"sayang, bangun sudah pagi bukannya kau kuliah pagi? cepat kau nanti akan terlambat." teriak seorang ibu yang tengah berusaha membangunkan putrinya yang masih bergelung dengan selimut tebal.
Tangan wanita paruh baya tersebut masih terus menggedor pintu kamar, hingga pemilik kamar tersebut terusik.
"ya ma, Nay sudah bangun." teriak gadis tersebut membuat sang ibu pergi setelah mendengar teriakan sang putri.
Naya Sekar Pradipta, umur 22 tahun. Dia sedang berkuliah. Naya gadis cantik yang di kagumi oleh banyak pria. Namun Naya sulit di taklukan. Membuat para pria di kampusnya semakin gencar mengambil hatinya.
"masih jam 6 tapi suaranya sudah mengglegar." gerutu Naya sambil berdiri dengan menggaruk kepalanya.
Ia dengan gontai melangkah menuju kamar mandi, 30 menit ia sudah siap menenteng tas dan maraih kunci mobil miliknya. Naya berjalan keluar kamar menuruni anak tangga.
"morning kedua orang tua kesayangan Naya." ucap Naya sambil mengecup pipi kedua orang tuanya.
Naya duduk di kursi samping papa nya berhadapan dengan mama nya.
"papa, sepertinya papa membuat mood mama berantakan?" tanya Naya sambil mengoles roti dengan selai kacang kesuakannya.
"papa tidak berbuat apa apa? sekembali dari kamar mu mama menjadi murung." jelas Pak Gugus Pradipta dengan manahan tawanya.
"mama? katakan pada Naya siapa yang membuat mood mama hancur pagi pagi ini." ucapnya tanpa dosa membuat mama nya hanya mendengur.
"ayolah maa, jangan seperti anak kecil. Mama sudah punya putri cantik seperti ini tapi masih saja merajuk." ucap Naya sambil mengunyah rotinya. Sementara Pak Gugus hanya tersenyum menggeleng.
"drama apalagi Tuhan." gerutu Pak Gugus.
"sayang, mama kesal karena kamu susah di bangunkan sampai tangan mama memerah akibat menggedor pintu kamarmu terlalu keras sayang." bisik Pak Gugus pada putrinya sambil melirik istrinya.
Naya menutup mulutnya terkejut.
"apa itu benar ma? ouhh maafkan pintu kamar Naya ya ma. Oke mulai besok papa harus mengganti pintu kamar Naya yang mahal agar tangan mama tidak sakit saat menggedor pintu kamar Naya dengan keras." ucap Naya sambil meraih tas dan berlari tanpa berpamitan pada kedua orang tuanya.
"Nayaaaaaaa!" teriak Bu Ria saat mendengar ucapan putri semata wayangnya.
"lihat tuh pa anakmu, dia selalu menggodaku. Membuat kesal saja sama seperti papa." omel bu Ria dengan gelengan kepala.
"lo kenapa papa yang salah? sudah lah ma dia putri kiat buah cinta kita." ucap Pak Gugus sambil mengusap punggung tangan istrinya. Bu Ria hanya menghela nafas.
Dering ponsel Pak Gugus terdengar nyaring membuat si empunya segera melihat gawai miliknya.
"pasti anakmu." ucap Bu Ria.
"siapa lagi, dia lupa berpamitan." ucap lelaki paruh baya dengan tawanya dan langsung menggeser tanda hijau.
"assallamualaikum sayang." ucap salam Pak Gugus pada putrinya. Gawai tersebut menampilkan wajah cantik putrinya yang tengah tertawa.
"jangan ketawa ya kamu Nay." omel bu Ria.
"pa? apa jurus mu meluluhkan mama sudah tidak ampuh lagi?" goda putrinya.
"sayang." ucap Pak Gugus.
"oke oke pa, papa mama ku sayang aku lupa berpamitan tadi, sekarang aku akan pergi kuliah restui putri cantikmu ini yang akan menimba ilmu."
