"Tolong... tolong... lepaskan aku! Aw, sakit." Rintihan terdengar sayup-sayup dari sebuah rumah kosong tak jauh dari pemukiman warga.
Seorang perempuan bernama Grace Anastasya, gadis cantik berusia 21 tahun yang memiliki wajah lugu dan imut serta memiliki tubuh ideal berkulit putih tidak menyangka malam itu menjadi malam yang paling buruk di dalam hidupnya.
Ia telah kehilangan kehormatannya akibat diperkosa oleh seorang pria misterius. Grace berusaha mencengkram batang leher pria itu. Sudah di pastikan kukunya yang cukup panjang meninggalkan goresan di sana karena Grace mendengar pria itu mengaduh pelan.
Tindakan Grace tak membuat pria itu menghentikan aktivitasnya. Ia melucuti pakaian Grace dengan kasar hingga hanya menyisakan tubuh yang polos. 'Pria itu terus menggagahi Grace dengan sangat berhasrat tanpa berpikir sedikit pun jika Grace sangat menderita.
Grace merasa lemah, Ia sudah tidak berdaya. Pria itu mengungkung tubuhnya terlalu erat bahkan untuk bernafas pun Grace kesulitan.
Ia hanya bisa menangisi kemalangan nasibnya. Rasa perih tak terkira menyayat di bagian bawah berharga miliknya. Semua itu bermula saat Grace mengantar pulang adik ponakannya di ujung desa.
Sepulang dari sana hari mulai petang. Tak ada satu pun lagi warga yang berkeliaran di luar rumah. Grace tidak menyadari jika seseorang tengah mengikuti langkah kakinya.
Lalu secara tiba-tiba pria itu membungkam mulut Perempuan malang tersebut tanpa memberikan ruang untuk Grace berteriak. Hingga akhirnya terjadilah peristiwa menjijikkan itu.
Grace terus memohon agar pria itu menghentikan ulahnya karena ia sudah tidak sanggup lagi menahan sakit.
"Aku mohon hentikan, Aku sudah tidak sanggup lagi!" Ucap Grace memelas.
Bukanya di lepaskan, Pria itu justru menutup mulut Grace dengan bibirnya. Aroma pria tersebut memilik ciri khas. Grace sangat yakin kalau pria misterius itu merawat tubuhnya dengan baik.
Lama menggagahi Grace, pria itu menumpahkan cairan hangat kedalam perut Grace. Ia merasa puas akan hal yang dilakukannya dan meninggalkan kecupan terakhir di pipi Grace.
"Kamu adalah milikku, Sayang. Tidak ada satu pun yang bisa memilikimu," bisiknya di telinga Grace. Terpancar nada yang mengerikan di dalam ucapan pemuda itu.
Meski samar, Pria tersebut meyakinkan Grace kalau perkataanya adalah suatu peringatan. Jika Grace tidak menurut. Grace akan mengalami hal yang lebih mengerikan.
Di balik celah rembulan, Grace melihat pemuda itu memakai celananya lalu meninggalkan Grace seorang diri dirumah tak berpenghuni itu.
Grace memeluk tubuh yang remuk redam. Menyisakan cairan basah tengah bergejolak di bawah pusarnya.
Grace histeris, Ia memukul tubuhnya yang sudah kotor berulang-ulang. Sangat jijik rasanya tubuh itu di jamah oleh pria aneh yamg tidak Ia kenali.
Sesak dada Grace menahan amarah, namun Ia tidak bisa berbuat apa pun untuk membela diri.
Dengan sisa tenaga yang ada, Grace membungkus tubuhnya dengan baju yang sudah sobek ditepian pinggirnya. Ia terpaksa harus memeganginya untuk menghindari kulitnya terlihat orang lain yang bisa saja melihat kondisinya.
Sesampainya di depan rumah, Grace melihat kedua orang tuanya ribut besar. Perjodohan yang akan di selenggarakan malam itu gagal gara-gara dirinya menghilang.
"Kau atur saja anakmu itu, Bu. Aku sudah tidak mau perduli lagi. Dia sudah berani mencoreng wajah Bapak," ujar sang Ayah menunjuk wajah yang sudah mulai keriput didaerah rahangnya.
"Apa yang bisa Ibu lakukan, Pak? Grace tidak mencintai Aby, mungkin ini adalah bentuk dari penolakannya atas paksaan Bapak," jawab Ibu Grace lenang
"Itukan Bapak lakukan agar Grace bahagia, dia bisa hidup enak tanpa kekurangan, Bu," ujar Sang Bapak.
