Di mohon bagi kalian untuk menulis komentar, kalau bisa pada paragraf yang menurut kalian menarik. Dan juga jangan lupa untuk memberi like Vote hadiah dan komen terima kasih.
Dukungan kalian membuat Author semangat untuk up loh❤❤❤😘😘😘
****
Seorang pria terbangun dari tidurnya, dia melirik ke arah samping dan tak menemukan dimana keberadaan istrinya. Dia menghela nafas lelah ketika menyadari bahwa sang istri sudah berangkat ke kantor.
pria itu beranjak dari tidurnya, dia memasuki kamar mandi untuk bersiap bekerja. Tangannya terulur untuk mengambil handuk dan menaruhnya pada kapstok.
Setelah setengah jam membersihkan dirinya pria itu keluar sambil menggosok kepalanya dengan handuk kecil. Dia terkejut ketika mendengar sebuah dering yang berasal dari ponselnya.
Pria itu mendekati ponselnya yang berada di nakas, tangannya terulur untuk mengambilnya dan melihat siapa yang menelponnya.
"Ada apa dia menghubungiku?" gumamnya. setelah itu dia mengangkat panggilan tersebut.
"Halo?" ucap pria itu.
"Ady! Sampai kapan kau tak pulang hah?! Sudah lebih dari dua tahun kau belum juga pulang! Apa kau tak kasian dengan mamahmu?!" sentak orang yang menelponnya.
Pria itu bernama Adyatma putra Dominic. Dia merupakan seorang Presdir dari Dominic group, tetapi istrinya tak mengetahui statusnya yang sebenarnya karena ia sengaja menutupi identitasnya itu. Yang istrinya tahu jika Adyatma hanyalah seorang pelayan restoran.
"Maaf pah, sebelum kalian membatalkan perjodohan itu aku tidak akan pulang." ujarnya seraya berjalan menuju lemari dan mengambil pakaiannya.
"Perjodohanmu itu sudah di batalkan sejak kamu kabur dari rumah, ini sudah lebih dari dua tahun Ady!" kesal orang yang menelponnya yang tak lain adalah papah dari Ady yang bernama Ethan Dominic.
Ady menghela nafasnya, dia melihat kalender seketika netranya membulat sempurna saat melihat tanggal yang ia lingkari.
"Ini hari anniversary ku dengan Alea," gumamnya.
"Siapa Alea Ady?" heran Ethan.
"Bukan siapa-siapa pah, pah ... Nanti aku telfon lagi." ujarnya dan langsung mematikan telfon itu secara sepihak.
Ady bergegas memakai pakaiannya agar segera menuju tempatnya bekerja saat ini.
***
"Selamat untuk Salsabila Alea Zeinaya, kamu resmi menjadi direktur di perusahaan ini." ucap seorang pria paruh baya sambil menjabat tangan Alea.
Alea tersenyum, setelahnya dia melepaskan jabat tangan itu dan mengucapkan terima kasih pada bosnya dan juga rekan kerjanya.
"Kalau begitu saya kembali keruangan saya," ujar bos Alea yang bernama Ryanto Bagaskara.
Semuanya mengangguk, sementara Alea sedang tersenyum puas menatap hasil yang ia dapatkan saat ini.
"Selamat untuk mu Alea, hah ... Tapi sayang sekali, kau kini menjadi seorang direktur tetapi suamimu hanyalah seorang pelayan cafe ups ... Maaf keceplosan," ujar seorang wanita yang duduk di sebelah Alea.
Semua rekan kerja Alea menertawakannya, yang mana membuat Alea merasa tidak terima.
"Apa maksudmu Keyla? kenapa kau menyudutkan aku seperti ini? Lagi pula apa salahnya bekerja sebagai pelayan, bukankah itu pekerjaan yang halal?" heran Alea.
"Kau itu terlalu naif, lihatlah dirimu Alea. Kau cantik, pintar dan wanita karir. Kau bisa dapat lebih baik dari suamimu itu yang hanya bekerja sebagai pelayan kafe." ujar Keyla memanas-manasi Alea.
