Apasih pernikahan itu? -
Saya terima nikahnya dan kawinnya Binar Cahaya Kusuma binti Ibra Kusuma dengan maskawinnya yang tersebut, tunai.
Binar tidak bisa menahan tangis harunya begitu mendengar suara Albiru melantun dengan tegas. Saksi pernikahan berkata 'sah' dan dirinya telah menjadi istri seorang Albiru Saputra. Perasaan bahagia atas perjalanan cintanya yang berakhir ke pelaminan, namun tak bisa dipungkiri rasa sedih bahwa sebentar lagi dia akan hidup jauh dari orang tuanya.
Disisi lain Ina - Bunda Binar - tersenyum hangat, seolah menandakan dirinya bahagia melepas Binar pada sosok pria baik seperti Albiru. Setelah drama yang cukup menguras emosi Ina akhirnya mengikhlaskan Binar untuk menikah. Dan disinilah mereka sekarang dengan senyum penuh haru menggambarkan kebahagiaan.
...****************...
‘Selamat atas pernikahan Binar dan Albiru’ begitulah kata-kata yang tertulis dibeberapa karangan bunga yang dikirim teman-teman kedua mempelai. Setelah 8 tahun menjalin kasih akhirnya pasangan yang dijuluki ‘duo Bi’ ini akhirnya resmi menjadi sepasang suami istri.
Resepsi yang diadakan disalah satu hotel mewah di Jakarta begitu tampak mewah dan elegan. Terlihat para tamu undangan silih berganti memberi ucapan selamat untuk kedua memepelai.
Salah satunya adalah Fay – sahabat Binar – yang terlihat cantik dengan kebaya berwarna emasnya. Disisi Fay ada Gilang – teman kerja – Albiru. Pasangan satu ini juga terlihat sangat serasi.
“Selamat ya ‘duo Bi’, setelah penantian yang panjang kalian halal juga.” Ucap Fay yang sejak tadi tersenyum haru. Dia adalah salah satu saksi bagaimana kisah manis Binar dan Albiru sejak masa SMA.
“Jangan lama-lama nyusul kita Fay. Bilangin A’ Gilang untuk segera halalin lo.” Sahut Biru yang hari ini terlihat berkali-kali lipat begitu tampan dengan, orang-orang menyebutnya aura penganti baru.
Gilang yang berdiri disamping Fay tertawa kecil sebelum berbisik penuh canda. “Fay selalu jual mahal bro.” Mendengar candaan itu sontak mengundang tawa sang pengantin.
“Sudah A’ yang lain juga ngantri mau salaman nih.” Fay menarik lengan Gilang pelan sebelum pamit pada sang pengantin. Binar dan Biru kompak tertawa melihat wajah malu-malu Fay. Pasangan satu ini memang belum resmi jadian tetapi orang-orang disekitar mereka sangat tahu seperti apa perasaan keduanya.
...****************...
“Bi, kapan kita pindah ke rumah baru?” Tanya Binar yang sudah duduk manis ditepi ranjang hotel. Setelah acara resepsi selesai keduanya memutuskan untuk bulan madu di hotel. Setidaknya ada cukup waktu untuk berdua, pikir keduanya.
“Rumahnya sih sudah bisa ditempatin, ya kira-kira sepuluh persen lagi sudah selesai.” Jawab Biru dengan senyum hangatnya. Senyum yang berhasil membuat seorang Binar jatuh cinta.
"Alhamdulillah ya Bi, aku nggak sabar kita hidup mandiri sebagai pasangan suami istri." Ucap Binar tak bisa menyembunyikan rasa bahagianya. Rasanya seperti mimpi saat menyebutkan kata suami istri.
Albiru kembali tersenyum lembut melihat antusias Binar. "Aku nggak nyangka kita bisa sampai ditahap ini. Terima kasih sudah bertahan bersamaku.” Dengan lembut Albiru membelai rambut kecoklatan milik Binar.
