NovelToon NovelToon

Dia Yang Kembali Datang

Pasangan Utha Uthi

💚💚

Saya terima nikahnya putri ayu anak kandung bapak untuk saya dengan mahar tersebut tunai.

Sah

Sah

Alhamdulillah...

Mulus tanpa hambatan Putra menjawab akad nikahnya pagi itu, bu Nur yang duduk di sebelah Yana sudah meremas tangan Yana dan menatap sendu wajah putri sulungnya itu.

"semoga kamu juga segera ya nak." ucap ibu sambil memeluk Yana, Yana mengedipkan mata dan menganggung sedikit.

"InsyaAllah bu doakan kakak ya bu." jawab Yana

Ayyana Ahmad putri sulung dari tiga bersaudara, tahun ini genap berusia tiga puluh tujuh tahun bukan usia yang belia atau pun muda lagi untuk seorang wanita. Pernikahan yang ia hadiri ini adalah pernikahan adik bungsunya, Putra. Untuk ukuran usia laki laki Putra sudah cukup matang untuk menikah di usianya sekarang, sudah mapan juga.

Pekerjaanya jelas dan berpenghasilan mencukupi bahkan sudah mampu membeli rumah serta mobil, hanya saja ibu melarang Putra membeli rumah 'ibu takut putra pindah dari rumah ibu dan meninggalkan ibu' begitu kata ibu.

Ayyana adalah seorang guru mata pelajaran ekonomi akuntansi di salah satu SMA swasta di jakarta, penikmat kopi susu tanpa gula, hobi masak serta memotret apa saja dengan kamera ponselnya, Yana bukan gadis manja, dia mampu melakukan segala hal sendiri.

Tinggi badannya yang hanya setinggi bahu adik-adiknya dengan badan mungil membuat banyak orang berfikir bahwa Yana masih berumur dua puluh tahunan, di tambah dengan Yana yang selalu menggunakan sepatu kest dan tas ransel menambah kesan mudanya.

Bahkan untuk pergi mengajar saja Yana selalu memakai sepatu kets dan tas ransel.

Pernikahan Putra menjadi cobaan berat untuk Yana, Pertanyaan 'kak Yana kapan nih tante udah nunggu nunggu lho?, 'Yana kamu kapan aku udah punya anak tiga ni', kak Yana ayo dong jangan sampai aku duluan lagi kayak bang uta', kak Yana mau bude jodohin lagi sama teman kantor bude ngak,? kak Yana kapan kapan kapan dan kapan adalah sederet pertanyaan yang hanya bisa Yana tangapi dengan senyum manis semanis susu kental manis.

Begitulah kehidupan Yana saat ada perkumpulan keluarga apapun acaranya, mulai dari arisan kecil sampai hajatan besar, dan itu juga alasan Yana malas menghadiri undangan dan acara keluarga.

Beruntung Yana punya ibu dan adik perempuan yang selalu membesarkan hatinya serta nilai bonusnya adalah adik perempuan Yana yang cantik jelita itu mulutnya selalu pahit bak empedu jika menanggapi perihal pernikahan sang kakak, setiap ada pertanyaan yang seperti itu selalu Elita lah yang menjawab dengan pedas, sepedas rawit setan yang sering ibu pakai untuk membuat sambal matah.

Tapi hari ini sepertinya keberuntungan sedang tidak berpihak padanya, ibu sedang sibuk berfoto dan menerima ucapan selamat dari teman-teman pengajianya dan juga teman-teman mengajar ayah yang ikut hadir di acara duo P adik dan adik iparnya.

Entah kenapa Putra bisa mendapatkan istri bernama Putri unik sekali rasanya, bahkan mereka bertetangga dan berteman sejak kecil. 'apa tidak bosan yang dilihat itu itu terus sejak kecil' begitu pikir Yana saat pertama tau Putra mengatakan akan menikahi Putri.

Lalu kemana perginya Elita? emak-emak beranak dua itu sedang sibuk mengejar idris putra keduanya yang berlari kesana kesini mengelilingi masjid tempat akad nikah Putra berlangsung,.

Yana sudah pasrah rasanya dengan kondisi ini, senyum yang terus dia pamerkan tidak cukup kuat untuk menahan perih di hatinya.

