NovelToon NovelToon

Terjerat Cinta Sekretaris Marisa

Bab 1

Lucas Davison baru saja diangkat menjadi seorang CEO di perusahaan besar Hanju group. "Hahahah, mama sangat bangga sama kamu Lucas, sekarang kamu sudah menjadi seorang CEO" tawa Isabella menepuk lengannya.

"Terima kasih ma. Itu semua berkat kakek yang sudah mau memberikan Lucas jabatan ini".

"Iya sayang, kamu harus berterima kasih kepada kakek mu. Mama yakin kamu pasti bisa menangani perusahaan itu dengan baik".

"Selamat Lucas. Aku tidak nyangka kamu akan menjadi yang pertama mendapatkan jabatan itu" ucap Dilan memberinya selamat.

"Terima kasih Dilan, maaf aku duluan mendapatkan jabatan ini".

"Tidak apa-apa, aku akan lebih berusaha lagi memenangkan hati kakek".

Sedangkan kedua orang tua Dilan masih belum rela mendengar kalau saja jabatan tersebut berhasil jatuh ditangan Lucas yang notabennya putra mereka masih saja tetap di posisi yang sama sejak Dilan bergabung di Hanju group. "Pa, ini tidak adil. Bagaimana bisa Lucas duluan mendapatkan jabatan itu dari pada Dilan? padahal Dilan yang lebih dahulu bergabung di perusahaan kita" ujar Vina.

"Sudah. Lucas lebih berhak mendapatkan jawaban itu dari pada Dilan" jawab Mateo.

"Pa..!" bentak Vina marah.

"Oho.. Apa kamu baru saja membentak papa?".

"Tapi ini tidak adil pa, ini tidak adil. Pokoknya Vina tidak akan terima kalau Dilan masih saja di jabatannya sebagai direktur Adm. Papa juga harus memberikan posisi yang bagus untuk Dilan, sama halnya seperti Lucas".

"Ma, sudah ma" ucap Carlos ayahnya Dilan.

"Mama enggak terima pa".

Kemudian Dilan melihatnya, "Cukup ma, tolong jangan merendahkan harga diri Dilan di depan semuanya".

"Ah" kesal Vina menghempaskan tangan Carlos. Sedangkan Lucas terlihat biasa saja, meskipun bibinya itu tidak akan pernah rela kalau jabatan itu berada ditangannya. Lalu Vina bangkit berdiri dari atas sofa, "Ayo kita pulang. Mama tidak ingin berlama-lama disini".

"Mmmm" Angguk Carlos melihat mateo. "Maaf pa kami sudah membuat keributan dirumah ini. Tolong maafkan istriku".

"Tidak apa-apa. Keras kepala Vina sudah sangat sering papa hadapi. Tolong hibur dia, dan kamu juga Dilan. Jangan karna kamu masih tetap diposisi itu kamu jadi berkecil hati, buktikan kalau kamu juga layak seperti Lucas saudara kamu".

"Iya kakek. Dilan akan lebih berusaha lagi untuk kedepannya".

"Bagus, pulanglah".

"Ya".

Seperginya mereka, mateo melihat kearah menantu dan juga cucunya itu dengan nafas berat. "Kamu tidak usah mendengarkan apa kata kakak ipar mu, Lucas pantas mendapatkan jabatan itu".

"Terima kasih pa" angguk Isabella tersenyum tipis.

"Mmmmm".

.

Kini Lucas telah berada di dalam kamar, ia berjalan kearah balkon kamarnya. Lalu melihat keatas langit yang gelap dipenuhi dengan bintang.

DDDRRRTTTT.. DDDRRRTTTT...

"Mmmmm?".

"Selamat Lucas, akhirnya kamu mendapatkan jabatan itu" ucap Jose bersemangat.

"Terima kasih Jos, aku juga tidak yakin kalau kakekku akan memberikan jabatan ini kepada ku".

"Benar, seperti yang aku tau selama ini. Kakek mu bukanlah orang yang bisa di tipu, tapi kamu berhasil memenangkan hati kakek mu dari pada Dilan. Ah, aku jadi penasaran apa yang sedang dia lakukan hahahah".

"Tapi aku tidak boleh lengah, Dilan akan melakukan segala cara untuk mengalahkan ku".

"Mmmm, kamu harus hati-hati kepadanya. Dilan sangat berbahaya".

"Iya".

.

Hari ini adalah hari pertama Lucas menjabat sebagai CEO, di depan Loby para atasan perusahan telah menunggunya disana dengan senyum ramah diwajah mereka masing-masing. "Hahahah, selama pagi tuan Lucas" tawa Rudy menunduk dan yang lainnya.

"Mmmmm" balas Lucas tersenyum tipis.

Lalu mereka menyusul Lucas dari belakang, hingga Lucas memasuki lift khusus tamu eksekutif. "Wah, dia sangat tampan sekali. Bagaimana bisa tuan Harry memiliki putra seperti dia? tapi sayangnya tuan Harry sudah meninggal dunia" ujar Agung.

