NovelToon NovelToon

Istri Butaku

Hari pernikahan

* Langit begitu mendung, bagaikan laut tanpa ombak. Suara kicauwan burung yang bersahut-sahut memanggil temannya pertanda bahwa mereka harus segera kembali keasalnya sebelum mendung mendatangkan hujan.

Tapi berbeda disisi rumah satu ini. Dimana seluruh orang tertawa bahagia. Satu pria yang memakai jas putih dan celana dasar putih sudah sangat rapi. Wajahnya penuh dengan senyum menandakan bahwa ia sedang bahagia.

“Jangan senyum-sentum terus.” Goda wanita paru bayah. Ia tak kalah rapi dari pria yang ia goda. Ia menggunakan Kebaya cream cantik, lengkap dengan make upnya menambahkan kesan ia masih sangat muda. Dia adalah Uminya.

“Iya nii. Kayaknya pengantin baru bahagia banget ni Mi.” Sahut salah satu pria yang lebih muda dari yang digoda. Ya dia adalah adiknya.

Wajah pria yang digodapun memerah malu. Ia menundukkan kepalanya menyembunyikan wajahnya. “Apa sii umi, abi. Udah ayok kita pergi.” Ucapnya.

“Liat ni Mi. Anak kita udah nggak tahan mau nikah cepet. “Sahut abinya dari belakang. Ia merapikan sorbannya yang kurang rapi.

“Iya ni. Aduh cepetan, nanti anak kita ngembek lagi.” Jawab uminya menggoda.

Wajah pria itu tambah malu. “ Aztagfirullah umi sama abi ini. suka banget godain Habib.” Ucapnya malu. Ya, dia bernama Habib. Anak dari Kyai Abburohman yang dipanggil Kyai Abu. Pria paru baya yang berumur 55tahun.

“Liat mi. Wajah abang merah.” Tambah adik perempuannya menggoda abangnya.

“Haha. Udah-udah, liat tu wajahnya tambah merah. Ayoo kita berangkat. Nanti kita terlambat, jadi gagal nika de abang kamu.” Jawab kyai Abu Ayahnya Habib.

Habib hanya menggelengkan kepalanya melihat keluarganya kompak menggodanya saat ini. Ia melangkah menggandeng Umi dan Abinya untuk keluar rumah.

Hari ini adalah hari pernikahan Habib, lebih tepatnya Habib Haiburohman salah satu Ustadz disalah satu pesantren modern ditanah jawah, dan pesantren itu adalah milik Orang tuanya lebih tepatnya kyai Abu. Jadi ia adalah penerus pesantren tersebut. Ia lebih sering dipanggil Gus Habib. Sedangkan Uminya adalah Ustadza dipesantren tingkat MI yang bernama Ustadza Harifa Maudiyana yang dipanggil Umi Ana. Paru baya yang berumur 50tahuan.. Ia memiliki satu orang adik pria dan satu orang adik perempuan. Adik laki-lakinya bernama Fatih Haiburrohman yang dipanggil Gus Fatih, ia berumur 17tahun. Ia masih bersekolah dipesantren Ayahnya dalam tingkat MA. Sedangkan adiknya bernama Aisya Arafah yang berumur 15tahun baru mkelas 3MTS.

Habib sekarang berumur 22tahun. Ia memilih menikah muda untuk menghindari zina. Ia sudah menciantai mempelai wanitanya dalam diam. Meskipun umurnya masih dibilang muda, tapi ia sudah S2 dan Hafal 30just Al-Qur’an. Keren bukan?

Mempelai wanitanya adalah salah satu alumni santri wati yang memiliki prestasi yang cemerlang dipondok pesantren kyai Abu. Dan semenjak itu Habib menyukainnya dan berniat mengkhitbainya saat ia sudah lulus S2, tepat satu minggu yang lalu ia lakukan.

“Kamu sama umi dan abi. Biar nanti Fatih sama Aisya jemput kakek sama nenek dirumah ya.” Ucap Umi

Habib hanya menganggukkan kepalanya. “Iya Mi. Kalo gitu biar Habib saja yang nyetir mobilnya.” Ucap Habib lembut.

Umi Ana tersenyum lembut. “Fatih, Aisya Hati-hati ya. Kami tunggu disana nanti.” Ucap umi Ana lembut kepada adik-adaik Habib..