"Yana sini nak foto dulu" mertua Putra merangkul bahu Yana menariknya menjauh dari keramaian para sepupu, bude dan yang lainnya yang masih saja bertanya tentang Yana yang masih melajang, Yana jelas bersyukur rasanya seperti di beri es kopi susu manis spesial di saat cuaca terik, lega.

"Kok mukanya begitu, kakak sakit?" suara ibu menyadarkan Yana dari bisikan-bisikan tentang statusnya yang masih terasa mengiang di telinga

"Nggak bu Yana lapar aja" jawabnya asal,

"Tadi yang sarapan sepiring berdua aku, kan kakak yang makan paling banyak, alasan aja mau nyuapi aku, Itu perut apa balon sih makan banyak gede nggak." putra menjawab asal saja, karena memang itu kenyataannya tadi pagi putra hanya makan sedikit karena gugup menghadapi hari ini dan juga memang Yana selalu makan banyak tetapi berat badanya tak pernah bertambah.

"itu anugrah babang utha sayang." Yana membalas ledekan adiknya dengan memanggilnya utha.

Bang utha dek uthi begitulah selama ini panggilan Putra sang adik kandung laki satu satunya dan Putri yang baru setengah jam lalu sah menjadi adik iparnya. Hal itu juga yang membuat semua keluarga merasa lucu, tidak pantas saja badan tinggi besar seperti itu di panggil utha terlalu imut, begitu juga putri yang tinggi semampai dan sedikit berisi di panggil uthi 'ngak cocok jangan sok imut' begitu biasa Elita anak kedua pak Ahmad dan bu Nur itu berkomentar untuk adiknya itu.

"Udah-udah sini berdiri di sebelah ayah kontak tembaknya nanti lanjut di rumah biar ayah yang jadi jurinya." Pak Ahmad menengahi keributan anak-anaknya, ini hanya candaan bukan keributan dan hal begini sudah sering terjadi. Hanya saja ini di dalam masjid tidak enak rasanya dilihat orang ramai.

Setelah sesi foto keluarga selesai, semua keluarga pulang kerumah, untuk mempersiapkan acara tasyakuran yang di adakan besok di rumah Pak Ahmad, mengingat mereka bertetangga maka acara akan di adakan di rumah Pak Ahmad saja.

➰➰➰➰➰➰➰➰➰➰➰➰♥️♥️

"Ganteng banget anak mama hari ini mau kemana ni? Udah wangi gini." bu Jelita mengendus Doni seolah sedang menikmati aroma parfum si anak semata wayangnya itu.

"Kondangan mah, perbaikan gizi". Jawab Doni santai sambil mengedipkan mata sebelah menggoda sang mama yang kepo pada si anak.

"Perbaikan gizi, kayak yang kurang gizi aja kamu dirumah ini, Pergi sama siapa? dia lagi? bisa tidak sih kamu nggak usah sama dia nak? Mama bukan tidak setuju Don, tapi umurnya itu nak, nanti kalau dia sudah tidak bisa hamil, tidak bisa punya anak, gimana? Mama pengen punya cucu Don."

Bu Jelita panjang lebar menjelaskan maksudnya hatinya pada Doni, namun Doni hanya bergeming sambil terus bersiap-siap, bukan mau menjadi anak durhaka yang tidak mendengar orang tua. Hanya saja Doni malas menanggapi perihal Yana pada wanita yang melahirkan dan membesarkanya dengan penuh sayang itu.

"Mama jangan berfikir yang tidak-tidak doa yang baik baik aja, pamit ya mah," Doni menyalami bu Jelita lalu mencium pipi ibunya itu kiri kanan, mengambil kunci mobil di atas meja dan pergi begitu saja.

Sebenarnya ayah dan ibu Yana sudah mengundang papa dan mama Doni, melalui Doni untuk hadir di acara tasyakuran pernikahan Putra, tetapi Doni tak berniat mengajak ibunya itu, bukan apa-apa, Doni hanya tak ingin merusak suasana hati Yana di acara penting keluarga gadis pujaannya Itu.

