Pagi hari mulai menyingsing, menandakan sebentar lagi Airene akan memulai sebuah interview di perusahaan yang amat terkenal dan cukup sangat sukses. Walaupun ia baru menyelesaikan sarjananya, bukan berarti tak punya pengalaman tentang dunia pekerjaan. Airene cukup banyak mengikuti pekerjaan part time dibeberapa tempat demi membayar kuliah dan tentu saja hidupnya. Heii tentu saja tak murah untuk bertahan hidup di kota besar seperti ini
" Apakah ini sudah cukup? "
bertanya pada cermin didepan tentang penampilan hari ini. Tak banyak yang disiapkan, pakaian jas simple elegant menjadi pilihannya. Tak lupa rambut panjang nya ia gerai ikal menjuntang hingga pinggangnya. Wajah, memiliki wajah yang sedikit lebih kecil dari pada kebayakan orang membuatnya terlihat imut walau tak memakai apapun, tetapi tentu saja untuk kali ini ia hanya memakai riasan yang cukup tipis namun terlihat menawan, bola mata berwarna coklat kehitaman terang bulat yang lumayan besar itu mempercantik wajahnya saat ini. Bibir pink alaminya dan kulit yang seputih salju mungkin terlihat pucat bagi sebagaian orang di pusat california ini.
"oke mari kita buat hari ini menjadi hari yang baik"
Berjalan keluar dari apartemen kecilnya yang irene sewa selama bekerja part time di tiga tempat berbeda tentunya. Stasiun kereta bawah tanah seperti biasa padat oleh orang - orang yang berlalu lalang kesana kemari mencari nomor kereta yang mereka tuju. Tak terlalu lama hanya memakan waktu 20 menit jarak dari perusahaan dan tempatnya tinggal.
Callisthenes Corp
Itulah nama perusahaan terbesar saat ini yang terpampang nyata dihadapannya kali ini. Irene cukup percaya diri dalam interviewnya kali ini, ia tak mau menghancurkan mentalnya sendiri karna itu percaya diri adalah pilihan yang terbaik. Tak peduli posisi apa yang ia akan dapatkan kali ini, jika mereka menyuruhnya pergi ke cabang perusahaan diluar negri pun ia mau. Yang harus ia lakukan adalah menjalankan pekerjaannya dengan baik.
" Airene Laura Candlle, silahkan "
Berjalan perlahan namun pasti memasuki sebuah ruangan yang ia yakini adalah ruang HRD.
" Silahkan duduk, dan ceritakan tentang tujuan anda melamar kemari "
Ucap lelaki yang lumayan muda dan tampan dihadapannya
" Perkenalkan nama saya Airena Laura Candlle, tujuan saya melamar di perusahaan ini adalah mengasah keahlian dan mempraktekan apa yang sudah saya pelajari selama ini, sir "
Lelaki itu tampak sedikit terkesan oleh ucapan Airene yang sangat lugas tanpa ada sedikitpun kegugupan didalamnya. Keberanian dan kepercayaan diri adalah nomor satu
" Kulihat disini anda lulusan terbaik dari kampus terbaik, apa menurut anda itu saja cukup? "
Ya memang tak akan semudah itu ia diterima di perusahaan besar seperti ini
" Saya bisa membuktikan dengan keahlian yang saya miliki, sir ".
Lelaki muda yang cukup tampan menatap nya tajam sangat tajam seperti menilai namun caranya yang terlihat terang terangan " Memang apa keahlian yang anda miliki ? "
Dengan senyum manisnya Airena menjelaskan apa saja keahlian yang ia miliki saat ini.
" Baik sir, saya menguasai berbagai bahasa dengan cukup baik, seperti jepang, chinese, spanyol , dan itali beberapa bahasa yang saya kuasai. Juga keahlian di bidang komputer dan sejenisnya sir. Saya juga siap ditempatkan dibagian apa saja dan dimana saja baik didalam atau diluar negri "
Dengan senyum lebar disertai dengan tepukan tengan yang lumayan keras lelaki dihadapannya menjulurkan tangan
" Baiklah Airene Laura Candlle kau diterima sebagai sekertaris CEO utama Callisthenes Corp "
Airene menerima jabatan tangan lelaki didepannya " Ahh.. Panggil aku Dave, Jhason Dave wakil CEO diperusahaan ini"
Walaupun cukup terkejut karna yang menginterview nya bukan HRD melaikan wakil CEO itu sendiri, Airene menutupi dengan senyum manisnya " Baik, sir Dave "
Dave mengibas ngibaskan tangannya tnda keberatan " Panggil aku Dave saja, dan ayo aku perlihatkan ruangan CEO, tugasmu dan beberapa hal lainnya "
" Seharusnya CEO yang meng interview hari ini. Tetapi, karna tak bisa aku yang menggantikannya. Dan Walaaa.. Hanya kau yang lulus test ini "
Ucap lelaki bernama Dave itu sembari meninggalkan ruangan HRD dan berjalan menuju lift. Tentu saja tak lupa memberitahu bahwa lowongan yang kosong sudah terisi oleh Airene yang diterima sebagai sekertaris CEO.
ting...!!!
