Zifa memasuki kelasnya dengan menggerutu. Bagaimana tidak, Nara memaksanya datang lebih pagi karena ada hal penting yang ingin gadis itu katakan. Bahkan, sejak subuh Nara tak berhenti meneleponnya untuk memastikan Zifa cepat bangun.
Zifa meletakkan tas-nya di atas meja sambil menguap. Nara yang melihat hal itu mencibir "Makanya Zi, biasain bangun Subuh"
Zifa memandang Nara tajam. Bukannya minta maaf, gadis itu hanya menasehatinya seolah-olah memang ia sering bangun di subuh hari. Ckk! Orang Zifa tahu Nara hampir sama dengannya, sering meninggalkan kewajiban yang dilakukan subuh hari karena ketiduran.
"Udah deh Nar, mau ngomongin apa emang? Awas aja kalau nggak penting!" Tuding Zifa malas.
"Iya, iya. Nggak sabaran banget sih! Tapi sebelum aku cerita, senyum dulu dong! Yang aku katakan nanti soalnya hal yang menggembirakan"
Zifa mendengus, terlalu malas bertele-tele akhirnya gadis itu memaksakan senyumnya.
"Nih, udah! Buruan ceritain aku sekarang!" Perintahnya sambil menarik paksa sudut bibirnya.
"Aku udah punya pacar, semalam kami jadian" ujar Nara antusias. Zifa menganga tak percaya "Kamu sadar nggak sih Nar? Perasaan baru minggu kemarin kamu nangis-nangis gara-gara putus sama Melki karena diselingkuhi. Hari ini masa udah punya aja?"
Nara mengangguk antusias. "Iya. Melki yang brengsek aja bisa, masa aku yang baik kayak gini nggak bisa dapatin pacar!"
Zifa menggeleng tak percaya akan kelakuan sahabatnya itu. Bahkan gadis itu seolah melupakan rasa kantuknya karena syok. "Ternyata benar yah kata orang, cinta itu egois dan tak mau kalah" cibir Zifa.
"Terus, emang kamu pacaran ama siapa?" Tanya Zifa.
"Azraf!" Jawab Nara dengan mata berbinar. Zifa kembali menganga, ini Nara terlalu bodoh apa gimana sih? Masa ia lepas dari kadal terus mau sama buaya? Yang benar aja!
"Azraf? Si Playboy unta itu?" Tanya Zifa memastikan. Nara kembali mengangguk dan decakanpun terdengar dari mulut Zifa.
"Nar, si Azraf kan nggak lebih baik dari Melki. Mereka itu sama-sama brengsek! Kamu tahukan gimana prestasi mereka dibidang pengumpulan mantan? Masa kamu mau jadi korban selanjutnya?" Zifa berusaha menyadarkan Nara, namun sayang perubahan di raut wajah Nara membuat Zifa menyerah.
"Zi, jangan gitu dong! Kamu buat aku takut tau nggak sih. Lagian, aku udah lama memimpikan saat-saat seperti ini sama Azraf" ujarnya sedih.
Zifa menatap Nara bingung "maksud kamu?"
"Maksud aku, aku udah suka sama dia sejak lama" jawab Nara santai.
"APA?!"
Nara meringis, ia tahu sahabatnya pasti akan sehisteris ini. "Iya. Aku juga udah kenal dia lama benget karena Orang tua kami temanan. Walau dia playboy, tapi aku jamin dia nggak sebrengsek Melki yang sampai memboboli gawang anak perawan orang" jelas Nara.
"Terus kenapa Minggu lalu kamu sampai nangis-nangis Nara?!" Tanya Zifa gemas. Nara cengengesan "itu, he he. Biar keliatan benaran kalau aku itu wanita yang tersakiti karena diselingkuhi"
Zifa seketika menepuk jidatnya karena mendengar perkataan Nara. "Astagfirullah Hal Adziim! Dasar gila!" Sedangkan Nara hanya tertawa saja melihat tingkah Zifa.
