NovelToon NovelToon

Obsession Of Love

Awal dari semua kesialan

Alex

Azia

Namaku Azia Mutiara, aku tidak terlahir di keluarga kaya, bahkan aku tidak tahu siapa orang tuaku. Yang aku tahu aku sudah tinggal di pantiasuhan begitu aku menyadari kalau aku hidup di dunia ini. Saat usiaku masih 4 tahun aku di jauhi semua penghuni panti karena mereka berpikir kalau aku di buang karena membawa sial. Hal itu semakin di perkuat saat aku punya satu teman yang seumuran, dia adalah anak yang ceria, baik hati dan sangat cantik, lalu setelah itu tiba-tiba dia diadopsi oleh sepasang suami istri yang baru saja kehilangan anaknya. Pasti kalian berpikir dimana letak kesialannya, ya'kan? Kesialan yang dia alami baru saja di mulai saat dia dan keluarga barunya akan mengingatkan panti, di perjalanan mereka mengalami kecelakaan dan semuanya meninggal termasuk teman kecilku yang baik hati itu. Sampai saat ini rasanya aku masih mengingat suara dan tawanya padahal sudah bertahun-tahun lamanya, setelah kejadian itu tidak ada lagi yang mau bicara denganku, jangankan bicara mereka tidak mau satu kamar denganku. Hal baik dari semua itu adalah aku punya kamar pribadi di tempat yang tidak mungkin mendapatkan kamar pribadi di dunia ini, lalu aku juga mendapatkan seorang donator yang selalu baik padaku. Namanya Pak Arya dan dia adalah seorang pria kaya yang selalu memberikanku buku pelajaran dan juga catatan yang paling lengkap miliknya, dia selalu tersenyum dan bicara ramah kepadaku, dia juga memberiku uang jajan dan juga membiarkan aku sekolah.

Selain Pak Arya ada seorang lagi yang juga memperlakukanku dengan sangat baik yaitu nenekku, tadinya dia merupakan pengurus panti asuhan hingga mendadak dia berhenti dari pekerjaan itu dan memulai bisnis teh miliknya sendiri. Setelah sebulan pergi meninggalkan panti, nenek kembali dan membawaku bersamanya dan setelah hari itu aku pun punya keluarga dan hidup normal seperti orang lain. Di sekolah aku mulai punya banyak teman, meski tadinya aku sedikit takut kalau kesialan yang aku miliki membuat mereka menghilang dari dunia, tapi nenek selalu bilang aku bukan pembawa sial tapi aku adalah keberuntungan yang selalu membawa kebahagian. Setiap kali aku takut melangkah aku selalu mengingat setiap ucapan nenek dan maju dengan percaya diri.

Segalanya berjalan cukup mulus meski dalam beberapa hal membuat aku kesal, misalnya karena sebelum pernah belajar dari buku dan catatan yang di bawa oleh paman Arya, aku jadi bisa menyelesaikan semua pelajaran yang di berikan guru lebih cepat dari murid pada umumnya. Hal itu tidak benar-benar bagus, itu karena guruku yang menyebalkan malah memberikan aku pelajaran yang tidak seharusnya aku pelajari, contohnya ketika aku baru saja masuk sekolah dasar, ketika ujian aku malah di berikan ujian mengenai materi yang seharusnya untuk kelas 3, meski aku bisa menjawabnya dengan sempurna tetap saja itu gak adil banget.

Terlepas dari semua itu aku mendapatkan tawaran mengajar les untuk dua temanku saat kami kelas 5 SD, kebayang gak sih seorang anak menjadi guru les untuk temannya? Aku tidak menganggap diriku seperti guru, aku mengajari mereka karena aku suka mengajar dan belajar dari apa yang aku ajarkan. Aku mendapat uang saku dari semua itu, dan nilai ku tetap yang paling tinggi di kelas, semenjak hari itu aku jadi semakin akrab dengan dua temanku itu. Mereka bernama Fara dan Mia, mereka adalah anak dari pemilik hotel berbintang dan juga pemilik restaurant yang sangat kayak. Mereka tidak hanya teman namun juga keluarga untukku, meski usia mereka sedikit lebih tua dariku, tapi kami seakan tidak bisa dipisahkan.

***

Lupakan tentang masa lalu mari lihat apa yang terjadi saat ini, sekarang aku sudah menjadi seorang siswa SMA di tempat yang sangat populer bersama dua sahabat baikku, Farad an Mia.