Lift menunjukan lantai 45 yang cukup tinggi untuk ukuran sebuah gedung perusahaan. Tentu saja ini adalah lift khusus para petinggi dan staff nya. Terlihat ada sebuah meja yang lumayan besar dan panjang berhadapan dengan sebuah pintu yang tak kalah besarnya.
" Lantai ini hanya ditempati oleh ceo utama dan sekertarisnya. Ini adalah lantai khuss yang tak sembarang orang memasukinya, termasuk aku hahaha.. "
Dave menunjuk sebuah meja tak jauh darinya
" Kau akan bertugas di meja ini, berhadapan langsung dengan ruangannya " Airena mengangguk tanda mengerti
" Tugas dan segala jadwal yang sudah tersusun dan belum tersusun ada dikomputer itu " Airena mengangguk kembali paham sembari melirik layar yang lumayan besar.
" Baik sir, terima kasih telah memberitahu dan mengantar ku. Aku mengerti "
Dave mengacukan jempolnya " Dan kau mungkin melihat beberapa orang bodyguard bekerja di ujung koridor itu ". Menunjuk ujung koridor dengan 3-4 lelaki besar membuat jarak yang lumayan jauh disana. Di ingat ingat sesaat keluar dari lift pun ada 2 orang yang berjaga dikiri dan dikanan memberi hormat pada Dave tentu saja.
" Bodyguard? " Tanya Airena dengan wajah kebingungannya. Ia sangat paham dan mengetahui kalau boss barunya bukan orang sembarangan, tetapi dari jumlah bodyguard yang ada ia memahami bahwa akan adanya ancaman bahaya yang kapanpun bisa terjadi. Dave mengedikkan bahu tanda acuh sembari membuka pintu besar yang ada dihadapan mereka berdua saat ini
" Al, aku membawa sekertaris untukmu "
Airena memasuki ruangan besar itu perlahan, ruangan dengan design modern yang sangat luas ini hanya di peruntukan ruangan khusus CEO utama. Kursi besar nan kokoh dan sebuah meja besar yang tentu saja terdapat banyak berkas penting diatasnya
Degg!!!
Seorang pria yang tentu saja sudah terlihat dewasa sedang menduduki kursi kebesaranya dengan angkuh, bahunya yang lebar, lengan kemeja yang di tarik hingga siku dan tak lupa rahang kokoh nan tegas miliknya yang ditumbuhi sedikit bulu - bulu halus.
" Bisakah kau mengetuk dulu? "
Mata itu, mata tegas berwarna abu - abu tua memandang mata kecoklatan Airene yang diam menatap dihadapannya.
Bagaimana ini, ia merasa bahwa akan ada sesuatu yang terjadi
Setelah pertemuan pertama dengan boss tempatnya bekerja. Airene memulai harinya dengan jadwal yang sudah tersusun di ipad, benda pipih satu ini tentu saja sangat sangat amat penting dan wajib dibawanya kemanapun ia pergi selama itu jam bekerja tentunya.
" Bacakan jadwalku hari ini " Aldrich melangkah maju segera setelah turun dari mobil mewahnya diiringi oleh bodyguard bodyguard dikiri dan dikanan nya yang melihat sekitar dengan tatapan waspada.
Dengan mengecek ipad nya Airene membaca jadwal yang harus di hadiri hari ini. " Pukul 10, akan ada perwakilan dari perusahaan kontraktor, jadwal makan siang dengan para direksi, pukul 2 siang ada rapat tentang konsep bangunan, dan pukul 4 sore anda harus melihat proyek baru, sir "
" Lewatkan jam makan siang " Airene tak begitu paham apa maksud boss nya yang satu ini, tapi apa boleh buat jika ia berkata seperti itu. Mungkin artinya ia tak mau menghadiri makan siang itu
" Baik, sir. Saya mengerti "
Kegiatan berlangsung hingga jam menunjukan sudah waktunya makan siang. Airene membantu Aldrich dengan dokumen - dokumen penawaran, saham dan lain - lainnya. Hingga Aldrich bangkit diikuti para bodyguardnya
" Aku akan kembali setelah jam makan siang " Tanpa menunggu jawaban dari Airene ia melangkah pergi diikuti oleh beberapa bodyguard disisinya.
Airene hanya menunduk hormat sesaat Aldrich melangkah meninggalkannya
Jam di dinding sudah menunjukan hampir pukul 1 siang yang berarti dengan begitu tersisa 1 jam lagi menuju pertemuan selanjutnya. Tetapi yang menjadi kekhawatiran Airene saat ini adalah belum ada tanda - tanda dari boss nya akan kembali atau sekedar menghubunginya untuk memberi kabar.