Saat bel istirahat berbunyi, Nara mengajak Zifa ke kantin. Katanya ia juga sudah janjian sama Azraf si Playboy Unta. Sebenarnya gelar itu adalah sebutan Zifa sendiri saat ia dan Nara bergunjing tentang Azraf. Azraf itu pria berdarah Arab, sehingga Zifa menyebutnya dengan embel-embel hewan yang berada di Timur Tengah itu.
Keduanya melangkah ke kantin. Nara dengan wajah sumringahnya karena akan ketemu sama kekasih hatinya, sedangkan Zifa malas karena harus ikut menyaksikan drama percintaan Nara sama si playboy unta.
"Jalannya biasa aja kali Nar, nggak usah pakai narik-narik" cibir Zifa. Nara malah menyengir dan kembali menarik tangan sahabatnya itu dengan antusias. "Dasar Bucin!" Lagi, mulut Zifa kembali mencibir.
Gimana? aku akan lanjut kalau peminatnya banyak😊
jadi jangan lupa tinggalkan jejak
Ayo vote dan komentarnya jangan lupa. akan sering up kalau peminatnya lumayan banyak😊
Hari Minggu, hari yang penuh kebahagiaan bagi Zifa. Gadis itu masih bergelung dengan selimutnya walau matahari telah bersinar terik. Ketukan beberapa kali di pintunya pun ia biarkan. Toh ini hari bebasnya.
Lagi-lagi terdengar ketukan yang mengganggu, akhirnya Zifa menyerah. Gadis itu bangkit dari atas ranjangnya dengan mata sedikit tertutup. Ia melangkah dengan malas, dan bersiap memarahi siapa yang berani mengganggu bobo cantiknya. Iya, bobo cantik menurut Zifa saja. Mana ada cantik kalau rambutnya awut-awutan, pakaiaannya kusut, iler sudah menjalar di pipi, astaga! Siapapun itu akan menganggapnya Monster yang tertidur.
"Astaga Zifa! Penampilan apaan kayak gini! Nggak, ini bukan sahabat aku! Sahabat aku walaupun jelek, tapi nggak sejelek ini juga!" Pekik si pengganggu.
Zifa melotot mendengar perkataan Nara. Jelek katanya? Ckk! Zifa cantik kali. Ingat, ini hanya menurutnya.
"Udah, nggak usah lebay! To the point aja, ngapain ke mari? Ganggu tidur orang aja!" Omelnya.
"Mending sekarang kamu mandi dulu baru aku jelasin. Bau mulut kamu nggak enak banget, mana ileran lagi. Hiih!!" Nara mengernyit jijik akan kejorokan sahabatnya itu. Sudah hal biasa kalau Zifa itu jorok setiap hari minggu. Untung setelah mandi gadis itu akan kembali cantik. Coba kalau modelnya yang kayak gitu melekat permanen? Bisa-bisa Nara mati berdiri ngadapin Zifa.
Zifa mengikuti saran Nara. Apalagi dilihatnya jam sudah menunjukkan pukul Sebelas pagi.
"Jangan pakai baju itu!" Cegah Nara saat Zifa mengambil baju rumahannya. Gadis itu sudah selesai membersihkan diri dan bermaksud mengganti pakaiannya.
"Emang kenapa sih? Perasaan ini baju sering aku pakai kalau di..."
"Temani aku, kita jalan-jalan" potong Nara. Zifa menurut saja, toh pasti akan membosankan kalau diam di rumah saja.
"Emang kita mau ke mana?" Tanya Zifa sambil memakai flat shoesnya.
"Kencan" jawab Nara. Zifa memandang Nara ngeri "aku masih normal kali Nar!"
Nara mendelik saat mengerti kalimat dan tatapan Zifa. "Sinting! Maksud aku temanin aku kencan sama Azraf"
"Dan jadi nyamuk kalian? Oh No!"
"Siapa yang jadiin kamu nyamuk? Azraf juga ngajak sepupunya kali, jadi kamu punya teman ngobrol" jelas Nara membuat Zifa menghela nafas legah. Setidaknya ia nggak akan jadi nyamuk orang yang lagi kasmaran.
"Kita pamitan sama Mama dan Papa aku dulu kalau gitu!" Nara mengangguk, dan mengikuti langkah Zifa mencari orang tuanya.