Air mata Grace kembali banjir, Ia tak ada niat mengecewakan kedua orang tuanya. Ia rela di jodohkan asal orang tua yang Ia cintai bahagia. Tapi nyatanya Kesialan itu menimpa dirinya. Grace hanya bisa meratap menerima kutukan sang Bapak jika sang Bapak marah.
"Sudahlah, Bu. Kita kirim saja dia ke Jakarta. Supaya dia tinggal di rumah Pamannya. Biar dia bisa belajar jauh dari kita!" ujar Sang Bapak ngotot.
Grace menggeleng, Ia sudah pernah ke kota. Ia tidak mau lagi tinggal disana karena istri Pamannya kejam memperlakukan dirinya layaknya pembantu.
"Tolong jangan lakukan itu, Pak. Ampuni Grace!" Grace berlari lalu mendudukkan diri dan berlutut di kaki Sang Bapak. "Grace, minta maaf, Pak. Grace sudah mengecewakan Bapak dan Ibu," ucapnya lagi.
Mata nya merah dan bengkak di tepian, Sang Ibu memperhatikan tubuh sang anak yang tidak lazim. Pasti sesuatu hal buruk telah menimpa putrinya.
Sang Ibu ikut duduk memeriksa baju Grace, Dia juga mengusap rambut Grace yang kacau. Di periksa nya di sudut bibir Grace juga pecah dan berdarah.
"Ada apa denganmu, Nak? masalah apa yang sudah membuatmu berantakan begini, ha? cerita sama Ibu, Nak?"
Grace tak kuasa menahan tangis yang kian tumpah lalu menenggelamkan kepalanya di pelukan sang Ibu. Berat rasanya untuk menceritakan semuanya. Kedua orang tuanya pasti sakit mendengar apa yang baru saja menimpanya.
"Maaf kan Grace, Bu. Grace tidak bisa menjaga diri. Hidup Grace sudah hancur."
Sang Ibu mengusap air mata Grace, Ia ingin Grace menjelaskan semua nya secara terang-terangan.
"Apa maksudmu, Nak? Ibu mohon jangan membuat Ibu takut," ujar Sang Ibu kelu.
Grace menghela nafas, sesakit apa pun itu orang tuanya berhak tahu keadaanya.
"Grace baru saja di perkooossaa, Bu. Grace sudah kotor, hik...."
Pak Gany tersentak, Ia yang tadinya enggan melihat Grace karena kecewa akhirnya menatap kearah sang putri.
"Siapa yang melakukannya, Grace?" tanya Sang Bapak pelan walaupun sejujurnya tak bisa menyembunyikan kemarahan batinnya.
Grace menggeleng, Ia sendiri tak dapat mengenali pelakunya. "Maafkan Grace Pak, Bu," ujar Grace memohon.
Pak Gany mengangguk-angguk tanda mengerti. Air matanya terurai tanpa sadar.
"Bapak akan menemui keluarga calonmu dan membatalkan niat mereka yang akan datang lagi besok," tukas Pak Gany menegarkan diri.
Pak Gany meninggalkan Sang Istri dan Grace yang nampak masih sangat syok.
"Ayo Ndok, kita masuk!" Sang Ibu yang bernama Laila menuntun Grace masuk kekamar lalu membantu Grace membersihkan diri.
"Bu...!" panggil Grace.
Sang Ibu hanya menoleh dan tersenyum sedikit. Sebagai Ibu yang melahirkan hatinya sangat terpukul.
"Apa Ibu marah? Grace sudah kehilangan hidup, Grace. Jangan maafin Grace, jika Ibu dan Bapak membenci manusia yang bodoh ini," ujar Grace menekankan kalimatnya.
Sang Ibu meraih kepala Grace merapat keperutnya, Ia mengusap kepala Grace sebagai bentuk kasih sayangnya. "Sesakit apa pun kami, kamu tetap putri kami, Nak. Ibu lebih tidak sanggup lagi jika kamu pergi selamanya dari hidup Ibu. Ya, walaupun harga diri runtuh toh itu bukan kehendak kitakan?"
"Makasih, Bu. Grace gak tahu harus ngapain jika sampai Bapak dan Ibu mengucilkan Grace dirumah ini? Grace hanya punya kalian di dalam hidup Grace."