“Aku juga terima kasih Bi, sudah bersabar selama delapan tahun menghadapi sikap keras kepalaku.” Balas Binar, matanya tampak berkaca-kaca. Rasa haru yang sedari tadi ditahannya tumpah juga.
Dengan lembut Albiru menarik Binar kedalam pelukan hangatnya. “Hei, jangan nangis sayang.” Bisiknya menenangkan.
“Ini tangis bahagia Bi, aku nggak nyangka perjuangan kita bisa berakhir bahagia. Kamu tahu kan banyak yang meremehkan hubungan kita. Apalagi saat kita memutuskan untuk menikah, orang-orang menganggap remeh karena usia kita yang terbilang masih begitu muda.”
“Tugas kita sekarang membuktikan semua omongan mereka salah sayang. Kita akan menjadi pasangan yang paling bahagia.”
“Aku akan belajar menjadi istri yang baik Bi, tolong bantu aku ya.” Binar mengangkat kepalanya menatap kedua mata hitam milik Albiru.
“Aku juga akan belajar menjadi suami yang baik Bi. Kita akan sama-sama belajar dan saling mengingatkan ya.” Dan begitulah percakapan hangat dimalam pertama mereka berakhir. Keduanya sama-sama akan belajar menjadi suami istri yang baik.
...****************...
Jam menunjukan pukul 10 pagi. Binar sudah tampil cantik menunggu Albiru yang sedang menerima telepon dari Ibunya. Mereka memutuskan untuk berjalan-jalan sembari menikmati hari-hari baru mereka sebagai sepasang suami istri.
“Sayang, kayanya kita nggak bisa jalan-jalan sekarang. Ibu nelpon katanya Ella nangis kangen sama aku.” Albiru duduk disamping istrinya menatap penuh sesal. Adik bungusnya itu memang sangat manja.
“Ya sudah Bi, nggak apa-apa. Aku maklum kok Ella kan emang dekat banget sama kamu. Kita bisa jalan-jalan besok, lagian besok kita mau honeymoonkan.” Sahut Binar penuh pengertiaan.
“Makasih sayang, ayo kita siap-siap check out.” Albiru menarik Binar kedalam dekapannya, seolah mengatakan terima kasih untuk pengertiannya.
Keduanya segera bersiap membereskan pakaian mereka. Sebenarnya mereka berencana check out nanti malam setelah menikmati waktu berdua seharian. Namun mau bagaimana lagi, ada seseorang yang mengatakan merindukan Albiru. Tidak mungkin Binar begitu egois menahan Albiru untuk bertemu adiknya. Lagi pula seperti yang dikatakan Binar besok mereka akan pergi honeymoon. Ya semoga saja tidak ada lagi halangan untuk menikmati waktu berdua.
...****************...
Setelah sampai di rumah orang tua Albiru kedua pengantin baru itu langsung disambut Ella yang mengatakan kakak sulungnya itu sudah melupakannya padahal baru sehari menikah.
“Mas, Ella kangen nih. Nggak bisa ya mas jangan jauh-jauh dari Ella.” Pinta Ella yang sudah berhenti menangis. Albiru duduk disamping kanannya ditemani Binar yang hanya diam menyaksikan drama adik kakak ini.
“Iya Biru, Ibu juga belum bisa jauh-jauh dari kamu. Kamu ini kan anak sulung Ibu, ada perasaan nggak rela kamu harus tinggal jauh dari Ibu.” Ibu Siti yang duduk didepan Albiru menggenggam erat tangan anak sulungnya seolah mengatakan betapa dia belum rela tinggal jauh dari Albiru.
“Ya nggak bisalah Bu, kan Biru sudah menikah. Kebetulah rumah kami sudah hampir rampung jadi kami memutuskan setelah bulan mau kami akan tinggal di rumah baru kami.” Jawab Albiru yang langsung mengundang protesan dari Ibu dan adik bungsunya.