"Kalau papa nggak bisa ikut aku nggak ngajak mama deh, susah ngajak mama kalau nggak ada pawangnya" itulah jawaban Doni beberapa hari lalu melalui sambungan telpon pada papanya, saat sang papa mengatakan tak bisa menghadiri undangan Pak Ahmad karena tidak bisa pulang dan harus mengurus kerja sama perusahaanya dengan perusahaan dari Taiwan.

Berbeda dengan bu Jelita ayah Doni tak pernah memilih, siapa pun boleh jadi menantunya asalkan Doni suka, Doni cinta dan berjenis kelamin wanita tentunya, ayahnya setuju saja, hanya saja sekarang ayahnya sedang di luar negeri jadi tidak bisa menghadiri undangan dari keluarga Yana.

➰➰to be continue➰➰

♥️Bersyukurlah saat memiliki keluarga yang penuh cinta.

-Salam kenal untuk semua pembaca yang telah bersedia meluangkan waktunya singgah di karya ku, ini adalah karya pertama ku. semoga menghibur, terimakasih untuk pembaca semua.

〰️ jangan lupa bahagia jangan lupa syenyummmm 😊〰️

Dunia Andoni

💚💚

Andoni Raman Anggara, laki-laki berusia tiga puluh tahun pewaris perusahaan tempat Putra Ahmad adik bungsu Yana bekerja, Doni juga berteman baik dengan adik bungsu Yana itu, Doni yang lebih banyak menghabiskan waktu di kantor, adalah anak tunggal bapak Anggara Negara dan ibu Ratu Jelita pemilik salah satu perusahaan tekstil terbesar di negeri ini.

Untuk Doni tidak ada waktu yang boleh terbuang sia-sia, terutama dalam hal pekerjaan, Doni hanya butuh waktu tiga hari untuk beristirahat setelah tiba di negara ini, Setelahnya Doni sudah langsung ikut papa ke kantor dan memulai pekerjaan, di sanalah awal mula Doni bertemu Putra, adik kelasnya saat SMA, Seiring berjalannya waktu hingga akhirnya Putra menjadi teman dekatnya.

Untuk urusan wanita ada banyak wanita yang mendekati Doni dari semua kalangan, banyak juga yang Mama coba jodohkan tetapi tidak ada satupun yang memikat hati Doni, sampai pada Akhirnya Doni bertemu Yana dua tahun lalu.

Tahun ini adalah tahun ketiga doni kembali ke indonesia setelah menyelesaikan pendidikan Master ilmu bisnis di salah satu universitas ternama dunia di negri Paman sam.

➰➰➰➰➰➰➰➰➰➰➰➰♥️♥️

Doni mengendarai mobilnya sendiri menuju rumah Yana, entah alasan-alasan apa yang akan Doni katakan lagi nanti saat keluarga Yana menanyakan kehadiran orang tuanya.

"Selamat ya Bro" Doni menyalami Putra dan Putri.

"Cepat nyusul cepat lamar kakak gue Mas." jawab putra menggoda, Doni mengangukkan kepalanya cepat tanda setuju.

Doni tau pasti alasan Yana yang masih ragu padanya, bu Jelita yang sebelumnya bersikap begitu hangat penuh sayang pada Yana sejak pertama bertemu, sebulan lalu tiba-tiba berubah sejak tau berapa usia Yana saat ini.

Sore itu Yana yang di undang makan malam oleh Bu Jelita, Yana datang dengan membawa serta Adam ponakannya yang menggemaskan. Bu Jelita terkejut saat Adam, anak berusia tujuh tahun itu bercerita bahwa Elita Ibunya, adalah adik dari Yana.

Tanpa menunggu nanti dan tanpa basa basi bu Jelita langsung bertanya berapa usia Yana, Yana yang tak paham apa yang terjadi menjawab dengan santai.

"Tahun ini tiga puluh tujuh tante."

Jawaban Yana membuat bu Jelita sangat terkejut, bagaimana bisa Doni mencintai wanita yang umurnya tujuh tahun lebih tua. Apakah selama ini Doni tidak tau? Apakah selama ini Yana yang tidak jujur? Atau hanya dirinya saja Yang tidak tau. pikiran bu Jelita saat itu melayang entah sudah kemana-mana.