Sejak kejadian itu, Grace menjadi pribadi yang pemurung. Makan dan minum tak lagi Ia utamakan. Semua itu sudah merusak akal sehatnya. Kali ini pasti tidak akan ada lagi pria yang sudi meminangnya jika mereka mengetahui kejadian menyakitkan itu.
"Grace...!" Panggil Sang Ibu. Bu Laila duduk disamping Grace dan menarik kepala Grace di atas pundaknya. Apa yang sudah menimpa Grace pasti membuat anak gadis itu depresi berat.
"Bu, Grace takut," ujarnya perih didalam hati.
"Tenanglah, Nak. Kamu tidak akan hamil hanya karena dia menjamah tubuhmu," ujar Bu Laila menenangkan.
Grace tidak bisa menepis bayangan pria keji itu dalam benaknya tanpa sadar Grace memukul tubuhnya sendiri dengan brutal.
"Aku benci tubuh ini, Bu. Aku benci, Aku sudah kotor dan tidak pantas bahagia!" teriaknya disertai isak tangis.
"Tidak Nak, Jangan begitu. Ini adalah cobaan, Nak. Kamu harus kuat menghadapi masalah ini."
Grace menyempar nasi di atas meja hingga piring itu melayang ketubuh Salah seorang tetangga yang sedang lewat.
"Woy, Kok lempar piring sembarangan sih? kalian sengaja ya, untung piring plastik kalau piring kaca bagaimana?" oceh Sang Ibu tak terima.
Bu Laila terkejut, Ia segera bangkit dan mengatupkan kedua tangan memohon maaf.
"Maaf, Bu. Maaf, anak saya benar-benar tidak sengaja."
"Alah! alasan, emang Grace kenapa, Bu? Kok dia kayak orang linglung begitu?" Tanya Bu Ira mendekte. Ia menghampiri Grace dan memeriksa tubuhnya. Banyak tanda merah bekas kecupan orang di telinga dan jenjang leher.
"Astaga, anak Ibu abis di lecehkan ya? aduh, gawat ni. Bisa sial kampung kita kalau begini?" sengaja Bu Ira membesarkan volumenya agar yang lain mendengar.
Mereka yang memang sedang bersantai disetiap rumah mereka terkejut. Rumah didesa itu berhimpitan. Jika ada kegaduhan sedikit saja pasti akan terdengar sangat cepat.
"Apa, Bu Ira? Si Grace habis diperkosa maksudnya?"
Mereka segera berkumpul menyaksikan sendiri ucapan Bu Ira yang memang terkenal ratu gosip di kampung Waringin Asih.
Grace menggeleng gemetaran, Ia tidak mau di hakimi oleh para Warga.
"Mohon Maaf, Bu. Tidak seperti itu, tolong jangan membuat Grace ketakutan," Pinta Bu Laila dengan hormat.
"Ih, Bu Laila. Anak gadis yang sudah tidak suci lagi itu akan membawa kesialan. Mending kita usir saja dari kampung kita ini!" ujar Bu Ira ngotot.
"Bener, Bu. Ya ampun wajah Grace sampek rusak begitu. Bekas kecupan bertebaran di sana. Gak malu apa?" sahut salah seorangnya.
Pak Gany yang baru pulang menaiki sepedanya membawa kayu bakar sport jantung. Ia membanting sepeda itu dan menghampiri mereka.
"Ini kenapa, Bu?" tanya Pak Gany panik.
Mereka memandang sinis wajah Pak Gany. Mereka tidak akan membiarkan Grace ada di desa mereka.
"Mohon maaf ya, Pak. Tapi anak gadis yang sudah mengotori kampung kita tercinta ini. Harus di usir dia tidak boleh dibiarkan. Karena akan membuat seluruh Warga terkenal azab!" kata Pak Bonggol.
"Tapi, Pak. Tolong jangan perlakukan putri saya seperti ini. Dia hanya korban Pak, Bu," melas Pak Gany.
"Ah, peduli apa, ayo Grace ikut ! kita bawa dia kehutan!"
Beberapa warga pria menyeret secara kasar tanpa ampun.
Grace cuma menangis begitupun kedua orang tuanya.
"Bu, Grace gak mau pergi Bu, Pak. Aku hanya ingin ada bersama Bapak dan Ibu!"
Bu Laila mengelus dada, kedua orang tua itu tak bisa berbuat apa-apa.
"Cepetan, Grace. Kelakuanmu itu hanya akan mencoreng nama kampung ini!" teriak seorang pria.
