NovelToon NovelToon

Ketika Dua Anu Jatuh Cinta

Dua Anu

Pagi yang cerah, ditemani sinar matahari yang sudah mulai menunjukkan keberadaan nya. Tangan gadis berusia delapan belas tahun itu sedang memeras baju basah yang ia ambil dari ember yang ada di sampingnya. Lalu menaruh nya di atas bambu panjang yang ia sangkutan di sela sela batang pohon rambutan dan bambu yang berdiri menancap ke tanah. Yang sengaja di buat untuk menaruh bambu panjang itu.

"Njemur Nu..." Tanya seseorang yang sudah ada di belakang nya. Anugrah lalu menoleh dan tersenyum, juga berhenti dari aktifitas nya menjemur pakaian.

"Iya. Yu Ninik, tumben ke sini..."

"Hehe, kaos dalam untuk anak seumuran Cantik ada nggak?" Tanya nya.

"Oh, ada, ada. Ayo masuk." Anugrah lalu berjalan masuk ke dalam rumah nya diikuti Yu Ninik di belakangnya. Anugrah melupakan cucian yang belum selesai ia jemur, demi pelanggan pertama di hari ini.

Anugrah lalu mengambil beberapa kaos dalam yang ada di tumpukan di atas meja.

"Ni, yang baru. Dengan gambar gambar lucu." Ucap nya sembari membuka setiap lembaran kaos dalam. Yu Ninik memilih milih gambar dan warna yang sesuai dengan keinginan anaknya.

Yu Ninik mengambil tiga lembar kaos dalam dengan warna berbeda tapi dengan gambar yang sama.

"Masih sama kan harganya?"

"Sekarang sudah nggak bisa jual sepuluh tiga Yu, sudah lima ribuan satunya."

"Lah masa sama pelanggan gitu."

"Ya, sudah. Dua belas saja lah tiga, tak kasih diskon." Ucap nya.

"Baru ada sepuluh tapi, nggak papa kan?"

"Iya, nggak papa, kaya sama siapa aja."

Yu Ninik akhirnya memberikan uang sepuluh ribu dan membawa pulang tiga lembar kaos dalam.

Anugrah menerima uang itu, lalu mengibaskan nya di barang dagangan nya "laris laris laris," ucap nya.

Lalu Anugrah melanjutkan acara menjemur pakaian nya yang tadi terlupakan karena ada pembeli.

Selesai dengan kegiatan nya, lalu ia bersiap siap untuk ke pasar. Membawa ransel besar berisi segala dalaman yang biasa ia jual. Anugrah menaruh tas besar itu di jok belakang motornya, tak lupa ia mengikat nya agar tak jatuh.

Ada yang terlupa, ia belum pamitan sama ibunya yang sedang merebus sayuran di belakang, di dapur dengan tungku kayu bakar.

"Mak, aku berangkat ya..."

"Ya, Nu tadi siapa yang dateng?"

"Yu Ninik, beli kaos dalam buat si Cantik."

Ibunya hanya mengangguk, dan ber oh ria. Lalu tangan nya mendorong kayu bakar yang apinya sudah keluar dari lubang tungku.

Anugrah berlalu dari sana menuju motor nya dan menjalan kan motor nya menuju pasar.

______________

Anugrah. Hanya gadis manis yang kerjaan nya menjual segala jenis dalaman, dari kaos sampai celana. Dari punya anak anak Sampai punya orang dewasa. Dari laki laki sampai perempuan.

Hanya jualan di meja lapak di pasar, bukan di kios ataupun Toko. Lapak yang beratapkan payung besar yang kalau hujan ia tak bisa jualan, karena air nya akan masuk dan membasahi dagangan nya.