Melihat wajah pak Angga suaminya yang bersikap biasa saja dan Doni pun tidak terlihat terkejut sama sekali, membuat Jelita yakin bahwa selama ini hanya dirinya yang tidak tau perihal berapa usia Yana.

"Kenapa mama nggak ikut mas?" Suara Yana memecah lamunan Doni yang sedang menikmati hidangan.

"Malas ajak mama, suka bawel nanti kamu nggak nyaman" jawab doni jujur.

Inilah poin plus Doni di mata Yana, yang Yana tau Doni selalu berusaha jujur pada yana dalam hal apapun itu.

"Kasihan mas, kamu ih durhaka lho sama ibu sendiri" Yana menggodanya.

"Dari pada calon istri nanti ngabek, repot. kan ak...".

"Belum ya mas belum jadi calon istri," jawab Yana taktis memotong kata-kata Doni

"Ya udah deh pacar" jawab doni  memelas, yang membuat wajah Yana tambah bersemu merona.

"Nggak pacar juga nggak, kan udah dibilangin juga aku gak mau pacaran." Yana menjawab yakin, untuk menghilangkan rasa gugupnya.

"Ya udah nikah ayok sekarang, terima lamaran aku, ya mau ya! nanti lama-lama juga mama bakal balik manis kayak dulu, sekarang mama lagi banyak kerjaan aja." Entah ini sudah kali keberapa dalam sebulan ini Doni membujuk Yana untuk mau menerima lamarannya.

Satu bulan lalu Yana sudah berencana akan mengatakan bersedia menikah dengan Doni saat  itu Yana hanya sedang menunggu waktu yang tepat untuk mengatakan hal itu, namun setelah acara makan malam dengan keluarga Doni dan sikap mama Jelita berubah drastis, Yana urungkan niatnya.

"Berisik ih malu diliatin orang." Bukan jawaban dari ajakannya yang Doni dapatkan, Yana malah pergi begitu saja.

Doni menarik nafas dalam, ini benar-benar sulit untuknya. Satu sisi dia mencintai Yana sejauh apapun jarak umurnya, disisi lain dia tak ingin membuat Ibunya, wanita yang paling dia cintai itu kecewa.

Butuh waktu cukup lama untuk Doni meluluhkan hati Yana, sejak saat pertama kali Doni bertemu Yana di rumah ini, kala itu Doni menjemput Putra teman sekaligus anak buahnya di kantor. Sangkaan pertama doni saat itu sama dengan sang ibu, Yana adalah adik Putra. Namun fakta yang dia dapatkan adalah Yana ternyata kakak sulung dari sang teman yang usianya cukup jauh terpaut denganya.

Tetapi tekat Doni sudah  bulat berbagai macam usaha dia lakukan untuk bisa membuat Yana simpati dan suka padanya, tekatnya yang kuat juga meyakinkan Putra bahwa doni serius dengan kakak sulungnya itu. dengan berbagai pertimbangan Putra akhirnya ikut membujuk kakak sulungnya untuk mencoba membuka hati pada Doni.

"Aku nggak mau ah, masa sama dedek-dedek." Begitu biasa jawaban Yana jika Putra mulai membahas tentang keseriusan doni padanya.

Tapi apalah kuasa manusia, ibarat batu yang bisa hancur bila terus-terusan di tetesi air maka begitu juga hati Yana yang pada akhirnya Luluh juga, Hanya saja saat ini sedang ada keraguan yang sangat besar di hatinya perihal sikap mama Doni yang berubah entah apa sebabnya.

Saat ini juga Yana sedang rapuh Hatinya duduk sendiri di sudut keramaian menghindari pertanyaan kapan menikah dari para tamu yang mengenalnya dan juga banyak pertanyaan yang menari-nari di kepalanya, doni yang tidak ingin mamanya ikut? atau memang tante Jelita yang tak ingin ikut? lalu kemana papa Doni? bagaimana jika Ayah atau ibu bertanya tentang ketidak hadiran orang tua Doni.