"Benar, tapi tuan Harry juga tak kalah tampan dari anaknya. Lalu bagaimana dengan tuan Dilan? aku belum melihatnya tiba dikantor".

"Tidak tau, mungkin tuan Dilan sedikit terlambat".

"Sepertinya. Ayo".

.

Sedangkan Marisa yang masih tidur didalam kamarnya membuat sang ibu geleng kepala melihat kelakukan putrinya. "Risa ayo bangun, ini sudah jam 8 pagi" teriak sang ibu membangunkannya. Namun bukannya terbangun, Marisa malah menutup kedua telinganya. "Marisa...!!" teriaknya Sophira lagi tepat di kedua telinganya.

"Aarrkkhh, mah" kesal Marisa.

"Bangun, ayo bangun".

"Ah, ma. Marisa ngapain harus bangun sih? mama tau sediri kalau Risa kemarin baru di pecat. Mama bagaimana sih? mama sudah lup..

PPLLLAAAKK...

"Ah. sakit".

"Sakit?".

"Ooo".

PPLLLAAAKK...

"Mah itu sakit" ringis Marisa menyentuh kepala yang baru saja Saphira pukul.

"Kalau kamu tau sakit, harusnya kamu bangun selagi mama suruh kamu bangun. Kamu mau jadi wanita pemalas seperti ini terus?".

"Aarrkkhh.. Terus apa yang harus Risa lakukan ma?".

"Cari kerja, mama tidak suka melihat kamu dirumah makan tidur. Sedangkan kakak kamu sibuk bekerja dikantor dan juga papa kamu. Lalu kamu mau di kamar terus tampa berniat mencari pekerjaan baru?".

"Hhmmsss, maafkan Risa ma. Risa akan mencari pekerjaan".

"Bagus, sekarang kamu mandi, mama sudah siapkan sarapan di meja makan".

"Mmmmm" gumam Marisa langsung menuruni tempat tidur memasuki kamar mandi.

"Anak nakal. Percuma kamu sekolah tinggi-tinggi kalau kamu mau tidur saja ckckck" geleng Saphira keluar dari dalam kamar.

Tok... Tok...

"Siapa?".

Ceklek..!

"Tante, Risa ya ada?".

"Eh Flora. Iya, Risa ada dirumah, barusan dia masuk kamar mandi. Ayo masuk sayang".

"Iya tante".

"Flora mau minum apa?".

"Tidak usah repot-repot tante, Flora tidak akan lama. Soalnya Lora kemari mau mengajak Risa interview di Hanju group".

"Omo, Hanju group?".

"Iya tante. Hanju group sedang merekrut karyawan baru besar-besaran, makanya Lora kemari tante".

"Wah, bagus dong. Ini kesempatan buat Marisa juga melamar pekerjaan disana dan yang tante dengar-dengar gaji disana sangat tinggi".

"Iya tante, kalau kami berhasil masuk perusahaan itu. Flora tidak bisa bayangkan berapa gaji yang akan kami terima".

"Ya sudah, kamu masuk sekarang juga ke kamar Marisa. Beritahu dia kalau Hanju group sedang membutuhkan karyawan besar-besaran".

"Iya tante" angguk Flora berjalan kearah kamar Marisa.

Ceklek!

"Astaga Ra..!" kesal Marisa melihat Flora membuka pintu kamarnya saat ia sedang memakai pakaian dalamnya.

"Heheheh, maaf".

"Sedang apa kamu kemari Ra? kamu enggak kerja?".

"Tidak, hari ini aku cuti dari restoran".

"Kenapa? kamu enggak takut pengangguran seperti ku? tiap hari kamu akan mendapatkan omelan".

"Hey, hari ini aku ingin melamar pekerjaan di Hanju group".

"Apa? Hanju group?".

"Mmmmm".

"Hahahaha.. Yah, mimpi apa kamu semalam mau ngelamar pekerjaan di perusahaan besar itu?".

"Ckckck, kamu sangat ketinggalan informasi sekali Risa. Kamu enggak tau yah kalau Hanju group saat ini sedang merekrut karyawan baru dan juga CEO disana sudah berganti".

"Kamu serius Ra?".

"Iya loh Risa. Ngapain juga aku harus berbohong kepada mu".

"Tapi kamu yakin kita akan diterima Ra? aku ragu kalau kita bisa berhasil masuk di perusahaan itu. Kamu tau sendiri kalau perusahaan itu bukanlah perusahaan sembarangan menerima karyawan seperti kita".

"Tapi kita belum coba Risa, siapa tau rejeki kita".

"Kamu benar juga. Kalau gitu tunggu sebentar".

"Mmmm, buruan".

"Ok".

Bab 2

Sekeluarnya mereka berdua dari dalam bus, sekitar 150 meter dari halte Marisa dan Flora langsung melihat gedung tinggi Hanju group menjulang keatas langit. "Wah, aku tidak bisa bayangkan kalau kita berhasil masuk kedalam Risa" kagum Flora.

"Mmmm, semoga kita diterima Ra" angguk Marisa langsung melangkahkan kedua kakinya mendekati gadung tersebut. Lalu bertanya kepada petugas disana, "Permisi pak, kami pelamar baru. Tempatnya dilantai berapa pak?".