“Iya mii. Kami duluan de kalo gitu, biar nggak telat.” Jawab gus Fatih.

“Iya mi. Biar bisa liat Abang ijab kobul sama cium keningnya kak Khumairo.” Sahut Aisya jahil.

“Aisya udah bisa godain abang ya.” Ucap Gus Habib menatap adiknya.

“Hehe. Udah kami pergi dulu. Entar pengantin barunya telat lagi.” Sahut Gus Fatih. Ia mencium tangan umi dan abinya satu persatu, tidak lupa Gus Habib. Begitu juga Aisya.

“Assalamu’alaikum pengantin baru...” Ucap Aisya menggoda sebelum pergi.

“Aisyaaa....” Gus Habib pun menggeleng melihat keluarganya yang tidak ada henti-hentinya menggodanya sedari tadi.

“Yaudah. Ayooo kita pergi, nanti kita telat loo.” Ucap umi Ana.

Gus Habib pun mengangguk. Ia menaiki mobil yang sudah dihiasi bunga. Ia menyetir mobil karena memang Kyai Abu tak bisa menyetir mobil. Sedangkan supir dan asisten sudah sibuk dengan bibik, paman dan lainnya yang mereka antar pagi-pagi tadi. Ia mengendarai mobil dengan kecepatan sedang. Sesekali Umi dan Abinya menggoda Gus Habib lagi dan lagi.

Tapi suatu kejadian tak terduga membuat Gus Habib kaget dan tak bisa mengendalikan mobilnya.

Ada satu bus besar yang membawa penumpang dengan ugal-ugalan. Kepala mobil itu mengarah untuk menghantam mobil Gus Habib. Sontak saja Gus Habib membanting setir Mobilnya untuk menyelamatkan nyawa mereka.

"Habib....." Teriak Uminya kaget.

---

Lain tempat seorang gadis berumur 19tahun sedang berjalan menyusuri jalanan membawa pelastik berisikan garam dapur. Setiap langlahnya tak terhenti Takbir untuk Allah Swt dan sholawat untuk baginda Nabi Muhammad saw. Gadis itu menggunakan baju tunik longgar dan rok panjang yang lebar. Jilbabnya menutupi seluruh bagian atasnya menampakkan bahwa ia muslimah yang mulia.

Wajahnya selalu menunduk sampai suara dari depan rumahnya membuatnya mendongak.

“Nayya Ibu pulang...” Teriaknya.

Gadis bernama Nayya itupun tersenyum melihat paru bayah yang sangat ia cintai, ditambah pria disamping wanita itu juga ada. Tapi senyumnya langsung memudar saat melihat Mobil dari arah belakang wanita dan pria didepannya. Dengan gerak reflek ia berlari cepat. “Bunda, Ayah.... awas...!” Teriaknya.

Dengan cepat ia berlari dan mendorong Mereka yang ia sebut Bunda dan Ayah ketepi jalan. Saat ia mau menghindar, ternyata mobil itu sudah menabraknya secara brutal.

Nayya hanya mengucapkan. ‘Laillahaillallah. Allah Huakbar.” Hanya itu kalimat yang bisa keluar.

Tubuhnya terbanting 10meter dari mobil itu. Mobil yang menabrak Nayya menabrak pohon. Untunglah orang yang didalam mobil itu tak terluka parah.

Tapi saat ini Nayya yang memperihatinkan. Wajahnya bercucuran dengan darah. Sudut kepalanya terbentur kerikil yang cukup besar membuat kepalanya bolong. Matanya dan hidungnya berdarah.

“Nayya...!” Teriak Ayah Nanyya. Istrinya pingsan saat Nayya dorong. Ya mereka adalah orang tua Nayya.

Tanpa pikir panjang Ayah Nayya menghampiri Nayya yang tergeletak. Tubuh Nayya sudah sama sekali tak bergerak menandakan Nayya sudah pingsan. “Nayya bangun nak...! Kamu denger Ayahkan.” Ayahnya menepuk-nepuk wajah Nayya. Tangannya dipenuhi darah Nayya. Tapi Nayya sama seklai tak merespon.

Ayahnya sangat panik.”Tolong...! Tolong putrii saya tolong...!” Teriaknya. Ia bahkan tak sadar istrinya juga sedang pingsan. Otaknya sama sekali tak bisa berjalan dengan baik.

