setelah menikah nanti," tambah mamanya Nadine.
"Pokoknya Nadine tetap gak mau, Emang mama pikir sekarang zaman Siti Nur Baya apa, pakai acara dijodoh-jodohkan segala," jawab Nadine sambil berjalan ke kamar nya.
Mama Papa Nadine cuma bisa geleng geleng kepala dengan sikap keras kepala anak semata wayangnya itu.
"Papa punya ide ma," ucap papa Nadine dengan menjentikkan jari nya ke depan wajah istri tercintanya itu.
"Ide apa pa?" jawab mamanya.
Papa Nadine pun membisikkan ide tersebut di telinga istrinya.
"bagaimana kalau papa atau mama pura pura sakit saja,siapa tahu Nadine mau mendengarkan ucapan kita kalau kita pura pura sakit ma," bisik papa yang diiringi anggukan senyuman manis dari sang istri.
"Bagus juga ide papa ini," jawab mama Elsa setuju.
Keesokan harinya saat acara makan malam di rumah Nadine, tiba tiba mama Nadine jatuh pingsan.
Nadine yang saat itu juga sedang makan malam dikagetkan dengan apa yang baru saja ia lihat.
Papa yang sudah mengetahui rencana istrinya, langsung pura pura kaget menggendong istrinya ke kamar, kemudian diiringi oleh Nadine yang sangat cemas dengan keadaan sang mama.
Tak berapa lama, mama Nadine akhirnya sadar, Nadine yang dari tadi tidak pernah meninggalkan mamanya pun langsung memeluk sang mama tercinta.
"Nadine," panggil papa.
Nadine segera menoleh.
"Ada yang mau papa sampaikan sama kamu. Bisa ikut papa ke ruang kerja.?" ajak Leonardi papa Nadine.
Nadine yang tadi sedang duduk langsung berjalan mengikuti papa nya keruang kerja.
"Ada apa pa?" tanya Nadine.
Papanya pun menarik napas panjang agar aktingnya kelihatan sempurna.
"Begini nak, Sebenarnya mama kamu itu sakit parah, makanya mama kamu ingin segera kamu menikah, karena dia ingin sekali menyaksikan pernikahan putri kesayangannya," jelas papa nya dengan muka yang di kusut-kusut kan.
Nadine pun kaget, tak terasa air matanya menetes.
Awalnya Nadine begitu sangat menolak perjodohan ini.
Setelah mencerna ucapan papa nya, akhirnya dengan berat hati Nadine menerima perjodohan ini.
"Pa, sebenarnya Nadine gak mau dijodoh-jodohkan seperti ini. Tetapi karena Nadine sayang sama mama, Nadine bersedia pa," jawab Nadine.
Papanya yang melihat ekspresi anak kesayangannya itu awalnya merasa kasihan, tapi setelah membayangkan akan menimang cucu, rasa kasihan nya hilang, digantikan dengan senyuman yang dia sembunyikan dari Nadine.
"Kamu serius sayang?" ucap Leonardi papanya Nadine.
"Iya pa, Nadine serius," balas Nadine lesu.
Leonardi memeluk putri kesayangannya itu. Ia merasa sangat bangga dengan putri kesayangannya itu.
"Terima kasih sayang, Kalau begitu kamu istirahat saja dikamar, biar papa yang jagain mama, nanti papa juga akan sampaikan persetujuan mu sama mama," jawab papa Nadine
Nadine akhirnya pamit ke kamarnya.
Leonardi langsung memberikan kabar bahagia ini pada istri tercintanya.
"Rencana kita berhasil ma, Nadine setuju dengan perjodohan itu," ucap Leonardi memeluk sang istri.
Elsa mama nya Nadine sangat bahagia, ia langsung memeluk suami tercintanya.
"Sebentar lagi kita akan punya cucu pa," ucap mama Elsa senang.
Hai semua,bagaimana ya lanjutan dari kisah ini..Apakah mereka akan akur akur saja nantinya setelah menikah. Hmmm apa keinginan kedua orang tua mereka buat segera punya cucu bakalan terwujud..??
yuk baca terus jangan lupa kasi like commen nya ya..
Terima kasih ya sudah mampir di novel author yang amatiran ini😁😁
"Rencana kita berhasil ma. Nadine setuju dengan perjodohan itu," ucap Leonardi sambil memeluk sang istri.
Mama Elsa yang juga bahagia langsung memeluk suami tercintanya..