“Akhirnya kita sekelas!” Fara datang dengan wajah lega setelah menemui guru untuk mengurus pindah kelasnya.

Beberapa menit yang lalu dia terlihat sangat kesal karena melihat aku dan Mia satu kelas sedangkan dia di kelas yang cukup jauh dari kami.

“Benar-benar luar biasa kekuatan uang” Ucap Mia yang asik ngemil.

“Ya iyalah, siapa juga di dunia ini yang gak mau sama uang, ya’kan?”

“Betul juga, lalu bagaimana sekarang? Kita masuk atau gak?”

“Lima menit lagi lah, Zia!” Fara meski sudah SMA, sifat malas belajar Fara masih tetap sama seperti waktu SD.

“Oke, tapi gak ada tambahan waktu lagi, paham!”

“Baik Bos!” Lalu Fara membeli air dan duduk kembali.

“Geng! Aku denger kalau ada cowok tampan di kelas sebelah, mau lihat gak?”

“Dari mana kamu tahu?” Tanya Mia yang sedikit meragukan berita dari Fara.

“Tadi pas bayar minuman aku denger geng cewek sebelah sana tu, lagi bicara-in soal anak kelas 1-B yang katanya cakep banget”

“Terus?” Aku sangat tidak tertarik dengan hal yang gak berguna dan membuang waktu seperti itu.

“Ayo kita lihat juga!”

“Nope! Kalian udah bilang cuma lima menit lalu kita ke kelas buat belajar sebelum masuk, ya’kan?”

“Ah, Azia gak asik banget!”

“Yaudah kalau gitu aku tunggu di kelas” Lalu aku pergi untuk belajar di kelas tanpa mereka berdua.

Hal yang paling menyebalkan dan sial benar-benar terjadi setelah aku meninggalkan kantin. Saat aku berada di lorong tiba-tiba saja seorang keluar dari UKS dan aku tidak sengaja menabraknya hingga dia terjatuh. Aku langsung membantunya dan meminta maaf, tanpa sadar perbuatan ku itu membawa malapetaka untuk hari-hari tenang ku yang begitu sempurna.

“Apa kamu baik-baik saja?” Tanyaku setelah dia berdiri dengan benar.

“I-iya, kamu kelas mana?”

“Aku kelas 1-A, kalau kamu baik-baik saja aku pergi duluan” Aku langsung pergi dengan terburu-buru karena aku merasa telah membuang waktu hanya karena berdiri dan bicara dengan pria itu.

Andai waktu bisa di ulang aku tidak akan menjawab pertanyaannya dan langsung pergi, tapi apa daya segalanya terlanjur terjadi bak air yang mengalir. Setelah hari itu pria yang entah siapa namanya itu pindah ke kelasku, dan yang paling buruknya adalah dia duduk di sebelahku setelah menyingkirkan teman sebangku ku dengan menggunakan kekejaman uangnya.

“Hai! Kita pernah bertemu di UKS kemaren, apa kamu ingat?” Dia bicara seakan kami sudah sangat akrab, padahal kami bahkan belum saling bertukar nama.

“Apa kita se-akrab itu?” Ucapku dengan nada kesal.

Lalu beberapa gadis datang menghampiri meja kami, dan mengajaknya mengobrol, terlihat jelas semua gadis di kelas itu menyukainya selain aku.

“Azia, sini!” Mia dan Fara memanggilku dari jendela.

Aku langsung pergi setelah melihat mereka, pria itu tadinya hampir menahan ku tapi para gadis pemujanya menyelamatkan diriku dan aku sangat mensyukuri hal itu.

“Kenapa pangeran dari kelas sebelah malah pindah ke kelas kita dan kenapa Sesil pindah bangku?” Mia dan Fara langsung mengintrogasi ku.

“Gak tahu, kalau si Sesil pindah karena di anak sialan itu memberikan dia jam tangan mahal tadi.”

“Oh, sok banget juga tu anak! Terus dia bilang apa sama kamu?”

“Dia sok kenal padahal aku gak ingat pernah lihat dia dimana”

“Wah, kayaknya dia suka deh sama kamu”

“Gak mungkin, aku bukan orang kaya dan juga gak cantik”

“Siapa bilang kamu gak cantik, hah?! Kamu itu sangat cantik, dan pintar tahu! Pokoknya lain kali kami gak mau mendengar penghinaan seperti itu lagi, paham?!” Mia dan Fara terlihat kesal padaku.