Begitu sampai ia memakirkan motornya di samping meja lapak nya, lalu membuka tutup plastik yang menjadi penutup untuk mejanya, agar kalau malam hujan mejanya tak basah. Ia lalu menurunkan tas besar berisi dagangan nya ke aspal, lalu menggelar plastik yang tadi nya untuk menutup meja, di jok motornya.

ia menggelar karpet kecil yang biasa ia pakai untuk alas barang dagangan nya. Membuka tas nya dan menata barang barang dagangannya.

Ini baru pukul delapan kurang, masih terlalu pagi untuk orang orang yang akan belanja pakaian dalam. Yang ramai adalah pengunjung sayuran dan jajanan pasar untuk sarapan.

Lalu lalang orang, dan orang orang yang membuka lapak seperti dirinya pun sudah di mulai. Hanya kios kios di depan para lapak yang masih sepi karena belum pada buka. Biasanya Toko atau Kios akan buka pada pukul sembilan.

Anugrah duduk di kursi plastik yang selalu ada di bawah meja lapak nya.

Duduk santai melihat orang yang hilir mudik. Sesekali menyapa dan tersenyum dengan para penjual lain nya.

Hingga pukul sembilan tiba, para toko pun buka. Seperti toko baju di depan nya. Anugrah Langsung memasang muka malas begitu tahu siapa yang membuka kunci toko tersebut.

"Heh! Anu." Panggil seorang pemuda yang sudah membuka kios punya orang tuanya.

Anugrah masih diam tak menanggapi, Anugrah malah melengos seketika menghadap ke arah motor terparkir rapi.

"Anu, di panggil orang ganteng harus di jawab." Ujar nya lagi.

Kang Yono, yang kerja di sana sebagai kang parkir tersenyum melihat kedua manusia muda itu selalu tak pernah akur.

"Heh! Kalian. Sesama Anu jangan berantem, takut nya jodoh."

"Wuuueeeekkk, amit amit, amit amit." ucap pemuda yang bernama Keanu, tangan nya mengutuk kepalanya dan mengetuk tembok toko nya.

"Na jong jodohan sama dia Kang, amit amit deh." Ucap Anugrah.

Kang Yono hanya tertawa sembari geleng kepala, "jodoh nggak ada yang tau, kalian kan berantem terus nih tiap pagi. Siapa tahu ya kan?"

Anugrah bergidik jijik, bibir bawah nya ia majukan sembari komat kamit bilang amit amit.

Sementara Keanu pun seperti itu, ia malah masuk dan mengeluarkan manekin manekin yang sudah terpasang baju di depan, sebagai pajangan model model barang dagangan nya.

Sampai karyawan Toko di depan nya datang dan menyapa Anugrah.

"Pagi, Nu. Yang buka siapa?" Tanya nya dengan pelan di samping Anugrah.

"Si Anu. Mbak Fitri nggak beli dalaman lagi ni, banyak gambar baru buat anak kecil."

"Nanti ya, mau beresin dagangan yang dateng kemaren dulu. Keburu ibu dateng."

"Beneran loh!"

"Iya," Jawab Mbak Fitri, karyawan orang tua Keanu, sembari berjalan masuk ke dalam toko tempat nya kerja.

Antara lapak dan toko memang hanya di batasi emperan toko, seperti jalan nan orang. Sebenarnya lapak pun bukan tempat jualan karena ada di atas aspal. Tapi karena banyak yang memasang lapak akhirnya di buat untuk para penjual yang tak mampu membayar kios.

"Mbak, ini berapa an?" Tanya ibu ibu yang sedang memilah celana d*lam.

"Lima ribuan aja Bu,"

"Weh biasanya sepuluh tiga"

"Sudah nggak boleh bu, sudah naik dari sana nya."

"Ya sudah dua saja." Ujar nya memberikan dua celana d*lam yang ia pilih untuk di bungkus oleh Anugrah. Dan begitu sudah di masukan ke kantong kresek hitam kecil Anugrah memberikan nya ke ibu ibu itu, lalu ia menerima uang sepuluh ribu tersebut.