" Bagaimana ini? Apakah sopan menghubunginya langsung ? "
Walaupun Airene adalah sekertaris Aldrich tetapi itu berlaku hanya saat - saat jam bekerja atau keadaan tertentu, ia tak taku apakah jam istirahat berada diantara kedua atau tidak. Menurut pemikiran Airene menghubungi bossnya secara langsung itu melanggar hak privasi bossnya. Intinya ia ragu untuk mengambil keputusan karna belum terlalu mengenal bossnya yang dingin itu
Ting !!!!!
Pintu lift terbuka, seketika Airene berdiri dan menatap siapa orang yang keluar dari lift itu. Tunggu, Airene mengerutkan keningnya. Bukan tanpa alasan, ia melihat bossnya itu menggendong seorang balita ? umurnya mungkin sekitar kurang lebih 2 tahun
Dengan langkah yang tegas dan berat itu Aldrich menghampiri Airene yang sedang menunduk hormat
" Kau bisa menggendong bayi ? " Airene mengedip ngedipkan matanya bingung mencoba mengelola pertanyaan bossnya itu
Dengan wajar tak sabar Al sedikit menghentak " Bisa atau tidak ? " Bertanya kedua kalinya
Airene mengangguk tanda ia tahu cara menggendong bayi. Tentu saja ia tahu, karna ia dibesarkan dipanti asuhan dan ibu panti biasa memintanya untuk menjaga adik - adik yang masih kecil.
" Bagus, kau jaga dia " Menyerahkan bayi itu kepada Airene yang diterima dengan baik dan hati hati tentunya
" Kau tak usah ikut dalam rapat ini, cukup jaga dia diruanganku. Bodyguard akan berjaga di depan pintu dan lift "
Aldrich menyentuh pipi bayi yang saat ini berada digendongan Airene " Felix, jadilah anak baik sampai aku kembali " Sebuah senyuman hangat yang baru dilihat Airene terpancar dari seorang Aldrich yang dikenal dingin dan angkuh itu
Termenung cukup lama, Airene membutuhkan waktu untuk mencerna perintah atasannya itu hingga salah satu dari dari sekian bodyguard Aldrich yang ia ketahui bernama James, mempersilahkannya masuk keruangan Aldrich bersama bayi didalam gendongannya yang menurut James bernama Felix itu
" Miss Airene. Silahkan untuk memasuki ruangan bersama dengan tuan muda, kami akan menjaga didepan pintu hingga tuan besar kembali "
Airene melangkah perlahan memasuki ruangan atasannya itu dan pintu langsung terkunci dari luar ntah apapun alasannya hingga tersisa ia berdua dengan Felix yang menatapnya terus menerus " mhh... Hai, Namaku Airene " Ucapnya pada Felix yang malah meraih tengkuknya dan memeluknya dengan erat. Menyembunyikan wajah imut nan tampannya itu dilekukan leher Airene dengan nyaman
" Apakah kau mengantuk ? " Memang inilah waktu biasanya bagi bayi unyuk tidur siang. Airene menepuk nepuk halus punggung Felix, sembari menggoyang - goyangkan badannya perlahan hingga Felix tertidur dengan lelap
Terus menerus menepuk punggung mungil itu hingga ia melihat sofa yang lumayan nyaman untuk Felix tidur hingga Airene berinisiatif untuk menidurkan sikecil disana sampai baru saja ia duduk untuk menidurkan, Seketika Felix terbangun dan menangis cukup kencang hingga James membuka pintu itu
Huaaaaa....
Hikssss.. Hikssss
" Mengapa tuan muda ? "
Pandangan James jatuh pada Airene yang segera menggendong Felix dan kembali menidurkannya dalam posisi ia berdiri dan Felix dalam gendongannya
" Ah.. Maafkan aku. Ia terbangun saat aku akan menidurkannya disofa itu "
James menghembuskan nafas beratnya
" Tidak biasanya tuan muda tertidur siang seperti ini. Maaf merepotkanmu miss "
Airene menggeleng tanda tak setuju, salahnya karna menidurkan tuan muda di sofa itu " Tak apa aku akan menidurkannya lagi "
James menganguk mengerti dan izin meninggalkan ruangan untuk kembali berjaga didepan pintu sesuai perintah tuan besar tentunya.