“Kenapa kalian yang marah?”

“Karena kamu itu milik kami, adik kami dan gak boleh ada yang menghina kamu termasuk diri kamu sendiri, ingat itu!”

“Betul kata Fara, kamu itu sudah seperti keluarga untuk kami jadi jangan meremehkan diri sendiri lagi, ya sayangku!”

“Baiklah! Kalian memang yang terbaik, bagaimana kalau kita ke kantin?”

Bersambung…

Pria menyebalkan

“Baiklah! Kalian memang yang terbaik, bagaimana kalau kita ke kantin?”

Akhirnya kami pergi ke kantin bertiga karena pelajaran hari itu kosong, itu terjadi karena tiba-tiba saja guru yang masuk malah mengalami kecelakaan sebelum sampai ke sekolah.

“Enaknya makan apa, ya?”

“Gimana kita pesan pizza aja?”

“Boleh tu!”

“Itu melanggar peraturan sekolah!”

“Kita harus menikmati masa-masa SMA tanpa masalah? Ini gak benar tahu, gak seru! Ayo kita membuat masalah dan membuat sejarah yang bisa kita kenang” Mia mulai ngawur dengan pemikirannya yang tidak bisa di tebak olehku.

“Aku setuju” Fara dan Mia terlihat bersemangat dan aku tidak bisa membantah keputusan mereka jika sudah begitu.

Pada akhirnya kami memesan beberapa pizza dengan menyogok penjaga gerbang agar bisa mengizinkan makan itu masuk ke sekolah. Kami menikmati pizza dan melupakan semua beban pikiran yang sedang menumpuk karena pelajaran.

“BTW, papa minta kamu jadi guru les untukku lagi, apa kamu bisa?”

“Fara, kamu tahu sendiri kalau kegiatan sekolah ini cukup padat, aku gak yakin bisa”

“Kalau untuk aku kamu pasti bisa, ya’kan?”

“Mia, itu kan sama saja”

“Ayolah, aku cuma bisa belajar dengan benar kalau kamu yang jadi guru lesnya, please please !!”

“Okelah, tapi cuma untuk kalian aja, ya!”

“Eumm”

Lalu tiba-tiba cowok yang disebut sebagai pangeran itu datang dan menghampiri kami yang sedang asik makan.

“Apa aku boleh gabung?”

“Gak, di sini penuh” Ucapku dingin.

“Masih ada kursi kosong kok!” Lalu tanpa malu dia duduk di sampingku dan hal itu membuatku semakin membencinya.

“Hai semuanya, aku Daniel, kalian pasti Fara dan Mia, ya'kan”

“Wah, dia tahu nama kita” Bisik Fara pada Mia.

“Kedepannya aku akan jadi teman sebangku Azia, mohon bantuannya!”

“Wah, dia sopan banget” Bisik mereka.

“Apaan sih, kayak minta restu buat apa aja kamu ini! Terus kamu tahu nama kami dari mana?” Tanyaku padanya.

“Tentu saja dari data siswa, ayo kita berteman” Ucapnya dengan senyuman yang mencurigakan.

Setelah hari itu aku banyak mendapat kesialan yang tidak pernah ada dalam rencana kehidupan SMA yang sempurna yang dulu selalu aku bayangkan. Daniel terus saja mengikuti ku kemanapun aku pergi bahkan dia juga mencalonkan diri sebagai wakil ketua kelas agar bisa terus berada di dekatku karena aku menjadi ketua kelas waktu itu. Kemanapun aku pergi dia selalu mengikuti dan tersenyum tiap kali aku melirik kearahnya, dia seperti tidak punya urut malu, padahal aku sudah jelas-jelas memperlihatkan kalau aku tidak menyukai keberadaanya.

“Azia, ni aku bawa minuman dan cemilan untuk kamu!”

“Hai, kenapa kamu bawa makanan ke perpustakaan, ini melanggar aturan!”

“Ayolah, kamu jangan jadi siswa yang membosankan dengan terlalu patuh pada aturan. Orang bilang aturan di ciptakan untuk di langgar tahu!”

“Kamu salah! Aturan di buat untuk menciptakan ketertiban, dan berhentilah mengacau!” Lalu aku pergi keluar menuju ke tempat yang jauh dari dia.