Alea tampak berpikir, berbeda dengan seorang wanita yang berada di depan Alea yang menggelengkan kepalanya akibat perkataan Keyla.
Alea beranjak keluar dari ruangan itu sementara wanita yang di depan Alea menghampiri Keyla yang sedang tersenyum puas.
"keyla, kau bisa saja menghancurkan rumah tangga Alea. Kenapa kau berkata seperti itu hah?" kesal wanita tersebut.
"Gak usah naif kamu Mila, kamu tertarik dengan suami Alea kan? Dan ini cara agar kau mendapatkannya. Kau bisa mendekati suami Alea, dan aku merasa senang melihatnya hancur." ujar Kayla sambil menatap Mila dengan licik.
"Aku tidak sepertimu Kayla, tertarik bukan berarti harus merebut. Jangan jadi sampah hanya untuk melalukan hal yang kotor," ujar Mila dan berlalu dari hadapan Keyla.
Keyla tampak mengepalkan tangannya, dia kesal dengan jawaban yang Mila berikan. Ruang rapat itu hanya tersisa dirinya saja, sehingga dia lebih leluasa untuk menunjukkan wajah aslinya.
"Aku tidak akan terima dengan kesuksesanmu Alea, sedari dulu hidupmu selalu bahagia. Berbeda denganku yang selalu dihina dan direndahkan orang bahkan selalu di bandingkan denganmu," gumamnya.
Berbeda dengan Alea, ini wanita itu fokus dengan pekerjaannya. Tetapi ponselnya terus saja berdering yang mana membuatnya kesal.
"Halo, Alea kamu ...,"
"Apa sih mas?! Aku ini lagi sibuk kerja, kenapa kamu terus menelponku?!" bentak Alea.
"Maaf, aku hanya ingin menanyaimu apakah sudah makan siang atau belum. Aku takut maghmu kambuh," ujarnya dengan nada pelan.
Alea yang kesal langsung menutup telponnya secara sepihak, dia adalah orang yang mudah marah hanya karena masalah kecil.
Sedangkan di lain tempat, pria yang tadi menelpon Alea ternyata adalah ady. Dia tersenyum getir ketika mendengar bentakan Alea, padahal dirinya hanya menanyakan makan siang.
"Kau bahkan tak mengingat anniversary kita? Kenapa saat karirmu naik, kau malah semakin menjadi-jadi Alea ... Aku pikir setelah karirmu naik kau akan semakin menghargaiku sebagai seorang suami, ternyata aku salah. Kau semakin menginjak harga diriku, dan kau terus saja menolak untuk memberiku keturunan," ujar Ady.
Ady kembali masuk ke dalam kafe, dia melepas apronnya dan menaruhnya di dekat meja resepsionis.
"Maaf pak Ady, tadi ada seorang pemuda bernama Edgar. Dia memintaku untuk memberi tahumu jika ibunya sakit dan menyuruh bapak beserta istri bapak menjenguknya," ujar Budi seorang pelayan.
Ady bukan hanya sekedar pelayan, tetapi dia adalah pemilik dari kafe tersebut. Dirinya menyembunyikan identitasnya untuk menguji kesabaran sang istri. Tetapi, dia mendapatkan hal yang tidak sesuai ekspetasinya tentang kenyataan bahwa sang istri tak menghargainya sebagai seorang suami.
"Baik, nanti saya akan beri tahu kepada istri saya. Terima kasih atas infonya Budi, dan terima kasih pula kau telah menutupi identitasku dari Edgar." ujar Ady dengan tulus.
Budi mengangguk, dia senang membantu Ady karena menurutnya Ady adalah orang yang baik. Bahkan Ady sering membantunya kala dia membutuhkan bantuan Ady.
Setelah itu Ady keluar dari kafe, dia berniat pulang siang ini karena badannya yang terasa lelah. Semua pekerjaan dia yang lakukan sampai pun pekerjaan rumah.
"Alea, mungkin di tahun kedua pernikahan kita saat ini ... Mungkin sudah saatnya kita memutuskan. Kau lebih mementingkan karirmu atau aku yang harus menurunkan egoku ataukah perpisahan adalah jalan terbaik bagi permasalahan rumah tangga kita." lirih Ady sambil mengambil helmnya.