"ya sayang hati hati di jalan dan belajar yang baik." ucap Pak Gugus .
"ya pa, mama i love you." ucap Naya agar mama nya tidak marah lagi.
"i love you more,sayang." ucap Bu Ria sambil berkaca kaca.
"bye, assallamualaikum."
"waalikumsallam."
Setelah menutup sambungan video, Pak Gugus berpamitan kepada istrinya untuk ke kantor.
"baiklah papa juga berangkat dulu, mama hati hati di rumah."
"papa juga hati hati di jalan."
"pasti." Pak Gugus mengecup kening istrinya dengan sayang.
"assallamualaikum."
"waalaikumsallam."
...----------------...
Sampai di gerbang kampus Naya menuju parkiran untuk memarkir mobil miliknya. Ia keluar dari mobil seketika para laki laki di kampus menatap Naya tanpa berkedip.
"Nay." panggil Inggit teman sekaligus sahabat Naya.
"baru nyampek?" tanya Naya saat melihat temannya mengahmpirinya.
"iya, lo juga?" Naya mengangguk.
"masuk kelas yuk." Naya mengangguk.
Inggit dan Naya masuk kelas , saat berjalan tak henti hentinya para laki laki memanggil nama Naya dan Inggit.
Sampai di kelas, Naya melihat salah satu temannya lagi sedang bermain ponsel.
"chel." panggil Naya.
"Naya, Inggit."
"tugas lo udah?" tanya Inggit pada Naya dan Michel.
"sudah, lo pasti belum?" tanya Michel menebak.
"songong lu, gue juga udah."
"nanti pulang ngampus ke mall yuk?" ajak Michel.
"oke." ucap Naya dan Inggit serempak.
Tak berapa lama dosen masuk kelas, kelas mereka pun di mulai.
Seperti yang di ucapakan tadi, Naya,Inggit,dan Michel keluar kelas menuju ke area parkiran semua mata tertuju pada tiga sekawan yang terkenal cantik. Namun tak ada seorang pun dari para lelaki yang mampu memikat tiga sekawan tersebut.
"Nay." panggil seorang laki laki . Tiga sekawan oun menoleh kebelakang.
"ya." ucap Naya terlihat jengah.
"gue mau ngomong sama lo." ucap laki laki tersebut. Ketiga gadis tersebut hanya memandang.
"apa yang mau lo omongin Ka? lo udah tau kan kalau gue gak suka sama lo?"
"tapi Nay."
"ka, please gue disini mau fokus belajar bukan fokus cari gandengan." jelas Naya membuat Aska memelemah.
Aska pria popular di kampusnya,namun ketiga gadis tersebut tak pernah tertarik dengan Aska. Karena merka tau Aska hanya main main. Dan para gadis tersebut tidak menyukai pria seperti Aska.
"dan untuk kalian semua, kalian disini bukannya belajar bukan? jadian aku mohon mulai sekarang jika kami bertiga lewat di depan kalian jangan teriak teriak seperti fans bertemu idola. kami dan kalian itu sama tidak ada bedanya, dengan tingah kalian seperti ini membuat kita tidak nyaman." teriak Naya diangguki kedua temannya.
Naya kembali menatap wajah Aska sambil tersenyum, tanpa beucap Naya dan kedua temannya pergi menuju parkiran. Mereka masuk ke mobil masing2 dan menuju ke pusat perbelanjaan.
Sampai di dalam pusat perbelanjaan, Ketiganya berjalan berdampingan.
"makan yuk,laper gue." ajak Inggit.
"yuk,sama gue juga. Lo tau gue cuma makan selembar roti karena gue buru buru." ucap Naya sambil tertawa.
"pasti lo ngerjain tante lagi kan?" tebal Michel membuat ketiganya kembali tertawa Nyaring.
Sampai di resto dalam pusat perbelanjaan, Ketiganya memesan menu kesuakan masing. Sambil menunggu mereka berbincang dengan asik.