Kedua orang tua Zifa ternyata berada di Taman belakang. Keduanya tengah bermesraan sambil bercerita, di mana sang Mama sedang menyandarkan kepalanya di dada sang suami sambil mengoceh. Zifa dan Nara tersenyum melihat kemesraan dua orang tersebut yang tak mengenal umur. Dua gadis itu saling memandang seolah merencanakan sesuatu untuk mengganggu kemesraan pasangan tersebut.
Tiba-tiba, Zifa menjatuhkan tubuhnya di atas rumput saat melihat anggukan Nara. "AU!" pekiknya sambil berpura-pura memegang kakinya.
Nara pun ikut mengambil peran "Astaga Zifa, kaki kamu berdarah!" Ujarnya dengan suara sengaja dibesar-besarkan sambil melirik ke arah pasangan tadi.
Sedangkan Juna dan Ningsih yang terkejut akan pekikan anak mereka, buru-buru berlari menghampiri keduanya.
"Astaga, sayang. Kamu kenapa?" Tanya Ningsih khawatir.
"Apa yang sakit sayang? Kaki kamu terkilir? Hah? Terus berdarah, atau apa?" Juna ikut bertanya.
Zifa tersenyum geli "ciee, khawatir yah! Padahal tadi aja asik-asik bermesraan, sampe nggak sadar anaknya datang!" Goda Zifa.
Ningsih dan Juna melotot, lagi-lagi anak mereka yang nakal ini mengerjai keduanya. Asal kalian tahu saja, ini bukan pertama kalinya Zifa mengganggu kemesraan mereka.
"Kamu bohongin Mama sama Papa lagi?" Tanya Ningsih menyelidik yang hanya dijawab cengiran oleh anaknya.
"Dasar anak nakal kamu yah!" Ningsih menarik telinga Zifa pelan.
"Aduh aduh, ampun Ma! Nggak lagi deh" ujar Zifa lebay. Padahal ia sama sekali nggak sakit. "Bohong! Kamu udah sering bilang gitu"
"Nggak kok Ma, kali ini benaran" ujarnya sambil mengangkat dua jarinya.
Ningsih melepas jewerannya. "Kamu itu yah! Hobi banget bikin Mama khawatir. Gimana kalau kamu jatuh benaran? Hah?" Omel Ningsih, sedangkan Juna dan Nara hanya memperhatikan dua orang tersebut sambil tertawa.
"Iya Ma. Sorry!" Ucap Zifa merasa bersalah. Gadis itu kemudian memeluk Ningsih.
"Ma, pa, Zi mau izin keluar sama Nara!" Zifa mengatakan tujuannya menemui dua orang itu saat selesai berlebay bareng sang Mama.
"Ooh! Ya udah kalau gitu. Hati-hati yah sayang, di jalan" ujar Juna mengiyakan.
"Iya, pulangnya juga jangan terlalu sore" peringat Ningsih. Dua gadis itu kemudian pamit pergi, namun sebelumnya tak lupa mencium tangan orang tua Zifa.
Jadi, taukan sekarang anak Juna sama Ningsih itu siapa?
Jangan lupa tinggalkan jejak😊
Zifa dan Nara telah sampai di Mall yang mereka kunjungi. Nara mengedarkan pandangannya, mencari keberadaan sang kekasih hati. Gadis itu melambaikan tangannya antusias saat melihat Azraf yang bediri dengan seseorang di sampingnya.
"Itu mereka! Ayo ke sana" ujarnya sambil menarik tangan Zifa mendekat.
"Hy, udah lama?" Tanya Nara basa basi.
"Baru aja kok!" Jawab Azraf sambil tersenyum. Azraf melirik ke arah cowok yang berdiri di sampingnya yang sedari tadi hanya memasang wajah datar. "Kenalin, ini Bima. Sepupu aku! Dan Bima, ini Nara pacar aku. Dan di sampingnya itu Zifa, sahabatnya"
Nara bermaksud mengulurkan tangan memperkenalkan diri, namun sayangnya diabaikan oleh cowok itu. Zifa yang melihatnya pun kesal, untung saja bukan dia yang mengulurkan tangan duluan!
