NovelToon NovelToon

CINTA PRIA YANG KEJAM

PERAN PENGGANTI

Dipagi yang cerah, tampak seorang gadis yang berusia 20 tahun sedang menjajakan roti dagangannya

di seputaran taman kota. Ia menghampiri setiap orang yang lewat untuk menawari rotinya.

Dengan ramah ia menjual dagangannya yang sudah hampir habis. Gadis itu bernama Shafira. Ia gadis yatim piatu yang tinggal bersama tante dan seorang sepupu laki-laki. Tante Ani sangat menyayangi Shafira, namun sepupu laki-lakinya itu bahkan sangat membencinya. Ia bernama Bobi. Bobi sangat membenci Shafira karena ia berpikir kalau Shafira merebut kasih sayang ibunya yaitu tante Ani.

Mereka hidup sederhana dengan penghasilan dari menjual roti. Tante Ani membuat roti dan Shafira lah yang menjualnya. Sedangkan Bobi hanya bermalas-malasan saja dan hidup berlagak seperti orang kaya. Bobi sering merampas uang hasil jualan roti dari tangan Shafira.

“Kembalikan uang itu! Uang itu milik tante Ani.” Teriak Shafira pada Bobi.

“Ini uang ibuku, jadi sama artinya uang ini adalah milikku.” Balasnya marah dan mendorong tubuh Shafira.

Shafira kembali dengan tangan kosong. Dagangan habis, namun uang sepeserpu tidak ada. Ia bersedih melihat tante Ani yang sedih melihat sikap Bobi yang kurang ajar itu. Namun ia tak bisa berbuat apa-apa.

“Semenjak ayahnya meninggal, Bobi semakin tak karuan.” Kata tante Ani sedih.

“Sudahlah tante, aku akan berusaha mendapatkan pekerjaan untuk membantu tante.” Ucap Shafira

menenangkan.

“Kau anak yang baik! Kenapa bukan kau saja yang keluar dari rahimku.” Ucap tante Ani mengelus pipi

Shafira.

Mendengar perkataan ibunya, Bobi semakin membenci Shafira. Ia berniat akan menjauhkan ibunya dari

Shafira.

Malam harinya, Bobi pergi ke bar dengan teman-temannya. Ia mengaku anak dari keluarga yang kaya agar ia dapat berpacaran oleh wanita kaya. Bobi mengandalkan tampangnya yang tampan dan rayuan mautnya untuk menaklukkan wanita kaya. Kali ini ia sedang berpacaran dengan wanita dari keluarga kaya.

“Sayang, kenapa kau terlihat sedih malam ini?” Tanya Bobi pada pacarnya Lita.

“Aku akan dijadikan sebagai penebus hutang orang tuaku kepada seorang pria yang sangat kejam.” Jawab Lita.

“Apa?” ucap Bobi terkejut.

“Lalu apa kau mau?” Tanyanya yang takut kehilangan Lita sebagai sumber keuangannya.

“Tentu saja aku menolaknya! Aku takut menjadi wanita simpanan seorang pria kejam seperti dia.” Jawab

Lita.

“Lantas bagaimana caramu menolaknya?” Tanya Bobi lagi.

“Itulah yang membuatku frustasi! Aku tidak tau dengan cara apa agar aku bisa membantu papaku membayar semua hutangnya kepada pria kejam itu.” Jawab Lita.

“Berapa hutang papamu?” Tanya Bobi penasaran.

“30 milyar!” Jawab Lita.

“Apa tidak ada cara lain selain menjadi wanitanya?” Kata Bobi ikut kebingungan.

“Tidak! Kalau aku menolak maka papaku akan di penjara dan hidupku juga akan sengsara.” Sahutnya frustasi.

“Kenapa kau tidak berpikir untuk mencari penggantimu saja?” Ucap Bobi memberikan ide.

“Kau belum bertemu dengannya kan? Dia tidak akan tau itu kau atau bukan.” Kata Bobi lagi.

“Ide gila! Kalau ketauhan gimana?” Sahut Lita yang awalnya menolak.

“Aku yakin dia tidak akan tau!” Ucap Bobi.

“Apa itu akan berhasil? Tapi siapa yang akan menjadi penggantiku?” Tanya Lita.

“Kau tenang saja, aku akan mencarinya! Tapi dengan syarat, kau tetap menjadi pacarku.” Jawab Bobi.

“Tentu saja sayang! Aku sangat mencintaimu.” Ucap Lita tergila-gila pada paras tampan yang dimiliki Bobi.

Siang hari saat Bobi pulang kerumah, ia melihat Shafira yang sedang duduk sambil berbincang dengan tante Ani.

“Tante, hari ini aku mendapatkan uang yang banyak dari hasil dagangan kita.” Ucap Shafira menyodorkan uang pada tante Ani.

“Kau gadis yang baik! Aku sangat menyayangimu.” Ucap tante Ani memeluk Shafira.

Melihat kemesraan Shafira bersama ibunya, membuat Bobi lagi-lagi berniat untuk menjauhkan Shafira dari ibunya itu. Seketika Bobi teringat akan rencananya bersama Lita untuk mencari wanita pengganti. Ia langsung berencana untuk menjebak Shafira menjadi pengganti Lita yang akan menjadi wanita simpanan pria kejam itu.

“Shafira, ayo ikut denganku! Aku akan mengajakmu jalan-jalan.” Ajak Bobi melancarkan aksinya.

“Yang benar saja? Kau kan membenciku!” Ujar Shafira yang tak mau di bodohi Bobi.

“Ayo ikut denganku, atau aku akan menyiksa ibu!” Bisik Bobi mengancam Shafira.

“Baiklah.” Kata Shafira yang tak ingin tante Ani menderita lagi karena ulah Bobi.

Kemudian Bobi mengajak Shafira ke sebuah rumah mewah yang tak lain adalah rumah Lita.

“Sayang, ini penggantimu.” Kata Bobi pada Lita sambil mendorong tubuh Shafira mendekat padanya.

“Bagus! Hehehe, tidak kusangka kau begitu cepat mendapatkannya!” Seru Lita senang.

“Kau memang selalu dapat aku andalkan.” Sambung Lita seraya melirik paras Shafira yang cantik.

“Apa maksudmu, sebagai pengganti?” Tanya Shafira pada Bobi.

“Hei, apa Bobi tidak bilang padamu?” Lita balik bertanya sambil mencengkram wajah Shafira dengan kuat.

“Kau akan menggantikanku menjadi wanita simpanan untuk seorang pria yang kejam.” Sambungnya lagi.

Sontak Shafira terkejut mendangar ucapan Lita itu.

“Aku tidak mau!” Teriak Shafira menolak.

“Kalau kau berani menolaknya, aku akan menyiksa ibu!” Ujar Bobi mengancam Shafira.

“Bobi, ku mohon jangan sakiti tante Ani lagi. Dia ibumu.” Kata Shafira memohon.

“Kalau kau menurutiku, ibu akan baik-baik saja.” Kata Bobi.

Shafira tidak ingin menjadi wanita simpanan pria manapun tapi ia juga tidak ingin tante Ani menderita. Mau tak mau Shafira mengikuti perintah Bobi dan Lita. Ia setuju menjadi pengganti Lita untuk menjadi wanita simpanan seorang  pria yang tak dikenalnya.

“Kau harus ingat! Disini kau harus berperan sebagai wanita yang akan menggantikan aku. Jangan sampai pria kejam itu tau bahwa kau adalah penggantiku. Apa kau mengerti?” Kata Lita pada Shafira.

“Mulai sekarang kau akan tinggal disini sementara, jangan coba-coba kabur!” Seru Bobi ikut menimpali.

“Tapi bagaimana dengan tante Ani? Aku harus bertemu dengannya terlebih dahulu.” Kata Shafira.

“Tidak perlu! Aku akan mengurusnya.” Sahut Bobi.

Lalu Shafira di bawa ke sebuah gudang dan di kurung disana sampai tiba waktunya ia akan dibawa ke kediaman si pria kejam tersebut sebagai pengganti Lita.

Malam harinya, Shafira di bawa keluar dari gudang tersebut untuk bertemu dengan ayahnya Lita yang bernama Deri. Ia lah yang memiliki hutang perusahaan hingga mencapai 30 milyar kepada pria yang terkenal akan kekejamannya.

“Pa! Ini gadis yang akan menggantikan aku menjadi penebus hutang papa kepada pria kejam itu.” Kata Lita kepada Deri.

“Apa kau yakin dengan ide konyol ini, Lita?” Tanya Deri sedikit ragu.

“Pa! Aku tidak mau menjadi wanita simpanan pria itu! Apalagi melahirkan seorang anak untuknya! Dia itu monster, pa.” Sahut Lita.

“Aku anak papa kan? Papa mau aku mati dibunuh pria itu?” Sambungnya lagi.

“Baiklah, papa juga tidak akan memberikanmu pada pria kejam itu.” Ucap Deri.

“Kau bersiaplah! Minggu depan kau akan segera aku bawa ke kediaman pria kejam itu.” Kata Deri pada Shafira.

"Tuan, aku mohon kasihanilah aku! Aku hanya anak yatim piatu yang miskin. Aku takut, tuan." Ucap Shafira memohon belas kasih pada Deri.

"Hei, apa yang kau takutkan, hah? Tugasmu hanya menemani dan melahirkan anak untuknya! Setelah kau melahirkan anak untuknya dia pasti akan memberikanmu banyak uang. Dengan begitu kau tidak akan miskin lagi." Sahut Deri menatap Shafira sambil tersenyum licik.

"Tuan, aku mohon! Jangan bawa aku kepada pria kejam itu." Pinta Shafira lagi bahkan sampai berlutut pada Deri.

"Bawa dia kembali ke dalam gudang!" Perintah Deri pada anak buahnya yang berjaga di rumahnya yang mewah itu.

Shafira pun di seret secara paksa dan di kurung kembali ke dalam gudang. Di dalam sebuah gudang sempit dan gelap itu, Shafira menangis sejadi-jadinya. Ia begitu takut akan dijadikan seorang wanita simpanan untuk pria yang disebut-sebut begitu kejam.

Disisi lain, Bobi mencari alasan kepada ibunya mengenai Shafira.

“Kemana Shafira? Kenapa dia tidak kembali bersamamu?” Tanya tante Ani pada Bobi.

“Aku sudah mendapatkan pekerjaan untuknya!” Jawab Bobi santai.

“Kau bohong! Pekerjaan apa yang kau berikan padanya?” Tanya tante Ani lagi.

“Ibu, sudahlah! Dia akan baik-baik saja!” Sahut Bobi kesal.

“Ibu selalu menyayanginya. Aku ini anak ibu, kenapa ibu hanya sayang padanya?” Ujar Bobi lagi.