"Nu..." Panggil seseorang dari arah belakang nya, Anugrah pun menoleh.

"Ya, Bu." Rupanya Ibu Ranti, Ibunya Keanu yang memanggilnya.

"Mamak jualan?" Bu Ranti mendekat.

"Jualan, tadi pagi sudah lagi rebus rebus soalnya."

"Oke nanti siang, kalo kamu pulang isoma Ibu bawain ya," ucap Bu Ranti menepuk pundak Anugrah.

"Asiap Bu." Jawab Anugrah dengan tangan yang menunjukan sikap hormat.

"Aku juga mau Bu," ucap Keanu yang baru keluar menghampiri Ibu dan Anugrah.

Ibu Ranti mengangguk dan pergi ke Toko nya.

Keanu berdiri, dan Anugrah duduk. Sama sama melihat dengan tatapan sebal, mulut nya sama sama meleyot ke samping.

"Apa!" Tantang Keanu.

"Dasar!" Ucap Anugrah.

"Apa!"

"Apa!"

"Kean, Jangan gangguin Nu nanti suka loh..." Teriak Mbak Fitri dari dalam toko yang sedang memperhatikan ke duanya.

Keduanya sama sama melengos, dan Keanu berjalan menuju motornya pergi.

Rujak Sayur

Siang ini begitu terik, dan Pasar begitu ramai. Tapi tidak untuk pembeli Anugrah. Hari ini sepi, hanya beberapa yang membeli pakaian dalam, "mungkin be ha mereka belum pada kendor kali ya... Sampai belum pada beli lagi." Ucap Anugrah, entah pada siapa.

"Masa aku mesti doa' in supaya c d mereka pada kendor sih, biar pada beli." Ujar nya lagi, yang masih entah ke siapa.

Anugrah duduk di kursi plastik, dengan badan yang condong ke meja lapaknya juga dengan tangan nya yang menyangga dagu. Matanya melihat ke setiap orang orang yang lewat.

Sampai pandangan nya buyar mana kala ponsel nya berbunyi. Yang ternyata dari ibunda tercinta.

"Assalamu'alaikum, Mak." Ucapnya begitu tombol hijau di layar ponselnya ia gulir ke atas.

"Wa'alaikumsallam, Bu Ranti jadi beli rujak nggak?" Tanya Mamak dari sana, rumah nya.

Tadi setelah Ibu Ranti bilang, Anugrah langsung telpon Mamak kalau ada pesanan buat Pelanggan setianya.

"Bentar ya Mak, Nu coba nanya lagi sama Bu Ranti."

Anugrah lalu mematikan sambungan telpon dan mendatangi Bu Ranti yang berada di Tokonya.

"Bu, rujak nya jadi?" Tanya Anugrah begitu masuk ke Toko.

"Jadi, dong. Seperti biasa ya," Anugrah hanya mengangguk.

"Kamu mau nggak Fit?" Tanya Bu Ranti pada karyawan satu satunya itu.

"Hehe, boleh bu kalau gratis." Jawab Fitri dengan malu malu, seketika Bu Ranti dan Anugrah memonyongkan bibirnya.

"Ya jadi empat kalau gitu Nu, punya Kean bumbunya pisah saja ya, jadiin pecel biar enak."

"Asiappp, ditunggu. Saya mau pulang dulu."

Anugrah keluar dari Toko, lalu menitipkan dagangan nya pada penjual jilbab di sebelah lapaknya.

Dengan mengendarai motor matic nya Anugrah pulang ke rumahnya, biasa nya Mamak jualan rujak nya di rumah. Jadi kalau ada orang yang mau tinggal telpon kalau nggak, datang langsung. Karena Mamak hanya memakai telpon jaman dulu di mana tidak ada aplikasi chat, hanya sekedar sms dan telpon saja.

Anugrah memarkir motor nya di depan rumah, lalu masuk ke dalam rumah. Di sana sudah ada Mamak yang sedang mengulek kacang biji yang sudah di goreng untuk bumbu rujak.