Terhitung sudah kurang lebih 3 jam Airene menggendong Felix berdiri seperti ini. Sepatu heels yang dipakainya tadi sudah dilepasnya karna tentu saja ia tak kuat menggendong lama dengan sepatu itu. Jika ia duduk atau mencoba menidurkannya disofa, Felix akan terbangun dan kembali menangis
Aldrich akhirnya menyelesaikan rapatnya itu diikuti beberapa bodyguard dan Dave disampingnya " Apakah semua baik baik saja ? "
Sebelum memasuki ruangannya Al bertanya pada James tentang keadaan selama ia meninggalkan si kecil " Semua baik baik saja sir, tetapi sudah berjam jam lebih miss Airene menggendong Tuan muda dan tak mau melepaskannya "
Dave tersenyum nakal " wahhh aku tak hanya mencari sekertaris untuk mu. aku juga mencari ibu untuk sikecil hahahah "
Aldrich mendelik tanda tak setuju dengan ucapan Dave " Diam kau "
Pintu terbuka memperlihatkan Airene yang sudah melepaskan sepatu heels dan melepas jas hingga hanya menyisakan kemeja putih yang ia pakai. Airene tanpa sadar menunduk hormat hingga sekecil yang merasakan pergerakan itu terbangun dan menangis kencang
Huaaaaaaa !!!
Degg!!
Dengan bodohnya Airene merutuki dirinya mengapa ia lupa bahwa sedang menggendong sikecil " Suttt.. suttt. anak baik tak boleh menangis mhhh sttt " Airene menimang nimang Felix yang mulai terbangun dari tidur siangnya yang lumayan lama
" Berapa lama kau menggondongnya ? " Tanya Dave penasaran karna tak biasanya sikecil tertidur seperti ini, ia bukan tipe anak yang cepat akrab
Airene menatap jam dinding yang berada di ruangan itu " Sejak sir meninggalkan ruangan, mungkin 3 jam sir "
Aldrich menatap tak percaya, bagaimana Airene kuat menggendong sikecil yang lumayan berbadan tambun itu selama berjam jam. Ditambah ia melihat jas Airene yang tersampir menyelimuti Felix selama tidur
HIksss.. hiksss... " stt.. stt.. Apakah aku membangunkan mu? maafkan aku maaf, anak baik apakah ingin susu mhh? ingin bermain? " Airene membujuk Felix yang mulai mereda dari tangis kencangnya
Dave mengedikkan bahu dan meninggalkan ruangan " Akan aku kirimkan hasilnya, sekarang kau perhatikan pekerja barumu. Kupikir ia bisa menjaga sikecil "
Aldrich pun berfikir seperti itu, tak ada pengasuh yang kuat mengasuh sikecil karna ia sangat sangat sulit untuk dibujuk untuk segala apapun itu.
Felix menatap Al dengan sisa sisa air mata yang menggenang di pelupuk matanya, meminta gendong pada Al dan tentu saja Al menurutinya
Dugg!!!
Airene terjatuh sembari mengatur napasnya yang berat, tentu saja ia kelelahan karna menggendong sikecil selama itu. Kaki kaki kecilnya bahkan bergetar dan Al melihat itu
" Kau baik baik saja ? " dengan nada dingin ia menanyakan keadaaan Airene yang mengeluarkan peluh keringat cukup banyak
Airene mengangguk tanda mengiyakan
" Baik sir " tentu saja bagaimana ia berkata kelelahan karna menidurkan sikecil,walau berat bagaimanapun ia suka pada sikecil imut itu
Hikssss " mooo.. mooo.. " Felix mencoba meraih raih Airene kembali, ia ingin digendong kembali oleh Airene yang baru saja ia kenal, anehnya.
Ingin ia meraih tubuh sikecil tetapi kakinya masih gemetar untuk mencoba bangun kembali
Hikkssss Hiksss Huaaaaaa
Felix menangis sangat kencang hingga Al pun terkejut karna tak biasanya sikecil seperti ini, Airene meraih sofa untuk menjadi pegangannya dan berdiri
" Kenapa mhh? anak baik mau susu? mau bermain ? "
Seakan mengerti apa yang diucapkan Airene sikecil mengangguk dan masih mencoba meraih untuk meminta gendong kembali pada Airene
" Maaf sir, biar saya gendong tuan muda" Al menyerahkannya pada Airene, ia tak mengerti apakah Airene tulus atas mempunyai maksud tertentu. Ia mempunyai banyak musuh tentu waspada pada siapapun adalah hal lumrah baginya
Felix tertawa setelah berada di gendongan Airene " nahhh.. sekarang apa yang anak baik inginkan mhhh .. lucu sekali " Airene mengusap ngusapkan kepalanya pada dada dikecil hingga ia tertawa cukup lepas. James yang diluarpun mendengar suara tawa tuan mudanya itu
" Kau "
Airene menatap Aldrich begitupun sikecil yang berhenti tertawa
" Aku akan menambah gajimu "
" Eh.. Ya ? " Airene kebingungan dengan ucapan bossnya itu
" Jika kau mau menjadi pengasuhnya"
Airene menatapkan terkejut dengan ucapan atasannya itu, tiba tiba menawari pekerjaan tambahan yang ntah bagaimana ia menjawabnya
Tak ada alasan bagi Airene untuk menolak tawaran dari bossnya itu, ia juga yang berkata bersedia ditempatkan dimanapun dan tentu saja bayaran lebih yang sangat menggiurkan untuknya.