Sedangkan bus yang Habib hampir tabrak menabrak rumah warga. Teriakan menjerit kesakitan terdengar jelas, bus itu bahkan hancur bagian depannya.

Mobil yang menabrak Nayya adalah mobil Habib dan Keluarganya. Dan mereka sama sekali tak terluka, hanya saja kyai Abu dan umi Ana sangat shok. “Umii... kita kayaknya nabrak orang..” Ucap Habib gemetar.

Umi Ana pun menatap Ayah Nayya yang berteriak histeris. “Habib cepat kita tolong. Cepat...” Ucap Uminya panik.

.

.

.

.

**Hay semua. Salam sayng dari penulis.

boleh nggak saya minta komentar, like dan vote? soalnya saya butuh penjelasan. kalo novel ini banyk yang suka dn komen. Saya punya alasan buat lanjut, Tapi kalo nggak adakan Author jadi nggak lanjutin.

ingat ya tolong tinggalkan jejak**......

oprasi

Umi Ana pun menatap Ayah Nayya yang berteriak histeris. “Habib cepat kita tolong. Cepat...” Ucap uminya panik.

“Aayoo...”Ucap kyai Abu. Mereka turun dari mobil dan menjumpai ayah Nayya. Disana sudah berkumpul banyak orang. “Sini pak. Masuk mobil kami. Biar kami tanggung jawab.” Ucap kyai Abu.

“Cepat. Nanti Nayya pergi... Cepat..” Ucap Ayah Nayya sambil menangis.

Ayah Nayya menggendong Nayya secara gemetar. ia memasukkan Nayya dimobil Habib yang bagian depannya penyok. “Pak tolong urus istri saya.” Ucapnya kepada tetangganya.

“Iya pak. Kami akan mengurusinya. Bapak jangan khawatir.” Jawab Tetangganya.

Tanpa berkata sepata katapun Habib membawa mobil itu membelah jalan yang berkerumunan orang. Tangannya gemetar, ia melihat dikaca sepion menatap kepala Nayya yang sudah bercucuran darah. Ditambah Ayahnya memeluk Nayya dengan Erat. Ayahnya bahkan tak malu untuk menangis dan berselawat ditelinga Nayya.

“Cepat...” Ucap ayah Nayya panik.

Habib langsung mengalihkan pandangannya kedepan dan melajukan mobilnya lebih kencang menuju rumah sakit. Setelah setengah jam, mereka sampai dirumah sakit terdekat. Cepat-cepat Ayah Nayya menggendong Nayya memasuki rumah sakit...”Dok... tolong putri saya dok...!” Ucapnya menangis.

Hari ini seharusnya adalah hari dimana Nayya dan orang tuannya melepas rindu dengan bahagia. orang tuannya baru saja pulang dari kota XX yang sudah pergi selama dua bulan. Dan mereka kembali untuk melepas rindu kepada anaknya. Tapi nyatanya Tuhan memberi hadia yang tak terduga.

Para suster pun berdatangan dan membawa Nayya untuk diatasi. Ayah Nayya mengikuti mereka secara gusar. Dengan cepat para suster membawa Nayya masuk kedalam ruang UGD. Tak lama kemudian datang beberapa dokter masuk menangani Nayya..

Habib dan keluarganya tak bisa menahan air matanya untuk jatuh melihat pemandangan itu. Mereka bahkan lupa jika hari ini akad pernikahan Gus Habib.

Mereka mendekat kepada Ayah Nayya. “Yang sabar yaa pak..” Ucap kyai Abu.

Ayah Nayya menatap Kyai Abu. Tangannya tanpa terkendali memukul pipi Kyai Abu kasar.”Kamu mau bunuh anak saya..!” Teriaknya keras.

“Abi...” Ucap Habib. Ia memegang Abinya yang terhuyung kebelakang karena pukulan itu. “Abi nggak apa-apa?” Tanya Habib.

Kyai Abu menyekah sudut bibirnya yang berdarah. Tapi belum sempat ia berdiri Kokoh Ayah Nayya dusah menyerangnya kembali. “Kamu liat anak saya ada didalam. Kamu tega...!” Teriaknya piluh.

Habib memeluk Abinya. “Tenang pak. Saya yang membawa Mobil, bukan abi saya. Saya salah, bukan abi salah.” Ucapnya tegas.

