NovelToon NovelToon

CINTA & DENDAM SEORANG BOS MAFIA

BAB 1. MENCARI SESEORANG

Lion berjalan menyusuri lorong gudang penyimpanan senjata miliknya. Dia memeriksa satu persatu senjata yang ada di petih yang tertutup dengan tumpukan jerami. Lion lalu mengambil salah satu senjata yang ada di sana, kemudian tangannya menyusuri lekuk dan bentuk dari senjata yang saat ini dia pegang. Dia menarik paralel pelatuknya dan matanya Dia arahkan ke mounting untuk melihat optik dari tujuannya…

Doorrr…

 Lion menembak tepat kesasaran, sebuah kotak kecil penyimpanan peluru jatuh berserakan di lantai. Bibirnya menipis, tertarik ke atas. Dia lalu meniup ujung senjatanya yang mengeluarkan kepulan asap tipis. (Fenomena Dieseling). Saat Dia masih sibuk dengan senjatanya, terdengar derap langkah berjalan mendekat ke arahnya. Dia lalu mengarahkan senapannya ke belakang. Seseorang menunduk hormat padanya.

"Ada apa? apa kau sudah menemukannya?" Lion kembali mencari sasaran tanpa menoleh ke belakang.

"Sudah tuan! Dia dikurung di ruang bawah tanah."ucap Jeremy asisten kepercayaan lion.

"Baik. siapkan mobil, aku akan segera ke sana." Balas lion dan kembali membidik benda sasarannya.

Lionel Muller, seorang pemilik Muller Crop. Perusahaan yang bergerak dalam bidang penjualan emas dan berlian. Muller Crop termasuk salah satu deretan perusahaan terbesar di New York. Perusahaan yang selalu menduduki deretan teratas dari penjualan emas dan berliannya. Tindak hanya itu, selain penjualan emas dan berlian. Lion juga memiliki bisnis bawah tanah, yaitu perdagangan senjata ilegal. Kesuksesannya di dunia perdagangan membuatnya disegani dan ditakuti oleh lawan-lawan bisnisnya. Namun, dibalik kesuksesan karirnya dia memiliki dendam masa lalu. dimana saat itu seluruh keluarganya dibantai oleh seseorang yang pernah menjadi lawan bisnis Daddy nya. Saat itu, lion masih berusia sekitar 6 tahun. Dia melihat sendiri betapa kejamnya orang-orang itu menembaki seluruh keluarganya, termasuk semua pelayan dan Orang-orang kepercayaan Daddy nya yang saat itu berada di mansion. Beruntung saat itu mommynya menyuruh Lion dan juga kakak perempuannya yang berusia delapan tahun bersembunyi di balik bingkai foto yang terdapat lorong ruang bawah tanah. hingga Dia dapat terbebas dari serangan musuh-musuh Daddy nya. Dan setelah lion dan juga kakak perempuannya bisa keluar dari ruang bawah tanah itu. Dia pun mengajak kakak perempuannya untuk pergi menjauh dari mansion. Saat itu usia Lion masih sekitar 6 tahun. Namun, sajak kecil tuan Christian yang tak lain Daddy dari lion sudah mendidiknya menjadi orang yang kuat. Hingga saat dia mendapatkan masalah besar seperti saat ini, dia bisa dengan mudah menyelesaikannya.

***

New York - Amerika serikat

Mobil Merah Lamborghini Veneno berjalan melesat membelah jalan kota New York yang saat itu sedang padat-padatnya dengan beberapa kendaraan yang melaju gesit dengan kecepatan di atas rata-rata. Kota New York memang dikenal sebagai kota yang penduduknya lebih banyak dari kota-kota lain yang ada di Amerika serikat.

Pria dengan setelan jas hitamnya dengan kacamata hitam yang bertengger di hidungnya itu duduk dengan santai. Satu Kaki disilangkan ke atas pahanya. tatapannya lurus kedepan.

Hampir dua jam membelah jalan ibu kota New York, akhirnya mobil mewah itu berhenti di sebuah gedung tua yang tampak tak berpenghuni. Pohon rambat mengelilingi atap gedung tua itu.

Jeremy keluar dari mobil dan berlari Membuka pintu belakang untuk Tuannya.

"Silahkan, tuan." ucap Jeremy sesaat saat pintu mobil itu terbuka.

Lion hanya mengangguk, tanpa melirik asistennya. tatapan menyeramkan, dingin, serta arogan tetap membingkai wajah pria yang berusia 35 tahun itu. Ia hendak berjalan melewati lorong yang gelap tanpa pencahayaan sedikitpun, beruntung di belakangnya ada Jeremy yang siap siaga di belakang atasannya membawa sebuah alat penerang. 

Lion pun melangkah masuk ke dalam gedung tua itu lalu masuk ke sebuah ruangan. 