"Udah, jangan melamun, Papa di Taiwan, nggak bisa pulang. Mama nggak aku ajak, tante sama om udah aku kasih tau kenapa mama sama papa nggak ikut, itu kan isi kepala kamu." Doni menghampiri Yana dan langsung memberi penjelasan yang Yana butuhkan sambil memukul pelan sendok yang dipegangnya ke kepala Yana.

"Kamu bilang sama Ayah dan ibu, kamu nggak ajak tante Jelita?" cicit Yana dengan mata menyipit menatap Doni.

"Ya nggak lah, aku bilang mama tidak enak badan," jawab doni santai.

"Bohong lagi kan, dosa mas nggak takut dosa."

"Biar nggak menimbulkan masalah yan, kamu ngertiin aku dong, yang penting sama kamu aku nggak pernah bohong, percaya sama aku." Doni menjawab dengan suara lemas memohon belas kasih Yana.

"iya deh iya aja biar cepat urusanya." jawab Yana

➰➰➰➰➰➰➰➰➰➰➰♥️♥️

Malam itu bu Nur yang baru saja mengganti baju dengan piama tidurnya menghampiri pak Ahmad yang masih sibuk membaca buku daftar kehadiran tamu di meja kerjanya.

"Yah, Yana nih yang masih jadi pikiran ibu." bu Yana duduk di ujung tempat tidur.

"Iya doakan saja." jawab pak Ahmad tanpa menoleh pada istrinya.

"Ayah ih kebiasaan kalau orang lagi ngomong tuh di dengar dilihat." Bu Nur sudah di mode barbahaya.

"Iya-iya di dengar Nur kalau nggak ya ndak bisa Ayah jawab yang nyonya besar tanya." jawab ayah sambil melihat ibu sambil melepas kaca mata bacanya.

"Besok ayah ngomong lagi ke kakak, biar kakak bisa bicarakan pada Doni kapan Doni Siap bawa keluarga melamarnya, ibu tenang ya jangan terlalu di pikirkan."

Tampaknya penjelasan pak Ahmad cukup membuat bu Nur puas, buktinya ibu tiga anak dan dua cucu yang masih terlihat sehat segar dan cantik di usia senja itu mulai diam dan meninggalkan ayah yang kembali melanjutkan membaca buku daftar tamu undangan pada acara putra.

➰➰to be continue➰➰

♥️kata orang cinta itu buta, perbedaan umur bukalah masalah besar, apa benar begitu?

〰️tetap semangat jangan lupa bahagia jangan lupa syenyummmm 😊〰️

Dia

💚💚

Di lain tempat seorang laki-laki dengan tiga anak gadis kecilnya, Lala Lili dan Lulu baru saja menempati rumah baru mereka di kawasan elit jakarta.

Mahraja, dosen fakultas ekonomi di salah satu universitas ternama di kota ini. Sebenarnya Raja sudah lebih tiga tahun ini kembali ke ibu kota, hanya saja baru saat ini dia membeli rumah yang layak dan membawa serta tiga putrinya pindah ke jakarta.

Kota ini adalah tempat sejuta kenangan untuk Raja, sejak SMA dia sudah merantau ke Jakarta meninggalkan tanah kelahirannya, dan kota ini juga tempat Raja menemukan cinta pertamanya belasan tahun silam, sebelum garisan takdir membawanya harus kembali ke Medan dan menikah dengan wanita yang sudah memberikannya tiga putri cantik yang saat ini ikut serta dengannya tinggal di jakarta.

"Yah, kami kapan mulai sekolahnya." Lala putri sulung Raja menghampiri Raja yang sedang membaca koran di meja makan.

"Sarapan dulu sini, Lili sama Lulu mana?" Raja malah balik bertanya.

"Masih tidur, sekolahnya gimana yah?" Lala tak mau menyerah masih saja bertanya.

"Iya La, lagi di urus kan. Minggu depan udah bisa masuk kayaknya, kita beres-beres dulu seminggu ini, sekalian belanja dulu untuk kebutuhan kalian bertiga, kita harus bisa mandiri." Raja melipat koran yang tadi dia baca dan meletakkan di atas meja sebelum melanjutkan kata-katanya.

"Nggak ada opung yang bisa bantu urus kalian disini, kamu harus banyak bantu ayah ya, wak Mar juga datang pagi sampe sore aja kak." wak Mar yang dimaksud Raja adalah seorang ibu-ibu yang membantu pekerjaan di rumah mereka.