" Kemarilah tuan muda " Terhitung sudah seminggu lebih Airene menjaga Felix dari saat pertama Al menawarinya pekerjaan tambahan. Kali ini kegiatannya dipenuhi oleh jadwal jadwal padat Aldrich dan kesehariannya bekerja menjadi sekertaris sekaligus pengasuh tuan mudanya ini
Menurut penjelasan Al, Felix berumur kurang lebih 2 tahun 3 bulan. Bayi lucu ini tak banyak bicara walaupun sebenarnya ia sudah bisa berbicara dengan lancar untuk anak seusianya, ada beberapa alergi yang dimiliki sikecil. Kacang adalah musuh utamanya, lalu udara dingin menambah list yang harus Airene hapal. Jika cuaca sedang buruk tak jarang Felix bisa tiba tiba terkena demam tinggi atau bahkan flu berat. Beberapa seafood yang boleh dan tak boleh ia konsumsi sudah dihapal Airene, ia tak mau memberikan sembarang makanan dan tak jarang membuatnya. Jam bekerja nya hanya dari pukul 9 pagi hingga pukul 5 sore, begitu pula jam bekerja menjaga sikecil. Jika rapat terkadang Airene membawanya atas persetujuan dari Al, Felix selalu tertidur dalam gendongan kain yang dipakai Airene.
" mammm.... Makann " Felix bersuara kecil, Al yang mendengar itu seketika menatap jam dilengannya menunjukan pukul 12 siang
" Irene "
Merasa terpanggil Airene menatap Al dengan Felix di gendongannya " ya sir ? "
" Bawa Felix, kita akan makan siang diluar "
Al membereskan tumpukan dokumen yang belum ia periksa walaupun harus selesai secepatnya dan Airene yang sibuk menyiapkan perlengkapan sikecil seperti popok, tisu basah dan lain lainnya.
" maaa maaaa "
Airene tersenyum " iya sebentar yaa.. kita akan makan sebentar lagi "
ahhhhhh lucu sekali anak inii... akan lebih lucu jika ia anak ku. eh anakku?
Tatapan menelisik tajam memperhatikan seorang wanita yang tengah sibuk menyiapkan ini dan itu, terkadang ia berfikir apakah tepat memberikan kepercayaannya untuk mengurus sikecil pada orang baru sepertinya. Tetapi setiap hari ia menatap orang itu dengan tatapan menilai, disamping mengurus jadwalnya yang cukup banyak dan sangat merepotkan. Ia juga sempat sempatnya terkadang membuat makanan untuk Felix karna tak mau salah memilih makanan nantinya, ia juga selalu datang pagi dengan jadwal yang sudah rapih. Felix pun selalu meminta digendong kapan pun dimanapun, Bahkan setelah dirumah ia tak lupa menanyakan kemana Airene dan kenapa tak ikut pulang hingga selalu menangis kencang membuat Al lumayan kewalahan
ahhh.. apa aku harus mengajaknya pindah kerumahku? apa ia bisa dipercaya. Apakah ia bisa menjaga Felix dengan baik
Mereka duduk dikursi belakang, dengan Al disebelah kanan dan Airene bersama di kecil dipangkuannya sebelah kiri. Tak lupa beberapa mobil hitam yang selalu mengikuti Al kemanapun ia pergi
" Nahh.. tuan muda ingin makan apa mhhh ? " Airene selalu mengajak ngobrol Felix karna menurut pengetahuannya mengajak anak sering berinteraksi akan membantunya dalam bicara
Felix meraih jari jari Airene dan memiringkan kepalanya " u.. udang "
Al yang sedang menatap keluar mobil seketika melihat bocah itu yang sedang mencari penyakit
Airene segera menyilangkan tangannya tanda tak boleh " Tuan muda tak boleh makan itu, bagaimana ayam? ayam panggang mau ? "
Sianak yang tak melawan hanya mengangguk tanda mengiyakan pilihan airene, sebelumnya ia pasti akan merengek meminta permintaanya terpetuhi dan terkadang membuat Al sangat frustasi
" Yammm.. Ayamm... Dad daddyy ayam " Felix meminta permintaan pada Al
Al mengusap lembut kepala bocah itu " Baiklah sesuai permintaan tuan muda "
Mobil melaju menuju restoran yang sudah dipesan sebelumnya, tentu saja restoran dengan privasi yang menjamin. Al tak mau ada hal yang tidak tidak terjadi saat ia dan felix sedang makan. Airene tetap menggendong Felix yang sedang mengajaknya bercanda ria hingga suara tawa mereka memenuhi mobil yang sedang berjalan itu.