Seketika lampu menyala. Lion duduk di kursi yang sudah disiapkan bodyguard nya. Dia lantas tersenyum. Lalu mengarahkan pistol yang saat ini dia pegang ke arah pria yang masih dalam kondisi terikat dengan kaki yang bersimpuh di lantai.

"Cepat katakan! Dimana orang itu," lion menarik paralel pelatuknya.

Pria itu lantas tersenyum. Tak terlihat sedikitpun rasa ketakutan di wajahnya.

"Aku tidak tahu." Ucap pria itu.

"Cepat, katakan! Atau satu peluru di senjata ini akan menembus sampai ke otak mu." Lion berucap dengan mata yang memerah.

"Sampai matipun aku tak akan mengatakannya." Pria itu berucap. terlihat ada sorot menantang saat mata mereka saling beradu.

"Mana mungkin kau tak mengetahuinya. Cepat katakan!" Lion memain-mainkan senjatanya. Dan dengan satu gerakan melempar ia meraih senjata yang dia pegang dan langsung mengarahkannya tepat di depan wajah jons.

"Cepat katakan! Kecam lion.

Jons terlihat menyeringai. Dia terlihat tampak biasa-biasa saja. Terlihat tak ada sedikitpun raut wajah ketakutan dari wajahnya.

"Bunuh saja aku!" Jons berucap. Lantas dia memajukan wajahnya. 

BAB 2. Fashion week

"Cepat katakan!" Lion menangkup wajah jons yang saat ini mengeram kesakitan.

"Sudah ku katakan! Aku tidak tahu!"jons masih menatap Lion dengan tatapan sinis. Walaupun tubuhnya saat ini dalam kondisi babak belur setelah dihajar oleh para bodyguard Lion. Namun tak sedikit pun ada rasa ketakutan yang terpancar di wajahnya. Jons malah semakin menantang Lion.

"Cepat katakan!" Bentak Lion. 

Namun lagi-lagi jons hanya tertawa, membuat Lion semakin murkah.

"Hajar dia!" Seru lion pada bodyguard nya.

Para bodyguard itu pun mulai menghajar jons tanpa ampun. Hingga akhirnya jons tersungkur ke bawah. Terlihat darah segar mengalir dari mulut dan hidung jons. Tubuhnya sudah tidak bertenaga. Ia hanya menatap Lion dan kembali tersenyum,  beberapa detik kemudian kesadarannya menghilang.

Lion yang melihat itu, hanya tertawa melihat kebodohan pria yang saat ini berada di hadapannya. Jons rela babak belur demi melindungi seseorang yang pernah menjadi tangan kanan Albert Park. Orang yang menjadi kunci utama dari pembunuhan orang tuanya.

"Tuan, dia masih hidup." bodyguard itu berucap setelah memeriksa kondisi jons.

"Kurung dia! Jangan beri ampun, sampai dia mau mengatakan dimana bedebah itu bersembunyi. Aku sungguh sudah tidak sabar ingin melihat dia berlutut dan meminta ampun atas kematian orang tua ku." Lion berucap dengan menatap lurus kedepan. Tatapannya kosong.

"Daddy dan mommy yang tenang di sana. Aku tidak akan membiarkan orang-orang yang telah menghancurkan keluarga kita hidup tenang. Mereka harus merasakan apa yang keluarga kita alami." Lion berucap dengan meremas tangan nya. Sudah hampir dua puluh sembilan tahun dia memendam dendamnya. Dia sudah bersumpah, bahwa dia tidak akan berhenti mencari semua orang-orang yang menjadi dalang atas kematian orang tuanya. Lion akan memberikan mereka hukuman yang setimpal.

'Tuan." Panggil Jeremy. Membuat Lion tersedar dari pikirannya.

"Hmmm." Lion berdehem.

"Tuan tidak apa-apa kan? Tanya Jeremy. Pasalnya Jeremy sudah tahu apa yang saat ini dipikirkan oleh tuannya. Jeremy sudah hafal betul semua tentang Lion, karena Jeremy sudah menjadi asisten Lion dari Sepuluh tahun yang lalu.

Lion tidak menjawab. Wajahnya masih seperti biasa,Tampak datar. Selama kematian orang tuanya, lion memang Tidak pernah tersenyum sedikit pun. kecuali kepada nona Audrey dan nona Irene, dua gadis yang Lion cinta dan lindungi sepenuh hati.

Lion melangkah keluar dari gedung di ikuti oleh Jeremy di belakangnya. Sesampainya di luar gedung, Jeremy langsung membuka pintu untuk tuan.

"Silahkan!" Jeremy berucap setelah pintu terbuka.

Lion hanya mengangguk dan langsung masuk kedalam mobil di ikuti Jeremy yang berada di balik kemudi.