"gue salut sama lo Nay." ucap Michel.
"kenapa?" tanya Naya.
"lo tadi teriak kaya gitu lo Nyampaiin unek unek kita yang lama kita pendam, dengan anak anak kampus seperti itu ke kita membuat gue gak nyaman." jelas Inggit di angguki Michel.
"yaaa dan sekarang mereka gak akan kaya gitu lagi, dan kita akan di perlakukan sama tidak istimewa." ucap Naya di angguki kedua temannya.
Tak selang lama, pesanan meraka datang dan langsung menyantap makan siang mereka.
Selesai makan, mereka kembali berkeliling. Ketiganya menenteng paper bag berisi belanjaan masing masing.
"pulang yuk." ajak Naya.
"yuk, capek juga." keluh Michel
Ketiganya berjalan keluar mall sambil bergurau.
Brukkkk.
"awwww." ringis Naya.
"Nay." teriak Inggit dan Michel.
Naya menatap keatas kearah seseorang yang telah menabraknya.
"bis.." saat akan memaki Naya mengurungkan niatnya.
"Tuhan, apakah ini mimpi bertemu pangeran pujaan hati. Apakah aku membuat kebaikan hingga kau pertemukan aku dengan pangeranku." gerutu Naya yang masih bisa di dengan dengan kedua sahabatnya dan laki laki yang tengah berdiri di depanya.
"apa kalian bisa berdiri sendiri atau perlu ku panggilkan ambulance?" tanya laki laki yang telah manabrak Naya.
Inggit dan Michel langsung mengangkat tubuh Naya.
"ayo Nay." bisik Michel. Naya berdiri dan masih menatap laki laki tersebut. Inggit mencoba menggoyangkan tubuh Naya.
"kayanya Naya mulai sakit deh." bisik Inggit pada Michel membuat Michel melotot.
"halo, aku Naya." ucap Naya menyodorkan tangan nya pada pria matang di deoan nya.
"maaf sepertinya temanmu memiliki masalah." ucap pria tersebut kepada Inggit dan Michel.
"maaf om saya akan mengurusnya." ucap Michel.
Pria tersebut mengangguk dan pergi meninggalkan ketiga gadis tersebut .
"Naya, lo kenapa?"
"idaman gue Nggit,Chel." teriak Naya kegirangan.
"mana?"
"itu tadi." tunjuk Naya.
"pantesnya jadi om kita Nay." ucap Michel geleng kepala.
"gue harus cari tau nantinya, semoga kita di pertemukan lagi." ucap Naya sambil berlalu meninggalkan kedua temannya yang melongo mendengar gumaman Naya.
Mobil merah milik Naya tengah terparkir di halaman rumah. Naya keluar dengan menenteng paper bag dengan tengah sumringah. Dengan langkah semangat 45 Naya masuk kedalam rumah.
"Assallamualaikum, ma!" teriak Naya menggelegar.
"waallaikumsallam, Nay ini rumah bukan hutan." omel mama Naya.
"issh mama, coba deh mama perhatikan , Naya terlihat bahagia bukan?" ucap Naya antusias.
"biasa saja, perasaan setiap pulang ngampus kamu gini gini aja." ucapnya datar.
"ishh mama." kesal Naya dengan memoncongkan bibirnya.
"sudah ah, mama mau buat kue." bu Ria meninggalkan Naya.
"ishh mama, Nay belum selesai curhat nya." protes Naya.
"kalau belum selesai, setelah kamu mandi dan ganti baju. Kamu susul mama ke dapur curhat sepuasmu sekalian bantuin mama." ucap Bu Ria .
"issshhh mama gitu amat sama anaknya." Naya pergi menuju kamarnya . Sementara Bu Rua tertawa di dapur saat membayangkan reaksi putrinya.
Sampai di kamar Naya memandang wajahnya dan menyentuh dadanya.
"Ya Tuhan, Pria matang tadi bikin aku jantungan." gumam Naya.