Sialnya dia masih saja mengekor, aku benar-benar kesal pada sikapnya yang seperti itu.

“Kenapa kamu terus mengikuti ku sih?”

“Entahlah, mungkin karena aku menyukaimu!”

“Enyahlah, aku ingin belajar!” Bentak ku padanya.

“Hai kalian berdua, kalau ingin bertengkar silahkan di luar! Jangan ribut di perpustakaan, paham” Seorang petugas datang karena mendengar suaraku yang keras karena membentak Daniel.

“Tu, katanya tadi kalau aturan itu harus di patuhi, terus kamu barusa itu kan udah melanggar peraturan jadi, kamu sama dong sama aku” Dia tersenyum setelah membandingkan tindakanku dengan dirinya.

“Ish!” Aku langsung keluar karena kesal pada ucapannya yang benar.

Aku pergi ke kantin menemui Mia dan Fara yang sedang asik mengobrol.

“Kenapa wajah kamu kayak gitu?”

“Pasti habis bertengkar lagi sama si Daniel lah tu!”

“Aku kesal banget sama dia! Aku benci, benci pokoknya benci sama dia! Dia membuat aku kesal di setiap harinya! Kalian harus bantu aku membuat dia menjauhi aku.”

“Aku rasa dia itu suka deh sama kamu”

“Mau suka atau enggak itu gak penting, yang penting sekarang aku ingin kehidupan tenang ku kembali lagi”

“Kalau itu yang kamu mau, kami akan bantu”

Lalu tiba-tiba dia datang dan duduk di sebalah ku, “Apa kamu masih marah?”

Aku menghindari tetap nya dan mengalikan pandanganku darinya.

“Aku minta maaf, jangan marah dong!”

“Aku belikan coklat gimana?”

“Boleh-boleh, beli yang banyak!” Jawab Fara cepat.

“Hai, kamu itu teman aku atau teman dia sih?” Tanyaku kesal pada Fara yang terlihat mendukung Daniel mendekatiku.

Lalu Daniel pergi dan beberapa menit kemudian dia membawa sekantong coklat untuk kami, sebenarnya aku sedang sangat kesal pada dia tapi mau bagaimana, godaan dari coklat itu membuat aku tidak bisa tahan, terlebih dua teman sialan ku malah sengaja memanas-manaskan aku dengan memakan coklat bak sedang mempromosikan produk mereka sendiri, menyebalkan sekali.

“Apa kamu suka?” Tanya nya dengan harapan.

“Eumm” Aku mengangguk karena memang rasa coklatnya sangat enak.

“Aku bertemu dengan wali kelas dan dia mengatakan kalau kita mendapat tugas, tapi aku lupa tugasnya apa, kamu bisa tanya ulang pada dia kalau sudah selesai makannya.”

“APA? tugas?” Lalu aku segera pergi dan meninggalkan coklat yang enak itu karena aku tidak ingin membuang waktu meskipun itu demi coklat terlezat sekalipun, tugas adalah prioritas utamaku.

Alasan aku ingin terus mendapat nilai sempurna karena aku sangat berharap bisa masuk universitas luar negeri yang terbaik dan bekerja di perusahan besar dan membuat nenek tidak perlu bekerja keras lagi karena aku bisa menghidupinya dengan uang yang akan aku hasilkan nantinya. Setelah menemui wali kelas, aku mendapat kertas berisi soal yang harus aku bagikan pada teman-teman sekelas sebelum mata pelajaran di mulai dan harus di kumpulan setelah mata pelajaran berikutnya.

Karena kelasku di sisi oleh anak-anak pintar jadi, tidak ada yang protes meski di beri tugas dadakan. Hal yang paling aku suka adalah saat ada tugas dadakan seperti ini, alasannya sederhana, itu karena semua akan pokus pada satu pekerjaan dan tidak akan ada suara yang mengganggu pikiranku. Walau sebenarnya masih saja terdengar suara dari tiga orang yang paling malas untuk belajar yaitu Mia, Fara, dan yang terakhir adalah si pria sok keren Daniel. Mereka terus aja berisik karena minta jawaban dariku, aku kesal tapi mau bagaimana lagi mereka temanku dan tugas harus segera di kumpulkan. Mereka menyalin semua jawabanku dengan sangat cepat dan ketika bel berbunyi mereka pun selesai, semua tugas di kumpulkan padaku dan aku harus membawanya ke ruang guru sendirian dan itu menyebalkan. Sebagai wakil ketua kelas Daniel hanya lambang saja, dia tidak melakukan apapun sebagai wakil ketua, dia hanya jadi seorang pengamat yang menyebalkan, tidak ada satupun pekerjaan yang dia lakukan dengan benar dan itu semakin membuat aku membecinya.