***

"Nona Irene," panggil seseorang yang datang menghampiri Irene di ruang rias. Irene kemudian berbalik, seketika terbit senyum di wajahnya, menampakkan lesung pipi yang terlihat cantik. Irene kemudian berdiri menghampiri Cristin.

"Terima kasih, Nona Irene. karena sudah berkenan hadir di acara fashion week tahun ini," Cristin memeluk tubuh Irene.

"Sama-sama Nona Cristin."Irene tersenyum lalu melepaskan pelukannya.

Cristin kemudian melihat gaun yang ada di samping Irene. Ia tersenyum, matanya berbinar saat melihat gaun yang sederhana. Namun, tampak elegan.

"Wow…," mata Cristin berbinar lalu mulai mengitari gaun yang ada di sana." Apa kau yang mendesainnya?"

Irene mengangguk kemudian tersenyum.

"Luar biasa, Nona. Gaun ini sangat bagus," puji Cristin.

"Nona Cristin terlalu berlebihan. Diluar masih banyak desainer ternama yang memiliki gaun lebih bagus dari rancangan saya nona." Irene kembali tersenyum.

"Tetapi gaun ini memang sangat bagus. Semoga tahun ini kau yang menjadi pemenang di acara fashion week kali ini." Ucap Cristin. Ia menatap Irene. Kemudian menepuk punggung Irene.

"Semoga beruntung, Nona Irene." 

Mendengar ucapan Cristin, seketika Irene mengangguk.

"Terimakasih, nona."

BAB 3. SERANGAN MENDADAK

Mobil Lion kembali melaju membelah jalan ibu kota New York. Dia tersenyum kala melihat notifikasi dari ponselnya. 

"Putar balik. Dan siapkan jet pribadi. Aku ada urusan di Paris."Lion berucap dan kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya.

"Maaf...tuan. hari ini anda ada jadwal meeting dengan tuan Carlos." Sangga Jeremy.

"Batalkan semua jadwal meeting hari ini. Aku ada urusan penting. Jika mereka menolak, maka batalkan semua kerjasama nya."pungkas Lion dan kembali menatap lurus kedepan

Tidak ingin mendapatkan amukan dari Tuannya, akhirnya Jeremy diam dan mengikuti semua kemauan atasannya.

***

 Irene terlihat tersenyum, setelah membantu salah satu modelnya mengenakan gaun hasil Rancangan.

"Sempurna, kau terlihat begitu sangat cantik." Irene berucap, ia menatap modelnya dari ujung kaki hingga ujung rambut.

" Terimakasih Nona. Itu semua karena hasil kerja keras anda telah membuat sebuah gaun yang sangat indah."balas model itu.

"Gaun ku pun terlihat indah, karena kau yang mengenakannya." Irene kembali melontarkan kata-kata pujian. Membuat wanita yang saat ini berada di hadapannya terlihat tersenyum bahagia.

"Terimakasih Nona."

Irene mengangguk.

PARIS 

Jet pribadi Lion mendarat sempurna di bandara Charles de Gaulle tepat pukul lima sore. Dia lalu keluar dari jet pribadinya dan di ikuti beberapa bodyguard yang memakai jas dengan kecamatan Hitam Menuju ke mobil yang sudah disiapkan oleh rekannya.

Hari ini Lion sengaja berkunjung ke Paris, hanya untuk melihat Irene di ajang fashion week untuk para desainer ternama dunia. Ya, tadi saat di jalan, Lion mendapatkan notifikasi dari ponselnya tentang acara fashion week yang diadakan di Paris. Tentu saja dia sangat bersemangat untuk hadir. Dia ingin melihat kekasihnya tersenyum bahagia di atas panggung dengan memamerkan gaun indah rancangannya. Ya, Irene adalah kekasih Lion, wanita sempurna yang bisa mencuri hati seorang Lion Muller. Siapa yang tidak kenal dengan Lion. Pria berkuasa yang memiliki harta kekayaan berlimpah.

Sesampainya di mobil, Lion langsung masuk ke dalam mobilnya dan melaju meninggalkan area bandara Menuju ke hall of mirrors. Saat Lion tiba di sana, Lion langsung memakai kacamata hitam lengkap dengan maskernya. dia tidak ingin orang yang ada di sana mengetahui keberadaannya. Karena memang sampai detik ini hubungannya dengan Irene tidak terendus oleh publik. Bukan karena Lion malu, melainkan Lion menjaga Irene dari serangan musuh-musuhnya. Lion tidak ingin jika kekasihnya di sakiti oleh seseorang yang tidak menyukainya.

Setelah Lion melihat penampilannya di cermin, dia merasa sudah tidak ada yang bisa mengenalinya. Dia lalu keluar dari dalam mobil tanpa ada bodyguard yang mengikutinya. Ya, tadi Lion sudah menginstruksikan kepada semua bodyguardnya, bahwa tidak boleh ada satupun bodyguard yang boleh mengikutinya. Bodyguard itu hanya diperbolehkan mengikuti Lion dari kejauhan.