“Jangan dong mas, Ella bener-bener nggak bisa jauh dari mas Biru.” Protes Ella membuat Binar mendelik kesal. Untung saja ada mertuanya jika tidak, sudah dijamin Binar yang akan menjawab protesan Ella.
“Iya Biru, Ibu juga nggak bisa jauh-jauh dari kamu. Nanti aja ya kalian pindahnya, untuk sementara kalian tinggal disini dulu.” Pinta Ibu Siti yang langsung disambut bahagia Ella dan pelototan tak percaya dari Binar.
Yang benar saja mereka baru menikah sehari dan Binar sudah disuguhkan drama keluarga macam ini. Binar yang anak tunggal saja orang tuanya tidak seperti ini, seharusnya kan orang tua Binar yang berkata seperti itu bukan malah sebaliknya. Dan lagi mengapa protesan itu tidak dikatakan sejak awal. Binar benar-benar tidak siap kalau drama keluarga ini terus berlajut dan membuat Albiru menyetujui ide gila mertuanya. Sungguh Binar belum siap dan tidak akan pernah siap untuk tinggal seatap dengan mertua dan iparnya.
TBC
“Iya Biru, Ibu juga nggak bisa jauh-jauh dari kamu. Nanti aja ya kalian pindahnya, untuk sementara kalian tinggal disini dulu.” Pinta Ibu Siti yang langsung disambut bahagia Ella dan pelototan tak percaya dari Binar.
Albiru terdiam tidak tahu harus menjawab apa. Seandainya hal ini bicarakan sejak awal mungkin akan mudah dibicarakan. Satu sisi Albiru tidak tega melihat Ibu dan adik bungusnya namun disisi lain tidak mungkin dia egosi hanya mementingkan perasaan keluarganya sedangkan ada Binar yang merupakan istrinya. Dan melihat Binar yang hanya diam tidak menolak ataupun mengiyakan membuat Albiru serba salah.
“Nanti kita bicarakan lagi ya, Bu. Ibu kan tahu Biru sudah menikah dan Biru harus berdiskusi dulu sama Binar.” Jawab Albiru pelan takut menyinggung perasaan Ibunya.
“Binar pasti mau kok. Iyakan Binar?” Binar yang ditodong Ibu Siti hanya mampu tersenyum canggung. Tidak tahu harus menjawab apa.
“Perasaan mas Biru pindah rumah juga masih di daerah Jakarta bukan di luar negeri. Ibu berlebihan banget sih, mas Biru juga pasti bakal sering hubungin Ibu kan.” Fadli yang sedari tadi menyimak akhirnya ikut bersuara. Dia sedikit kasihan dengan kakak iparnya itu.
“Yang dibilang sama Fadli benar, Bu. Rumah Biru sama Binar kan nggak jauh dari sini. Setidaknya masih bisa menginap disini kalau Biru sama Binar libur kerja.” Ucapan Albiru langsung disambut wajah masam Ella.
“Kok mas Biru ngomong gitu sih. Ella sama Ibu belum bisa tinggal jauh dari mas. Lagain apa susahnya sih tinggal disini dulu sampai Ella sama Ibu siap pisah dari mas Biru.” Protes Ella yang disambut senyum sinis Fadli.
“Mbak Binar yang anak tunggal aja nggak segininya. Malu dong sama orang tua mbak Binar yang nggak rewel kaya Ibu sama Ella.” Sahut Fadli disertai senyum mengejek.
Melihat itu Binar tersenyum kecil. Setidaknya ada Fadli yang masih berada dipihaknya. Sedangkan Albiru hanya diam belum bisa memberi jawaban.
“Sudah nanti saja bicaranya, ayo kita makan siang dulu. Kasihan Biru sama Binar mereka pasti masih capai.” Ayah Latif yang sejak tadi hanya menyimak akhirnya ikut bersuara.