Bersambung…

Tugas kelompok

Hal yang paling sial saat pembagian kelompok terjadi adalah saat anggota yang satu kelompok denganmu adalah orang-orang yang males bekerja dan selalu mengendalikan orang lain dalam kelompoknya untuk menyelesaikan masalah. Andai orang itu bukan sahabat kamu mungkin hal itu tidak terlalu buruk tapi, bagaiman kalau mereka adalah sahabat dan juga pria menyebalkan sedunia. Saat pelajaran Biologi, ada pembagian kelompok untuk praktek tentang materi klasifikasi makhluk hidup. Harusnya yang namanya kelompok itu saling membantu untuk menyelesaikan makalah dan juga membuat isinya dan presentasi bersama-sama. Tapi beda cerita kalau kamu satu kelompok dengan Mia, Fara, dan Daniel. Saat aku membuat bahan presentasi mereka malah asik sendiri dengan makanan, game, dan film yang mereka suka, aku kesal tapi mau di bilang apa mereka memang selalu begitu.

“Ni, baca bahan untuk presentasi besok, kalau gagal kalian semua akan aku habisi paham!” Aku mengirim bahan ke grup lalu pulang dari rumah Fara.

“Tunggu, biar aku antar saja” Daniel mengejar langkahku.

“Gak usah, mending kamu pelajari saja bahan untuk besok sebelum aku benar-benar membunuhmu!” Ucapku kesal karena dia dari tadi hanya main hp saja padahal aku sudah bersusah payah mencari materi untuk kelompok kami.

Keesokan harinya seperti yang aku duga mereka mengacaukan semua hasil kerja kerasku, aku hanya bisa menangis karena tak tahu harus berkata apa untuk mengatakan pada mereka kalau aku sangat marah dan kesal dengan ulah mereka bertiga. Setelah kelas selesai aku langsung meninggalkan kelas dan pergi ke UKS sendiri, aku menangis cukup lama di sana karena aku merasa sangat gagal dan harapan untuk bisa kuliah di luar negeri hancur total karena ulah mereka.

“Azia, apa kamu di dalam?” Suara Fara yang masuk ke ruang UKS.

“Azia, kami minta maaf soal yang tadi, kami menyesal karena tidak belajar, tolong jangan menangis lagi!”

“Iya, babe, aku janji lain kali akan belajar dengan giat dan tidak akan membuat kamu malu”

“Azia, aku juga minta maaf”

Mereka bertiga terlihat sangat menyesal tapi, aku terlanjur sakit hati karena itu aku tidak berkata apapun saat mereka minta maaf.

“Kami bertiga bersumpah setelah hari ini kami akan belajar dengan giat dan tidak akan membuatmu malu lagi”

Mereka bertiga terlihat cukup serius, dan aku benar-benar tidak bisa berlama-lama marah dengan mereka karena aku sangat menyayangi mereka seperti keluarga sendiri.

“Baiklah, aku maafkan kalian”

Setelah hari itu tidak banyak yang berubah tapi, kami jadi jarang sekelompok karena guru berpikir kalau kami berempat bersama yang terjadi malah kekacauan. Nilai mereka memang sedikit lebih meningkat setiap ulangan dan aku sebagai guru les mereka merasa cukup bangga pada keberhasilan mereka.

Lalu seminggu sebelum ujian semester diadakan sesuatu yang tidak terduga terjadi, Daniel menyatakan cintanya di depan banyak siswa dan membuat keributan. Aku yang waktu itu hanya ingin cepat lulus dengan nilai sempurna tidak pernah berpikir akan berpacaran meskipun sering mendapat surat cinta dari awal mulai sekolah hingga detik itu.

“Azia, aku udah suka sama kamu lama, dan aku pikir mungkin kita bisa mulai pacaran, jika kamu mau”

“Jika aku mau? Euhm, Oke…”

“Jadi kamu setuju jadi pacarku?”