"Sombong banget sih!" Cibir Zifa langsung.
Nara yang berusaha menahan kesalnya pada Bima menginjak kaki Zifa. Ia tak mau Azraf akan tersinggung akan ucapan gadis itu. Apalagi, yang Azraf tahu Zifa tak menyukainya karena sikap playboynya itu.
"Maaf yah, sepupu aku ini memang sedikit berbeda!" Ujar Azraf tak enak yang dihadiahi tatapan membunuh sepupunya itu.
"Udah ah! Mending kita langsung masuk aja! Bentar lagi Film yang akan kita nonton mulai!" Ajak Nara mencairkan suasana yang terasa panas.
"Iya. Ayok!" Keempatnya pun melangkah memasuki mall tersebut. Namun sebelum itu, Zifa sempat menatap sinis ke arah Bima dan hanya dibalas tatapan datar cowok itu. "Dasar kulkas! Jalan aspal! Es batu! Es cukur! Es krim! Eh?" Gerutu Zifa tanpa sadar di dengar oleh si objek gerutuan.
"Cewek kok suka menggerutu!" Sindirnya. Nara dan Azraf yang mendengar itu menghela nafas pelan, sepertinya mereka harus menjauh dari dua orang ini. Kalau tidak, rencana kencan mereka akan kacau.
"Nih, tiketnya!" Ujar Azraf sambil memberikan tiket untuk dua orang yang dalam kondisi perang dingin itu. Dan betapa terkejutnya Zifa saat sampai di dalam sana, ternyata tempat duduk mereka terpisah-pisah. Lebih tepatnya Nara dan Azraf berada di barisan ke tiga pojok kanan, sedangkan Zifa dan Bima berada di baris ketiga bagian tengah. Sial! Sepertinya dua orang itu mau mengerjai mereka.
"Kenapa nggak bilang dari tadi sih? Kalau aku tahu kayak gini, mendingan aku nggak usah ikutan masuk!" Marah Zifa.
"Lebay!" Nah, kalian tahukan siapa yang mencibir kelakuan Zifa itu.
"Zi, maaf. Tapi please! Jangan rusak kencan pertama aku dengan Azraf yah!" Bisik Nara memohon.
Zifa kembali ingin memberikan protes, namun melihat wajah memohon Nara akhirnya ia hanya mampu menghela nafas menahan kekesalannya yang sudah mencapai ubun-ubun.
Setelah selesai menonton, keempat remaja itu mencari tempat untuk makan. Selama mereka berjalan sampai mereka duduk dan memesan makanan, Nara tak berhenti mengoceh, mengomentari film yang mereka nonton tadi dan ditanggapi antusias oleh Azraf . Sedangkan Zifa, wajahnya benar-benar tertekuk. Bagimana tidak, ia benar-benar tak fokus nonton gara-gara aura dingin yang membuat Zifa sebal, dari mana lagi asalnya kalau bukan dari mahluk berwajah datar di sampingnya itu.
Sepulang dari menonton, Zifa tak henti-hentinya mengomeli Nara di dalam Mobil karena membiarkan dia terjebak duduk bersama si manusia es.
"Kamu itu yah Nar, astaga! Ini terakhir kalinya aku mau kamu ajak pergi nemanin kencan. Kamu bilang aku di sana bakalan punya teman mengobrol? Astaga! Bicara satu kata aja tuh mahluk benar-benar sulit. Apa bibirnya bakalan jontor yah kalau banyak ngomong. Mana auranya dingin banget, mengalahkan dinginnya salju di negeri Narnia" Nara hanya mampu meringis pelan mendengar omelan panjang Zifa. Lagian, memangnya Zifa sudah pernah ke Negeri Narnia? Negeri yang ada di sebuah film yang sering mereka nonton karena tak membosankan itu? Ckk! Dasar korban film. Cibir Nara dalam hati.
"Aduh, Fa! Kamu ngomelnya nanti di rumah aja yah! Please! Entar aku nggak fokus nyetirnya dengarin omongan kamu, bisa-bisa kita kecelakaan!" Mohon Nara akhirnya membuat Zifa terdiam
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!