“Aku sayang pada kalian berdua! Kenapa kau berpikir begitu?” Sahut tante Ani.

“Tapi aku tidak mau berbagi ibu padanya! Aku membencinya setiap dia dekat ibu.” Bentak Bobi pada ibunya.

Kemudian, Bobi berlalu begitu saja keluar rumah tanpa menghiraukan ibunya yang menangis akan sikapnya yang selalu berbicara kasar terhadap ibunya itu. Bobi memutuskan untuk pergi bersenang-senang bersama Lita di sebuah bar tempat biasa mereka bertemu.

“Apa kau senang malam ini?” Tanya Bobi pada Lita.

“Tentu saja sayang! Akhirnya aku lepas dari genggaman pria kejam itu.” Jawab Lita senang.

“Malam ini kita akan berpesta untuk merayakannya!” Seru Lita pada Bobi.

“Oke!” Sahut Bobi.

Tak terasa, seminggu pun berlalu. Kini Shafira hanya bisa pasrah di saat ia akan dibawa menemui sang pria kejam yang akan memiliki dirinya. Shafira di antarkan oleh orang suruhan Deri ke sebuah rumah yang begitu megah dan  meninggalkannya disana.

Disana lah Shafira akan memulai kehidupannya sebagai peran pengganti. Rumah yang megah itu terasa sepi bagi Shafira. Hanya ada pelayan dan para penjaga disana. Ia tak melihat sosok pria kejam di rumah itu. Kedatangan Shafira di rumah megah itu di sambut hangat oleh seorang kepala pelayan bernama Hadi.

Hadi membawa Shafira ke dalam sebuah kamar yang begitu luas dan di penuhi oleh perabotan yang mewah. Shafira berdiri melihat keluar dari kaca jendela kamarnya. Tak lama ia mendengar ketukan pintu. Ternyata seorang pelayan wanita  yang sedang membawakan makan malam untuknya. Pelayan itu seumuran dengannya, namanya Mirna dan ia sangat ramah kepada Shafira.

“Nona, ini makan malammu.” Kata Mirna dengan ramah pada Shafira.

“Terima kasih.” Balas Shafira.

“Apa kau butuh sesuatu?” Tanya Mirna.

“Tidak, terima kasih.” Jawab Shafira.

“Baiklah, kalau kau butuh sesuatu, panggil saja aku.” Kata Mirna lagi.

“Baiklah.” Ucap Shafira yang juga ramah pada Mirna.

Lalu Mirna pergi ke dapur untuk menemui ibunya yang juga bekerja sebagai tukang masak dirumah itu.

“Ibu, aku melihat kesedihan di mata nona itu, aku sangat kasihan padanya.” Kata Mirna pada ibunya, yang bernama bu Yati.

“Jangan mencampuri urusan orang lain! Apalagi urusan tuan Edzard.” Sahut bu Yati menyebut nama pria kejam itu.

“Apa tuan Edzard sudah kembali ke Negara ini?” Tanya Mirna yang sejatinya memiliki sikap yang begitu bawel.

“Ibu tidak tau dan berhentilah mencampuri urusan orang lain.” Kata bu Yati.

“Ayo cepat selesaikan kerjaanmu.” Sambungnya lagi.

“Baiklah.” Sahut Mirna yang bertugas untuk membersihkan sebagian ruangan di rumah itu.

Keesokan paginya, Shafira keluar dari kamarnya dan menuju ke dapur.

“Selamat pagi nona! Apa tidurmu nyenyak semalam?” Sapa Mirna pada Shafira.

“Iya.” Jawab Shafira canggung pada orang-orang yang baru dikenalnya.

“Nona, kau jangan takut! Aku kepala pelayan di rumah ini.” Ucap Hadi kepada Shafira.

“Dan ini bu Yati, tukang masak disini.” Katanya lagi.

“Ini ibuku.” Sambung Mirna memeluk bu Yati.

“Iya! Namaku Shafira. Panggil saja aku dengan namaku.” Kata Shafira tersenyum.

“Itu dilarang! Kami adalah pelayan disini dan anda adalah wanitanya tuan Edzard.” Kata Hadi.

“Jadi nama pria kejam itu, Edzard!” Ucap Shafira dalam hati.

“Aku akan bantu memasak disini, aku bosan jika diam di kamar saja.” Kata Shafira.

“Jangan! Nona adalah majikan kami. Sebaiknya nona istirahat saja.” Sahut bu Yati melarang Shafira untuk ikut mengerjakan pekerjaan pelayan.

“Tidak masalah, aku hanya bosan.” Kata Shafira memaksa.

“Baiklah, nona.” Kata bu Yati.

Shafira semakin akrab dengan para pekerja di rumah itu. Ia tidak menganggap mereka sebagai pelayan, Shafira menganggap mereka sebagai keluarganya sendiri.

“Nona, kenapa kau mau menjadi wanitanya tuan Edzard?” Tanya Mirna pada Shafira.

“Apa kau tau, kalau dia adalah pria yang sangat kejam?” Sambung Mirna lagi pada Shafira.

“Aku hanya mengikuti kemauan dari keluargaku.” Jawab Shafira dusta.

“Apa kau sudah pernah bertemu dengannya?” Tanya Mirna lagi.

“Belum! Aku tidak pernah mengenalnya.” Jawab Shafira.

“Dia itu pria yang kejam,,….”

“Berhentilah menakutinya, Mirna!” Potong bu Yati melotot pada Mirna.

“Nona, jangan dengarkan omongannya.” Sambung bu Yati pada Shafira.

“Bu Yati, sekarang Edzrad itu dimana? Aku tidak melihatnya selama aku disini.” Tanya Shafira.

“Tuan Edzard sedang berada di luar negeri, dia pulang ke Negara ini cuma sesekali saja.” Jawab bu Yati.

“Oh, begitu.” Sahut Shafira.

“Kenapa nona hanya bilang, oh? Apa nona tidak penasaran dengannya?” Tanya Mirna pada Shafira.

Mendengar perkataan Mirna, Shafira hanya tertawa kecil. Ia melihat Mirna berbicara seperti anak-anak. Bu Yati sering memarahinya jika Mirna tidak berlaku sopan terhadap Shafira.

 

*****

Berbulan-bulan sudah Shafira tinggal dirumah yang megah itu. Ia pun sudah sangat dekat dengan para pelayan yang lainnya. Para pelayan menyukai Shafira yang bersikap baik dan ramah kepada mereka. Setiap hari Shafira ikut memasak dan juga membantu Mirna membersihkan rumah, padahal Hadi sering melarangnya bekerja. Karena Shafira adalah wanita dari majikannya. Namun Shafira tetap saja mengerjakannya. Hingga suatu malam, saat di kamarnya Shafira mendengar suara mobil yang baru saja tiba ke rumah itu. Ia melihat ke jendela, begitu banyak mobil yang datang. Namun Shafira tak mau keluar, karena ia berpikir itu bukan urusannya. Dia tetap berada di kamarnya hingga kantuknya datang dan terlelap tidur.

Keesokan paginya, setelah mandi seperti biasanya, Shafira membantu memasak di dapur membuat sarapan. Bu Yati berulang kali melarangnya, namun Shafira tak mau dengar.

“Sini, biar aku yang bawa makanan ini ke meja!" Kata Shafira pada bu Yati yang sedang sibuk di dapur.

“Jangan nona! Biar saya saja.” Kata bu Yati.

“Tidak apa-apa, aku akan membantu sedikit.” Kata Shafira.

Saat ia meletakkan makanan itu ke meja, ia melihat seorang pria tinggi tegap dan sangat tampan dengan tatapan mata yang tajam. Saat Shafira melihtanya, pria itu pun menatapnya dingin. Shafira takut akan tatapannya dan berlalu kembali kedapur.

“Bu Yati, siapa pria itu?” Tanya Shafira pada bu Yati.

“Itu adalah tuan Edzard!” Jawabnya membuat Shafira gemetar ketakutan.

Melihat Shafira yang gemetar ketakutan, bu Yati pun mencoba unutk menenangkannya.

“Nona jangan takut, tuan Edzard tidak akan membunuhmu.” Ucap bu Yati menggenggam tangan Shafira.

Edzard duduk di ruang makan untuk sarapan. Ia melirik Shafira yang berdiri di samping bu Yati. Shafira hanya menundukkan wajahnya tak berani menatap Edzard.

“Duduklah!” Ucap Edzard kepada Shafira dengan nada datarnya.

Shafira tidak bergeming, ia hanya terpaku dan terus menundukkan wajahnya.

“Aku bilang duduklah!” Bentak Edzard dengan suara lantangnya.

Shafira kaget dan langsung duduk di samping pria kejam itu.

“Makan sarapanmu.” Kata Edzard dingin kepada Shafira.

Dalam diam Shafira hanya mengikuti perintah dari Edzard. Ia makan dengan hati-hati dan terus saja menundukkan wajahnya. Edzard begitu kesal kepada Shafira yang tak menampakkan wajahnya di depannya.

“Apa aku terlihat seperti pria kejam yang orang julukkan padaku?” Tanya Edzard pada Shafira.

Shafira masih diam dan kaku.

“Jawab aku!” Bentak Edzard sambil menggebrak meja.

“Ti…tidak tuan.” Sahut Shafira gemetar ketakutan.

Edzard semakin kesal mendengar Shafira memanggilnya dengan tuan.

“Huh, bahkan kau memanggilku tuan.” Gumam Edzard sambil beranjak pergi meninggalkan ruang makan dengan kesal.

Shafira menangis ketakutan. Air matanya tumpah karena di bentak oleh Edzard. Bu Yati mencoba menenangkan Shafira yang masih duduk sambil menangis di ruang makan itu.

“Sudahlah, nona! Tuan Edzard mungkin sedang banyak pikiran.” Kata bu Yati memeluk Shafira.

“Aku tidak tau kesalahan apa yang kuperbuat hingga aku harus menjadi wanitanya.” Ucap Shafira sambil menangis.

Edzard pergi menuju ke kantor dengan mobil mewah yang di kendarai oleh supir pribadinya yaitu Lutfi. Sesampainya di kantor ia duduk di ruangannya dengan kesal mengingat Shafira yang memanggilnya tuan. Tak lama masuklah teman akrab Edzard bernama Anton yang mempunyai sikap nyeleneh.

“Hei, kawan! Setelah lama kau baru balik ke Negara ini lagi.” Sapa Anton.

“Bagaimana dengan perjalananmu disana? Apa banyak wanita cantik?” Tanya Anton lagi pada Edzard.

“Yang kau tau hanya wanita saja.” Ujar Edzard kesal.