"Sebentar lagi kita akan punya cucu pa," ucap Elsa pada suami nya.
***
Sementara disebuah hotel sang cassanova juga baru bangun dari tidurnya setelah semalaman habis bertempur dengan wanita yang baru saja berkenalan dengannya di sebuah klub malam.
Hanya bermodal sedikit rayuan beberapa uang, Revano berhasil membawa wanita yang berbeda setiap malam nya untuk dia kencani.
Revano yang baru bangun, langsung pergi ke kamar mandi untuk membersihkan badannya dari sisa sisa tempur semalam.
Setelah mandi, Revano yang sedang mengeringkan rambutnya mendapat telepon dari mama nya yaitu Sisil.
"Vano, kamu di mana? Kamu pulang sekarang ya, ada yang mau mama sama papa akan bicarakan sama kamu," ucap mama Revano dari seberang telepon.
"Iya ma, tiga puluh menit lagi Vano sampai rumah," jawab Vano cepat.
"Oke mama tunggu ya sayang," balas mama Revano sambil memutuskan panggilan telponnya.
Tiga puluh menit kemudian, Revano sampai di rumah utama nya.
"Tuan muda, nyonya tuan sudah menunggu tuan muda di kamarnya," ucap asisten rumah tangga Vano yang sudah menunggu kedatangan Revano di depan pintu rumah dari tadi.
"Oke makasih," jawab Revano singkat sambil berlalu ke kamar orang tuanya.
Sesampainya dikamar, Vano melihat mamanya sedang terbaring lemah di atas kasur, tak lupa ada papa Vano yang duduk di samping nya.
"Vano, sayang," panggil mama dengan sedikit batuk.
"Mama kenapa?? Mama sakit apa, apa perlu Vano bawa ke rumah sakit??" tanya Revano yang cemas dengan keadaan mamanya.
"Vano papa keluar dulu, mama mu mau bicara empat mata denganmu," ucap papa yang berjalan meninggalkan kamar itu sambil menepuk pelan bahu anak kesayangannya itu.
Vano langsung duduk ditempat yang tadi di duduki papanya.
"Mama mau bicara apa?" tanya Vano pelan menciumi kedua tangan mamanya.
Mama Vano menarik napas pelan.
"Revano sayang, mungkin umur mama sudah tidak lama lagi, maka dari itu mama mau kamu segera menikah dengan wanita pilihan mama nak. Dia anak sahabat mama. Dengan kamu menikahinya, mama bisa pergi dengan tenang, karena mama ingin sekali melihat kamu menikah," pinta Sisil pura pura lemah.
Vano mengusap kasar wajah tampannya.
"Mama gak boleh bicara seperti itu dong ma," ucap Vano menitikkan air matanya.
"Mama sakit apa? Mama ayo kita berobat keluar negeri," tambah Vano sedih.
Mama Sisil hanya menggelengkan kepala nya.
"Tapi ma," ucap Revano yang terputus karena dipotong langsung oleh mamanya.
"Apa kamu tidak menyayangi mama?" tanya mamanya dengan suara bergetar. Membuat Vano tidak mempunyai pilihan lain selain menerima perjodohan ini.
Mendengar kata kata itu Revano Akhirnya luluh menuruti permintaan sang mama.
"Baiklah ma, Vano setuju," jawab Vano pasrah.
Sementara mama Sisil hanya tersenyum lemah mendengar jawaban anaknya. Padahal hatinya saat ini sangat girang sekali.
"Makasih sayang," jawab mama Sisil mengusap tangan putranya.
'Pintar juga ide calon besanku itu' batin mama Sisil yang merasa puas dengan hasil akhirnya.
.
.
Beberapa hari kemudian keluarga Revano pun datang ke rumah Nadine untuk melamar dan mendengar jawaban langsung dari Nadine.
"Jeng, seperti yang sudah kita bicarakan sebelumnya. Tujuan kami datang ke sini untuk melanjutkan perjodohan anak-anak kita, sekalian saya mau melamar Nadine buat Vano," ucap mama Sisil dengan senyuman yang tak pernah hilang dari wajah nya karena bahagia.
"alhamdulillah kalau begitu jeng Sisil, berarti sebentar lagi kita akan menjadi keluarga," ucap mama Elsa dengan bahagia.
"Baik, kalau begitu mama jemput gih Nadine di kamarnya," titah papa yang dibalas anggukan dari mamanya Nadine.