" Tuan silahkan " James membuka pintu Al dan mempersilahkannya keluar dan mobil, berbeda dengan Airene yang membuka pintunya sendiri dan cukup kesesahan akan hal itu . Didepannya terdapat Felix yang sedang anteng dalam gendongannya dan dibelakangnya ia membawa tas yang berisi barang barang kebutuhan Felix tentu saja
Felix seakan mengetahui jika Airene sedang kesusahn menatap tajam pada para bodyguard didepannya yang membuat mereka ketakutan akan tuan mudanya itu " Kau, Lain kali buka kan pintunya juga " Al berucap dingin pada James karna tentu saja ia melihat Airene yang kesulitan
" Baik tuan maafkan saya "
Al melahkan menuju pintu restoran diikuti oleh Airene dan beberapa bodyguard yang sebagian ikut masuk kedalam retoran. Ruangan yang dipesan berada diujung ruangan tersebut, dan tentu saja ruangan privat yang sangat terjaga keamanannya.
Terdapat meja tak terlalu besar berisikan 4 kursi yang memang sengaja dipilih Al, mereka hanya ber3 karna para bodyguard mendapatkan jatah makannya masing masing dan hanya bertugas menjaga didepan pintu ruangan ini. Al duduk berhadapan dengan Airene dan Felix disebelahnya, ntah kenapa bocah itu malah memilih duduk dengan seorang yang baru ia kenal kurang lebih 1 minggu ini dibanding dirinya yang sudah mengurusnya kurang lebih selama 2 tahun ini
Bocah ini memilih barang baru dibandingkan barang bekas ehhh
Pelayan membawa buku menu dan memberikannya pada Al dan Airene " Menu spesial hari ini adalah ayam panggang dengan saus jamur sir "
Airene membagi buku menu itu dengan Felix sehingga bocah itupun bisa memilih makanan apa yang diingaknnya " naah kita pilih ayam panggang oke? " Felix mengangguk setuju " mhh coba kulihat "
Ya ampun harga ayam panggang disini seharga setengah bulan ku bekerja, ini gila
Tentu saja restoran sebagus dan semewah ini tak mungkin menjual makanan murah yang biasa Airene konsumsi sehari hari " Apakah tuan muda ingin kentang ? " Felix menggangguk sembari menunjuk eskrim vanilla yang terpampang di buku menu
" esss.. eskimmmm mooo "
" Es krim ? tapi cuaca sedikit dingin, tak boleh yah ? " Cuaca menunjukan akan adanya hujan lebat dan Airene takut akan itu
Hikss Hiksss " es kimmm.. hikss.. moo es kimm "
Airene gelagapan karna Felix kukuh dengan pilihannya yaitu es krim " sir " mau tak mau iya meminta bossnya untuk membantu membujuk Felix
" Ingin es krim ? " Tanya Al yang dijawab cepat oleh anggukan Felix " Dadd.. eskimm mau "
" Sedikit saja tak apa " Al juga tak bisa menolak jika bocahnya ini sudah menangis
" Baiklah, Tolong dua porsi ayam panggang, satu kentang dan satu eskrim vanilla, sir ? " Airene bertanya apa pesanan bossnya itu " Steak medium dan wine "
Wine? disiang hari ini iya minum wine? walapun mendung bukannya aneh meminum wine disiang hari?
Pesanan datang satu persatu hingga akhirnya lengkap. Sikecil sudah tak sabar untuk memakan es krim keingannya itu, tapi mendapat tatapan tajam dari Al yang ingin bocah itu makan berat terlebih dahulu " Felix " hanya satu kata dan Felix langsung diam . Airene berfikir baaimana Al mendidik anak sekecil itu hingga ia pun takut padanya
" Ayo lihat ini ayam panggang itu " Airene memotong ayam panggang itu hingga ukuran yang bisa dimakan bocah itu " nah ayo aaaa.... " menjadi kebiasaanya sekarang menyuapi Felix dan berlajut menyuapi diri nya sendiri karna tentu saja ia lapar, pagi ini melewatkan sarapannya dan berakhir kelaparan .
Al hanya melihat keduanya dalam diam sembari memakan steak nya dan sesekali menyesap wine merah yang ia pesan, Tak menutupi ia sedikit senang melihat bocah itu kini mulai banyak mengucapkan kata dan berani mengungkapkan apa yang ia inginkan. Sebelumnya Al sangat frustasi karna setiap bocah itu ingin sesuatu pasti ia akan menangis kencang selama berjam jam
Felix memegang beberapa kentang di tangan kanannya dan mulutnya membuka untuk menerima suapan dari Airene " Nahh.. pintar sekali tuan muda ini, lihat ayamnya tinggal setengah wahh hebat " Felix tertawa riang menunjukan beberapa giginya yang sudah lengkap
Lucu sekali bocah itu
Tak bisa menyembunyikan senyumnya ketika Al melihat bocah itu makan banyak dan semakin bertubuh gempal dan ia menyukai keadaan bocah itu sekarang . Mungkin menjadikan Airene sebagai pengasuhnya adalah pilihan tepat menurutnya.