"Tolong jangan bawa saya, Pak! Saya tidak mau dibuang, Pak!" Grace berusaha menolak tapi terlalu lemah baginya untuk melawan.
"Apa yang bisa kita lakukan, Pak?" Bu Laila menatap mata pria yang diam saja di depannya.
Saat Para warga sibuk mengarak Grace seperti seorang penjahat, lima buah mobil mewah datang dan berhenti di depan mereka.
Beberapa orang turun dari mobil mewah itu untuk menghampiri mereka.
Seorang pria yang memiliki tubuh tegap memeriksa wajah Grace, Ia kemudian memandang para warga yang mendadak diam.
Di ketahui orang-orang yang menyambangi mereka adalah Pemilik perkebunan teh terbesar di kampung Waringin Asri.
"Mau kalian bawa kemana gadis ini?" tanya pria berotot itu. Dia adalah Ferdi kaki tangan Bos mereka.
"Di_ dia melakukan hubungan tanpa menikah. Jadi kami akan mengasingkan dia kehutan, Pak," jawab salah seorangnya gugup.
Pak Gany yang mengenal sosok yang datang segera berlari dan Berlutut diikuti Bu Laila.
"Saya mohon, Pak. Bantu putri saya, dia hanya korban dari pria durjana," ucap Pak Gany.
Ferdi menyungging senyum sinis.
"Itulah buruknya desa ini, mereka terlalu percaya akan omong kosong. Kalian masih saja menjadikan kisah Siti Nurbaya harus dialami para gadis di kampung ini," tukas Ferdi menohok atas tindakan para warga yang sudah seperti hakim.
Semua tetap memilih bungkam, karena jika melawan. Mereka semua akan kehilangan pekerjaan.
Ferdi mengangkat tubuh Pak Gany dan Bu Laila. Ia memandang keduanya secara bergantian.
"Pak Gany, putrimu ingin hidup bebas. Tapi kau selalu saja berniat menjodohkan dia dengan orang yang tidak dia kehendaki. Pernahkan kalian berpikir jika perbuatan kalian juga mengekang hidup mereka yang masih ingin hidup mengejar mimpi."
"Ini adalah pelajaran yang harus kalian petik hikmahnya, bagaimana sakitnya saat kalian melihat anak gadis kalian kehilangan kesuciannya tapi kalian tidak berpikir bahwa mengorbankan cinta mereka demi perjodohan jauh lebih menyiksa."
"Aku akan membuat kalian sadar, perjodohan dengan cara memaksa bukanlah perkara yang baik."
Semua masih diam, mereka hanya saling senggol satu sama lain.
"Begini saja, Aku akan membeli Grace untuk menjadikan istri kedua di rumah Bos Besar. Disana dia akan hidup bahagia tanpa kekurangan," ujar Ferdi lagi kepada Pak Gany.
Grace kembali menggeleng.
"Tidak, aku juga tidak yakin jika kalian datang dengan niat baik, itu sama saja buruknya dengan yang aku alami."Grace sudah sering dengar jika nasib istri kedua tidaklah lebih baik dari seorang pecundang.
Grace menghempaskan tangan warga yang lengah dan berlari seorang diri menuju hutan.
Mereka yang tidak mau kehilangan Grace pun berlomba-lomba mengejarnya.
Grace membuang sendalnya dan terus berlari tanpa lelah sampai Ia tiba di tepi jurang.
"Cepat cari, gadis itu tidak boleh hilang karena itu akan membuat Bos marah besar!" ujar Ferdi dan ucapan itu terdengar jelas di telinga Grace.
Grace pokus kebelakang dan tidak menyadari ada seorang pemuda tengah membidik seekor kelinci di tepi jurang dangkal.
Bruk!"
Keduanya jatuh terguling kebawah dan merasakan nikmatnya goresan ranting-ranting yang bertebaran. Sampai sebuah gundukan tanah menghentikan keduanya. Grace tak bisa berkutik, Ia ada di bawah tubuh seorang pemuda yang tertutup wajahnya.
Mereka saling pandang dalam diam karena orang-orang yang mengejar Grace sudah ada di atas tebing.
"Kemana hilangnya gadis itu, kita akan mendapat masalah nanti? cepat cari kesana!"
Ya, suara Ferdi yang keras membuat Grace dan pemuda itu menahan nafas.
Kepergian orang-orang asing tersebut, tak luput dari pendengaran yang tajam dari keduanya.