Saat Lion sampai di depan gedung tempat pagelaran fashion week diadakan, banyak Tamu undangan dari kalangan pebisnis yang berlalu lalang disana. Namun, benar saja, tidak ada satupun orang yang bisa mengenalinya. padahal Lion adalah salah satu orang yang  terkenal di kalangan Pebisnis maupun desainer. Siapa yang Tak mengenali pemilik dari Muller crop, salah satu perusahaan terbesar di New York dan di kalangan desainer Lion selalu memesan pakaian-pakaian mahal dari para desainer ternama dunia untuk menunjang penampilannya.

Lion masuk kedalam gedung dan menyelinap masuk ke dalam ruangan para desainer. Dari kejauhan dia sudah bisa menebak punggung wanita yang sangat dia cintai. Perlahan Lion berjalan mendekat, lalu dengan satu gerakan dia merangkul tubuh Irene masuk kedalam ruang ganti. Dia menyudutkan tubuh Irene Kedinding. Tubuh Irene seketika menegang.

"Kau siapa,"Irena mencengkeram dinding yang ada di belakangnya.

"Apa kau tidak bisa mengenali ku? Hemm?"Lion berucap sambil menyunggingkan senyumnya. Namun, Irene tidak dapat melihat senyum menawan dari pria yang saat ini mengungkung tubuhnya. karena saat ini, Lion masih mengenakan maskernya.

"Lepas, kau siapa,"Irene berucap, wajahnya terlihat semakin menegang.

Melihat  wajah Irene yang tampak ketakutan, membuat Lion ingin sekali Tertawa, Tetapi buru-buru ia menahannya.

"Lapas, atau aku akan teriakan,"ancam Irene. Tetapi baru saja Irene membuka mulutnya untuk berteriak. Namun, Lion sudah lebih dulu mendaratkan ciuman di bibir merah milik Irene, Seketika mata Irene membulat. dia memukul-mukul dada Lion berharap untuk segera dilepaskan. Saking syoknya, Irene belum menyadari bahwa pria yang menciumnya sekarang adalah Lion kekasihnya.

Setelah Lion puas bermain di mulut Irene, ia lalu melepaskan pangutannya. Ia menatap kekasihnya yang saat ini memejamkan mata. Terlihat setetes cairan bening keluar dari ujung kelopak matanya. Saat ini Irene benar-benar ketakutan.

"Hey, ini aku, kau tidak usah takut" Lion berucap. Ia mengangkat dagu Irene agar Irene mau menatapnya.

Dengan perlahan, Irene mulai membuka matanya. Saat matanya sudah mulai terbuka dengan sempurna, dan menyadari bahwa pria yang saat ini di depannya adalah Lion. Ia langsung menghambur memeluk tubuh kekasihnya.

"Kau jahat," ucap Irene mengeratkan pelukannya. Tadi ia sempat merasa bahwa jantungnya hampir saja copot saat ia mendapatkan serangan mendadak dari pria yang tidak ia kenal.

"I'm sorry baby,"Lion tersenyum. kedua tangannya mengusap punggung Irene. Sesekali terlihat Lion mencium pipi Irene dan membisikkan kata-kata yang membuat Irene terbang hingga menembus Langit ke tujuh." I Love u Baby,"Lanjut Lion. 

"I Love u too,"balas Irene.

Setelah mereka berpelukan agak cukup lama, Lion mulai melepaskan pelukannya. Ia mengusap sisa jejak air mata Irene mengunakan kedua ibu jarinya. Dan kembali tersenyum kepada kekasihnya. 

"Bersiaplah, acara sudah hampir di mulai," Lion berucap. Tangannya terlihat menyelipkan anak rambut Irene ke belakang telinga.

Irene mengangguk lalu tersenyum manis. Saat Lion hendak berbalik melangkah keluar, Irene seketika memanggilnya." Lion... tapi setelah acara ini selesai, kau masih akan menemui ku kan?tanya Irene. Wajahnya terlihat memohon. Pasalnya mereka jarang sekali bertemu, Irene butuh memendam rindu berhari-hari, berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan hanya untuk menunggu jadwal Lion kosong. Kekasihnya adalah seorang pebisnis hebat, yang gila akan pekerjaannya. Irene pun memahaminya. itu sebabnya Irene tidak terlalu banyak menuntut.

Lion tersenyum sebelum menjawab." Itu pasti baby, aku akan menemuimu setelah ini. Good luck." 

Setelah mengucapkan itu, Lion pun mulai melangkah keluar meninggalkan Irene yang masih berdiri disana sambil memandang punggung Lion yang berjalan menjauh.

 

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!