Vano yang sedari tadi sibuk dengan ponselnya, tak sengaja melihat kearah tangga, dimana disitu ada Nadine yang turun didampingi oleh mamanya.
Nadine terlihat begitu cantik dan anggun, meskipun dia tampak sedikit malu-malu.
Seketika mata Vano terpaku, jiwa cassanova nya meronta melihat Nadine yang begitu cantik dan seksi dimatanya.
'Sial cantik banget jodoh gue,' batin Vano. Ini mengapa juga si botak resah banget di dalam, gak tahu apa di sini banyak orang,' umpat Vano dalam hati mengutuki benda pusaka nya si botak.
"Wah calon menantu Tante ini cantik sekali ya," puji Tante Sisil mamanya Vano.
Nadine hanya diam, wajahnya memerah karena malu.
"Oh ya Nadine, kenalkan ini anak Tante, Revano Adriansyah.
Vano yang dari tadi memperhatikan Nadine memperkenalkan dirinya dengan menjabat tangan Nadine.
"Revano," ucap Vano sambil mengulurkan tangannya.
"Nadine," jawab Nadine singkat sambil membalas jabatan tangan Vano.
Papanya Vano mulai membuka pembicaraan.
"Hhmmm, jadi begini Nadine, tujuan kami datang ke sini untuk melamar kamu buat menjadi istrinya anak Om yaitu Revan," ucap papa Adriansyah pada Nadine.
Nadine yang sebelumnya itu sudah mengetahui maksud kedatangan keluarga itu tampak berpikir sejenak dan tak lama kemudian mulai bersuara.
"Maaf sebelumnya Om, Tante jika Nadine kurang sopan," ucap Nadine sambil melihat kepada kedua orang tua Vano secara bergantian.
Mendengar kata kata maaf dari Nadine, kedua orang tua Vano sedikit kaget, mereka takut jika Nadine akan menolak perjodohan ini, sedangkan Vano langsung menatap tajam Nadine.
"Nadine akan menerima lamaran ini, jika Om, Tante, dan juga Vano mengijinkan Nadine untuk tetap melanjutkan kuliah Nadine," lanjut Nadine lagi dengan menundukkan kepalanya.
Saat itu juga kedua orang tua Vano menarik napas lega dan tersenyum lebar kearah Nadine karena lamarannya diterima.
"Alhamdulillah, Tante sama Om kira kamu akan menolak perjodohan ini" jawab Adriansyah papa nya Vano
"Iya sayang, Tante tadi sudah cemas loh, kalau kamu memang ingin kuliah, gak masalah sayang. Kami gak akan melarang kamu kok. Iya kan Vano?" tanya mama Sisil kepada anaknya.
Vano yang dari tadi melamun memperhatikan Nadine dibuat salah tingkah dan kaget oleh mamanya.
"Ah, aaa iya ma," jawab Vano sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.
"Alhamdulillahh, acara lamarannya berjalan lancar. Sekarang tinggal kita menentukan hari tunangan juga pernikahannya saja," usul Leonardi diiringi anggukan oleh masing masing kedua orang tua tersebut
Saat kedua orang tua mereka menentukan hari penting tersebut, tiba tiba Nadine angkat bicara.
"Maaf papa, mama, Om, dan Tante, apa boleh Nadine bicara sebentar sama Vano?" ucap Nadine melirik semua yang ada di ruangan itu secara bergantian.
Sontak semua mata tertuju kepada Nadine,tak terkecuali juga Vano.
"Ya boleh dong sayang, memang seharusnya kalian bicara berdua,biar lebih akrab," jawab mamanya Vano.
"Ayo Vano, kita bicara di taman belakang," ajak Nadine sambil berjalan diiringi Vano dari belakang.
Sementara orang orang tua tersebut melanjutkan obrolan mereka kembali.
"Lo udah tahu kan kalau kita ini mau dinikahkan? Jadi di sini gue mau ngomong sama lo, kalau gue sebenarnya terpaksa nerima perjodohan ini," ucap Nadine terus terang kepada Vano, sehingga membuat sang cassanova itu kaget.
Wah bagaimana ya kelanjutannya.?
Ikutin terus ya...
Jangan lupa like commen nya ya kakak biar author jadi semangat.
Terima Kasih
Sesampainya dihalaman belakang mereka sempat diam sejenak, kemudian Nadine memulai pembicaraan.