Pemuda itu mengerutkan dahi sambil menatap kearah Grace yang masih menahan tubuh gagahnya. Grace merasa takut, tatapan pemuda itu sangat ****** dam mengerikan.
Grace tak mau sampai pemuda itu mencari kesempatan saat mereka hanya berdua di hutan itu. Ia sudah cukup jijik akan kejadian malam yang berpijar di otaknya.
Grace mendorong dada pemuda diatasnya dan segera bangkit. Grace memasang wajah berani. Ia tidak ingin jika ketakutannya membuat pemuda itu bersikap kurang ajar.
Pemuda itu mengusap mulutnya dan balas memandang kearah Grace penuh keheranan.
"Kenapa tidak minta maaf?" seru pemuda itu, dingin.
Grace merasa gemetar, Ia segera melangkah pergi untuk menghindar namun pemuda itu menahan lengannya.
"Tunggu, aku tidak akan melepaskanmu sebelum kamu meminta maaf," kata pemuda itu tapi Grace menarik tangannya segera.
"Aku buru-buru," kilah Grace. Grace hendak pergi lagi tapi pemuda itu tidak tinggal diam.
"Jika kamu pergi, aku akan membuatmu menyesal," ujar pemuda itu mengancam.
Mendengar ucapan pemuda itu, tentu Grace tak berani membantah. Ia terpaksa menghentikan langkah kaki yang hendak mengayun ketanah.
"Maaf..." kata Grace.
Pemuda itu menghampiri Grace dan berdiri sejajar. "Kau tahu cara kita naik keatas?" tanyanya seraya mendongak keatas tebing.
Grace menggeleng, meski tidak terlalu tinggi namun sudah pasti sulit medannya.
"Tunggu disini, aku akan naik lebih dulu untuk mengambil tambang di dalam ranselku," pesan pemuda itu.
Grace hanya mengangguk dalam ketakutan.
Susah payah, Pemuda itu memanjat akhirnya Ia sampai di atas dan memeriksa situasi terlebih dahulu Ialu bergegas membuka sleting ransel dan mengambil benda yang Ia butuhkan untuk Ia ulurkan kearah Grace.
"Pegang yang erat, jika tidak aku akan meninggalkanmu disini," teriak Pemuda itu.
Grace menurut, bagaimana pun juga tempat itu sangat seram. Ia tidak sudi mati sia-sia jika pemuda itu mengabaikan dirinya.
Perjuangan lelah dan panjang, akhirnya Pemuda itu berhasil membantu Grace keatas.
Pemuda itu menggulung tali yang di pergunakannya untuk Grace. Namun saat berbalik, Pemuda itu menyadari jika Grace telah menghilang.
"Ahk, sial! Kemana wanita itu pergi? apa dia bukan manusia?" umpat pemuda itu kesal.
Ya, Dia adalah Ans seorang pemuda pemburu hewan liar di hutan. Hobi nya sejak kecil Ia lakukan tanpa dapat di cegah oleh siapa pun.
Pemuda itu bertubuh tinggi, tegap dan berotot perfek. Bisa dibilang wajahnya agak ke Indoan. Ketampanan Hakiki juga melekat dalam diri seorang Ans.
Grace terus melangkah cepat dan sesekali menoleh kebelakang. Ia takut jika pemuda itu sampai menyentuh tubuhnya.
Nafas yang kian berat tidak terkendali sedangkan air matanya tercurah bagaikan hujan dimusim semi.
"Aku dimana sekarang, kenapa aku bisa disini?"
Grace terisak-isak tanpa menyadari kalau dirinya lagi-lagi menabrak seorang pemuda
"Aw....!" Grace meringis karena dadanya terbentur tubuh orang di depannya.
"Apa matamu tidak kau gunakan? kau sangat ceroboh, Nona?" ujar Ans yang berdiri santai melempar beberapa bungkus biji permen di dalam tangannya.
Grace terkejut, kedua bola matanya membulat melihat siapa lagi orang yang sudah mencegah langkahnya.
"Ka_ Kau! Kau penghuni hutan ini ya?" Grace mengatupkan giginya, Ia tidak akan lagi mengalami hal serupa. Lekas Grace meraih ranting di dekatnya lalu Ia jadikan senjata untuk melindungi diri.
Ans terkekeh, Ia hanya menganggap itu sebuah lelucon yang sama sekali tidak ada artinya.