Semua mengangguk setuju, mereka perlu mengisi perut dulu setelah itu mungkin bisa berdiskusi dengan kepala dingin. Sedangkan Ella yang masih ingin protes hanya mampu menelan kembali kalimatnya. Ayah Latif bukan seseorang yang bisa dia bantah seperti kedua masnya.
...****************...
Disisi lain terlihat Ayah Ibra yang menenangkan istrinya yang menangis. Selama ini Bunda Ina dan Binar tidak pernah berjauhan dan sekarang melihat rumah begitu sepi tanpa celoteh dari Binar membuat Bunda Ina bersedih. Dia merindukan putri kecilnya tidak bisa egois dengan menahan Binar disisinya.
“Sudah, Bun. Kasian Binar kalo Bunda nangis terus, pasti dia merasa sedih. Kan kemarin Bunda sudah janji sama Binar untuk nggak nangis lagi.” Dengan lembut Ayah Ibra membelai punggung Bunda Ina.
“Tapi Bunda kangen Yah sama Binar. Dari semalem Bunda kepikiran apa Binar tidur nyenyak jauh dari Bunda.” Ayah Ibra tersenyum melihat kekhawatiran istrinya, sejujurnya dia juga merindukan Binar namun sebagai orang tua rasanya tidak bijak jika menahan Binar untuk tinggal disisinya.
“Coba Bunda telpon. Tadi pagi kan Binar sudah ngabarin Bunda, katanya nanti setelah makan siang dia mau mampir kesini.”
“Bunda takut ganggu waktu Binar sama Biru, Yah.”
Ayah Ibra tertawa kecil sebelum menjawab perkataan istrinya. “Itu Bunda tau, ya sudah Bunda sabar aja paling sebentar lagi mereka datang.”
Tak berselang lama terdengar deru mobil yang Bunda Ina yakinin milik menantunya. Dengan senyum lebarnya Bunda Ina menghapus air matanya dan berjalan menuju pintu untuk menyambut anak dan menantunya.
“Assalamu’alaikum Bunda Binar yang cantik.” Dengan senyum manisnya Binar berlari kecil menghambur kepelukan sang Bunda.
“Waalaikumsalam anak Bunda yang cantik.” Sahut Bunda Ina disertai pelukan hangatnya menyambut Binar.
“Haduh, masa Bunda aja yang dipeluk sih Ayahnya sudah dilupain ya.” Canda Ayah Ibra yang disambut cengiran lucu khas Binar.
Albiru yang melihat pemandangan hangat didepannya tersenyum kecil. Dia masih melihat sosok Binar yang masih berumur belasan tahun. Begitu manja dengan orang tuanya.
“Assalamu’alaikum Ayah....Bunda, maaf kita agak telat datangnya.” Dengan sopan Albiru mencium punggung tangan kedua mertuanya.
“Waalaikumsalam..sudah nggak apa-apa. Cuma tadi ada sedikit drama, tuh Bunda nangis-nangis katanya kangen Binar.” Adu Ayah Ibra mengundang tawa Albiru.
“Ayah...” Protes Bunda Ina malu.
“Sudah-sudah, ayo masuk dulu.” Potong Ayah Ibra sebelum istrinya melayangkan protes panjang. Kemudian mereka berempat masuk kedalam rumah.
...****************...
“Jadi gimana rencana honeymoon kalian?” Tanya Ayah Ibra saat mereka sudah duduk di ruang tamu dan disuguhkan minuman serta cemilan untuk bersantai.
“Rencananya besok, Yah. Kita mau ke Bali aja, kira-kira seminggu sebelum kembali beraktifitas di kantor.” Jawab Albiru. Sedangkan Binar sudah merebahkan kepalanya dipangkuan Bunda Ina.
“Ayah sama Bunda berdoa untuk keselamatan kalian. Oh iya, giman sama rumah kalian? Sudah bisa ditempati?” Ayah Ibra kembali bertanya. Pertanyaan yang membuat Binar bangun dari rebahannya, dia jadi teringat diskusi di rumah mertuanya yang belum selesai.