“Ayolah, wanita itu dapat membuat pria senang!” Sahut Anton.

“Kau juga sering mengencani beberapa wanita, bukan? Hehehe.” Smabungnya lagi meledek Edzard.

“Diamlah!.” Ujar Edzard.

“Bagaimana dengan mainan barumu? Apa dia cantik? Aku dengar kau menjadikannya wanitamu sebagai penebus hutang tuan Deri yang menggunung padamu!” Tanya Anton.

“Aku menjadikannya wanitaku agar dia bersedia melahirkan bayiku karena ayahku selalu meminta cucu! Bikin pusing saja.” Jawab Edzard.

“Hei, kau memang sudah pantas memiliki keturunan, usiamu sudah 32 tahun.” Sahut Anton.

“Kau juga seumuran denganku.” Balas Edzard tak mau kalah.

“Jadi ayo katakan, bagaimana rupa mainan barumu itu?” Tanya Anton penasaran.

“Entahlah! dia hanya menundukkan wajahnya bahkan dia juga memanggilku tuan.” Jawab Edzard kesal.

“Hahahahahahaha! Dia takut padamu.” Kata Anton tertawa geli.

“Malam ini ayo kita bersenang-senang!” Anton mengajak Edzard untuk pergi bersenang-senang di sebuah bar yang khusus untuk kalangan elit. Edzard menjawabnya dengan anggukan. Mereka memang sering pergi bersenang-senang bersama.

Malam harinya, Shafira yang masih berbincang dengan Mirna, melihat Edzard pulang dari kantor. Ia tidak berani menatap apalagi mendekati Edzard. Karena kepulangan Edzard, Mirna langsung berlari ke dapur mengerjakan pekerjaannya meninggalkan Shafira sendirian. Shafira yang takut akan kehadiran Edzard, langsung naik dan masuk ke kamarnya. Ia tidak mengetahui bahwa Edzard juga akan masuk ke kamarnya malam itu. Saat pintu terbuka, yang dipikirannya adalah Mirna sang pelayan.

"Mirna, apakah itu kau?" Tanya Shafira dari balik selimut.

"Kenapa dia tidak menyahut?" Gumam Shafira dalam hatinya.

Karena tidak ada sahutan, ia membuka selimutnya dan melihat Edzard sudah berdiri di hadapannya. Seketika ia bergetar ketakutan dan langsung turun dari ranjang tersebut.

"Maaf tuan, aku pikir.....

"Siapa kau? Apa kau benar putri dari si Deri keparat itu?" Tanya Edzard pada Shafira.

Shafira terkejut, ia tak tahu apa yang akan di katakannya, berbohong kah atau berkata jujur. Tapi kalau dia berkata jujur, ia takut tante Ani akan disakiti oleh Bobi.

"Tuan, aku bukanlah putri dari tuan Deri, tapi aku adalah seroang pengganti." Jawabnya gemeteran.

Edzard begitu kesal mengetahui bahwa Deri telah menipunya dengan menggantikan putrinya dengan wanita lain. Namun Edzard juga sangat kesal karena Shafira ikut bersekongkol bersama Deri untuk menipunya.

"Dengarkan aku! Aku tidak suka dibohongi! Jika ada yang berbohong padaku, aku akan menghabisinya." Ancam Edzard sambil mencengkram wajah cantik Shafira.

Shafira menangis ketakutan, tidak ada yang dapat menolongnya saat itu. Edzard menyadari bahwa Shafira takut kepada ancamannya, tetapi Edzard juga berfikir kenapa Shafira tetap saja berani membohonginya.

"Sekarang, kau adalah wanitaku! Aku mau kau melayaniku!" Ucap Edzard yang menarik tubuh Shafira dengan kasar.

"Tapi tuan, aku mohon berikan waktu untukku." Pinta Shafira yang terus saja mengalirkan air matanya.

"Aku bilang, layani aku sekarang!" Bentak Edzard sambil menghempaskan tubuh Shafira ke ranjang.

Edzard langsung mencium paksa kepada Shafira yang terus berusaha melawan namun ia tak bisa karena tenaga Edzard lebih kuat darinya. Ezard terus memaksakan kehendaknya. Saat ia melihat wajah Shafira yang sudah basah dipenuhi dengan tetesan air mata, tiba-tiba Edzard tersadar bahwa ia sedang menyakiti seorang wanita yang tidak seutuhnya bersalah padanya. Seketika Edzard bangun dari tubuh Shafira dan pergi keluar kamar dengan perasaan yang sangat kesal.

KEKEJAMAN EDZARD

Malam itu setelah Edzrad keluar dari kamar Shafira, ia memutuskan untuk pergi menepati janjinya kepada sahabatnya yaitu Anton. Edzard pergi ke sebuah bar dengan niat untuk menghilangkan rasa kesal yang tengah ia rasakan tadi karena Shafira. Suara musik terdengar keras, Edzard dan Anton menenggak minuman di dalam sebuah bar yang biasa mereka kunjungi. Disana juga banyak wanita cantik yang mengelilingi mereka. Suara tawa para wanita tak kalah keras dengan musik beat yang sedang dimainkan oleh para DJ di bar itu.

“Anton, aku punya tugas untukmu.” Kata Edzard pada Anton sambil memainkan gelas di tangannya.

“Huh, kau baru saja kembali tapi langsung memberiku tugas!” Gerutu Anton kesal.

“Baiklah, kalau kau tidak mau, kau bisa pindah ke kutub selatan.” Ancam Edzard.

Mendengar ancaman Edzard, Anton langsung merinding.

“Baiklah, tugas apa itu?” Tanya Anton dengan terpaksa.

“Cari tau identitas wanita yang sekarang tinggal dirumahku!” Sahut Edzard membicarakan mengenai Shafira.

“Aku beri waktu kau tiga hari, aku tak suka menunggu.” Sambungnya lagi.

“Hei, ayolah! Tiga hari itu waktu yang terlalu lama.” Ujar Anton.

“Kau akan menerima informasi tentangnya besok siang!” Sambung Anton yang sangat ahli mencari informasi.

“Baiklah, aku pegang janjimu.” Sahut Edzard.

Tak lama kemudian, seorang wanita cantik nan elegan yang bernama Anggi menghampiri Anton.

“Hai, tuan Anton! Siapa dia?” Tanya Anggi melirik dan menggoda Edzard.

“Dia sahabatku! Dia baru kembali ke Negara ini, namanya Edzard.” Jawab Anton memperkenalkan.

“Sahabatmu sangatlah tampan, tuan.” Kata Anggi lagi.

“Apa kau bisa menemaninya malam ini?” Tanya Anton pada Anggi.

“Tentu saja!” Seru Anggi sambil melangkah ke pangkuan Edzard.

“Tuan Edzard, apa kau butuh teman malam ini?” Tanya Anggi merayu.

“Kalau kau bisa diandalkan, kenapa tidak!” Sahut Edzard menatap Anggi dengan tatapan mata elangnya yang tajam.

“Tentu saja, aku akan membuatmu selalu merindukanku nanti.” Bisik Anggi seraya meniup telinga Edzard.

Malam semakin larut, Edzard memboyong Anggi untuk ikut bersamanya. Anggi yang berparas cantik dan menggoda itu tentu saja mengikuti apa yang diinginkan Edzrad darinya, karena ia tau bahwa Edzard adalah pengusaha yang kaya raya dan akan menjadi tambang emas untuknya.

“Bagaimana tuan Edzrad? Apa kau suka padaku?” Tanya Anggi pada Edzard.

Edzard hanya diam sambil memakai pakaiannya, lalu menuliskan sebuah cek untuk Anggi.

“Ini harga yang pantas kau dapatkan dariku!” Ucap Edzard melemparkan cek senilai 500 juta ke wajah Anggi.

Melihat nilai cek tersebut, Anggi tersenyum senang. Ia tau siapa mangsa yang akan membuatnya menjadi wanita kaya raya dalam waktu sekejap saja. Edzard melangkah pergi meninggalkan Anggi sendirian di salah satu hotel mewah untuk kembali pulang kerumahnya.

Setibanya dirumah, Edzard melihat Shafira yang hendak turun ke dapur untuk mengambil air minum. Shafira dan Edzard berselisih jalan di tangga. Shafira tau itu Edzard, namun ia enggan menatap. Melihat sikap Shafira yang tak acuh terhadapnya, Edzard menarik lengan Shafira dengan kasar yang membuatnya kaget.

“Sebentar lagi aku akan tau identitasmu yang sebenarnya!” Kata Edzard dengan sinisnya menatap Shafira yang ketakutan.

“Kau yang datang sendiri kepadaku, rasakan siksaan yang sedang menantimu.” Ancam Edzard pada Shafira.

Mendengar ancaman Edzard, nafas Shafira seakan terhenti. Malam itu juga rasanya dia ingin mati. Ia terus berpikir kesalahan apa yang dulu ia perbuat sehingga takdir membawanya ke jurang maut di tangan Edzard sang pria kejam. Tangannya mengepal, hatinya menjerit namun tidak ada siapa pun yang dapat menolongnya. Inginnya dia melarikan diri, namun kakinya terasa kaku.

*****

Setiap pagi Shafira selalu membantu bu Yati menyiapkan sarapan di dapur. Dia tak perduli siapa statusnya di rumah itu. Edzard banyak mendengar dari Hadi sang kepala pelayan tentang sikap baik serta ramah yang ada pada diri Shafira. Edzard juga sering melihat Shafira dengan rajin membantu pelayan lain unutk membersihkan rumah. Saat sedang sarapan, Edzard bertanya kepada bu Yati mengenai keberadaan Shafira pagi itu.

“Dimana dia?” Tanya Edzard pada bu Yati.

“Nona Shafira sedang sarapan di dapur bersama Mirna.” Jawab bu Yati ketakutan.

“Panggil dia, tempatnya bukan di dapur!” Teriak Edzard kesal.

“Baik tuan.” Sahut bu Yati sambil melangkah pergi ke dapur dengan cepat.

Shafira melihat wajah bu Yati yang sedang cemas.

“Ada apa bu Yati?” Tanya Shafira.

“Nona, di panggil tuan Edzard untuk sarapan bersama dengannya.” Jawab bu Yati.

“Aku tidak mau, aku takut dengannya.” Sahut Shafira menolak.

Tak lama terdengar suara teriakan dari Edzard yang memanggil Shafira.

“Shafira!” Teriak Edzard memenuhi ruangan.

“Ayo lah nona, jangan buat tuan Edzard bertambah kesal.” Kata bu Yati memohon.

Takut jika Edzard bertambah marah, Shafira pun datang menuju ruang makan. Ia melihat Edzard duduk menunggunya dengan wajah yang kesal.