Ady mengendarai motornya dengan kecepatan sedang, dia sudah tak dapat menahan semuanya lagi. Air matanya jatuh mengingat jika pernikahannya ini harus segera di akhirkan.
"Alea, aku mencintaimu. Sangat mencintaimu, bahkan aku rela kabur dari rumah hanya untuk menikah denganmu. Tetapi, saat karirmu naik ... kau semakin menjadi dan tak menghargaiku sebagai suamimu. Selama ini aku bertahan hanya menjalankan wasiat almarhum ayahmu yang memintaku agar menjagamu, tetapi ... Tampaknya aku tak mampu untuk melakukan itu," ujar Ady dalam hati.
Adyatma hanya seorang manusia biasa, dia akan mundur jika dia lelah. Kesabarannya di uji dengan sikap istrinya yang semena-mena terhadapnya, tapi doa bersyukur seenggaknya dia mengetahui bahwa istrinya hanya memandang seseorang dari identitas dan karirnya saja.
Tak terasa kini motor Adyatma sudah terparkir rapih di depan rumah minimalis. Dia segera masuk kedalam rumahnya dan menuju kamarnya.
Ady menghentikan langkahnya ketika melihat foto pernikahannya dengan Alea. Tak terasa kini air mata Ady kembali menetes.
"Aku harap kau takkan pernah berkata perceraian denganku. ku yakin suatu saat kau pasti bisa kembali seperti dulu, menjadi Alea si perempuan ceria baik dan ramah. Bukan perempuan judes, dan seenaknya. Aku mau kita pertahankan cinta kita dan rumah tangga kita ini." gumam Ady seraya mengelus bingkai itu.
Kini malam sudah semakin larut tetapi Alea belum juga pulang. Ady tetap setia menunggu istrinya pulang di depan rumah mereka, bahkan setiap detik dia melihat jam tangannya untuk melihat waktu.
"Alea mana sih, kok jam segini belum pulang juga," khawatir Ady.
Tak lama terdengar suara mobil memasuki pekarangan rumah, Ady membulatkan matanya ketika melihat Alea yang pulang di antar oleh laki-laki yang ia tak kenal.
"Makasih yah Dion," ujar Alea.
"Sama-sama, gue langsung balik ya. Kapan-kapan kita have fun lagi," ujar pria yang bernama Dion itu setelah itu dia masuk kembali ke mobilnya dan menjauhi pekarangan rumah Alea.
Alea berbalik, dia menatap suaminya yang tengah menatapnya tajam. Tetapi dia tak memperdulikannya dan berjalan masuk rumahnya.
"Alea!" sentak Ady.
Alea berbalik, dia menghela nafasnya ketika Ady menarik tangannya memasuki rumah.
"kenapa sih mas?! Aku capek tau gak?" kesal Alea.
"kamu capek pulang kerja, atau capek senang-senang sama selingkuhan kamu itu?" marah Ady.
"Selingkuhan apa sih mas? Dia itu cuma temanku, gak lebih!" sentak Alea.
PRANG!
Alea terkejut ketika melihat Ady memukul cermin yang berada di dekatnya. Dia juga menatap takut Ady yang menatapnya dengan penuh Amarah.
"SELAMA INI AKU SUDAH SABAR MENGHADAPI SIKAP KAMU YANG KELEWAT BATAS ALEA! PANTAS SAJA KAU TIDAK PERNAH MAU MEMBERIKU ANAK!" bentak Ady.
Alea sontak saja terkejut mendengar bentakan Ady, dia menatap ady tak kalah tajam. Dirinya tidak terima di bentak seperti itu.
"Lebih baik kita cerai saja mas! kita gak cocok dan gak bakal pernah cocok! aku masih ingin melanjutkan karirku, dan menunda punya anak. Tapi kau! kau selalu minta Anak, anak dan anak padaku!" ujar Alea
"Apa? cerai? kau kira pernikahan ini main-main huh? Aku telah berjanji di depan ayahmu untuk menjaga putrinya dan mengajari putrinya, dan sekarang ... bahkan untuk menyiapkan kebutuhanku pun saja kau tak bisa!" marah Ady.