Raja diam melipat tangan di atas meja makan dan menatap anak sulungnya, Lala yang kini berusia dua belas tahun. menunggu jawaban terbaik dari Lala yang dianggap sudah cukup dewasa untuk berbagi keluh kesah.

"Sip,,,,, gampangnya itu yah, semangat kita bisa." jawaban Lala sambil berdiri dan mengacungkan tangan terkepal ke udara, seperti orang yang sedang demo.

Raja tertawa bahagia, ada kesedihan dan keresahan dalam dirinya, hidup mandiri dengan tiga anak gadis kecil ini entah bagaimana nanti dia menjalaninya.

➰➰➰➰➰➰➰➰➰➰➰➰♥️♥️

Dua Minggu berlalu setelah acara pernikahan Utha Uthi, rumah mereka yang berhadap-hadapan membuat pasangan suami istri itu seperti anak catur yang suka berpindah-pindah.

Kadang mereka akan menginap dirumah Utha dan waktu sarapan mereka sudah di rumah Uthi begitu juga sebaliknya, sungguh pasangan yang aneh.

Pagi itu semua sedang sibuk, Utha yang tiba-tiba datang minta sarapan dan Uthi yang mengekor tanpa malu-malu.

Ayah yang sudah selesai sarapan masih duduk di meja makan sedang menunggu kopi buatan ibu, sambil membaca koran.

Yana yang sedang merapikan meja makan sisa sarapan dan memasukkan beberapa potong roti buatan ibu ke dalam box makanan untuk dibagikan pada teman-teman mengajarnya.

"Buuu ini Idris yaa, aku pamit. Assalamualaikum" Suara Elita yang hanya mengantar anak keduanya sampai depan pintu untuk di titipkan pada bu Nur selama dia bekerja, kadang malah bukan hanya selama dia bekerja sering juga El menjemput anaknya saat sudah malam.

Begitulah seorang ibu mengorbankan segala hal untuk merawat mengasuh membesarkan anak-anaknya dengan penuh cinta dan masih juga sanggup mengasuh cucunya tanpa mengeluh lelah meski usianya sudah tak muda lagi.

"Mba El kebiasaan deh nitip anak udah kayak nitip apaan aja." Putra geleng-geleng kepala dengan tingkah kakak keduanya yang dia panggil mbak.

"Akekkkk" Idris yang sudah terbiasa langsung berlari masuk dan duduk di pangkuan pak Ahmad.

"Mu num pi kek" Idris meminta kopi pak Ahmad, membuat pak Ahmad menghentikan kegiatan membaca koran dan menanggapi permintaan cucunya yang sebentar lagi berusia empat tahun itu.

"Anak kecil nggak boleh minum kopi nanti kamu tumbuh kumis mau,?

Putra menggoda Idris dan keributan kecil terjadi, Rutinitas pagi rumah itu memang selalu terasa hangat.

Yana keluar dari kamar sudah siap dengan tas ransel dan seragam mengajarnya, menyalami ibu dan ayah serta mencium pipi bulat Idris dan berpamitan, Doni sudah mengirimkan pesan bahwa laki-laki itu sudah dekat dengan rumah Yana untuk menjemputnya.

➰➰➰➰➰➰➰➰➰➰➰➰♥️♥️

"Ups... Maaf." ucap Doni pada anak kecil yang baru saja jatuh es krimnya karena tersenggol tangan Doni saat hendak membayar belanjaannya di kasir.

Doni sedang terburu-buru dia harus segera kembali ke kantor setelah makan siang bersama Yana, dan juga ada Yana yang menunggu di mobilnya.

"Ganti lah om, jatuh ni es krimnya" Lili bocah tujuh tahu itu menjawab dengan berani sambil menunjuk es krimnya yang sudah mendarat di lantai.

"Ok, ok maaf ya" Hampir saja Doni menyodorkan dua lembaran uang berwarna merah pada bocah kecil itu, jika saja ayah bocah itu tidak datang.