“Alhamdulillah sudah bisa, Yah. Untuk pindahnya kami masih belum tahu kapan. Barang-barang kami sudah ada yang dipindahkan.” Jawab Albiru.
“Ibu sama Ella mau kita tinggal di rumah mereka dulu Yah.” Sahut Binar, sejak tadi dia ingin mengatakan ini.
“Nggak apa-apa, mungkin mereka belum siap jauh dari Biru. Lagi pula hanya untuk sementarakan.” Jawaban bijak Ayah Ibra membuat Binar cemberut. Dia masih tidak terima dengan usulan untuk tinggal bersama mertua serta iparnya.
“Bunda juga belum siap tinggal jauh dari Binar.” Protes Bunda Ina. Apa mereka pikir dia siap tinggal jauh dari putrinya, jika saja dia bisa egois sudah pasti dia akan menahan Binar untuk tinggal bersamanya.
“Binar juga nggak bisa pisah jauh dari Bunda.” Sambil memeluk sang Bunda, Binar menatap Albiru seolah mengatakan dia ingin tinggal bersama Bundanya.
Albiru hanya diam tidak tahu harus menjawab apa. Dirinya juga bingung mengambil keputusan, tadi di rumah orang tuanya dia juga belum bisa membuat keputusan. Beruntung dia bisa kabur dari rumah orang tuanya dengan alasan sudah berjanji untuk mampir ke rumah mertuanya. Dan sekarang dia juga dihadapkan pilihan yang sama.
“Bunda, apa nggak kasihan sama Biru. Baru juga menikah sudah disuruh memilih antara mertua atau orang tuanya. Kita ikhlaskan saja, nantikan Binar sama Biru bisa menginap disini sesekali.” Dengan Bijak Ayah Ibra memberi saran. Dia hanya tidak ingin menyusahkan Albiru yang baru masih belaja menjadi suami yang baik.
Disisi lain Binar tidak bisa banyak membantah. Dari kecil dia sudah diajarkan untuk mematuhi perkataan Ayahnya karena dia tahu apapun keputusan sang Ayah pasti sudah dipikirkan dengan baik. Binar hanya harus sedikit lebih bersabar, setidaknya sampai beberapa bulan kedepan. Nanti dia akan pelan-pelan meminta mertuanya untuk membiarkan mereka belajar hidup mandiri sebagai suami istri.
TBC
Terima kasih untuk yang sadah mampir. Mohon kritik dan sarannya agar bisa menjadi karya yang lebih baik lagi.
Ipar rasa musuh --
Dulu Binar bertanya-tanya seperti apa rasanya tinggal dengan ipar. Karena dari cerita teman-teman kantornya, kebanyakan dari mereka mengeluh. Dari cerita mereka bisa Binar simpulkan sangat sulit untuk bisa akrab dengan ipar terlebih lagi jika ipar kita adalah perempuan. Dan sekarang Binar benar-benar merasakan seperti yang diceritakan teman-teman kantornya.
Sebenarnya Binar sudah memilki gambaran bagaimana menghadapi tingkah laku Ella. Dari awal dia berpacaran dengan Albiru hanya satu orang yang benar-benar menentang hubungan mereka, yaitu Ella.
“Akhirnya mas Biru nggak jadi pindah, Ella senang banget!” Baru saja Albiru dan Binar menginjakkan kakinya di rumah keluarga Albiru mereka sudah disambut antusiasme dari Ella. Bahkan Binar sampai terkejut tidak menyangkan akan mendapat respon berlebihan dari Ella.
Disamping Ella ada Fadli yang tersenyum mengejek adiknya, “berisik Ella!” Tegur Fadli yang tidak ditanggapi oleh adiknya itu.