Alea membalikkan tubuhnya, dia melangkahkan kakinya berjalan memasuki kamar. Tetapi suara Ady membuat langkahnya terhenti.
"Jangan sampai karirmu itu membuatmu durhaka pada suamimu sendiri!" sentak Ady dan keluar dari rumah dengan membanting pintu.
Alea terdiam, entah mengapa ada rasa bersalah di dalam dirinya. Netranya menatap pecahan kaca yang terdapat bercak darah.
***
Ady mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi, dia tak perduli lagi dengan angin malam yang menusuk kulitnya.
Sesampainya dia di sebuah rumah, Ady langsung turun dari motornya dan mengetuk pintu rumah tersebut.
Tok!
Tok!
Cklek!
"Loh, bang Putra?" heran seorang remaja laki-laki.
"Abang mau ketemu ibu bisa?" tanya Ady.
"Bisa kak, ayo masuk dulu." Ujar remaja itu sembari memberi Ady Jalan.
Ady memasuki rumah itu, rumah yang menjadi saksi pernikahannya dengan wanita yang ia cintai.
Netranya melihat seorang wanita paru baya yang baru saja keluar kamar sambil berpegangan dengan dinding.
"Loh, ada nak Putra, kok gak bareng Alea?" tanya seorang wanita paru baya itu yang merupakan ibu dari Alea bernama Rose.
Alea dan keluarganya memanggil Ady dengan sebutan putra, memang sejak pertama kali Ady bertemu dengan Alea dia menyebut jika namanya adalah Putra.
Ady tak menjawab, seketika Ady berlutut dan menangis yang mana membuat mertuanya dan juga adik iparnya bingung.
"Nak Putra kenapa?" bingung Rose.
"Hiks ... Maafkan Putra bu, Putra belum bisa jadi suami yang baik untuk putri ibu. Putra lelah dengan perjuangan Putra untuk merubahnya kembali seperti dulu hiks ... Alea kini semakin berulah, dia bahkan suka pulang larut malam dan tak menghargaiku sebagai suami. untuk itu izinkan Putra melepas Alea kembali kedalam keluarga ini, Putra lelah bu." ujar Ady sembari terisak.
Sontak Rose langsung memegangi kepalanya, sehingga Ady dan adik iparnya langsung menahan tubuh Rose.
"Ibu! Ibu kenapa bu," panik Ady.
"Edgar, kita bawa ibu masuk kedalam kamar." pinta Ady kepada adik iparnya yang bernama Edgar.
Edgar mengangguk, dia membantu Ady membawa ibunya ke dalam kamar.
"Mana yang sakit bu?" tanya Ady ketika Rose sudah merebahkan dirinya.
"Bang, sedari kemarin darah tinggi ibu kumat terus. Edgar sudah menelpon kak Alea dan menyuruhnya kesini, tetapi kakak selalu berkata bahwa dirinya sibuk." terang Edgar sembari menatap Ady.
Ady tentu saja terkejut, dia tak habis pikir dengan jalan pikir sang istri. Bagaimana bisa karir membuat wanita itu melupakan keluarganya.
"Kenapa gak di bawa ke rumah sakit?" tanya Ady.
"Ibu gak mau, katanya dia mau kerumah sakit sama kak Alea," jawab Edgar.
"Putra ...," lirih Rose.
Ady segera mendekat, dia mendekatkan telinganya pada bibir Rose yang sepertinya ingin berbicara sesuatu.
"Lepaskan Alea nak, ibu izinkan kamu untuk melepas putri ibu. Kamu pria baik, ibu gak mau kamu terus di siksa dengan pernikahan kalian." ujar Rose dengan nada terbata-bata.
Ady menangis, begitu pula dengan Edgar. Tak lama kemudian mereka melihat Rose yang memejamkan matanya dan tidak kembali membukanya. Bahkan Lengannya sudah lemas yang mana membuat Ady dan Edgar panik.
"Ibu!" panik Edgar.