"aaaaa, Tuhan pertemukan Naya dengan Pria tadi Tuhan. Naya merasa dia adalah jodoh yang Engkau turunkan untuk Naya." teriak Naya sambil menengadakan tangannya.
Tanpa mandi dan mengganti baju, Naya menemui sang mama di dapur.
"Nay gak ganti juga kamu? kamu sudah gede Nay, masa masih mau mama ingetin lagi?" protes Bu Ria.
"Nay masih gak mau ganti baju ma."
"kenapa?" tanya bu Ria bingung.
"mama tau tadi Nay habis ke mall, dan pas mau pulang Nay gak sengaja tabrakan sama Pria matang dan Ganteng ma! uhhh meleleh Nay Ma." jelas Naya.
Bu Ria menyentuh kening putrinya sambil geleng geleng kepala.
"Nay." panggil bu Ria.
"iya ma?"
"kayaknya papa harus cari dokter spesialis buat penyakit kamu deh."
"mama aku serius." protes Naya.
"mama juga."
"ma." rengek Naya.
"hmmmm."
"mama ihh, anaknya curhat tetep aja gak mau dengerin malah sibuk sama kue."
"iya iya mama dengerin." Bu Ria menghentikan aktifitasnya dan duduk di depan putrinya.
"udah sok, ayo cerita." lanjut bu Ria.
Namun bukan malah bercerita Naya sibuk senyum senyum sendiri sambil melipat kedua tangannya diatas meja.
"Nay, kok malah senyum senyum gak jelas sih?" protes Bu Ria.
"ma." panggil Naya.
"apa?"
"seumpama Naya punya pacar kira kira boleh nggak ya?" tanya Naya terlihat serius.
"ppffffttt, ahahahahaha." tawa bu Ria langsung pecah membuat putri nya terlihat bingung.
"ihh mama kok ketawa sih."
"kamu mau pacaran? Naya Naya kamu saja apa apa masih mama, kuliah aja masih mama yang bangunin. Kok mau pacaran." ejek bu Ria.
"ihh mama, jangan salah putri cantikmu ini banyak yang naksir di kampus." bela Naya pada dirinya sendiri.
"mama gak peduli. Yang mama tau putri cantik mama ini masih tetap pemalas." ejek bu Ria sambil berjalan menuju pantry.
"ihh mama Nay serius, Nay suka sama pria tadi Ma." jelas Naya mengikuti langkah mama nya.
"ihhh kenapa sih ngikutin mama mulu." protes bu Ria menahan tawanya.
"bolehin dulu baru Nay pergi." rengek Naya .
"mana pernah mama nglerang kamu, kalau kamu bisa jaga diri,jaga kehormatan kamu mama gak masalah kamu pacaran. Tapi kalau kamu gak bisa jaga semua itu mama akan larang kamu pacaran dan bakal mama kurung."
"isshhh mama gitu banget, kalau aku mama kurung trus aku lumutan dan jadi jelek gimana? Mama kan yang malu?"
"enggak, mama malu kalau kamu buat malu mama sama papa? contoh nih hamil di luar nikah. Tuh mama bakal malu." tutur bu Ria.
"ihh mama amit amit, Insyaallah Naya bakal jaga diri Naya Ma." ujar Naya dengan tulus.
"hmmm, memang siapa pacar kamu?" tanya Bu Ria sambil mengeluarkan kue dari oven.
"belum pacar sih ma tapi akan jadi pacar."
"ohh, lalu siapa namanya trus dimana rumahnya?" tanya bu Ria lagi.
"belum tau, ini mau akan cari tau."
"ha maksud kamu? kamu ijin di bolehin pacaran tapi kamu gak tau siapa nama pacar kamu?"
"udah ah mama kapan kapan Naya ceritain, aku mau istirahat dulu."
"Nay." teriak Bu Ria saat putrinya meninggalkannya .
"dasar anak itu." gerutu Bu Ria.