Ans adalah orang cerdas, mudah baginya menghalau Grace jika Ia mau. Ans mengangkat sebelah alisnya dan mendekat kearah Grace. Grace yang sudah memegang ranting tak bisa menyembunyikan rasa takutnya. Ia pun berjalan mundur mengikuti irama kaki Ans.
Saat Ia makin terpojok di sebuah kayu, Grace mengatungkan lagi kayu ranting di tangannya.
"Berhenti! jangan dekati aku!" gertak Grace, Ia berharap pemuda itu akan menghentikan perlakuannya. Nyatanya Ans mengambil alih ranting dengan tenangnya.
"Senjata apa ini, Nona? bahkan seekor kodok pun tidak akan mati jika engkau memukulnya sekuat tenaga," ujar Ans mengejek.
Grace melotot, Ia kembali memandang benci. Baginya kaum lelaki adalah pria biadab.
"Tutup mulutmu, orang aneh! Kau adalah seorang lelaki menjijikan, yang mirip dengan cacing," balas Grace yang tidak mau kalah.
Ans tersenyum, Ia mengagumi sosok perempuan itu.
"Kau pasti bidadari yang tersesat ya, apa selendangmu hilang," goda Ans lepas.
"Heh...!" Grace berdecak.
"Kau pikir, kau adalah seorang pangeran jelmaan Jaka Tarub, Ha? kau pasti Genderuwo yang menyamar kan?"
Ans menghimpit Grace hingga terkungkung di batang pohon.
Ans mengedipkan sebelah matanya.
"Kalau Iya, kenapa? kau takut denganku?"
Grace mengernyitkan dahi. Kali ini pikiran Grace tidak akan salah pemuda itu pasti hendak mesum pada dirinya.
Ciih!
Grace meludahi wajah pria itu sebelum yang Ia takutkan benar-benar terjadi.
"Dasar iblis! pergi kau dari sini!" Grace melotot menatap Ans.
Ans terhina lalu mengusap wajahnya. Ia kemudian mendorong Grace jatuh ketanah secara kasar.
"Aw....!" Grace memekik.
Tak disangka, Ans ternyata tengah menyelamatkan dirinya dari seekor ular dan membidik ular kobra hitam yang hampir menggigit kaki Grace.
Grace jadi bersalah, Ia tidak menyangka jika pemuda itu berhati mulia. Grace mengulum bibir bawahnya. Ia sudah lancang terhadap Ans.
Setelah ular mati, Ans berubah dingin dan hendak pergi tapi kali ini Grace yang mencegah.
"Aku ingin ikut!" kata Grace.
Grace bangkit dari posisinya dan memegangi pemuda yang masih belum Ia lihat wajahnya itu.
"Bawa aku, Tuan. Aku tidak punya tujuan lain. Hutan ini terlalu lebat jika aku sendiri." Grace memelas pada pemuda yang sudah dihinanya.
Ans kembali tersenyum, Ia punya ide untuk membuat Grace menyadari kesalahannya.
"Kau boleh ikut, tapi dengan satu syarat?" tukas Ans.
"Apa itu? saya akan lakukan asalkan saya di lindungi, Tuan?"
Kali ini Grace pasrah, jika pemuda itu akan membunuhnya sekali pun. Ia sudah kehilangan semuanya dan baginya hidupnya sudah tidak berarti lagi.
"Aku ingin kau mencium wajahku yang sudah kau ludahi dengan air liurmu tadi," jawab Ans.
Grace menunduk bingung, lalu kemudian Ia menurut.
"Baiklah, saya akan lakukan, Tuan," kata Grace.
"Oke, sekarang tutup matamu. Aku tidak ingin kau melihat sedikit pun," pinta Ans.
Grace mengangguk, yang ada dalam pikiran Grace, Ia hanya ingin selamat dari tempat mengerikan itu.
Grace menutup matanya, Ia mulai berjijit untuk melakukan permintaan Ans.
Ans puas, Ia akan mendapat ciuman gratis dari seorang gadis yang sangat cantik yang sudah memakinya sejak tadi.
Ans membuka topeng di wajahnya. Ans yang tidak sabar langsung meraup bibir Grace hingga ciuman panas tercipta.
Grace tidak menolak, Ia pikir baginya tubuhnya sudah kotor. Ia tidak pantas lagi menjadi perempuan yang disebut baik.
Seribu sumur pun tak akan mampu membersihkan tubuhnya dari perbuatan tercela.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!