"Assalamu'alaikum," ucap Anugrah yang langsung berdiri di samping Mamak.

"Wa'alaikumsallam." Jawab Mamak sambil sibuk mengiris sayur yang sudah ia rebus dan ia masukan ke dalam bumbu yang sudah jadi, lalu mengaduk nya, dan membungkus nya dengan daun pisang. Jangan lupakan lidi yang di potong dengan ujung yang meruncing. Yang berguna untuk menjadi kunci untuk si daun, agar isi nya tidak tumpah.

"Ini buat siapa dulu Mak?"

"Buat Bu Ranti dulu, abis itu mau bikin buat bu haji. Kamu bawa sekalian ya nanti."

"Ya, tapi bu Ranti pesen empat Bu. Oh, ya. Yang buat Kean nanti aku aja yang bikin bu."

"Jangan kepedesan Nu, nanti anak orang lama lama sakit parah loh. Gara gara kamu."

"Nggak, apaan sih Mak. Nu sholat Dzuhur dulu kalau gitu ya." Ujar Nu sambil berlalu ke kamar mandi.

Memang seperti itu, biasanya setiap Kean beli. Yang bikin pasti Anugrah, dan dengan jahil nya Anugrah selalu memasukan banyak cabai ke dalam bumbunya. Tanpa perduli yang makan sakit perut ataupun tidak. Yang jelas sampai saat ini Kean tak pernah protes ataupun marah. Mungkin Kean tidak tahu kalau yang bikin ternyata Anugrah, Pikir Anugrah.

Selesai Sholat Anugrah langsung membuat pecel untuk Kean. Pertama ia masukan sembilan cabai yang sudah di goreng oleh Mamak, mengulek nya dengan garam. Lalu ia menaruh satu sendok besar penuh kacang tanah yang sudah di goreng juga. Begitu halus ia mengiris gula merah, lalu tangan nya mencari cari sesuatu. Satu bumbu yang selalu ia pakai untuk membuat pecel.

"Maaak kencure endi?" (Mak, kencur nya mana?)

"Ning wadah cilik Nu, sing wis di goreng." (Di wadah kecil Nu, yang sudah di goreng.)

Teriak Mama dari dalam, karena kini gantian Mamak yang Sholat.

Nah ini yang beda lagi. Biasanya kalau pecel selalu di tambahin kencur dan bumbu yang agak encer. Anugrah lalu mengiris sayur nya, dan menaruh nya di kertas minyak. Dan bumbunya ia taruh di plastik kecil. Setelah siap semua ia mencari kresek bening sedang untuk membawa rujak rujak tersebut.

Mamak datang setelah selesai. Ternyata Mamak sudah menyiapkan yang punya bu haji. Jadi Anugrah hanya tinggal membawanya saja.

Sebelum sampai pasar Anugrah mengantar pesanan rujak buat bu haji, lalu setelah nya ia membawa rujak pesanan Bu Ranti.

Anugrah memakirkan motornya seperti biasa.

"Makasih Ti, udah di tungguin. Ni bonus dari Mamak." Ujar Anugrah memberikan satu bungkus rujak kepada Siti. Penjual jilbab di lapak, sebelah lapak Anugrah.

"Makasih, Nu. Sering sering aja. Hehe."

Anugrah hanya memberikan jempolnya, dan berlalu ke Toko Bu Ranti.

"Bu, ini rujak nya." Anugrah menaruh rujak pesanan Bu Ranti, di atas meja yang ada di sana.

"Makasih ya, ini uang nya." Bu Ranti memberikan uang dua puluh ribu.

Anugrah menerimanya dan berterimakasih, lalu ke luar menjaga lapak nya kembali.

Anugrah memang jarang sekali makan siang paling paling ia hanya makan makanan yang ada di pasar, seperti cilok, bakso, atau apa pun se mau nya dia.