Malam di hari di sela makan malam, Pak Gugus sedikit gelisah seperti ada yang ingin di sampaikan kepada putrinya. Bu Ria yang melihat gelagat pak Gugus hanya mengedipkan mata seolah ia paham dengan apa yang terjadi kepada suaminya.
"ekheeeem." suara dehem milik kepala keluarga tersebut mampu membuat sang putri menoleh sekilas.
"bicaralah pa, tidak perlu ragu." ucap Naya yang masih foku dengan suapan suapan di mulutnya.
"Nay."
"hmmm."
"papa dan mama..." ucap Pak Gugus menjeda kalimat nya.
"mau keluar Negri lagi dan kamu di rumah dengan mbak Murni dan pak deden." lanjut Naya tanpa menoleh sedikit pun.
"sayang." ucap Bu Ria lirih.
"aku tau ma, ini semua demi aku kan? papa dan mama keluar negri . Dan papa ada proyek disana?" lanjut Naya lagi.
"sayang, jangan begitu. Mengertilah ini demi.."
"demi perusahaan dan demi masa depan aku biar aku tercukupi. Bukan begitu pa? Coba papa dan mama fikir kalian meninggalkan putri kalian demi perusahaan di luar Negri, kalian pulang 1 minggu dan kembali lagi." ucap Naya setelah memotong pembicaraan papa nya.
"Nay ." ucap Pak Gugus lembut namun penuh penekanan.
"pergilah, Nay tidak akan keberatan." Naya berdiri meninggalkan orang tuanya dan makanannya yang masih separuh di piring.
"Nay, habiskan makanmu nak." panggil Bu Ria. Gadis tersebut tak menggubris panggilan ibunya.
"dia marah lagi ma." keluh Pak Gugus.
"yang sabar, sifat Naya memang begitu pa. Di maklumin saja." tutur bu Ria menenangkan suaminya.
Sedangkan di kamar queen size, Naya tengah duduk di tepi ranjang dengan meremas pinggir seprai. Gadis tersebut bergumam sendiri sambil mengumpat .
"andai kalian tau jika aku masih butuh kalian, aku punya orang tuan tapi tidak seperti memiliki orang tua." gumam Naya.
" bahkan aku iri dengan yang lain disaat mereka setiap hari dan setiap pulang kuliah bisa bercerita panjang lebar dengan ibunya, sedangkan aku hanya berdiam diri di dalam kamar." gumamnya lagi.
"tauuu ahh bodo amat." Naya bersiap untuk tidur berharap kekesalannya menghilang saat ia bangun di esok pagi.
Saat akan memejamkan mata, bunyi ponsel berdering. Dengan malas ia melihat layar ponsel tersebut sebuah grub chat miliknya dan kedua sahabatnya.
*udah pada tidur belum? (Michel)
mau tidur tapi ponsel gue bunyi , ada apa? (Naya*)
*Inggit mana? (Michel)
tau tuh anak, biasanya dia yang pertama balas chat grub (Naya)
Lagi panggilan video sama cem cem annya pasti tuh anak (Michel)
Mungkin, udah ah gue mau tidur (Naya)
Astagfirrullah Nay, lo tega (Michel)
😴 (Naya*)
Setelah selesai membalas chat grub, Naya menarik selimut dan tak lupa membaca doa lalu mulai menyelami dunia kapuk.
Pagi hari sepasang suami istri tengah bersiap untuk keberangkatannya ke luar negri. Sementara sang putri masih berada di dalam kamar , kedua orang tua tersebut selalu menghela nafas, ia tahu putrinya tidak akan pernah mau menemuinya sebelum berangkat . Beliau selalu meminta sang asisten rumah tangga untuk menjaga dan mengawasi Naya. Saat berada di Luar Negri sang assisten rumah tangganya lah yang mengambil alih semua tanggung jawab mengurus gadis canti tersebut.
"mbak Murni titip Nay ya, kalau Nay ada apa apa mbak Murni kabari saya." perintah sang manjikan perempuan.