Airene memakan makanannya sembari terus menyuapi Felix hingga " wahh lihat habis, nah kemarikan tamanmu " Felix menyodorkan kedua tangannya yang kotor karna memegang kentang, Airene dengan telaten mengusap tangan kecil itu dengan tisu basah dan tak lupa hand snitizer untuk memastikan semuanya bersih
" Baiklah silahkan menikmati hidangan penutupnya tuan muda " Airene menyodorkan es krim dan sendok kecil agar bocah itu gampang mengambilnya
Dengan semangat Felix langsung melahap eskrim itu hingga beberapa tetes mengenai bajunya untung saja Airene menaruh lap disitu karna ia tahu akan seperti ini jika bocah itu memakan es krim " Pelan pelan tuan muda, es krim itu tak akan pergi kemanapun "
Felix malah menyodorkan sendok penuh es krimnya pada Al yang sedari tadi memperhatikannya sembari menyasap segelas wine " daddd.. eskimm daaa " Bocah itu menyuruh ayah nya memakan eskrim yang sudah ia sendok digenggamannya
Airene melihat kikuk karna ia masih tak terbiasa dengan sikap Al yang berubah hangat dan lembut jika berhadapan dengan anaknya yang satu ini. Jika berhadapan dengan nya atau klien ia akan berubah menjadi seorang Aldrich yang terkenal angkuh dan dingin itu
huppp...
Al menerima es krim itu dan langsung memakannya membuat Felix tersenyum senyum senang dan Airene hanya memperhatikan kegiatan itu hingga " mooo.. mooo eskim " Felix menyodorkan sendok berisikan eskrim yang sama dari sendok yang sama dipakai oleh Al, bukan apa apa ia takut Al berfikir dirinya menyebarkan virus atau apa " moooo... moooo.. eskim eskim " Airene pasrah dan menerimanya membuat bocah itu tersenyum senang. Al yang melihat itu hanya diam menghabiskan sisa winenya digenggamannya
Waktu menujukan pukul 5 dimana itu waktunya para pekerja memasuki jam pulang bekerja, begitupun dengan Airene yang sedang memberi tahu tuan mudanya sesuatu " Nah dengarkan ini tuan muda, kwekk kwekk ada di dalam tas ini " Kwek kwek adalah boneka bebek yang selalu dibawa Felix " Semua barang tuan muda ada didalam tas ini oke? " Airene membereskan semua barang Felix hingga sebisa mungkin tak ada yang tertinggal
" mooo.. moooo... " Suara Felix seakan tertahan ketika ia ingin berbicara
" mhhh.. besok kita bertemu lagi tuan muda, ehh tidak.. Besok waktunya libur, jadi habiskan waktu bersama ayahmu oke, anak baik "
Sesuai kesepakatan Airene hanya menjaga Felix ketika anak itu dibawa ke kantor dan jam bekerja sama dengan jam ia menjadi sekertaris.
" mhhh moo... mooo " Felix meminta gendong, jika sudah begini pasti sulit sekali melepaskannya
Airene mengelus elus kepala bocah itu memberi pengertian " Lusa kita bertemu lagi oke, aku akan menunggu tuan muda disini " Memberi senyum lembut sebelum Al menghalanginya untuk menggendong anak itu yang seperti biasa akan menangis
" Kau boleh pulang " ucap Al tentu saja ia tak mau anaknya ini menghalangi seseorang yang sudah memang jam nya untuk pulang
Airene menunduk hormat mengucap salam " Terimakasih sir, sampai jumpa lagi tuan muda "
Tersisa Al dan Felix yang saling menatap karna bocah itu mulai menangis " Kau tak boleh merepotkannya lebih dari jam kerjanya, mengertikan ? " Membawa Felix memasuki mobil menuju kediaman mereka. Benar saja cuaca buruk kali ini, hujan deras disertai angin yang kencang membuat udara semakin dingin dan itu yang di khawatirkan Al
Lihat tadi menangis sekarang tertidur seperti ini, aku sungguh tak mengerti pikiran mu bocah
Semakin malam semakin deras hujan yang mengguyur kawasan itu, tak luput dari hawa dingin yang sangat menusuk karna tentu saja musim dingin semakin dekat. Hujan dan musim dingin membuat hawa dingin itu semakin menjadi jadi
" Baiklah ingat kau awasi pengiriman barang dengan teliti " Al membicarakan sesuatu yang sangat serius dengan James sedari ia pulang meninggalkan si kecil bersama kepala pelayan yang sudah bekerja lama padanya
" Baik sir "
" dan kau ingat, akhir minggu ini pengiriman harus selesai. Awal minggu ini semua barang sudah sampai di new york dan aku " Jika siang hari Al bergelut dengan tumpukan kertas kertas penawaran dan saham, berbeda jika ia sudah pulang kerumah. Mengendalikan pengiriman senjata ilegal biasa iya lakukan dirumah atau terkadang ia datang sendiri untuk memastikan barangnya sampai hingga
" Tuannn Tuann " Bibi pengasuh bernama marie berlari menghampiri Al tiba tiba dan membuatnya sedikit kesal
" Ada apa " Jawab nya dingin
Untung saja kesabaran ku masi ada, kalau tidak kepala bibi sudah kupenggal tadi
" Tuan muda, tuan muda demam dan menangis tuan "
degg !!!