Beberapa scurity memegang tangan Ayah Nayya. “Tenang pak. Ini rumah sakit.” Ucap Suster.

Ayah Rindu tak kuat lagi marah. Ia bahkan tak kuat menatap Habi dan keluargaya. “Nayya..” Gumamnya. Ia duduk disalah satu kursi tunggu dan mengacak rambutnya frsutasi.

Sedangkan Habib dan keluarganya menatap itu piluh. Hati mereka sakit saat mengetahui penyebab semua itu adalah mereka.

...

Nayya dibawa kedalam ruang UGD. Beberpa dokter pria dan perawat berdatangan membawa peralatan. Tapi saat salah satu suster mencoba membersikan wajah Nayya dan mencoba melepaskan jilbabnya kaget, karena mendengar Nayya bergumam.

l “Jangan buka jilbab saya.” Berkali-kali.

“Sus tunggu apa lagi. Cepat, nanti pendarahannya tambah parah.” Ucap salah satu dokter pria.

“Anu dok. Pasien tidak mau dibuka jilbabnya.” Ucap Suster itu takut..

“Cepat. Jangan bertele-tele. Waktu kita tidak banyak...!” Sahut salah satu dokter yang lain.

Tanpa pikir dua kali suster itu membuka jilbab Nayya dan mulai membersikan wajah dan lukanya. setelahnya giliran dokter yang menjahit kepala Nayya. Tapi mereka mengurungkannya karena menatap hasil USG yang menyatakan Nayya mengalami pendarahan diotak. Sehingga membuat mereka harus mengoprasi Nayya.

“Kita tidak punya waktu lebih lama. Cepat sediakan tempat oprasi.” Ucap Dokter termuda disana.

“Tapi kita harus meminta persetujuan orang tuanya dulu dok.” Sahut dokter lain.

“Saya jaminannya. Jika kurang dari 5menit saja. Pasien akan mati.” Ucapnya tegas. Ia tak tau apa ini pilihan yang tepat, tapi sebagai dokter, ia harus punya nyali baja dan kebaikan bagai dewa. Ini tugasnya...

Para dokter dan susterpun setuju dan mulai membawa Nayya keluar ruangan menuju ruangan obrasi berlangsung. Ayah Nayya langsung berdiri saat melihat Nayya dipindahkan.”Ada apa su dengan putri saya?” Tanyanya parau.

Seluruh suster dan Dokter tetap berlalu cepat, hanya tertinggal satu perawat perempuan yang berhenti dan menjelaskan. “Begini pak. Putri bapak harus melakukan oprasi pendarahan diotaknya. Dalam Pemeriksaan kami, dalamm otaknya putri bapak terdapat darah beku, sehingga kita harus melakukan tindakan oprasi secepatnya.”

“Mengapa kalian tak menjelaskan kepada saya terlebih dahulu?” Tanya Ayah Nayya kaget.

“Begini pak.. kami dari pihak perawat dan dokter meminta maaf karena melakukan oprasi tanpa persetujuan. Karena memang keadaan putri bapak sangat mengenaskan. Terlambat satu detik saja, maka nyawa taruhannya.” Jelasnya.

Ayah Nayya memejamkan matanya mendengar itu semua. “Tunjukan dimana ruangnya sus.” Ucapnya gemetar.

“Mari ikut saya pak.” Jawab perawat itu sopan. Ia mengarahkan jalan menuju ruang oprasi berlangsung.”Bapak bisa menunggu disini.” Ucapnya.

Ayah Nayya mencoba menatap jendela yang tertutup rapat. Dengan hati penuh harap bisa menembus pandang menatap keadaan putrinya. Ia terduduk lagi dengan lemas.

Sedangkan Habibnya hanya melihat dari jauh. Mereka belum berani menemui ayah Nayya yang masih terbawah emosi. “Bagaimana ini Umi, Abi. Ini semua salah Habib.” Ucap Habib lemah. Ia ahkan menangis merasa bersalah..

“Tenanglah. Lebih baik kita sholat dulu, minta bantuan dengan sang pencipta. Nanti pasti ada jalan yang terbaik.” Jawab Uminya menenangkan.

“Benar kata umimu. Ayoo kita sholat dulu, sekarang sudah Ashar.”Sahut Kyai Abu.

Habib hanya mengengguk dan berjalan menuju musholah tak jauh dari sana.