“Apa kau seorang pelayan di rumah ini, hah?” Bentak Edzard pada Shafira.

Shafira diam dan menunduk ketakutan.

“Jawab aku, Shafira! Apa statusmu dirumah ini?” Bentak Edzard lagi padanya.

“Aa…aa..aku wanitamu, tuan.” Sahut Shafira dengan nada yang begitu ketakutan.

Kemudian Edzard bangkit dari kursinya dan menarik tangan Shafira dengan kasar. Lalu Edzard menyeret Shafira masuk ke dalam kamar dengan paksa. Disana Edzard menghempaskan tubuh Shafira ke ranjang dan langsung menerkamnya. Edzard mencium paksa dan menekan tubuh Shafira di ranjang. Awalnya Shafira berontak melawan, namun tenaganya kalah kuat dengan Edzard yang sudah gelap mata.

Pagi itu Edzard melakukannya kepada Shafira. Tak pernah terbayangkan oleh Shafira bahwa pengalaman pertamanya akan di renggut secara paksa oleh pria yang tak pernah ia kenal sebelumnya. Shafira yang hanya berbalut selimut tebal menangis sejadi-jadinya. Sedangkan Edzard sedang merapikan pakaiannya setelah mandi lagi pagi itu.

“Ini lah siksaan pertama yang kau rasakan, karena kau berani membohongiku.” Ucap Edzard dengan tatapan matanya yang tajam.

Kemudian ia melangkah pergi meninggalkan Shafira begitu saja di kamarnya. Melihat Edzard sudah pergi ke kantor, Mirna masuk menemui Shafira yang masih menangis.

“Nona, apa yang terjadi denganmu? Apa tuan Edzard menyiksamu?” Tanya Mirna kasihan terhadap Shafira.

“Pergilah Mirna, aku ingin sendirian.” Ucapnya sedih.

“Baiklah, nona.” Sahut Mirna melangkah keluar kamar.

“Ya Tuhan, aku sangat iba melihat nona Shafira seperti itu.” Ucap Mirna dalam hati.

Shafira melihat bercak darah di kain seprai pada ranjang itu. Ia menangis kesal mengingat apa yang dilakukan oleh

Edzard padanya.

Di kantornya, Anton menemui Edzard yang sedang menatap layar laptonya.

“Ini info yang kau minta semalam.” Kata Anton melemparkan berkas ke meja Edzard.

Kemudian Edzard membaca berkas itu dengan cermat.

“Bersyukyurlah, wanita yang kau miliki itu wanita baik-baik.” Kata Anton yang duduk di sofa.

“Dia juga termasuk korban dari sepupunya dan Lita, anaknya tuan Deri.” Sambungnya lagi.

“Sudah ku duga, ini pasti permainan dari Deri keparat itu.” Sahut Edzard geram.

“Siapa nama sepupunya?” Tanya Edzard pada Anton.

“Namanya Bobi, dia dalang dari semua ini.” Jawab Anton.

“Kurang ajar! Aku pasti akan membuatnya menyesal seumuru hidupnya.” Kata Edzard tampak kesal saat itu.

“Bagaimana dengan tuan Deri dan putrinya itu?” Tanya Anton pada Edzard.

“Biar aku sendiri yang akan menanganinya.” Ucap Edzard penuh dendam dan amarah.

“Baiklah, aku akan pergi bermain dengan Bobi dulu.” Kata Anton dengan wajah yang begitu menyeramkan.

Edzard melanjutkan pekerjaannya di kantor. Ia meeting dengan beberapa rekan bisnisnya. Setelah meeting usai, ia memerintahkan anak buahnya yang bernama Sofyan yang terkenal tanpa ampun untuk menculik Lita agar memancing Deri masuk ke dalam perangkapnya.

Di sebuah gudang kosong yang pengap, Lita di ikat dengan seutas tali dan mulut yang tersumpal kain. Edzard membuka sumpalan mulutnya dengan kasar.

“Siapa kau manusia busuk?” Teriak Lita memaki Edzard.

“Kau tau siapa papaku, hah? Dia akan datang dan menghabisi kalian semua.” Teriaknya lagi pada Edzard.

“Beraninya kau berteriak padaku, wanita penipu!” Umpat Edzard kepada Lita.

“Dengarkan aku perempuan licik! Aku adalah Edzard.” Kata Edzard sambil mencengkram dagu Lita dengan kasar.

Mendengar nama Edzard, Lita langsung gemetar ketakutan. Betapa bengisnya wajah Edzard saat menatapnya.

“Hubungi Deri si keparat itu, katakan padanya anak kesayangannya berada di tanganku.” Perintah Edzard pada orang suruhannya.

“Dasar wanita licik, kau bahkan berani bermain api denganku, hah?” Bentak Edzard lagi pada Lita.

"Kau tunggu saja, apa yang akan kau lihat setelah ayahmu datang kesini nanti." Sambung Edzrad lagi.

Suara teriakan Lita menggema di gudang yang pengap itu. Lita terus berontak agar bisa terlepas dari ikatan tali yang begitu kencang di tubuhnya.

"Tuan, maafkan aku! Aku terpaksa melakukannya. Aku memiliki seorang pria yang aku cintai, tapi aku juga ingin membantu papaku untuk melunasi semua hutangnya padamu." Kata Lita memohon pada Edzard.

"Apa kau sebelumnya berpikir seribu kali untuk menipuku, hah? Kau pikir aku bodoh?" Sahut Edzard menatap Lita dengan sinis.

"Aku akan segera menjebloskan Deri keparat itu ke penjara karena dia tidak mampu membayar semua hutangnya padaku!" Sambung Edzard lagi.

Dari saluran telepon Deri, mendengar suara Lita menjerit kesakitan. Deri bergegas datang ingin menyelamatkan Lita. Deri berlutut memohon kepada Edzard sambil menangis agar Edzard melepaskan Lita.

“Tuan, tolong lepaskan putriku. Aku lah yang bersalah.” Ucap Deri memohon pada Edzard.

“Kau mau tau siapa yang sebenarnya bersalah dalam hal ini?” Kata Edzard duduk santai di kursinya.

Dengan jentikkan jari, Anton membawa Bobi yang sudah bersimbah darah karena sudah di hajar habis-habisan oleh Anton. Bobi yang sedang tak sadarkan diri di lemparkan begitu saja di hadapan Lita. Deri dan Lita terkejut melihat kondisi Bobi yang tertelungkup tak sadarkan diri.

“Dia, anakmu dan juga kau sudah berani menipuku.” Ujar Edzard penuh murka.

“Kumohon tuan, ampuni kami! Aku janji akan membayar hutangku dan tak akan pernah mengusikmu lagi.” Kata Deri memohon.

“Jebloskan si keparat ini ke dalam penjara!” Perintah Edzard kepada anak buahnya yang akan membawa Deri ke kantor polisi.

“Jangan jebloskan papaku ke dalam penjara!" Teriak Lita.

"Heh, apa kau takut jatuh miskin wanita licik?" Tanya Edzard pada Lita yang masih terikat dikursinya.

"Aku mohon berikan aku waktu untuk melunasi hutang papaku! Aku akan bekerja di perusahan papaku dan menghasilkan uang untuk mencicil hutang papaku." Kata Lita pada Edzard.

"Hahahaha, apa kau pikir perusahaan Deri itu berguna, hah?" Sahut Edzard tertawa dengan suara yang keras.

"Asal kau tau saja, perusahaan kecil milik papamu itu saja, tidak bisa melunasi semua hutangnya padaku. Apa kau pikir kau bisa memiliki perusahaan kecil itu lagi, hah? Jangan mimpi! Aku akan segera melenyapkannya." Sambung Edzard lagi.

"Lepaskan wanita licik itu dan biarkan ia pergi bersama dengan kekasih busuknya itu!" Perintah Edzard kepada orang-orang suruhannya.

Orang suruhan Edzard pun melepaskan ikatan tali pada tubuh Lita. Saat tali itu terlepas, Lita langsung menghampiri Bobi yang sudah tidak sadarkan diri lagi. Lita menangis dan menyesali perbuatannya yang telah menipu pria yang terkenal akan kekejamannya itu. Ia memeluk tubuh Bobi sambil menangis sejadi-jadinya.

 

Edzard pulang dengan rasa lelah di tubuhnya. Saat mobilnya melintas di halaman rumahnya, ia melihat Shafira sedang menyelamatkan seekor anak kucing yang terjepit di sela-sela pagar rumah.

“Sedang apa dia?” Gumam Edzard dalam hati seraya mendekati Shafira.

Shafira tak mengetahui kedatangan Edzard karena fokus pada kucing kecil itu.

“Kasihan sekali kau! Aku akan menyelamatkanmu. Sabar ya, kucing kecil." Ucap Shafira pada kucing itu.

Setelah berusaha dengan keras akhirnya Shafira berhasil menyelamatkan kucing itu dan menggendongnya sambil berbalik berhadapan dengan Edzard yang sedari tadi melihatnya.

“Ttuu..ttuuann!” Ucap Shafira terkejut menatap Edzard.

“Pelayan!” Teriak Edzard memanggil pelayan dirumahnya.

“Iya tuan.” Sahut pelayan itu.

“Buang kucing kotor itu! Aku tidak suka ada hewan liar dirumahku.” Ujar Edzard yang terus menatap tajam Shafira.

“Baik tuan.” Kata pelayan seraya mengambil kucing yang ada dalam dekapan Shafira.

“Dan kau, pergi bersihkan dirimu! Aku akan datang ke kamarmu malam ini.” Kata Edzard kepada Shafira yang masih mematung disana.

Mendengar perkataan Edzard, Shafira mengerti yang dimaksud dengannya. Edzard menginginkan tubuhnya lagi. Shafira kembali ke kamar dan mengunci kamarnya itu. Ia tak mau melayani Edzard yang berlaku kasar dan semena-mena terhadapnya.

Beberapa jam kemudian, Shafira mendengar suara derap langkah kaki mendekati kamarnya. Ia tau Edzard datang untuk menemuinya. Shafira duduk di ranjang sambil meringkuk ketakutan akan kebuasan Edzard.

“Shafira, buka pintunya!” Panggil Edzard sambil menggedor pintu kamar.

Tidak sahutan dari Shafira membuat Edzard kesal.

“Aku bilang buka, Shafira!” Teriak Edzard dengan luapan emosi.

Masih tak ada sahutan dari Shafira.

“Pelayan! Bawakan kunci cadangan kesini.” Teriak Edzard pada pelayan.

Setelah mendapatkan kuncinya, Edzard membuka pintunya dan langsung mencengkram tubuh Shafira yang berdiri di sudut ruangan sambil menatapnya ketakutan.

“Berani sekali kau membuatku kesal!” Ucap Edzard pada Shafira.