Di sisi lain ia sangat bersyukur karena di usia ya yang masih muda, sudah punya usaha sendiri. Apa lagi dengan modal dapat dari nabung, itu membuat nya sangat bangga pada dirinya sendiri. Tapi Anugrah juga hanya manusia biasa, yang tak pernah merasa cukup. Ia ingin sekali bisa kuliah, hanya saja terkendala di biaya. Sampai akhirnya ia hanya bisa menutup rapat impian nya dan berusaha untuk sukses walaupun bukan lulusan sarjana.

Sampai Sore tiba, Anugrah hanya mendapat beberapa pembeli. Dan pukul lima belas lebih dua puluh ia mulai mengemasi barang dagangan nya, bersiap untuk ia bawa pulang. Besok baru ia bawa balik lagi, ke tempat semula.

Keseharian Anugrah memang hanya seputar itu. Menjadi penjual da la man, dan berharap setiap hari banyak pembeli.

"Sudah mau pulang Nu?" Kang Yono menghampiri Anugrah. Karena tempat parkir pun sudah tak seramai tadi, hanya tinggal motor para penjual, dan beberapa orang berbelanja.

"Sudah sepi Kang, buat besok lagi saja lah."

Kang Yono hanya mengangguk saja. Dan memperhatikan tangan Anugrah yang sedang memasukan dagangan nya ke dalam tas besar.

"Mbak Fitri, jadi beli nggak ni..." Teriak Anugrah, memanggil Fitri-karyawan Toko Bu Ranti. Yang janji mau beli da la man untuk anak nya, katanya.

"Ya, Nu. Tiga saja." Mbak Fitri keluar, dengan dompet kecil di tangan nya.

"Buruan, udah aku beresin nih. Tinggal ini aja."

Mbak Fitri mengambil tiga dan memberikan uang Lima belas ribu.

"Hehe kok tahu sih Mbak,"

"Tahu lah, kamu kalau lagi transaksi kenceng banget kaya lagi marah marah."

"Hihi," Anugrah tersenyum, malu. Sekencang itukah suaranya.

#Part nya alon alon asal kelakon yaaa gaes😁

(Catatan aja ya, di tempat inyong rujak itu bukan rujak buah yaa, melainakan rujak sayuran matang. Kalau di Jakarta biasanya gado². Jadi kadang si penjual menyediakan rujak matang dan mentah, nah kalau mentah biasanya isinya buah buahan. Seperti ituuuu 😁... )

Gara Gara Sembilan Cabai

Kumandang Adzan Maghrib sudah terdengar, tapi Anugrah masih duduk di depan rumah menghadap jalan, memandangi langit yang mulai berubah warna. Hilir mudik manusia, dari bocah cilik sampai lansia lewat di depan rumahnya menuju Mushola terdekat. Untuk melaksanakan kewajiban nya dengan berjamaah.

"Wis Adzan malah bengong, kesambet ntar... Ayo berangkat!" Teriak Yuni-teman Anugrah, yang sudah memakai mukena atas dan menenteng sajadah dan rok mukena.

"Hah! Ya kamu duluan, nanti aku nyusul." Anugrah buru-buru masuk ke dalam rumah begitu ia sadar dari lamunannya. Menuju kamar mandi guna mengambil air wudhu.

Bapak terlihat sedang memakai peci nya, saat Anugrah keluar dari kamarnya mengambil mukena dan sajadah.

"Ayo Pak," ucap Anugrah sembari memakai mukena nya.

"Ayo." Jawab Bapak Yudi-bapak Anugrah.

Tidak lupa Mamak Yanti di belakang nya, mereka berjalan bersama menuju Mushola. Anugrah berjalan paling belakang sendiri, sembari melihat lihat setiap pemuda yang biasa datang ke Mushola. Ada yang aneh, pikirnya. Satu orang yang biasanya berangkat berjamaah, sore ini tidak terlihat. Dan itu membuatnya bertanya-tanya. Kenapa kah?