“Sudah biarin Biru sama Binar istirahat dulu. Mereka besok harus berangkat pagi-pagi,” ucap Ayah Latif kemudian memberi kode agar pasangan pengantin baru itu segera masuk kamar untuk beristirahat.
Belum juga Albiru dan Binar melangkahkan kakinya, Ella sudah lebih dulu menyela. “Mas Biru mau honeymoon kemana?” tanya Ella.
“Kenapa nanya-nanya? Kamu mau ikut mereka honeymoon?” sambar Fadli.
Ella melotot kesal, “Kenapa mas Fadli yang sewot. Ella kan cuma nanya.”
Binar yang melihat tingkah Ella hanya mampu menghela napas kesal, tetapi dia berusaha menahan rasa kesalnya. Apalagi dihadapannya ada Ayah Latif.
“Mas mau ke Bali, cuma seminggu. Dan please jangan ganggu mas dulu ya,” jawab Albiru membuat Ella langsung memasang wajah cemberut.
Mendengar ucapan Albiru tanpa sadar Binar tesenyum senang. Setidaknya pengganggu seperti Ella bisa diatasi sementara. Binar mengenal dengan baik seperti apa Ella dan dia sangat yakin adik iparnya itu pasti punya rencana untuk mengganggu mereka.
...****************...
Paginya Binar tidak melihat Ella bahkan Albiru mencari adik bungsunya itu yang katanya sedang ada tugas di kampus. Perasaan lega langsung menghampiri Binar, setidaknya dia bisa sedikit lega. Meski dia tidak terlalu yakin Ella bisa menyerah begitu saja.
“Dari tadi aku liat kamu senyum-senyum terus,” Albiru membuka percakapan. Saat ini mereka sudah berada di hotel yang akan mereka tempati selama seminggu di Bali.
Binar menoleh sambil memasang senyum yang lebih lebar. “Nggak, cuma senang aja bisa ke Bali sama kamu.”
“Oh aku tahu, pasti kamu nggak sabar berduaan sama aku kan.” Goda Albiru membuat wajah Binar memerah malu.
“Ih, kepedean kamu. Aku senang aja bisa ke Bali,” sangkal Binar. Tidak mungkinkan dia mengatakan senang bisa bebas dari pengganggu seperti Ella.
Albiru hanya tertawa pelan berhasil menggoda istrinya. Ah menyebut kata istri membuat hatinya berdesir. Kata inilah yang selama ini dia impikan.
“Jadi, apa rencana kita selama di Bali?” tanya Albiru.
Binar langsung memperlihatkan layar handphonenya pada Albiru. “Tara...ini aku sudah buat schedule spesial selama kita di Bali.”
“Oke, mari kita liat apa yang akan kita lakukan hari ini.”
“Sekarang kita cuma beres-beres dan istirahat., malamnya kita harus dinner romantis. Ini ada daftar restoran yang wajib kita kunjungi.” Dengan antusias Binar mulai menjelas pada Albiru apa saja daftar keinginannya selama berada di Bali.
Melihat bagaimana bahagianya Binar membuat Albiru tersenyum hangat. Ini yang dia sukai dari sosok Binar, istrinya selalu mampu membawa suasana ceria. Dan senyum manisnya itulah salah satu alasan Albiru selalu terpesona pada sosok Binar.
...****************...
Tiga hari di Bali dan menghabiskan waktu berdua membuat Binar bahagia. Tidak ada Ella yang mengganggu, bahkan Albiru sampai dipaksa Binar untuk mematikan handphonenya sementara. Binar hanya ingin membuat banyak kenangan berdua dengan Albiru. Dulu semasa pacaran hanya sedikit moment mereka berduaan karena akan selalu ada Ella dan Intan – sahabat Ella – yang mengikuti Albiru kemanapun.
Sayangnya, kebahagiaan Binar harus terganggu ketika Albiru meminta izin untuk mengaktifkan handphonenya. Dan benar saja selang beberapa detik terdengar banyak sekali notifikasi yang bisa Binar tebak pasti dari Ella.