Ady mengecek denyut nadi Rose, tetapi ia tidak menemukannya. Ady menatap Edgar sembari menggelengkan kepalanya.
"IBU!" sentak Edgar sembari memeluk ibunya.
Ady tak kuasa menahan tangisnya, dia mengambil ponselnya untuk menghubungi Alea tetapi ponselnya tak aktif yang mana membuat Ady bertambah marah.
"Bang hiks ... Ibu bang hiks ...," isak Edgar.
Ady memeluk Edgar menyalurkan kekuatannya untuk remaja berusia 15 tahun itu.
"Maaf kan abang, mungkin jika abang gak dateng ibu masih ada," sesal Ady.
"Gak bang! Ini semua karena kak Alea! dia yang buat ibu jadi begini hiks ... Dia gak pernah mengunjungi ibu bang, bahkan dia tak pernah menelpon ibu hanya untuk sekedar beri kabar hiks ... Ibu kangen dengan kak Alea bang," isak Edgar.
Ady melepaskan pelukan mereka, dia menatap Edgar yang masih menangis.
"Kenapa kau tak pernah bilang pada abang?" tanya Ady.
"Ibu takut bang putra marah dengan kak Alea hiks ... Ibu sangat sayang pada kak Alea bang hiks ... Benar kata ibu, abang lepaskan kak Alea hiks ... Abang orang baik, pasti banyak yang lebih pantas untuk abang." ujar Edgar sambil menghapus air matanya.
Ady terdiam, pikirannya kini berkecamuk karena dua hal. yaitu antara dia mempertahankan pernikahan mereka dan terus berusaha membuat Alea berubah ataukah cukup sampai disini.
"Abang gak usah pedulikan Edgar, sekarang Edgar sudah kerja walaupun hanya menjadi penjaga toko kecil. Yang terpenting abang bahagia," ujar Edgar dengan tulus.
Ady tak tega melihat adik iparnya yang begitu tegar, bahkan di umurnya yang masih 15 tahun Edgar sudah hidup tanpa irang tua dan sudah berpikir dewasa.
"Abang akan membantu mengurusi jenazah ibu dan abang juga akan pulang dam bilang ke kakakmu," ujar Ady.
"Jangan kak," tolak Edgar yang mana membuat Ady bingung.
"Jangan pernah bilang padanya, biar dia menyadari sendiri. Lebih baik kakak mengurus perceraian dengan kak Alea agar kalian segera berpisah," pinta Edgar.
Alea terbangun di pagi hari, dia tak mendapati suaminya di sampingnya. Dia berjalan keluar kamar untuk mencari sang suami, biasanya pagi seperti ini Ady sedang membuat sarapan untuk mereka.
"Mas! mas putra!" panggil Alea.
Alea mengernyit bingung, tak biasanya pagi-pagi seperti ini Ady tidak di rumah. Apa yang pria itu lakukan di pagi hari.
"Astaga! aku lupa jik semalam kami bertengkar hebat dan mas putra keluar entah Kemana." gumam Alea sambil menepuk keningnya.
Alea kembali ke kamarnya untuk mengambil ponselnya, setelah dapat dia segera mencari kontak suaminya dan menelponnya.
Namun, suara dering ponsel suaminya terdengar jelas di telinganya. Alea oun keluar dan mendapati suaminya yang baru saja pulang.
"Akhirnya kamu pulang juga mas, aku mau berangkat ke kantor. Udah telat, kamu tolong urusin jemuran yah," pinta Alea dan mematikan ponselnya.
Saat akan berbalik, Ady malah memanggil istrinya itu.
"Tunggu!" titah Ady.
"Kenapa? aku udah telat ngantor mas!" kesal Alea sambil membalikkan badannya.
Ady mendekat, dia menatap istrinya dengan lekat. Hal itu membuat Alea bingung dengan sikap suaminya ini.
"Maaf, jika selama ini menjadi suamimu aku tidak becus dalam mendidikmu," ujar Ady.
"Maksud mas apa sih?" bingung Alea.
"Jika kau ingin mengajukan surat perpisahan kita ke pengadilan, silahkan aku tidak akan menghalangi. Mungkin kita tidak cocok," ujar Ady.