Sampai akhirnya ia sampai dan masuk, lalu menggelar sajadah nya di samping Yuni.

Hingga Sholat selesai, dan berganti acara mengaji untuk anak-anak, Anugrah masih setia duduk di sana. Selesai berdoa ia masih mengamati anak anak yang sudah siap untuk mengaji. Dengan di dampingi Mas Syarif.

"Kenapa?" Yuni menyenggol lengan Anugrah, yang dari tadi diam saja. Anugrah hanya menggeleng sebagai jawaban.

Satu persatu orang dewasa pada pulang dulu, ada juga yang duduk di luar mushola menunggu sampai Isya. Ada yang mengaji juga.

"Bu Ranti nggak datang ya Yun?" Tanya Anugrah, matanya masih mengamati anak-anak yang berkumpul dengan Iqra di tangan nya.

"Nggak, tumben ya..."

"He,em."

"Nu..." Panggil Mas Syarif. Anugrah yang sedang tidak fokus hanya melihat sambil menaikan alis.

"Tolong ajari anak-anak ya, aku ada keperluan." Ucap nya.

"Nggak bisa lah Mas, belum pinter."

"Masih jilid satu kok, ya? Tolong." Ucap nya sambil mengatupkan dua tangan nya dan berlalu.

Mata Anugrah mengikuti arah Mas Syarif pergi.

"Ajari kamu sana Yun," ucap Anugrah, tapi ia akhirnya maju dan duduk di depan anak-anak.

Masih ada beberapa ibu ibu disana yang sedang menghafalkan doa-doa yang di ajarkan secara hafalan oleh Bu haji. Yuni akhirnya ikut bergabung di pojokan, dimana ibu ibu duduk selonjoran sembari menghafal. Biasanya yang ikut menghafal adalah orang-orang yang sudah tua dan tidak bisa membaca tulisan Arab.

Anugrah lalu menyuruh anak anak untuk membaca Al-fatihah terlebih dahulu lalu baru memulai membaca iqra nya.

Selesai dengan mengaji satu persatu, akhirnya selesai dan di lanjut dengan Sholat Isya berjamaah, karena waktunya sudah tiba.

Setelah sholat Isya selesai di lakukan, satu persatu orang mulai meninggalkan mushola. Anak-anak berlari berebut pintu untuk keluar, sampai membuat orang tua mereka setengah berteriak karena ulah mereka.

Yang terakhir keluar Anugrah dan Yuni, mereka menggulung sajadah dan mematikan sebagian lampu, juga menutup pintu.

Kini ke-duanya berjalan menuju rumah masing-masing.

"Kenapa ya, keluarga Bu Ranti kok tumben absen nggak ke mushola?" Tanya Anugrah, rupanya dia masih penasaran.

"Nggak tahu, ke masjid kali Nu." Jawab Yuni.

Ya rumah Bu Ranti memang lebih dekat ke Masjid di bandingkan mushola. Karena rumah Bu Ranti ada di pinggir jalan besar, sedang Mushola yang tak jauh dari rumah Anugrah ada di dalam komplek yang harus masuk melewati sebuah gang yang tidak terlalu besar.

🌶️🌶️🌶️🌶️🌶️🌶️🌶️🌶️🌶️

Pagi hari yang seperti biasa, Selepas dari Mushola. Pagi pagi Anugrah yang akrab di panggil Nu itu, akan menyapu dan mengepel lantai, lalu lanjut mencuci pakaian.

Membantu pekerjaan rumah Mamak sudah ia lakukan dari dulu, walaupun Anugrah adalah anak satu-satunya, dan sangat di inginkan kehadirannya oleh Mamak dan Bapak.