“Tuan maafkan aku! Aku mohon!” Kata Shafira menangis.

“Apa kau ingin aku menyiksamu seperti sepupumu itu, hah?” Ujar Edzard yang membuat Shafira terkejut.

“Apa maksudmu tuan?” Tanya Shafira terbata-bata.

“Aku sudah tau semuanya! Orang yang bermain api denganku pasti akan mati terbakar.” Sahutnya masih mencengkram tubuh Shafira.

Shafira semakin ketakukan pada Edzard yang telah mengetahui kebohongan yang menyangkut akan dirinya.

“Tuan, ku mohon lepaskan aku.” Pinta Shafira kepada Edzard.

“Kau sendiri yang datang dan masuk kerumahku, sampai kapanpun kau tidak akan bisa keluar lagi dari sini.” Sahut Edzard.

“Aku dengar kau sangat menyayangi ibunya Bobi, apa aku perlu berbuat sesuatu juga padanya?” Sambung Edzard lagi mengancam Shafira.

“Tuan aku mohon, jangan libatkan tante Ani dalam masalah ini!” Ucap Shafira.

“Kau harus membayar semua perbuatanmu, karena berani ikut menipuku.” Bentak Edzard pada Shafira.

“Aku terpaksa melakukannya. Aku di ancam oleh Bobi dan Lita.” Kata Shafira menangis ketakutan.

“\Aku tidak perduli! Dimataku kau sama saja dengan mereka.” Bentak Edzard.

Shafira berontak dan berusaha terlepas dari cengkraman tangan Edzard. Ia menggigit tangan Edzard dengan kuat hingga berdarah. Tubuhnya pun terlepas dari cengkramana Edzard yang mengerang kesakitan. Shafira berlari keluar dari kamar dan dengan cepat menuruni anak tangga. Ia berusaha melarikan diri dari rumah itu.

“Shafira! Aku akan melakukan sesuatu pada tantemu kalau kau berani melarikan diri.” Teriak Edzard yang menghentikan langkah Shafira.

“Selangkah kau keluar dari rumah ini, akan aku habisi dia.” Ancam Edzard.

Shafira bingung harus berbuat apa. Ia ingin lari dari genggaman Edzard, tapi ia tidak ingin tante Ani menjadi korban dari prahara ini. Shafira melangkah kembali ke arah Edzard yang masih berdiri di tangga.

“Ku mohon tuan, jangan sakiti tanteku.” Pinta Shafira berlutut dihadapannya.

“Cuma dia yang aku miliki di dunia ini.” Ucapnya lagi memohon.

“Kalau kau ingin tantemu selamat, turuti semua perintahku!” Kata Edzard pada Shafira.

“Baiklah tuan, aku akan menuruti semua yang inginkan.” Sahut Shafira.

Mau tak mau Shafira mengalah, demi ketenangan hidup tante Ani yang sudah dianggapnya seperti ibunya sendiri. Kemudian Edzard menyeret Shafira masuk ke dalam kamar lagi dan membawanya ke ranjang.

“Aku ingin kau segera melahirkan anak untukku!” Bisik Edzard yang sebenarnya terobsesi akan tubuh Shafira.

"Tapi tuan......

"Jangan membantahku lagi! Tugasmu adalah memberikan keturunan untukku. Setelah kau melahirkan seorang anak untukku, maka kau akan aku lepaskan!" Kata Edzard pada Shafira.

Seakan menenggak pil pahit, Shafira pun pasrah melakukan apa yang Edzard minta. Shafira tidak memiliki jalan lain, selain menuruti perintah Edzard. Shafira naik kepangkuan Edzard dan mulai membuka satu persatu kancing piyama yang Edzard gunakan malam itu. Sementara Edzard terus memandangi wajah Shafira. Lalu Shafira mengecup bibir Edzard dengan lembut dan di balas oleh Edzard mengukuti ciuman Shafira.

“Sialan! Manis sekali bibirnya.” Gumam Edzard dalam hatinya.

Setelah melepaskan dahaganya, Edzard tertidur di samping Shafira yang enggan memejamkan matanya. Air matanya terus tumpah seakan tak terhenti. Edzard terus memeluknya dalam tidur yang nyenyak membuat Shafira tidak bisa beranjak pergi kemanapun. Sampai akhirnya Shafira juga ikut tidur karena lelah menangis.

Keesokan paginya, Shafira bangun dan melihat Edzard yang masih tidur di sampingnya. Pelan-pelan ia melepaskan tangan Edzard yang membalut tubuhnya. Seketika Edzard bangun membelalakkan matanya menatap Shafira.

“Apa kau ingin lari?” Tanya Edzard kepada Shafira dengan nada datar.

“Tuan, aku hanya ingin mandi.” Jawab Shafira.

“Setelah itu aku akan membantu bu Yati membuat sarapan.” Sambungnya lagi.

“Disini kau bukan pelayan! Apa kau mengerti?” Bentak Edzard.

“Statusmu adalah sebagai wanitaku yang akan melahirkan anak untukku, kau hanya akan melayaniku saja.” Ucap Edzard yang membuat hati Shafira hancur.

“Baiklah tuan.” Sahut Shafira.

“Jangan panggil aku tuan, panggil aku dengan namaku saja!” Teriak Edzard kesal.

“Iii..iya.” Kata Shafira terpaksa.

“Bagus! Jangan pernah melarikan diri lagi! Apa kau dengar?” Bentak Edzard.

Shafira berlari ke kamar mandi dan menangis sejadi–jadinya di dalam kamar mandi itu. Ia kesal kepada takdir yang membawanya ke dalam genggaman Edzard.

 

*****

Diruang kerjanya, Edzard sedang berbicara kepada orang suruhannya di telepon.

“Apa kau menemukan petunjuk? Tanya Edzard.

“Belum tuan. Kami akan terus berusaha mencarinya.” Sahutnya.

Setelah menutup teleponnya, Edzard menghela nafas panjang.

“Dimana dia? Kenapa dia hilang bagai di telan bumi?” Gumam Edzard.

Tak lama kemudian Anton masuk ke dalam ruangan Edzard.

“Kenapa kau?” Tanya Anton melihat Edzard sedang frustasi.

“Tidak ada petunjuk darinya, bertahun-tahun aku mencarinya, tapi nihil.” Jawab Edzard.

“Kau masih mencari gadis yang dulu pernah kau ceritakan padaku?” Tanya Anton.

“Iya! Karena dia lah aku masih hidup hingga sekarang.” Jawab Edzard.

“Itu terlalu sulit, bahkan kau tidak tau wajah gadis itu.” Ujar Anton.

“Malam itu sangat gelap, aku tak dapat melihat wajahnya.” Kata Edzard mengingat kejadian pada saat ia di culik 6 tahun yang lalu.

Edzard di culik oleh orang yang memiliki dendam kepada orang tuanya. Saat di culik, Edzard di siksa hingga menimbulkan bekas luka di punggungnya dan trauma berat pada dirinya. Edzard bisa kabur karena bantuan dari seorang gadis tidak sengaja menemukannya di sebuah gudang dekat perkampungan kecil. Edzard tidak bisa melihat wajah sang gadis dengan cermat karena kondisi gudang yang sangat gelap. Edzard hanya melihat seuntai kalung yang ada di leher gadis itu. Kalung liontin yang berbentuk sepasang sepatu. Hanya itu yang bisa dia ingat.

Edzard berusaha mencari gadis itu setelah dia selamat dan kembali kerumahnya. Namun saat ia kembali ke perkampungan kecil itu, kebakaran besar terjadi di sana dan banyak menewaskan orang, bahkan sampai ada yang tidak dapat di kenali lagi. Sampai di situ, Edzard tak pernah berputus asa, ia terus mencarinya hingga sekarang.

INGIN MATI

Seperti setiap tahunnya, Edzard pergi untuk perjalanan bisnisnya keluar negeri selama beberapa minggu. Sebelum pergi, ia mendatangi Shafira yang sedang duduk di kamar.

“Aku akan pergi beberapa minggu.” Kata Edzard pada Shafira.

“Kuperingatkan padamu, kau jangan pernah berniat melarikan diri!” Sambungnya dengan tatapan mata yang tajam.

“Kalau itu terjadi, akan ku habisi kau!” Ancam Edzard kepada Shafira.

“Ttuu…ttuaan! Apa aku boleh menjenguk tanteku? Aku mengkhawatirkan keadaannya.” Pinta Shafira.

“Tidak! Kau tidak boleh pergi kemanapun.” Sahut Edzard sambil melangkah keluar.

Shafira kembali menangis dan ia merasa sangat sedih. Ia sangat merindukan sang tante yang sudah ia anggap seperti ibu kandungnya sendiri.

“Tante, aku rindu padamu. Semoga kau baik-baik saja.” Gumam Shafira dalam isak tangisnya.

Selama kepergian Edzard, hari-hari yang dijalani oleh Shafira terasa lebih baik walaupun ia seperti terkurung di rumah itu. Hanya Mirna sang pelayan lah yang menjadi temannya bercerita disana. Mereka sudah seperti sahabat dekat. Namun saat Edzard berada dirumah mereka berjaga jarak agar Edzard tidak marah.

Dua minggu sudah Edzard pergi untuk perjalanan bisnisnya. Shafira tak tau kapan Edzard akan kembali. Di dalam kamarnya yang sepi ia melihat keluar jendela sambil melamun. Ia teringat akan kehidupannya saat orang tuanya masih hidup.

“Ibu, aku merindukan ibu.” Ucap Shafira.

Tanpa terasa air matanya jatuh begitu saja. Ia buka pintu balkon kamarnya, ia melangkah keluar. Sampai di tepi ia seakan melihat lautan luas yang berarus deras. Ia terlena akan arus yang deras itu. Ingin rasanya ia terjun ke dalam air yang berarus deras. Sambil menutup matanya, tubuhnya melayang dan hendak jatuh. Seketika itu tangannya di raih oleh seseorang di belakangnya. Shafira tersadar mendengar suara yang berteriak memanggil namannya.

“Shafira! Sadarlah!” Teriak Edzard yang meraih tubuh Shafira agar tidak jatuh dari balkon.

“Tuan.” Ucapnya lirih menatap Edzard dengan matanya yang sendu.

"Apa yang kau perbuat, hah?” Bentak Edzard.

Shafira melihat sekeliling, tidak ada lautan yang berarus deras. Itu hanya lamunan yang menghanyutkan pikirannya saja.

“Apa kau mencoba untuk bunuh diri?” Bentak Edzard lagi padanya.

Mendengar perkataan Edzard padanya, Shafira langsung menangis sejadi-jadinya. Ia duduk meringkuk menangisi kehidupannya yang pedih. Saat melihat Shafira yang seperti itu, hati Edzard seakan tertusuk oleh jarum.