"Lo udah tahu kan kalau kita ini mau dinikahkan. Jadi di sini gue mau ngomong sama lo, kalau gue sebenarnya terpaksa nerima perjodohan ini," ucap Nadine terus terang kepada Vano, sehingga membuat sang cassanova itu kaget.
Awal nya Vano yang kaget itu berusaha kembali menetralkan keadaannya, agar tak kelihatan berharap di depan Nadine.
"Ck. Emang lo pikir gue juga mau begitu dinikahkan sama lo?" jawab Vano sinis.
"Oke, kalau begitu mari kita buat perjanjian, kalau masing masing dari kita gak boleh menyentuh satu sama lain, gak boleh mencampuri urusan masing masing," ajak Nadine untuk membuat perjanjian dengan Vano.
"Oke, kalau yang kedua gue turuti, tapi kalau yang pertama gue gak janji," jawab Vano dengan mengedipkan sebelah matanya kepada Nadine.
"Apa-apaan lo, gak. Pokok nya gue gak terima, lo harus janji sama gue. Atau gak," seru Nadine dengan sedikit emosi, tetapi mulutnya langsung ditutup oleh Vano dengan jari telunjuknya.
"Ssssttt, gue gak takut," jawab Vano sambil berlalu meninggalkan Nadine.
'Sial, dasar gak waras, otak mesum,' Nadine membatin, lalu menyusul keluarganya diruang keluarga.
Nadine pun duduk di antara mama dan papanya.
Sementara Vano sudah duduk di sofa yang berhadapan dengan Nadine.
Dengan tatapan mematikan, Nadine menatap Vano yang terlihat begitu santai sesekali melihat Nadine dengan tatapan seolah mengejek nya. Hal itu membuat Nadine makin muak dengan laki laki yang dijodohkan dengannya itu.
" Nadine, Vano, kami semua sudah memutuskan kalau besok lusa kalian akan bertunangan, Minggu nya Kalian akan segera menikah," ucap mamanya Nadine.
"Iya sayang, jadi sehabis ini alangkah baiknya kalian pergi ke butik langganan kita buat fitting baju yang akan kalian gunakan buat tunangan dan juga pernikahan kalian nanti, karena waktu kita tinggal sedikit lagi. Kalau masalah yang lainnya, biar kami para orang tua yang akan menyiapkan nya," ucap mamanya Vano panjang kali lebar.
Nadine pun kaget dengan hari pernikahan mereka yang begitu cepat.
Awalnya Nadine mau membantah, tetapi dia ingat akan kesehatan sang mama, jadi Nadine mengurungkan niat nya.
Nadine hanya mengangguk menunduk, sedangkan Vano mulai buka suara.
"Maaf ya pa, ma, Om, dan juga Tante. Bukannya apa, kalau menurut Vano kita gak usah pakai acara tunangan segala. Lebih baik langsung menikah saja besok lusa," ucap Vano yang membuat semua yang ada di ruangan itu terkejut.
"Kamu serius nak?" Tanya mama Vano meyakinkan apa yang barusan ia dengarkan. Awalnya keluarga mereka memang merencanakan seperti itu, tetapi mengingat mereka dijodohkan, jadi kedua orang tua itu sengaja memberi ruang buat mereka berdua.
Iyaa ma, tadi Vano sama Nadine sudah membicarakannya di taman," tambah Vano yang langsung ditatap Nadine dengan tatapan membunuhnya.
"Ta..tapi," ucapan Nadine terputus, karena disela langsung oleh Vano.
"Udah gak papa kok, biar aku saja yang bicara, kamu gak usah malu," potong Vano yang lagi-lagi mendapatkan tatapan tajam dari Nadine.
'Ah, ini cowok mau nya apa sih. Dasar mesum,' batin Nadine yang sedang kesal itu.
'Emang enak, sok-sok an mau ngatur gue lo,' batin Vano yang merasa senang karena telah merasa mengalahkan Nadine.
"Alhamdulillah kalau begitu," jawab kedua orang tua itu dengan serentak.
Mereka begitu bahagia karena perjodohan ini sesuai dengan harapan mereka.
"Kalau begitu, buruan kalian ke butik, biar kami yang tua tua juga akan mengurus semuanya di sini," perintah papanya Vano kepada anak dan calon menantunya itu.
"Oke, kalau begitu kami berangkat ya pa, ma, Om dan juga Tante," ucap Vano sambil berdiri lalu menarik pelan tangan Nadine, berjalan menuju di mana mobil sport nya diparkirkan.