Tapi tak membuat Anugrah di manja, apa lagi jadi anak emas. Selain karena keadaan yang memaksa, juga karena orang tua Anugrah yang sudah tua. Jadi tidak mungkin Anugrah membiarkan orangtuanya berkerja keras terus menerus.

Selesai menjemur Nu duduk di samping Mamak yang sedang sarapan.

"Bapak wis mangkat Mak?" Tanya Anugrah.

(Bapak sudah berangkat mak?)

"Wis, macul ning sawaeh Mamake Cantik."

(Sudah, nyangkul di sawahnya Mamanya Cantik.) Jawab Mamak yang sedang menikmati sarapan nya. Nasi dengan lauk tumis daun singkong, ikan asin dan sambal.

"Sarapan disit nek ap lunga."

(Sarapan dulu kalau mau pergi.) Ujar Mamak, sembari berdiri membawa piring nya kearah bak cuci piring. Lalau mencucinya di air yang mengalir dari kran.

Anugrah lalu mengambil piring, dan mengisinya dengan sedikit nasi juga lauk seadanya itu. Dan duduk kembali menikmati sarapan nya.

"Nggak jualan Mak?" Tanya nya, di sela sela makan nya. Makan nasi dengan sayur daun singkong, sambal dan ikan asin memang cocok jika di makan menggunakan tangan tanpa sendok. Seperti yang sedang Anugrah lakukan.

"Enggak. Mamak mau ikut metik timun punya Bu Haji, lumayan nanti. Dapat ongkos dapet timun juga." Jawab Mamak. Begitu selesai mencuci piringnya, ia lalu pergi ke kamarnya.

Anugrah hanya menganggukkan kepalanya, karena ia masih setia menikmati makanan sederhana yang terasa sangat nikmat.

🌶️🌶️🌶️🌶️🌶️🌶️🌶️🌶️🌶️

Kini Anugrah sudah duduk di kursi plastik kesayangannya, di dekat lapak nya. Matanya melihat ke arah Toko di depannya.

"Tumben belum buka, padahal udah jam sembilan." Anugrah berbicara sendiri.

"Nu, tadi aku kerumah tapi sepi banget. Nggak ada orang." Ucap seseorang yang sudah berdiri di hadapan Anugrah.

"Kenapa memangnya Yu?" Tanya Anugrah pada Yu Ninik.

"Ini kurangan dua ribu kemaren," ucap nya sembari menyodorkan uang lima ribu.

Anugrah menerimanya dan memberikan kembalinya.

"Makasih ya." Memang kalau di pikir pikir dua ribu buat apa, tapi bagi Anugrah dua ribu itu benar benar berharga, karena itulah keuntungan nya.

"Belanja apa Yu?" Tanya Anugrah basa-basi.

"Sayur Nu, Nu? Si Kean kenapa sih sampai di bawa ke puskesmas segala?" Tanya Yu Ninik, yang berhasil membuat Anugrah kaget.

"Hah! Aku malah baru tahu, kapan di bawanya?" Tanya balik Anugrah, penasaran.

"Kemaren sore katanya." Jawab Yu Ninik.

Anugrah bertanya-tanya dalam hatinya, "kenapa sampai di bawa ke puskesmas? Pantesan nggak ke Mushola, terus Toko juga nggak buka. Apa jangan-jangan gara-gara sembilan cabai yang aku masukan ke dalam bumbu pecel?"

Hatinya mendadak takut, takut disalahkan.

"Padahal biasanya juga pedas, hanya saja biasanya tujuh, kemaren aku tambahin dua."

..................

.

.

Author : Anu, anu... ck ck ck kelewatan kamu, anak orang kamu bikin sakit. (geleng-geleng kepala dong sama kelakuan Anu.)

Anugrah melotot kesal ke arah Author gegara di panggil Anu. Sambil berkacak pinggang.

Author auto nyrenges, sambil bilang Mlaaayuuuuu eh salah Laaaariiiiii....🏃🏃🏃🏃🏃

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!