---

“Bang. Dimana umi sama lainnya?” Tanya Aisya khawatir. Sebab acara akad seharusnya dilakukan 2jam yang lalu. Tapi Habib tak kunjung datang.

“Abang juga tidak tau. Dari tadi abang telepon sama sekali tak ada yang mengangkat.” Jawab Gus Fatih khawatir.

“Perasaan Aisya nggak enak bang.” Aisya sangat gelisa semenjak ia pergi meninggalkan keluarganya. Tapi ia hanya memikirkan jika ia hanya sedang tegang saja.

“Duh. Kita doa aja biar mereka dilindungi terus sama Allah.” Jawab Fatih.

Aisya gusar. Ia hanya mampu menuruti perkataan Abangnya. Ia menadakan tangannya dan berdoa untuk keselamatan keluarganya. Begitu jugaa Fatih.

“Kalian sudah dapat kabar dari gus Habib?” salah satu paru bayah dari sekian ratus orang menemui Gus Fatih dan Aisya.

“Maaf paman. Tapi mereka sama sekali tidak ada kabar.” Jawab Fatih.

“Aduh.. gimana ini?” Ucapnya gugup.

“Mempelai pingsan. Mempelai wanita pingsan...!” Teriak orang-orang yang berada didalam.

Sontak membuat Gus Fatih dan Aisya masuk menemui calon kakak iparnya.

Calon istri Gus Habib pingsan karena mengetahui bahwa Gus Habib tak ada kabar dan pernikahannya dibubarkan. Siapa yang tak akan pingsan ketika tau kabar yang menyakitkan seperti ini. padahal seluruh sanak saudara, siswa/i pesantren, teman bahkan seluru dunia tau jika hari ini mereka akan mengikat janji suci, dan kanyataan pahit mengatakan bahwa semua gagal.

.

.

.

.

**Author meminta Like. komentar. kritik. saran. Vote nya ya. supaya author tau. bakal lanjutnat atau enggk ini novel.

makasih karena sudah memenuhi undangan author**.

Nayya

.......

Habib dan keluarganya sama sekali tak mendapati luka. Hanya saja, mereka hampir membunuh seorang gadis yang tak berdosa.

Gus Habib dan Keluarganya sholat berjamaah dimushola dirumah sakit itu. Seluruh dari mereka berdoa akan keselamatan Nayya, bahkan seluru dari mereka menangis akan kenyataan jika merekalah yang harus disalahkan jika Nayya pergi...

Saat seusai berdoa Gus Habib bersujud dan menangisi semuanya, Umi dan Abi Habib hanya menatap putranya sedih, mereka tau jika anaknya sangat merasa berdosa dan bersalah. Umi Habib pun meringsut untuk mendekat. “Sabar yaa nak. Semuanya udah Allah atur.” Ucapnya menenangkan Habib.

Habib masih menangis, hanya saja sekarang ia menangis dipelukan Uminya. Saat itu juga Hp Abinya bergetar. Abi Habibpun melihat benda pipi disaku celananya, terdapat disana adalah ‘Gus Fatih’. Dan disanapun terterah 70panggilan dari 4nomor. Kyai Abupun mengangkatnya. “Assalamu’alaikum nak. Ada apa?” Tanyanya.

“Wa’alaikum salam Bi. B, Abi dimana?. Mbak Khumairo pingsan karena bang Habib nggak dateng. Abi dan Umi nggak apa-apa kan?. Kalian sekarang dimana?” Tanyanya secara beruntun.

Saat itu pula Kyai Abu ingat jika Habib ingin menikah hari ini. “Asstagfirullahhal’azim. Kami lupa nak, kamu tolong bilangin sama pihak keluarga Khumairo ya jika kami mengalami kecelakaan.” Jawabnya terkejut.

Gus Fatihpun terkejut saat mendengar Orang tuanya kecelakaan. “Terus sekarang Abi dimana?. Umi sama Abi baik-baik aja kan?, Bang Habib gimana Bi?” Tanyanya panik.

“Allhamdulillah kami masih dalam lindungan Allah nak. Tapi masih ada yang harus kami urus. Abi tutup dulu ya.. assalamu’alaikum.” Ucapnya menutup panggilan. Ia tak ingin putra dan putrinya mengkhawatirkan mereka.