"Iya bu, ibu sama bapak hati hati di jalan." ucap mbak Murni di angguki Pak Gugus dan Bu Ria.
Bebeapa saat mobil yang di tumpangi kedua suami istri tersebut menjauh dari rumah besar dan keluar gerbang. Barulah Naya mulai menuruni tangga
"mbak Naya sudah bangun?" tanya mbak Murni.
"sudah mbak, siapin sarapan ya mbak." ucapnya dengan nada malas.
"mau sarapan apa mbak? nanti saya buatin."
"nasi goreng aja mbak , biar kenyang pas ada kelas." mbak Murni mengangguk dan mulai menuju pantry untuk memasak. Sementara Naya memilih duduk di meja makan dan meletakkan kepalanya di atas meja makan.
"mbak Murni." panggil Naya setalah lama diam.
"iya mbak, mau saya buatin apa?" tanyanya sambil menyodorkan Nasi goreng.
"sudah matang?" tanyanya sambi menatap nasi goreng tersebut dengan mata berbinar. Di angguki mbak Murni.
"mbak duduk deh,sarapan sama aku yuk temenin." pinta Naya.
"mbak duduk aja, nanti aja mbak sarapannya. Mbak Naya mau tanya apa?" tanya asisten tersebut sambil memandang putri majikannya yang tengah manikmati nasi gorengnya.
"tanyain ke ibunya mbak Murni dong, butuh ngadopsi putri lagi nggak?" tanya Naya asal.
"memangnya ada yang butuh bantuan mbak? kenapa gak minta bapak sama ibu saja kan secara orang tua mbak Naya mapan pasti sanggup buat ngadopsi anak ." tutur mbak Murni.
"orang yang minta diadopsi aku ."
"bbbhaahahahahaha mbak Naya mau di adopsi sama ibu ku? gak salah mbak? kami cuma orang miskin mbak." gelak tawa mbak Murni membuat Naya memanyunkan bibirnya.
"ihhh aku serius mbak, aku butuh orang tua yang benar benar orang tua." ucapan Naya lirih membuat mbak Murni menghentikan tawanya.
"kenapa? bukannya mama papa mbk juga orang tua?"
"apa pantas dia dikatakan orang tua mbak. Sedari kecil mbak tau kan aku di asuh sama mak Tin ibunya mbak Murni trus setelah mbak Murni gantiin mak Tin aku di temenin mbak Murni. Orang tuaku hanya ada di sampingku sebentar , seminggu di rumah sebulannya di luar negri." keluh Naya membuat mbk Murni tenyuh.
Mak Tin adalah ibu dari mbak Murni sang asisten yang selalu menjaga Naya. Waktu Naya sudah bisa di tinggal bersama mak Tin, Naya di tinggal mama papanya ke luar negri untu bisinis. Hingga Naya beranjak besar. Terkadang ketika kedua orang tua Naya pulang, Naya selalu meminta di manja. Dan membuat ulah untuk sekedar mendapat perhatian. Murni lebih tua 4 tahun dari Naya, dan Naya selalu menganggap Murni kakak perempuannya.
"jangan sedih mbak, bapak sama ibu begini karena pingin membahagiakan mbak Naya. Biar bisa ngasih yang terbaik buat mbak Naya. Bukannya mbak Naya sudah 22 tahun, seharusnya bisa memahami pekerjaan bapak dan tugas ibu karena selalu ikut bapak." jelas mbak Murni dengan hati hati.
"tapi mbak, aku juga butuh orang tuaku. Saat aku mengajak bercerita mama, mama selalu tak menganggapku." keluh Naya.
"itu salah mbak Naya, pas ibu repot saja diajak curhat kalau ibu sedang santai di rumah mbak Naya tinggal ke mall sama teman mbak Naya." tutur mbak Murni sambil tersenyum
"ihhh mbak Murni kok malak salahin Nay sih?" Naya cemberut .
" sudah ah, cepat di habiskan mbak sarapannya nanti telat loh." mbak Murni beranjak dari duduknya.