Saat Alea akan kembali bertanya, Ady beranjak pergi ke kamarnya. Alea pun mengikuti suaminya itu, dia terkejut ketika melihat sang suami yang mengeluarkan kopernya fan memasuki barang-barangnya.
"Kamu mau kemana mas?" heran Alea.
Ady tak menjawab, dia segera menyelesaikan kegiatannya. Setelah itu dia menutup kopernya dan membawanya keluar kamar.
Alea pun berusaha menghalanginya, tapi Ady tetap berjalan menuju pintu rumah. Pria itu keluar membawa kopernya menghiraukan panggilan sang istri.
Alea menatap sendu kepergian Ady, apa yang pria itu lakukan hingga membawa semua barangnya?
"Apa mas Putra berniat menceraikanku?" gumam Alea.
Sementara Ady, dia kini sudah berada di taksi. Dia berusaha untuk tegar, rumah tangganya hancur dan semua usahanya sia-sia. Dia kabur dari rumahnya hanya untuk menikahi Alea, tapi apa yang dirinya dapat? kekecewaan yang Alea berikan untuknya.
Tak berselang lama, taksi itu memasuki sebuah perumahan. Taksi itu berhenti tepat di sebuah rumah yang tampak besar, Ady pun membayar uang taksi dan segera keluar.
Dengan koper di tangan kanannya, Ady menatap bangunan tinggi itu dengan sendu.
"Akhirnya ... aku kembali, awalnya aku ingin kembali dengan istri dan anakku. Tapi ternyata, harapan hanyalah harapan," lirih Ady.
Ady pun melangkahkan kakinya mendekati gerbang, dia memencet bell dan tak lama seorang pria berpakaian satpam membuka gerbang itu.
"Nak Ady?! ya ampun, akhirnya pulang juga!" seru seorang satpam yang bernama Rudi.
"Iya pak, mamah sama papah ada di rumah?" tanya Ady dengan sopan.
Rudi mengangguk, dia membantu membawakan koper Ady. Setelahnya dia mengikuti Ady yang berjalan menuju pintu utama.
Ady mengetuk pintu, tak lama seseorang membukanya. Netra Ady berkaca-kaca menatap seorang wanita paruh baya yang terkejut melihat Kedatangannya.
"Ady ... sayang, kamu pulang nak?" tanya wanita itu dengan suara bergetar.
Ady mengangguk, wanita di depannya memeluknya dengan erat. Ady pun sama, dia sangat merindukan wanita tersebut yang tak lain adalah Amanda Renata Dominic.
"Siapa yang datang mah, Loh ... Ady?!" kaget seorang pria paruh baya yang dia adalah ayah Ady bernama Ethan Dominic.
Ady melepas pelukan mereka, dia beralih memeluk pria paruh baya itu.
"Ady kangen papah," lirih Ady.
Ethan, membalas pelukan sang putra. Anaknya yang selama ini tidak pernah pulang akhirnya pulang dengan sendirinya, tidak dapat di pungkiri jika Ethan sangat merindukan putranya ini.
"Bagaimana kabarmu? kenapa kau terlihat sangat kurus? apa kau tidak makan dengan baik?" tanya Amanda ketika Ady dan Ethan melepas pelukan mereka.
"Mungkin aku selalu merindukan mamah, jadinya aku lalai dalam menjaga kesehatanku." ujar Ady seraya tersenyum tipis.
Amanda menepuk punggung sang anak, air matanya terus saja mengalir tapi dia dengan segera mengusapnya.
"Kau merindukan mamahmu ini tapi kau sangat betah di luaran sana," kesal Amanda.
Ady terkekeh, dia menghapus air mata sang ibu dan merangkulnya. Jika saja Alea tidak seperti ini, tentu dia akan merasa sangat bahagia sekarang. Namun, kepulangannya justru membawa masalah rumah tangganya.
"Ayo kita masuk, kau pasti belum sarapan bukan?" ajak Amanda sambil menggandeng lengan sang anak memasuki rumah mereka.