“Siapa Bi?” Tanya Umi Ana menatap suaminya baru selesai berbicara lewat telepon.

“Fatih Mi. Dia kasih kabar jika Khumaira pingsan karena kita nggak dateng.” Jelas Kyai Abu.

Habib mendongak menatap Kyai Abu. “Asstaghfirullah Habib lupa. Bagaimana ini Bi?” Tanya Habib gemetar.

Kyai Abu pun mendekat dan memegang pundak anaknya. “Kita selesaikan ini dulu. Nanti kita jelaskan secara baik-baik. Kamu jangan terlalu banyak fikirannya.” Ucapnya menenangkan Habib yang kehilangan arah.

Saat ini Habib hanya menangis dan meminta bantuan kepada Allah. ia tak tau harus melangkah bagaimana lagi. Apa mungkin ia pergi ketempat pernikannya dan meninggalkan gadis yang ia tabrak?. Ia hanya menunggu waktu yang tepat untuk menjelaskan semua ini.

Untunglah ia menabrak Nayya didaerah perkampungan, karena daerah perkampungan memang tidak ada Polisi atau pengawas, sehingga kecelakaan ini tidak sampai kerana hukum.

Habib mengusab wajahnya secara kasar dan berkali-kali beristighfar untuk menenangkan kekalutan hatinya. Ia mengajak Umi dan Abinya untuk kembali menemui Nayya dan Ayyahnya.

..

“Bang diangkat ya sama Abi?. Abi dimana?” Tannya Aisya saat Fatih sudah menutup teleponnya.

“Abi dan lainnya kecelakaan. Karena itu mereka nggak bisa kesini.” Jelasnya.

“Terus gimana keadaan mereka?. Kita harus jengukin Abi, Umi sama bang Habib bang...” Ucap Aisya khawatir

Gus Fatih pun memegang tangan adiknya lembut. “Kamu tenang dulu. Abi sama yang lain baik-baik aja. Tadi saat abang mau nanya lagi Abi matiin teleponnya.”

Aisya sama sekali tak bisa mengendalikan air matanya, siapa yang tak khawatir jika mendengar keluarganya kecelakaan.”Terus mereka sekarang dimana bang?” tanyanya disela-sela menangis.

“Tadi saat abang mau nanya. Abi matiin teleponnya, katannya masih ada urusan yang harus diurus. Kita harus jelasi semuanya kepada keluarga kak Khumairah dulu.” Jawab Fatih. Ia membawa adik perempuannya itu masuk dan menjelaskan kepada pihak keluarga calon mempelai kakaknya.

....

Oprasi Nayya telah selesai dilakukan sejak 6jam yang lalu. Tapi Nayya sama sekali belum bangun, wajahnya pucat sepucat kapas. Wajahnya damai sedamai syurga. Saat ini Ibunya sudah ada dirumah sakit untuk melihat putri tercintanya. Suara tangis nya pecah saat tau keadaan putrinya yang keritis.

Keadaan Nayya saat ini keritis, saat melakukan oprasi ia kekurangan bannyak darah, untunglah salah satu dokter muda disana ingin mendonorkan darahnya. Golongan darah Nayya adalah AB- jadi memang langkah. Dokter tersebut adalah dokter yang mengambil keputusan saat Nayya harus dioprasi sesegera mungkin.

Tangan Kaki kanan dan tangan kanannya patah. Kepalanya bocor, Semuanya diperban dengan tebal. Tubuhnya penuh dengan alat medis. Siapa yang tidak hancur saat melihat putrinya seperti itu. Jika bisa meminta kepada Tuhan supaya bisa menggantikan posisi, maka seluru orang tua akan melakukan hal tersebut.

Sudah 3hari Nayya tidak sadarkan diri. Keadaannya cukup membaik, saat ini ia sudah melewati masa keritisnya, hanya saja ia belum sadar.

Ayah dan Ibu Nayya setiap saat pergi kerumah sakit untuk menjaga Nayya. Nayya juga memiliki kakak laki-laki yang bernama Cakra andrian yang berumur 23tahun. Dan ia sudah lulus s1 dan sekarang ia s2 diturki.

Begitu juga Habib dan keluargannya. Setiap hari menjenguk dan merawat Nayya, tapi keluarga Nayya sama sekali tak mau berbicara kepada Keluarga Habib. Bahkan mereka selalu hampir berkelahi.