"mbak Murni mau kemana?" tanya Naya.
"Mau lanjut kerja dulu, nanti sepulang mbak dari kampus kita lanjutin curhatnya mbak Naya." jelas mbak Murni sambil mengedipkan matanya.
"oke." ucap Naya kembali menyuapkan nasi goreng yang hanya tinggal 1 sendok.
Setelah selesai sarapan, Naya meraih mini ransel miliknya . Tak lupa meraih kunci mobil.
"mbak Murni aku berangkat ya?" teriak Naya .
"iya mbak hati hati di jalan." ucap mbak Murni sambil berlari kecil.
Didalam mini cooper berwarna merah, Naya tengah tak bersenandung denagn kaca mata bertengger menutupi kedua matanya. Saat berada di jalan yang tak begitu ramai tiba tiba ia merasa mini cooper miliknya tidak normal seperti biasanya.
"please, gak lucu kalau ada masalah diarea sini." gerutu Naya sambil meminggirkan kuda besi miliknya.
Naya cepat memngcek ban mobil miliknya dan..
"shiiit," umpat Naya. Dengan tak berperasaan ia menendang ban mobil.
dugghh
"arggghhh, sial malah gue kena batunya." gumamnya sambil mengangkat kakinya yang sakit.
"Ya Tuhan, bagaimana ini. Andai aku bisa merangkap menajdi montir aku tidak akan kesusahan seperti ini. Ya Tuhan beri dewa penolong untukku. Setidaknya untuk saat ini." teriak Naya berteriak sambil mendongak ke atas.
Naya clingak clinguk menoleh kearah jalan dan berharap bertemu seseorang yang bisa di mintai pertolongan.
Dan senyumnya mengembang kala dari kejauhan terlihat mobil hitam yang akan melintas. Dengan cekatan Naya berlari ketengah jalan sambil melambaikan tanganya.
"help me please!" teriak Naya.
Mobil hitam tersebut berhenti di depan Naya, sang pemlik mobil keluar dengan wajah angkuhnya. Seketika tubuh Naya menengang dengan mata membulat.
"ada apa nona?" tanya pria pemilik mobil tersebut sembari melepas kacamatanya.
"oucchh,sarapan keduaku. Menikmati sinar matahari pagi dengan ketampanan yang tiada tara.Dia benar benar dewa penolongku" batin Naya.
Lamunanya buyar ketika pria ersebut menjentikan jari berulang kali di depan wajah Naya.
"ahh maaf." ucap Naya menetralkan degub jantungnya.
"mobilku ban nya kempes,dan aku harus kuliah bisa kah anda membantu saya ..." ucapnya menggantung.
"ada dongkrak dan ban lain? aku akan menggantinya." tanya pria tersebut.
"ohh ada di belakang."Naya menunjukkan dongkrak dan ban tersebut. Pria tersebut langsung meraih dongkrak dan mulai menggantinya.
Sekitar beberapa menit, pria tersebut sudah selesai mengganti ban dan mengembalikan alat pada tempatnya.
" mmmm, terimakasih kau sudah membatuku. Aku Naya, bisa aku meminta nomor ponselmu. Aku akan mentraktirmu makan sebagai ucapan terima kasihku." ucap Naya ragu.
"tidak perlu,maaf aku buru buru." tanpa memberitau namanya pria tersebut memasuki mobilnya dan melaju meninggalkan Naya yang tengah mematung.
"haaa." Naya tersadar saat mobil tersebut mulai menjauh.
"Tuhan apa dia memang jodohku? tapi kenapa dingin sekali sikapnya? Jika benar dia jodohku pertemukanlah setiap hari dengaku . Aku harap kau berpihak padaku." ucap Naya kembali menengadah.
"Astaga, aku pasti terlamabat." Naya berlari memasuku mini coopernya dan mulai melesat menuju kampus. Sambil menerutuki kebodohannya karena berdiam mengingat ketampanan pria asing tersebut.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!