Nadine yang sedari tadi menahan kesal langsung meluapkan kekesalannya kepada Vano saat sudah di dalam mobil.
"Lo apa-apaan sih hah. Ngapain lo cepat-cepatin harinya. Jangan bilang ya lo mau cepat-cepat nidurin gue. Ogah gue disentuh sama lo," Gerutu Nadine kesal memukul bahunya Vano.
Vano yang dari tadi diam, tiba tiba mendekatkan wajah nya ke wajah Nadine hingga hanya menyisakan beberapa sentimeter saja.
Nadine yang sudah tersudut langsung panik dengan apa yang dilakukan Vano kepadanya.
Dengan jantung yang berdebar, muka yang memerah, dia mencoba mendorong Vano, namun tak ada hasil, karena Vano memiliki badan yang besar dan kuat.
"kalau iya memang kenapa, hmm?? Lo mau apa, mau ngadu sama siapa??" jawab Vano mengintimidasi.
"Atau lo takut, kalau lo udah gak perawan lagi," tambah Vano yang sebenarnya hanya mengetes Nadine, apakah dia marah atau tidak.
Karena yang Vano pikir, kebanyakan cewek zaman sekarang sudah tidak ada yang perawan. Selama sepak terjang Vano sebagai sang Cassanova, dia tidak pernah mencicipi gadis perawan, meskipun setiap malam dia mengencani gadis yang berbeda beda, dan tak sedikit yang mengaku masih perawan.
"Plaaakk," Sebuah tamparan berhasil mendarat di pipi Vano, namun tetap tak membuat laki laki itu bergeming. Ia sudah menduga sebelumnya. Antara di tampar atau didorong dengan kuat.
"Emang lo pikir gue cewek apaan haahh," teriak Nadine dengan sangat marah. Tak terasa beberapa tetes air mata berhasil lolos dari mata indahnya itu.
"Oke, kalau begitu lusa setelah menikah kita buktikan," tantang Vano santai lalu mengatur duduk nya kembali di kursi kemudi.
Sebenarnya ada rasa bersalah karena sudah membuat gadis cantik itu menangis, tetapi sesaat kemudian dia langsung mengulum senyum saat teringat Nadine begitu marah saat dia membahas keperawanan Nadine.
'Besar kemungkinan lo masih perawan, kalau itu memang adanya, gue gak bakal lepasin lo Nadine,' batin Vano dengan senyuman smirk nya.
Sepanjang perjalanan mereka hanya memasang mode hening, hingga mereka tiba di pelataran parkir sebuah butik mewah yang sudah menjadi langganan kedua keluarga itu.
"Ayo turun," ajak Vano pada Nadine,namun yang bersangkutan tak menjawab, sehingga akhirnya Vano menoleh mendapati Nadine tengah tertidur.
Vano pun menatap Nadine dengan dalam.
'Cantik, manis, tapi sayang bar-bar,' batin Vano sambil merapikan rambut Nadine yang berserakan diwajahnya. Nadine menggeliat dann "mmmhhhh" ******* dibibir Nadine berhasil membuat si botak Vano meronta-ronta.
'Sial, ngapain pakai bangun sih lo botak,' batin Vano yang merasakan pergerakan si botak di bawah sana.
karena sudah tidak tahan, Vano pun mendekatkan wajahnya ke wajah Nadine, semakin lama semakin dekat, jiwa Cassanova nya meronta ronta, begitupun si botak dibawah sana yang menginginkan lebih.
Vano mengecup sekilas bibir ranum gadis yang sedang tertidur itu namun tak membuat gadis itu terbangun.
'Lolos' batin Vano bahagia, ia mencoba sekali lagi, namun masih lolos.
Akhirnya Vano mencoba peruntungan yang lebih lama lagi. Namun kali ini berhasil membangunkan Nadine yang langsung mendorong dan menampar Vano dengan keras.
"Plaakk," tamparan itu mendarat dengan mulus dan membuat pipi Vano terasa panas dan memerah.
"Dasar mesum. Berani-berani nya lo cium cium gue. Lo gak tahu, lo udah merampas ciuman pertama gue," umpat Nadine yang tak terima karena ciuman pertamanya telah dirampas oleh Vano.
Vano yang mendengar ucapan Nadine sempat kaget.
'What? Ciuman pertama? Berarti?' batin Vano sesat kemudian dia tersenyum.
"Ngapain lo senyum-senyum," bentak Nadine dengan bar-bar nya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!