Firasatnya benar, anak itu seperti tak nyaman semenjak ia pulang dari kantor tadi. Dengan langkah terburu buru ia memerintahan James untuk memanggil dokter kepercayaannya dan sahabatnya " Panggil Riel kemari, Sekerang !!! " James yang diperintah langsung menjemput dokter itu tanpa menelfon terlebih dahulu, tak biasanya ia panik tapi jika menyangkut tuan muda ia akan menjadi orang yang sangat panik
Huaaaa... Hikskssssss " Moooo. hikssss... Mo.... " Terdengar suara Felix yang sedang berteriak ntah mencari siapa
" Felix " Al langsung menggendong anak satu satunya itu kedalam dekapannya " Ada apa? kenapa kau menangis mhhh ? "
Felix memberontakn ingin turun dan masih terus berteriak sambil menangis " Mooo.. daddd Moooo.. hiksss.. dad " Al tentu saja tak mengerti apa maksud anaknya itu, siapa yang ia cari sebenarnya
Huaaaa... Huaaaaa...
Tangisan itu tak berhenti hingga wajahnya mulai memerah dan membuat Al panik " Siapa? ini aku? tunggu paman riel datang oke, berhenti menangis " Suhu tubuh anak itu semakin tinggi karna tak berhenti menangis
" huaaa... hiksss.. mooo.. dadddd .. mooo "
" Apa maksudmu, daddy tak mengerti Felix! " Tanpa sengaja Al membentak bocah itu karna ia panik suhu tubuhnya semakin tinggi
Felix menangis semakin kencang karna bentakan itu " mooo.. mommmmm.. mommy.. Airene "
Al menatap tajam pada bocah itu, sedekat apa anak itu dengan pengasuhnya hingga iya berani berani memanggilnya dengan sebutan yang memang Al dan Felix tak mempunyai sosoknya " Daddyyy... hikksss.. mau... hikss .. mo .. mommy " Felix hampir kehabisan nafasnya karna berteriak juga menangis
Al semakin panik dan mengambil jalan pintas, lalu ia lupa bahwa James sedang membawa Riel kemari. " Josh, kemari " josh adalah supir pribadi Al yang selalu mengikuti kemanapun ia pergi bersama James
" Ya tuan " Sedikit berlari ia menghampiri bossnya itu
Felix dalam dekapan tetapi masih memberontakn dan berteriak meminta Airene pada Al " Kau bawa Airene kemari, katakan Felix sakit "
" Baik tuan " Tentu saja ia tahu alamat tempat tinggalnya untuk jaga jaga
Dilain sisi Airene sudah tertidur sejak pukul 8 tadi, tubuhnya lelah karna semakin banyak pekerjaan yang harus ia urus sekarang ditambah sikecil yang sangat lengket padanya hingga sedikit membuat ruang lingkupnya terbatas
tingg !!!!
Bel apartementnya berbunyi beberapa kali ditambah gedoran pintu yang lumayan cukup keras dan mungkin saja tetangga bisa mendengarnya. Airene menatap jam di meja nakasnya, pukul 11 malam. Siapa orang yang berani membangunkan tidur nyenyaknya itu, tak mungkin para sahabatnya karna mereka sedang sibuk dengan studi akhirnya dan tak mungkin pengelola apartemen menggedor pintunya jam segini
" Aishh siapa sih " Airene memakai piyama two piece tak lupa jubah tidur abunya karna cuaca dingin jadi ia memakainya
" Siapa " Airene membuka pintu, seketika ia melihat wajah yang tak asing yang taklain supir pribadi Aldrich bossnya
" Maaf mengganggu anda miss, Tuan memerintahkan saya untuk menjemput miss karna Tuan muda sakit dan terus berteriak ingin bertemu dengan anda " airene melihat jelas raut kepanikan dari supir bernama josh itu hingga membuatnya ikut ikutan panik
" Apa ? "
Tanpa berlama lama Airene mengunci pintu apartemennya setelah membawa handphonenya didalam, tak ada waktu untuk berganti baju jadi ia hanya pergi mengenakan piayama untuk segera bertemu anak asuhnya
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!