“Siapa Bi?” tanya Binar berpura-pura tidak tahu.
Albiru ternyum masam sebelum menjawab, “biasa Ella, nanyain kapan pulang.”
Belum juga Binar menanggapi handphone Albiru kembali berbunyi, kali ini ada telpon masuk. Binar mengernyit melihat nomor tak dikenal.
“Assalamu’alaikum,” salam Albiru.
“Waalaikumsalam, mas Biru ini Intan.”
Mendengar nama yang tidak asing itu Albiru langsung mengaktifkan speaker. Dia sangat tahu Binar sangat sensitif menyangkut hal yang berhubungan dengan Intan.
“Ada apa?” tanya Albiru langsung.
“Ella sakit mas, katanya dia kangen sama mas Biru. Ini Ella ada dikosan Intan.”
Binar yang dari awal sudah curiga semakin was-was, dia sudah bisa menebak kearah mana drama ini akan berlangsung. Perlu dicatat Ella dan Intan itu sama-sama licik, mereka sangat pintar manipulasi.
“Saya mau bicara dengan Ella,” jawab Albiru.
“Mas Biru...jahat banget, Ella kangen sama mas Biru tapi mas Biru malah asik sendiri.” Suara Ella terdengar serak seperti habis menangis.
“Maaf Ella, mas cuma butuh waktu berdua sama Binar. Ini juga baru tiga hari, Ella sakit apa? Kenapa nggak istirahat di rumah?”
“Pasti ini ulah mbak Binar kan? Pasti dia yang nyuruh mas untuk matiin handphone mas, Ella Cuma mau sama mas Biru nggak mau pulang ke rumah kalo mas Biru nggak ada.” mendengar rengekan itu membuat Binar semakin geram.
Apasih maunya bocah ini, batin Binar kesal.
“Kan mas sudah bilang, mas cuma butuh waktu berdua sama Binar. Sabar ya, mas pulang empat hari lagi. Kamu pulang ke rumah nanti ada Ibu yang ngurus kamu,”
“Nggak mau, pokoknya Ella mau sama mas Biru. Dan lagi ada Intang yang baik hati mau direpotkan Ella.”
“Dengar, mas bakal telpon Fadli untuk jemput kamu dan jangan membantah. Nanti mas hubungin lagi, asslamu’alaikum.” Albiru langsung menutup telepon tanpa mau mendengar lebih banyak rengekan adik bungsunya itu. Disampingnya, Binar sudah menasang wajah cemberut moodnya benar-benar berantakan.
Albiru tersenyum kecut, tidak menyangkan acara bulan madu mereka akan terganggu seperti ini. Dia sangat tahu Ella begitu keras kepala dan akan berusaha keras agar keinginannya dituruti.
“Maaf sayang, sepertinya kita nggak bisa lebih lama disini. Kamu tahu kan Ella bagaimana, pasti sebentar lagi dia nelpon dan nangis-nangis minta mas pulang.” Albiru mengelus rambut Binar berusaha membujuk istrinya itu.
“Jadi kita pulang sekarang?” tanya Binar lesu.
Mendengar nada lesu Binar membuat Albiru semakin merasa bersalah, “maaf sayang, weekend nanti kita jalan-jalan ke Malang.”
“Oke, aku siap-siap dulu. Kamu yang pesan tiket,” ucap Binar.
Sekali lagi dia harus mengalah dari Ella. Binar pikir setelah menikah dengan Albiru, Ella tidak akan mengganggunya lagi. Dan ternyata dia salah, bahkan Ella dengan tidak tahu diri memaksa Albiru untuk segera pulang dengan dalih kangen. Binar benar-benar muak dengan drama Ella namun dirinya tidak bisa berbuat banyak, si bungsu yang manja itu kesayangan Albiru.
TBC
Terima kasih untuk yang sudah mampir. Mohon kritik dan sarannya 🙏🏻
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!