“Kenapa hatiku sakit melihatnya seperti ini?” Batin Edzard.

Kemudian Edzard menarik Shafira dan membawanya masuk ke dalam kamar.

“Aku peringatkan kau jangan coba-coba bunuh diri lagi.” Kata Edzard pada Shafira.

“Apa kau hanya bisa mengancam seseorang saja?” Ucap Shafira memberanikan dirinya melawan Edzard.

Shafira sudah tidak tahan di perlakukan kasar oleh Edzard. Ia berpikir lebih baik dia segera mati ditangan Edzard daripada harus hidup menderita seumur hidupnya di rumah mewah itu.

“Apa kau bilang?” Ucap Edzard tak menyangka Shafira berani melawannya.

“Apa ibumu, melahirkanmu ke dunia ini hanya untuk mengancam orang saja, hah?” Teriak Shafira lagi penuh dengan amarah.

“Kau! Beraninya kau melawanku!” Teriak Edzard mencengkram wajah Shafira.

“Aku sudah muak, di perlakukan kasar oleh mu!” Balas Shafira menatapp Edzard dengan mata yang marah.

“Apa kau ingin kuhabisi malam ini, hah?” Ucap Edzard tersulut emosi.

“Bunuh aku sekarang juga! Lebih baik aku mati, daripada aku harus hidup tersiksa di tanganmu.” Ujar Shafira yang membuat Edzard semakin kesal.

“Kau sungguh ingin mati, hah?” Kata Edzard semakin geram.

“Aku bahkan menantangmu!” Sahut Shafira tidak mau kalah.

“Baiklah, jika kau mati, tantemu juga akan mati di tanganku.” Edzard kembali mendapatkan titik lemah dari Shafira.

Seketika pandangan mata Shafira berubah kala ia mendengar ancaman Edzard terhadap tantenya. Edzard melihat reaksi Shafira yang mulai melemah saat itu.

“Apa kau masih ingin menantangku, hah?” Ucap Edzard merasa menang dan hal itu tampak dari garis senyuman yang ada di bibirnya.

“Jangan sakiti tanteku, atau aku akan bunuh diri di hadapanmu!” Teriak Shafira kesal dengan mengancam balik.

“Kita buat kesepakatan saja! Kau jadi milikku maka aku jamin keselamatan tantemu.” Kata Edzard yang masih mencengkram tubuhnya.

“Tapi jika kau berulah seperti ini lagi, maka aku tak akan main-main dengan ancamanku!” Sambung Edzard lagi.

“Kalau kau menginginkan aku, biarkan aku menemui tanteku.” Kata Shafira pada Edzard.

“Sampai kapanpun, aku tidak mengizinkanmu keluar dari rumahku.” Sahut Edzard seraya menghempaskan tubuh Shafira ke ranjang.

Kemudian Edzard keluar kamar Shafira dengan kesal. Shafira pun kesal dengan sikap Edzard yang selalu mengekang dirinya. Malam itu Edzard pergi ke bar untuk mencari kesenangan. Disana ia bertemu dengan Anton yang sedang menikmati minuman yang ada di mejanya.

“Sepertinya kau sedang kesal? Kau baru saja kembali dari perjalanan bisnismu, ayolah bersenang-senang saja.” Kata Anton pada Edzard.

“Wanita itu membuatku gila! Dia hampir jatuh dari atas balkon tadi.” Kata Edzard kesal pada Shafira.

“Apa kau terobsesi dengannya?” Tanya Anton curiga pada Edzard.

“Apa kau gila dengan pertanyaanmu itu?" Sahut Edzard bertambah kesal.

“Kalau kau tidak terobsesi dengannya, maka lepaskan saja dia. Bukanya kau sudah menjebloskan Deri ke penjara? Dengan begitu semua hutangnya yang 30 milyar itu lunas kan?” Kata Anton.

“Aku tidak akan melepaskannya begitu saja! Aku memiliki perjanjian dengan Deri sebelumnya. Dia akan memberikan putrinya kepadaku dan bersedia melahirkan anak untukku tanpa pernikahan! Tapi dia mencoba menipuku. Dan wanita yang kini berada di tanganku, termasuk ikut menipuku. Sampai kapan pun aku tak akan melepaskan Shafira begitu saja.” Kata Edzard.

“Apa kau menyukainya? Hehehe.” Tanya Anton cengengesan.

“Diam lah!” Tukas Edzard kesal.

Tak lama kemudian, muncul lah Anggi membawakan segelas minuman untuk Edzard.

“Tuan, lama kita tidak bertemu! Mau minum denganku?” Ajak Anggi seraya merayu Edzard.

“Pergilah! Aku tidak ingin di ganggu oleh siapapun.” Sahut Edzard menolak kehadiran Anggi.

“Tuan, kau kenapa? Apa kau ada masalah? Kau bisa curhat denganku.” Sambung Anggi lagi yang berusaha merayu Edzard.

“Aku bilang pergi!” Teriak Edzard marah pada Anggi.

“Tuan, ayo kita bersenang-senang.” Kata Anggi seraya duduk di pangkuan Edzard.

“Pergilah! Atau aku akan merusak wajah cantikmu itu disini.” Ancam Edzard seraya menatap tajam kepada Anggi.

Anton memberikan kode pada Anggi agar tidak mengganggu Edzard yang sedang uring-uringan. Anggi pun berlalu pergi meninggalkan Edzard yang masih menatapnya penuh amarah. Namun Anggi tidak akan putus asa, ia akan selalu menggoda Edzard yang mampu membayarnya dengan harga yang fantastis.

"Dasar wanita yang menyebalkan!" Umpat Edzard terhadap Anggi.

“Hei, zard! Tenanglah! Mari kita senang-senang saja.” Ajak Anton pada Edzard sambil memberikan minuman untuknya.

Malam kian larut, Edzard pulang dengan sempoyongan. Ia mabuk berat namun ia tidak mau di papah oleh sang supir untuk masuk ke kamarnya. Ia ingin berjalan sendiri dengan tubuh yang sempoyongan dan sesekali terjatuh.

Kala itu Shafira keluar kamar untuk mengambil air di dapur. Tenggorokannya haus saat ia tidur. Keadaan rumah sedikit gelap, hanya remang-remang sinar lampu taman yang masuk melalui celah jendela.

Saat ia menuruni anak tangga, ia terkejut kakinya di tarik seseorang. Ia menjerit ketakutan. Sangking kagetnya ia sampai terjatuh dan berguling bersama orang menarik kakinya tersebut hingga jatuh kebawah.

“Ah, sakit sekali!” Ucap Shafira meringis kesakitan sambil memegangi kepalanya yang terbentur anak tangga.

“Siapa kau?” Tanya Shafira kaget melihat orang yang berada di atas tubunya.

“Apa dia pingsan?” Gumamnya dalam hati melihat lelaki itu.

Shafira pun memberanikan diri untuk mengangkat wajah lelaki tersebut.

“Tu..ttuuaann!” Serunya saat melihat Edzard yang pingsan di atas tubuhnya.

“Aduh, berat banget!” Katanya lagi saat berusaha menggeser tubuh Edzard.

Shafira tak kuat menopang tubuh Edzard terlalu lama bahkan menggesernya saja ia tak mampu. Akhirnya Shafira berteriak meminta bantuan kepada para pelayan. Edzard di bopong ke kamarnya, sementara Shafira masuk ke kamarnya di temani oleh Mirna yang sedang membersihkan luka yang ada kening Shafira.

“nona, apa yang terjadi hingga kau jatuh dengan tuan Edzard?” Tanya Mirna pada Shafira.

“Aku mau ambil air di dapur, saat turun kakiku ditarik olehnya.” Jawab Shafira.

“Aku juga tak tau sejak kapan dia duduk di tangga itu.” Sambungnya lagi meringis kesakitan.

“Tuan Edzard pingsan, mungkin dia sedang mabuk.” Kata Mirna yang sudah selesai memberikan obat luka.

“Kenapa dia tidak mati saja saat jatuh denganku tadi? Dasar menyebalkan! Umpat Shafira yang membuat Mirna tertawa geli melihat Shafira kesal.

“Baiklah nona, istirahatlah! Aku akan keluar sekarang.” Kata Mirna.

“Terima kasih ya.” Ucap Shafira sambil merebahkan tubuhnya di ranjang.

Keesokan paginya, Edzard bangun dan meringis kesakitan memegang kepalanya. Ia mencoba mengingat apa yang terjadi padanya semalam. Ia menyentuh bagian kepalanya yang benjol akibat benturan anak tangga saat jatuh.

“Semalam aku jatuh dengannya!” Gumam Edzard.

“Eh, apa dia mati?” Katanya lagi langsung bangun dan masuk ke kamar Shafira.

Tanpa mengetuk pintu Edzard langsung masuk saja seperti biasanya yang ia lakukan. Saat masuk Edzard melihat Shafira di depan lemari yang hanya menggunakan pakaian dalam saja, Shafira baru selesai mandi. Mendengar pintu terbuka, Shafira menolah kearah pintu dan melihat Edzard yang masuk.

“Aaarrggghhh! Dasar pria mesum kau!” Teriak Shafira melempari Edzard dengan pakaian yang ada di lemari.

Edzard kaget mendengar teriakan Shafira, ia langsung berbalik badan membelakangi Shafira.

“Cepatlah berpakaian!” Kata Edzard dengan semburat merah di pipinya.

“Keluarlah dulu!” Kata Shafira.

“Jangan memerintahku!” Balas Edzard pada Shafira.

"Huh! Dasar pria menyebalkan!" Umpat Shafira kesal pada Edzard.

Shafira pun memakai pakaiannya dengan cepat. Sementara Edzard masih menunggunya sambil berbalik badan atau membelakangi Shafira.

"Apa kau sudah selesai berpakaian?" Tanya Edzard.

"Sudah!" Sahut Shafira.

Edzard pun berbalik menghadap Shafira yang baru saja selesai mandi. Tampak olehnya rambut Shafira masih basah dan hal itu membuat Edzard seakan bergairah, namun ia berusaha untuk menahan diri.

"Apa semalam kau jatuh di tangga bersamaku?" Tanya Edzard pada Shafira.

"Iya!" Sahut Shafira.

"Apa kau terluka?" Tanya Edzard yang membuat Shafira terkejut karena kepedulian Edzard padanya.

"Tidak!" Sahut Shafira.

Lalu Edzard melihat luka di kepala Shafira yang tak tertutupi perban.

"Kau bilang kau tidak terluka, tapi apa yang ada di dahimu itu?" Kata Edzard menaikkan nadanya satu oktaf.