Wanita paru bayah menggenggam tangan Nayya lemah. Ia setiap hari menangisi anaknya. “Nayy... abngun Nayy, Bunda kangen banget sama ceramah kamu.” Ucapnya getir. Ia mengusap wajah pucat Nayya dengan ibu jarinnya.

“Bunda harus sabar bun...” Ucap suaminya yang berada dibelakangnya. Ia tak kalah mengemaskan. Wajahnya merah, hidung mancungnya memerah, bahkan mata mereka ditaburi lingkaran hitam. Mereka sama sekali tak bisa tidur karena melihat putri mereka seperti ini. Tapi perhatiannya teralihkan kedepan pintu.

“Assalamu’ alikum...” Ucap Habib. Ia bersama Kyai Abu dan Umi Ana. Ditangannya ada pastel buah yang mereka beli sebelum datang kesini.

“Mau apa lagi kalian?. sudah puas liat putri saya hancur...!” Teriak Ayah Nayya getir.

Habib dan keluargannya sudah sering mendapatkan penolakan seperti ini. mereka hanya diam dan masuk. “Maaf pak...” Ucap Habib getir. Ia tak tau harus berucap apa lagi selain maaf. Dan setiap apapun ucapan dari mulutnya keluar. Keluarga Nayya tak pernah memberi repon fositif.

“Andai maaf kamu bisa buat anak saya sadar dan buat anak saya sembuh. Saya sama sekali tak butuh maaf kamu...!” Teriak Ayah Nayyaa.

Kyai Abu dan Umi Ana hanya mengelus bahu anaknya lembut. Mereka hanya diam. jika mereka berada diposisi orang tua Nayya, pasti mereka juga seperti itu...

Tak lama jari tangan Nayya bergerak, matannya mengerjab seperti ingin dibuka paksa. Ibu dan Ayah Nayya terkejut. Ibu Nayya langsung berdiri dari kursinya. “Yah, Nayya bangun... dia sadar...” Ucapnya histeria.

Ayah Nayya pun bergerak cepat kesisi ranjang untuk menatap anaknya. “Sayang...” Panggil ayahnya serak.

Nayya merasakan sakit disekujur tubuhnya, matanya begitu berat untuk dibuka, ia bagaikan bertarung kepada beratnya beban menimpa matanya. Ia berusaha membuka matanya saat ada yang memanggilnya ‘sayang’. “Bissmillah....” Adalah kalimat pertama yang keluar dari mulutnya karena berusaha bangkit dari alam sadarnya.

Dan berhasil... ia berhasil bangun dari tidur panjangnya. Tapi yang pertama yang ia lihat adalah gelap, seluruhnya gelap. Ia mencoba untuk mengerjabkan matanya, tapi masih saja gelap. Ia mencoba menggerakkan tangan kanannya untuk mengucek matanya. Jujur saja saat ini ia masih setengah sadar.

“Jangaaann...” Ucap Bunda Nayya lembut memegang tangan anaknya.

“Aahkk..” Nayya mengerang sakit saat merasakan tangan kanannya sakit.

“Hati-hati. Tangan kamu masih luka sayang...” Ucap Bunda Nayya lembut. Ia membetulkan posisi Nayya.

“Bundaa....” Ucap Nayya lembut nan ringan.

“Iya sayang. Ada apa?” Tanya bundanya.

“Hauuss...” ucap Nayya serak. Tenggorokannya sangat kering saat ini.

“Bentar yaa. Bunda ambilkan minum....” Ucap Bundanya. Ia cepat-cepat mengambil minum diatas nakas disamping ranjang Nayya. Ia juga mengambil sendok dan membantu Nayya minum dari sendok. Setelah cukup Nayya menggeleng. Bunda Nayya pun meletakkan kembali gelas berisi air dan sendok itu.

“Bundaa... Ayaahhh...” ucap Nayya bergetar.

“Iya sayang... kamu mau apa lagi?”Tanya Ayah Nayya cepat. Ia mengelus kepala Nayya lembut dan mencium puncuk kepala Nayya yang terbalut jilbab.

Habib menatap Nayya bahagia. ia sangat bersyukur jika Nayya bahagia. begitu juga Kyai Abu dan Umi Ana. Mereka tersenyum bahagia. tapi tidak setelah ucapan Nayya setelahnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!