“Gak, aku cuma mau bilang oke kalau gitu aku gak mau jadi pacar kamu! Udah, aku mau ke kantin dulu”

Aku pikir setelah penolakan ku yang seperti itu dia akan berhenti mengekor dan membuat aku memiliki masalah dengan para penggemar sialannya itu. Sayangnya setelah hari itu dia semakin menggila dan terus saja menyatakan cinta padaku di tambah para gadis yang menyukainya malah membully aku.

Saat itu, aku sedang pergi ke toilet dan bertemu dengan geng Anya, geng yang selalu mengejar-ngejar Daniel.

“Woi, cupu!” Panggilnya padaku yang baru keluar dari toilet.

“Siapa? Aku?”

“Siapa lagi, kamu penghuni perpustakaan, sini!”

“Buat apa? Gak penting-penting amat!” Saat akan keluar aku malah di cegat oleh dua orang anak buah Anya.

“Kalian jangan cari ribut lah!”

Lalu Anya menarik rambutku dan menyeret ku menjauhi pintu.

“Woi, sialan! Sok banget pakai acara nolak pangeran kami, hah? Berasa tinggi? Sok hebat!”

“Lepas!” Aku memberontak dan mendorong dia.

“Apa masalah kalian, ini urusanku dan bukan urusan kalian, kalian tidak berhak menghakimi aku seperti ini!”

“Berani melawan?” Lalu dua anak buahnya memegang tanganku dan saat Anya akan menamparku Ibu Intan keluar dari toilet dan melihat hal itu.

“Apa yang kalian lakukan? Kalian bertiga ke ruangan saya sekarang!”

Mereka terpaksa melepaskan aku dan harus ke  ruangan kepala sekolah, setelah itu mereka mendapat teguran keras bahkan orang tua mereka di panggil ke sekolah untuk menyelesaikan perkara itu. Aku cukup beruntung karean Bu Intan sedang kebelat sesaat setelah keluar kelas kami. Kabar aku di bully pun tersebar luar hingga ke telinga Daniel, saat aku sedang membuat tugas di kelas dia menghampiriku dan menanyakan kebenaran berita yang dia dengar.

“Azia, kamu beneran di bully sama anak-anak itu?”

“Iya,” Jawabku singkat.

“Sebaiknya kamu pacaran aja sama aku, dengan begitu aku jamin kalau kamu tidak akan perna di bully lagi, gimana?”

“Emm” Jawabku acuh sambil menyelesaikan tugas untuk besok.

“Jadi kita pacaran sekarang?”

“Emm” Sebenarnya aku tidak peduli dengan apa yang dia ucapkan karena bagitu hal tidak penting.

“Bagus, kalau gitu pakai ini” Daniel memakaikan aku cincin secara tiba-tiba hingga membuat tulisanku jadi tercoret.

“Apaan sih kamu, lihatkan ini tercoret!” Aku terpaksa menulis ulang karena ulahnya.

Dan saat ujian tiba aku menjawab dengan sempurna dan mendapat nilai paling tinggi, hal itu menimbulkan kecurigaan dari guru. Mereka berpikir kalau aku melakukan kecurangan dan meminta aku melakukan ujian ulang di depan mereka semua, dengan soal yang berbeda tapi tingkat kesilitan yang sama aku berhasil menyelesaikan semuanya dengan sempurna. Kecurigaan mereka terbantahkan karena hal itu tapi, hal beruk lainnya terjadi padaku, pelajaran yang aku dapat lebih berat dari teman-temanku lainnya dan ujian berikutnya aku mendapatkan soal yang lebih sulit dari yang lain. Meski kesal tapi aku mulai menikmatinya hingga pengumuman nilai diumumkan, aku mendapat peringkat pertama dan juga menjadi juara umum. Saat masuk semester berikutnya guru-guru sering mintaku menggantikan jam mereka dan aku mendapat pelajaran tambahan, aku juga di daftarkan beberapa lomba, rasanya menyenangkan karena aku merasa selangkah semakin dekat dengan mimpiku.

Mengenai hubunganku dan Daniel, sebenarnya aku tidak terlalu menganggapnya serius tapi Daniel terus saja memperlakukanku sangat istimewa hingga aku tidak bisa mengatakan kebenarannya. Meski dia sedikit berlebihan aku cukup merasa sangat bahagia karena perhatiannya, Fara dan Mia juga mendukung kami berdua, meski sebenarnya aku tahu alasan mereka mendukungku bersama Daniel itu karena sogokan cemilan yang selalu di bawa Daniel untuk kami bertiga.

Bersambung…

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!