"Ini hanya luka kecil, jadi tidak masalah untukku!" Sahut Shafira.

"Dasar wanita yang keras kepala!" Gumam Edzard berlalu dari kamar Shafira.

"Dasar pria menyebalkan!" Shafira hanya berani mengumpat si pria kejam itu dibelakangnya saja.

*****

Tidak terasa hampir 6 bulan Shafira tinggal di kediaman Edzard yang mewah itu. Ia begitu merindukan tantenya dan khawatir dengan keadaan sang tante. Shafira sering meminta izin kepada Edzard agar diperbolehkan keluar untuk menjenguk tantenya. Namun jawaban Edzard tetap sama, ia tidak memperboleh Shafira keluar rumah.

Suatu malam Edzard mendapati Shafira yang sedang mengendap-endap ingin keluar rumah. Penjaga pintu pagar di depan sedang sibuk bermain catur, ini kesempatan yang bagus buat Shafira kabur dari rumah itu pikirnya namun Shafira tidak melihat bahwa Edzard sedang mengintainya. Saat Shafira sedikit lagi sampai ke pintu pagar, tangannya di tarik oleh Edzard sudah mengintainya dari tadi. Edzard langsung menyeret tubuh Shafira masuk ke dalam rumah.

“Mau kemana kau, hah?” Tanya Edzard geram.

“Aku mau beli pembalut!” Jawab Shafira asal bicara dengan wajah sewotnya.

“Kalau kau perlu sesuatu katakan saja pada pelayan!” Sahut Edzard tambah kesal.

“Aku mau sekalian kabur dari sini!” Teriak Shafira terus terang.

“Dasar kau wanita gila! Beraninya kau terus terang padaku, hah!” Kata Edzard semakin kesal dengannya.

"Kau pria menyebalkan!" Umpat Shafira seraya memukuli Edzard karena kesal. Edzard berusaha menangkis semua pukulan yang di berikan oleh Shafira. Sampai akhirnya kedua tangan Shafira di genggam oleh Edzard.

“Dengarkan aku baik-baik, sampai mati pun, kau tidak akan bisa kabur dariku.” Ucap Edzard pada Shafira yang kesal setengah mati padanya.

“Lepaskan aku! Aku mau tidur!” Kata Shafira menarik tangannya dari genggaman Edzard. Shafira langsung masuk ke dalam kamarnya dan mengunci pintu cepat-cepat.

“Hah! Sial! Mau kabur, malah ketahuan." Gumam Shafira ngedumel sendirian di dalam kamarnya.

Setelah berhasil mencegah Shafira kabur, Edzard memutuskan untuk masuk ke dalam ruang kerjanya. Disana ia hendak melanjutkan pekerjaannya yang tadi sempat tertunda. Tak lama berselang Edzard menerima panggilan telepon dari orang suruhannya yang mencari keberadaan seorang wanita yang pernah membantu Edzard berhasil kabur dari para penculik beberapa tahun yang lalu.

“Tuan, kami dapatkan info bahwa wanita yang menolong tuan 6 tahun yang lalu masih hidup!” Kata orang itu.

“Dimana dia? Apa kalian menemukannya?” Tanya Edzard tak sabar.

“Kami mendapatkan info lagi, kalau dia pindah ke kota setelah insiden kebakaran itu.” Jawabnya.

“Temukan dia, cari sampai dapat!" Perintah Edzard pada orang suruhannya itu.

"Baik, tuan!" Sahutnya.

Edzard menghela nafas sambil duduk bersandar di kursi yang ada di ruang kerjanya. Ia begitu frustasi karena tak kunjung mendapatkan wanita yang ia cari selama ini.

“Dimana dia? Aku hanya melihat kalungnya sekilas saat itu!” Gumam Edzard bertanya-tanya dalam hatinya. Edzard membuka laci meja kerjanya dan meraih secarik kertas yang terlukis gambar sebuah kalung liontin yang di pakai oleh wanita tersebut.

*****

Beberapa hari setelah itu, ayah Edzard yang bernama Gani datang mengunjungi anak sematawayangnya

itu. Tanpa sengaja ia melihat Shafira yang sedang menyiram tanaman. Karena ia tidak menggunakan pakaian pelayan, maka ayahnya Edzard penasaran dengannya.

“Hadi, siapa wanita itu?” Tanya Gani kepala pelayan dirumah Edzard.

“Itu adalah kekasih tuan Edzard. Namanya nona Shafira!” Jawab Hadi dengan sopan.

“Apa? Anakku sudah memiliki kekasih?” Tanya Gani terkejut.

“Iya tuan! Sudah lebih dari 6 bulan.” Jawab Hadi lagi.

Gani dan Edzard sepasang ayah dan anak yang memiliki sifat yang bertolak belakang. Edzard terkenal dengan kekejamannya, sedangkan Gani terkenal dengan keramahannya dan sifat yang humoris. Gani pun lantas mendekati Shafira.

“Eeemm, apakah kau menyukai bunga, nak?” Tanya Gani pada Shafira.

“Maaf, tuan! Tapi tuan ini siapa?” Tanya Shafira bingung.

“Jawab dulu pertanyaanku.” Kata Gani sambil tersenyum.

“Iya, aku menyukai tanaman bunga.” Jawab Shafira sedikit takut.

“Nak, kau jangan takut! Aku tidak seperti anak sialan yang kejam itu, tenanglah.” Kata Gani lagi.

“Anak sialan yang kejam? Maksudnya Edzard?” Ucap Shafira dalam hatinya.

“Jadi tuan ayahnya tuan Edzard?” Tanya Shafira yang langsung menebak.

“Tuan Edzard? Bukannya kalian sepasang kekasih? Kenapa kau panggil dia tuan?” Tanya Gani bingung.

“Oh iya, maksudku Edzard.” Sahut Shafira berusahan menyembunyikan masalah yang sebenarnya terjadi.

“Tuan silahkan masuk! Aku akan buatkan teh untukmu.” Kata Shafira lagi sopan namun canggung kepada Gani.

“Baiklah, nak.” Sahut Gani.

Saat Shafira ke dapur membuatkan teh, Gani bertanya pada Hadi tentang keberadaan Edzard.

“Hadi, cepat kau panggil anak sialan itu! Aku mau marahi dia habis-habisan.” Kata Gani menyuruh Hadi sang kepala pelayan.

“Baiklah tuan besar.” Ucap Hadi. Dengan segera Hadi menuju ke kamar Edzard.

“Tuan, tuan besar datang!” Kata Hadi kepada Edzard yang baru saja selesai mandi.

“Apa? Dimana dia?” Tanya Edzard sedikit kaget.

“Ada di ruang tamu, tuan! Dia sedang menunggu anda.” Jawab Hadi.

“Cepat kau sembunyikan Shafira!” Perintah Edzard yang ingin ayahnya tau bahwa ia sedang menahan seorang wanita dirumahnya.

“Maaf tuan, tapi tuan besar sudah bertemu dengan nona Shafira tadi di depan.” Kata Hadi.

“Aah, sial!” Umpat Edzard yang kemudian berlari turun dengan menggunakan kimono mandinya saja.

Saat Edzard tiba di ruang tamu, ia melihat sang ayah sedang berbincang dengan Shafira. Mereka terlihat sangat akrab.

“Ayah! Kenapa tidak bilang mau datang?” Sapa Edzard pada ayahnya.

“Dasar anak sialan! Kau memiliki wanita cantik ini sebagai kekasihmu, tapi kau masih tetap saja belum menikah dan belum juga memberikan aku cucu!" Ujar Gani kesal dengan Edzard.

Shafira hanya diam membisu melihat ayah dan anak bertengkar.

"Bisakah ayah tidak membicarakan hal itu ketika bertemu denganku?" Sahut Edzard ikutan kesal.

“Berikan aku cucu! Kalau tidak, aku tidak akan mengakuimu sebagai anak.” Kata Gani mengancam Edzard.

“Sudah lah, jangan mengatur hidupku lagi, ayah! Nikmati saja masa tua ayah sekarang.” Sahut Edzard kesal.

“Dasar anak tidak tau diri! Semua rekanku sudah punya cucu, sementara aku hanya punya kau saja.” Ucap Gani semakin kesal.

“Bagaimana aku menikmati masa tuaku tanpa adanya cucu di pangkuanku, hah?’ Teriak Gani lagi pada Edzard.

“Ayah sudah lah, aku muak mendengar kemauan ayah.” Balas Edzard yang juga kesal.

Shafira gemetar duduk diantara ayah dan anak yang sedang bertengkar. Ia tidak tau apa yang bisa ia perbuat saat itu.

“Shafira, kau mau kan memberikan aku cucu?” Tanya Gani pada Shafira. Shafira diam terpaku saat pertanyaan itu di layangkan untuknya.

“Ayah!” Teriak Edzard lagi.

“Ada apa denganmu? Aku hanya bertanya pada calon menantuku.” Sahut Gani tidak mau kalah.

“Ayo Shafira ikut aku sekarang!” Ajak Edzard yang menyeret Shafira masuk ke dalam kamarnya.

Shafira hanya mengikuti langkah Edzard yang terus menariknya hingga masuk ke dalam kamar Edzard.

“Diam disini! Aku akan mengurus ayahku.” Kata Edzard pada Shafira dan kemudian ia berlalu keluar dari kamar itu.

Di dalam kamar Edzard, Shafira melihat foto-foto yang terpajang di dinding ruangan kamar. Ia mengamati satu-persatu foto-foto itu.

“Sepertinya aku pernah melihat lambang pakaian ini!” Gumam Shafira melihat lambang bintang di baju Edzard.

“Duh, aku lupa lihatnya dimana! Pakaian ini kan pasti banyak yang punya.” Gumamnya lagi.

“Ddiihh, dasar sok ganteng! Ternyata si pria kejam itu suka berfoto.” Sambung Shafira lagi yang tak menyadari Edzard berada di belakangnya.

“Sudah puas lihat fotonya?” Kata Edzard yang membuat Shafira terkejut.

“Minggir! Aku mau keluar dari kamar yang menyeramkan ini.” Sahut Shafira beranjak pergi.

“Mau kemana kau, hah?” Tanya Edzard sambil menarik lengan Shafira.

"Ke kamarku!" Sahut Shafira.

Edzard seakan tak ingin Shafira segera keluar dari kamarnya. Ia pun menarik tangan Shafira lagi untuk menahanya.

"Ada apa lagi?" Tanya Shafira.

Edzard tak menjawabnya. Ia hanya terfokus pada bibir Shafira yang tampak merekah. Kemudian tanpa aba-aba Edzard mencium bibir Shafira dengan kasar sehingga Shafira tidak bisa bernafas. Setelah puas mencium bibirnya, Edzard dan Shafira ngos-ngosan. Nafas mereka beradu.