Ethan tersenyum tipis, sang istri tak lagi murung akibat putra mereka yang pergi.
Sesampainya di ruang makan, beberapa yang sedang asyik sarapan tersentak akibat suara Amanda.
"Lihatlah siapa yang mamah bawa," seru Amanda.
Mereka semua menoleh, terkejut? tentu saja. Seorang remaja pria berlari menerjang tubuh Ady, dia memeluk erat Ady bahkan sampai Ady kesulitan bernafas.
"Razka, lepaskan pelukanmu. Abangmu sulit bernafas!" titah Amanda.
Pria remaja yang berumur 15 tahun yang bernama Razka Dominic itu melepaskan pelukannya, dia menatap dengan penuh rindu pada abangnya ini.
"Kau kemana saja? kau tidak pulang bertahun-tahun, kau tahu? tidak ada yang mengajakku bermain," kesal Razka yang terselip kerinduan.
"Sekarang aku akan selalu menemanimu bermain," bujuk Ady.
"Kau bohong, umurmu sudah tua pasti sebentar lagi kau memiliki istri. Mana bisa menemaniku bermain." ujar Razka sambil mengerucutkan bibirnya kesal.
Ucapan Razka membuat Ady terdiam, dia kembali mengingat pertengkarannya dengan sang istri. Keluarganya tidak ada yang tahu jika dirinya sudah menikah, bahkan sang papah yang selalu menghubunginya pun tak tahu soal ini.
Netra Ady tertuju pada kakak perempuannya, dia tersenyum dan berjalan mendekati sang kakak. Namun, dia mengerutkan keningnya bingung ketika melihat perut sang kakak yang tampak sedikit membesar.
"Apa kakak tidak menjaga pola makan kakak? kenapa perut kaka buncit seperti itu?" heran Ady.
"Hei, kakakmu itu sidah menikah. Makanya pulang!" ujar Ethan.
Ady mendengus kesal, dia memeluk sang kakak dengan singkat. Netranya terjatuh pada sosok laki-laki yang menatapnya dengan datar.
"Kau suami kakakku? si culun itu? bagaimana bisa dia menjadi pria seperti ini?!" kaget Ady.
"Kau benar, dia sudah good looking," kekeh Siska kakak dari Ady.
"Bukan hanya wajahnya kak, tapi sifatnya juga menjadi berubah," ujar Ady.
Percakapan mereka tak berselang lama karena Amanda menyuruh mereka melanjutkan sarapan. Ady pun dengan senang hati memakan masakan rumahan tersebut, ini yang sangat dia rindukan.
Tatapan Amanda jatuh pada tangan Ady, dia mengambil tangan Ady dan mengelusnya. Tangan itu terasa sangat-sangat kasar, dia bingung apakah sang putra sangat bekerja keras? pasti kehidupannya sangat menderita di luar sana.
"Kau sangat pekerja keras, lihat! tanganmu sangat kasar seperti ini," ujar Amanda.
"Aku tidak memiliki uang untuk bertahan hidup, maka dari itu aku harus bekerja," ujar Ady.
Padahal, tangannya kasar akibat bekerja. Seperti mencuci dengan tangan, mengepel, mencuci piring. Semuanya dia yang kerjakan, dia sangat memahami istrinya yang sibuk dengan pekerjaan.
"Tidak, jika kau bekerja tidak mungkin sampai seperti ini. Bahkan kulitmu mengelupas, ini terkena detergen, benar?"
Ady menggeleng, dia menarik tangannya dengan lembut. Senyuman manis terhias di wajahnya, dia tak ingin sang mamah khawatir.
"Jangan berbohong Ady, kau tidak bisa terkena detergen. Bahkan bajumu selalu pembantu kita yang cucikan," ujar Amanda.
"Sayang sudahlah, dia hidup di luaran sana tanpa membawa fasilitas dari kita. Jelas saja dia harus mencuci bajunya sendiri," ujar Ethan.
Amanda akhirnya percaya, dia kembali memakan sarapannya sambil sesekali melihat sang anak yang fokus dengan sarapannya.
Jangan lupa like, komen dan hadiah❤❤❤
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!