"Eh, Nggak usah jangan nanti saya beli lain aja, saya minta maaf kalau anak saya kurang sopan." ungkap Raja sungguh-sungguh pada Doni.

"Maaf mas saya juga salah saya buru-buru, maaf ya anak cantik," ucap Doni pada anak itu, dan langsung pergi meninggalkan tempat itu menuju mobilnya.

"Kenapa?" Tanya Yana, yang ternyata melihat dari dalam mobil apa yang terjadi di dalam minimarket itu.

"Bocah galak banget, es krimnya jatuh kesenggol tangan ku eh dia minta ganti rugi, untung aja bapaknya datang dan bapaknya baik, jadi ya nggak sampai panjang urusanya." Jawaban doni mebuat Yana tertawa.

"Oh yang tadi itu bapaknya." Yana kembali bertanya

"Iya, kamu kenal?"

"Ya ga lah mas, gimana bisa kenal. lagian cuman keliatan belakangnya aja gimana bisa kenal, ada-ada aja ih, udah ayo cepetan nanti aku telat anak-anak pasti udah nungguin ni."

Dari dalam mini market itu mata Raja mengikuti arah Doni berjalan menuju mobilnya, matanya tertuju pada seorang wanita yang duduk di bangku penumpang, seperti orang yang pernah Raja kenal tetapi dia ragu.

Melihat mobil itu belum bergerak membuat Raja berjalan kearah luar dan ingin menghampiri mobil tersebut untuk memastikan keraguan hatinya.

"Ayah coklatnya boleh lima?" Suara Lala menghentikan langkahnya, Raja berbalik pada Lala dan mengangguk, tanda setuju.

Raja juga menghampiri Lulu menggendong anak ketiganya itu yang meminta mengambil sendiri jajanan yang dia inginkan yang berada di rak atas.

Saat Raja berbalik kembali melihat ke arah luar, mobil yang diharapkan masih terparkir di depan minimarket itu sudah tidak ada.

➰➰➰➰➰➰➰➰➰➰➰➰♥️♥️

Kejadian di minimarket itu benar-benar mengganggu pikiran Raja, wajah wanita dalam mobil itu yang begitu mirip dengan Ayyana pujaan hatinya di masa lalu.

Tiga tahun tinggal di kota ini belum pernah sekalipun dia bertemu dengan Yana, Raja jelas tau alamat Rumah Yana tapi tak sekalipun iya berani berkunjung kesana, meski tak bisa dipungkiri hati kecilnya menginginkan bertemu Ayyana meski hanya sekali saja, setidaknya untuk minta maaf.

Empat belas tahun lalu Raja pernah berjanji akan kembali ke jakarta dan melamar Ayana kembali saat gadis itu sudah menyelesaikan pendidikannya.

Ayah Yana kala itu menolak lamaran Raja hanya karena tidak ingin anaknya menikah sebelum kuliahnya selesai dan meminta Raja kembali setelah Yana Wisuda.

Tetapi janji hanya tinggal janji belaka, satu tahun setelah pulang ke Medan Raja setuju dengan Rencana mamak yang terus memaksa untuk menikahkan Raja dengan gadis pilihan mamak, waktu itu bahkan Raja tidak berani jujur pada mamak kalau dia sudah punya pilihan sendiri.

Memang tidak ada ikrar hubungan apapun antara Raja dan Yana saat itu, namun kedekatan mereka yang sudah terjalin sejak masih berseragam putih abu-abu sudah menjelaskan perasaan satu sama lain tanpa harus diungkapkan.

Saat itu Raja sempat menelpon Yana, memberi kabar pernikahanya pada Yana, bukan untuk membuat Yana bersedih, Raja memberi kabar bermaksud agar Yana berhenti berharap dan menunggunya.

Kala itu bukan hanya Yana yang hancur dan berantakan, Raja pun sama terlukanya tetapi sebagai anak, Raja sudah tidak bisa lagi mengelak untuk permintaan orang tuanya dan juga suatu kewajiban untuk berbakti pada orang tua.

➰➰To be continue➰➰

♥️Meminta maaf adalah kerendahan hati dan memaafkan adalah keikhlasan hati.

〰️tetap semangat jangan lupa bahagia jangan lupa syenyummmm😊〰️

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!