“Malam ini ikut dengan ku ke pesta.” Kata Edzard pada Shafira.

"Apakah aku boleh untuk tidak ikut pergi?" Tanya Shafira tak berani menatap tatapan Edzard padanya.

"Tidak! Kau harus ikut denganku!" Sahut Edzard.

"Kembali lah ke kamarmu." Kata Edzard lagi.

Shafira pun hanya bisa menghela nafas panjang seakan pasrah dengan kehidupan tak ingin ia jalani. Shafira kembali ke kamarnya dan terus kepikiran akan nasib sang tante yang kini berada jauh darinya.

Tak lama kemudian, pintu kamar Shafira di gedor oleh Edzard.

“Shafira buka pintunya…!!” panggil Edzard mengetuk pintu. Tak ada jawaban dari Shafira.

“Ada apa?" Tanya Shafira.

“Ikut aku membeli gaun untuk pergi pesta nanti malam.” Kata Edzard yang menarik tangan Shafira dengan paksa.

Shafira masih terdiam dan terpaku. Ia seakan tak ingin beranjak kemanapun.

"Kenapa kau masih diam saja? Ayo cepat bersiaplah! Kita akan pergi sekarang untuk membeli gaun pesta." Kata Edzard lagi.

"Iya." Sahutnya.

Saat d perjalanan, Shafira hanya diam dan melihat ke sisi jendela saja. Ia tidak mau menatap ke arah Edzard yang duduk di sebelahnya. Tak lama kemudian, Edzard dan Shafira tiba di salah satu butik terkenal di kota itu. Edzard mengenal sang perancang busana ternama yang sejatinya adalah teman di masa SMA dulu. Namanya Rista. Ia perancang busana yang terkenal dan sangat ramah.

“Hei, kau bawa siapa?” Tanya Rista kepada Edzard.

“Jangan banyak tanya, carikan gaun yang indah untuknya.” Sahut Edzard.

“Sejak kapan kau peduli dengan wanita, hah?” Tanya Rista pada Edzard lagi.

“Huh, cepatlah!” Kata Edzard kesal.

“Kalau kau berani kesal di dalam boutique ku, mendingan kau keluar saja sana.” Teriak Rista pada Edzard.

“Ayolah, Rista! Kenapa kau selalu saja mengajakku untuk ribut?” Sahut Edzard menahan kesalnya.

“Kita berteman sudah lama, aku langganan disini.” Sambung Edzard lagi.

“Karena aku temanmu, makanya aku tanya, siapa dia? Tanya Rista sambil menunjuk Shafira.

“Dia, wanitaku!” Jawab Edzard yang tak mau memperpanjang masalah dengan Rista.

“Cepat carikan ia gaun yang cocok untuknya.” Kata Edzard pada Rista yang membatu melihat Shafira.

“Oke, baiklah! Ayo ikut denganku.” Ajak Rista ramah kepada Shafira.

Saat di dalam ruang ganti, Rista mengajak Shafira ngobrol.

“Hei, kenapa kau bisa mau menjadi wanitanya si pria gila seperti Edzard?” Tanya Rista dengan cerewetnya.

“Apa kau tau, baru kali ini aku melihat Edzard peduli dengan wanita.” Kata Rista lagi. Shafira hanya tersenyum mendengar pertanyaan Rista yang aneh bagi dirinya.

“Hei, kenapa kau hanya tersenyum? Apa kau bisu?” Tanya Rista bingung.

“Tidak! Aku hanya bingung harus jawab apa.” Sahut Shafira masih dengan senyumannya.

“Oh, Tuhan! Syukurlah kau tidak bisu.” Ucap Rista pada Shafira.

Kemudian, Rista memilihkan gaun yang cocok untuk Shafira pergi ke pesta. Gaun berwarna merah hati yang sangat indah. Saat Rista mengantarkan Shafira ke hadapan Edzard, mata Edzard terbelalak terpesona dengan kecantikan Shafira menggunakan gaun itu.

“Edzard, bagaimana menurutmu? Pilihanku pasti memuaskan!” Kata Rista berbangga diri dengan keahliannya.

“Iya, gaun itu saja.” SahutEdzard yang tak henti-hentinya menatap Shafira.

“Hei, Edzard, pipimu memerah! Kau terpesona dengannya kan? Hehehehe” Kata Rista mengolok Edzard.

“Diamlah!” Sahut Edzard malu.

“Shafira, kau sangat cantik! Aku yakin kau akan jadi primadona di pesta nanti malam.” Ucap Rista pada Shafira.

Malam harinya, Edzard tidak sabaran menunggu Shafira yang sedang di dandani oleh perias terkenal yang di pesan untuk merias wajah Shafira.

“Sial, lama banget sih!” Umpat Edzard yang sudah tak sabaran ingin segera melihat Shafira.

“Tuan, lihatlah! Apakah riasan ini sudah cukup baik?” Tanya sang perias wajah menunjukkan Shafira yang telah siap di dandani.

Kembali lagi, Edzard terpukau akan kecantikan Shafira dengan gaun indah dan riasan wajah yang membuat Shafira semakin berkilau.

“Tuan!” Panggil perias itu lagi yang membuyarkan pikiran Edzard.

“Iya! Sudah cukup!” Jawab Edzard.

“Shafira, ayo nanti kita terlambat.” Kata Edzard mengajak Shafira pergi ke pesta.

Saat di perjalanan, mata Edzard tiada hentinya curi-curi pandang menatap kecantikan Shafira. Namun tiba-tiba, mobil berhenti mendadak di tengah jalanan yang sepi.

“Kenapa kau berhenti?” Tanya Edzard pada supir pribadinya.

“Maaf tuan, ada yang menghalangi jalan kita.” Jawabnya.

Edzard melihat keluar, disana terdapat banyak mobil yang menghalangi mobil mereka. Edzard malam itu tidak di dampingi oleh anak buahnya. Ia hanya pergi bersama Shafira dan seorang supir. Ia langsung mengeluarkan senjata apinya untuk berjaga-jaga.

“Mereka terlalu banyak! Kita terjebak." Kata Edzard.

"Lantas bagaimana ini tuan?" Tanya supirnya.

"Aku akan menghubungi anak buahku untuk segera datang kesini!" Sahut Edzard yang segera meminta bantuan kepada anak buahnya untuk segera datang ke lokasi itu.

Tak lama kemudian, seorang pria berjas hitam tampak keluar dari mobil dan berdiri tepat di depan mobil Edzard. Pria itu mengarahkan senjata apinya kearah mobil Edzard.

"Merunduk!" Teriak Edzard sambil menekan kepala Shafira untuk merunduk ke bawah.

Benar saja perkiraan Edzard melihat pria itu. Tembakan beruntun tertuju pada mobil mereka. Shafira gematar dan ketakutan setengah mati. Edzard melihat Shafira yang tampak gemetar dan menangis karena ketakutan. Melihat kondisi Shafira, Edzard pun segera memeluknya agar dapat menenangkan Shafira kala itu.

Tak lama berselang, baku tembak pun terjadi. Edzard kaget saat mendengar suara baku tembak dari arah yang belakang mobilnya. Edzard mengangkat kepalanya sedikit dan melihtat ternyata anak buahnya telah tiba dan berusaha untuk menyelamatkan dirinya. Merasa bantuan telah datang, Edzard pun keluar dari mobil dan hendak ikut dalam baku tembak itu.

"Tuan, anda mau kemana?" Tanya supir pribadinya.

"Jaga Shafira disini." Sahut Edzard.

"Baik tuan." Ucap Supir itu.

Edzard pun keluar dan ikut dalam baku tembak itu. Untungnya malam itu anak buah Edzard datang tepat waktu dan dengan jumlah yang lebih banyak. Shafira yang berada di dalam mobil mencoba untuk melihat apa yang terjadi saat itu. Ia melihat begitu banyak kekacauan dan juga suara tembakan yang memekakkan telinganya. Saat sedang menatap kekacauan tersebut, tiba-tiba saja Shafira melihat seorang pria yang hendak memukul kepala Edzard dari belakang dengan sebuah balok ditangannya. Dengan cepat ia berlari dan berupaya menyelamatkan Edzard dari pukulan balok itu.

"Edzrad! Awas!" Teriak Shafira berusaha menghalangi pria yang akan memukul Edzard.

Bbrruukkk.........

Shafira langsung ambruk seketika kayu balok tersebut menghantam kepalanya. Melihat Shafira yang di pukul dengan kayu balok, Edzard langsung menembak pria yang memukul Shafira dengan satu tembakan yang tepat di dadanya. Edzard lantas mengangkat tubuh Shafira yang terdapat luka di bagian kepalanya.

“Shafira, bertahanlah!” Ucap Edzard yang segera melarikan Shafira ke rumah sakit terdekat.

Shafira tak sadarkan diri di rumah sakit akibat pendarahan yang ada di kepalanya itu. Edzard tak hentinya terus berada di sisi Shafira untuk menjaganya. Edzard memerintahkan anak buahnya mencari dalang dari kejadian malam itu. Dan ternyata adalah salah satu rekan bisnisnya yang ingin Edzard mati untuk menguasai lahan bisnis besar yang sedang Edzard jalani.

“Beri mereka pelajaran!” Perintah Edzard kepada anak buahnya melalui telepon.

Tanpa Edzard sadari, percakapannya itu telah di dengar oleh Shafira yang baru saja sadarkan diri.

“Dasar pria kejam!” Gumam Shafira dalam hatinya.

Lalu Edzard melihat alis mata Shafira bergerak. Ia tau bahwa Shafira sudah sadarkan diri.

“Kau sudah sadar? Apa kepalamu masih sakit?” Tanya Edzard panik.

“Tidak! Aku tidak apa-apa!” Sahut Shafira sambil meringis kesakitan.

“Apa kau baik-baik saja?” Tanya Shafira pada Edzard.

“Iya, aku baik-baik saja!" Sahut Edzard.

“Eeemm, terima kasih karena sudah menolongku.” Ucap Edzard pada Shafira.

“Hanya itu saja?” Tanya Shafira.

“Jadi kau mau apa?” Tanya Edzard menaikkan sebelah alis matanya.

“Aku mau kebebasan! Aku mau mengunjungi tanteku.” Jawab Shafira.

“Nanti kita bicarakan lagi soal itu, biar aku pikir-pikir dulu.” Sahut Edzard seraya beranjak keluar ruang rawat Shafira.

"Huh! Selalu saja begitu! Menyebalkan." Gerutu Shafira kesal.

Kemudian Shafira kembali beristirahat di ranjang rumah sakit dan Edzard menjaganya di luar ruangan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!