"Oohh, mari saya antar" jawab si petugas keamanan itu membawa mereka kelantai tempat para calon karyawan baru sedang melakukan interview. "Disini, silahkan ambil nomor antriannya".

"Terima kasih banyak ya pak".

"Sama-sama".

Kemudian Marisa melihat mereka yang sedang mengantri dengan pakaian rapi. Lalu melihat Flora, "Ra, ayo semangat. Kita pasti bisa".

"Iya Risa, kita pasti bisa".

"Mmmmm" senyum Marisa mendudukan diri di kursi tunggu. Namun saat itu juga tiba-tiba Marisa merasa mulas dan kram di bagian perutnya, "Ra, sepertinya...

"Ada apa Risa?".

"Sepertinya aku datang bulan Ra, perutku kram sekali".

"Astaga, kenapa tiba-tiba sekali sih Risa? mana aku tidak bawa pembalut lagi. Apa yang harus kita lakukan?".

"Aku harus ke kamar mandi dulu Ra".

"Ya sudah, kamu jangan lama yah".

"Mmmmm" angguk Marisa langsung berlari mencari kamar mandi. Tetapi ia malah keliru, dan sudah hampir 20 menit lamanya dia mencari-cari kamar mandi tersebut tapi belum juga ia temukan, hingga pada akhirnya Marisa melihat seorang pria bertubuh tegap sedang menelpon diujung sana. "Permisi, bisakah anda memberitahu saya kamar mandi dimana?" tanya Marisa keringat dingin.

Tetapi bukannya menjawab Marisa, ia masih tetap membelakanginya. "Hey, tolong lihat kepada ku. Apa anda tidak mendengar ku?".

Si pria tersebut yang merasa sedang dipanggil oleh Marisa, dengan wajah datar ia langsung melihat kearah Marisa yang berada di belakangnya. "OMG" kaget Marisa dengan mata membulat. "Siapa pria ini? kenapa dia sangat tampan sekali dan juga pakaiannya.. Oh no" teriaknya dalam hati.

"Apa kamu sedang berbicara kepada saya?".

"Heheheh, iya. Tolong maafkan kelancangan saya tuan".

"Ada apa kamu memanggil saya?".

"I-itu, saya tidak tau kamar mandi dimana, makanya saya memanggil tuan. Apa tuan tau letak kamar mandi dimana?".

"Disana" tunjuknya.

"Akhirnya. Terima kasih tuan" senyum Marisa segera berlari kearah kamar mandi tersebut. Kemudian ia mengingat wajah tampan itu kembali, "Kenapa pria itu tampan sekali? dia membuat ku baper saja" dengan senyum mengembang di wajahnya, dia malah menyempatkan diri membayangkan wajah tampan itu. "Ah sial, kenapa juga aku harus membayangkannya. Ada-ada saja" begitu Marisa mulai merasa baikan, ia mencuci kewanitaannya.

Namun ia yang tidak memiliki pembalut tidak tau caranya harus bagaimana supaya tidak bocor. "Apa yang harus aku lakukan? tidak mungkin aku menggunakan tissue ini? tapi tidak ada cara lain lagi. Ah, ini sangat menyebalkan sekali".

DDDRRRTTTT... DDDRRRTTTT...

"Hallo Ra, tidak bisakah kamu usahakan satu pembalut untuk ku?" ucap Marisa memelas.

"Lalu bagaimana dengan nomor antrian kita Risa? kamu mau kita ketinggalan. Dan kamu tau sendiri kalau aku tidak tau mini market dekat sini".

"Yah, bagaimana ini? mana perutku masih sakit lagi".

"Begini saja Risa. Apa kamu melihat ada tissue disana?".

"Maksud kamu aku pakai tissue?".

"Iya, gunakan itu saja Risa untuk sementara saja. Begitu selesai, kita akan mencari pembalut untuk mu".

"Baiklah kalau gitu".

"Mmmm, cepatlah kemari".

"Ya" kemudian Marisa melihat tissue toilet tersebut dengan tatapan sedih. "Tidak ada cara lain, terpaksa aku harus menggunakan ini" Marisa segera menggunakannya, begitu selesai ia keluar lalu menghampiri Flora kembali di ruang interview.

"Oo, kamu sudah datang. Kamu jadi menggunakannya?".

"Mmmm, tapi ini sangat tidak nyaman".

"Bertahanlah, sebentar lagi giliran kita".

"Hey, giliran dari mana orang sebanyak ini? kamu ada-ada saja".

"Hehehehe, kalau saja tadi aku pergi pembelinya. Orang lain akan mencuri kursi ini dan kamu tidak akan bisa duduk".

"Terserah kamu saja, perut ku sangat sakit".

"Oh iya Risa, tadi aku dengar-dengar dari mereka kalau CEO kita nanti sangat tampan dan masih muda. Dan yang lebih buat aku merasa sangat senang, dia masih lajang".

"Benarkah?".

"Mmmm, aku ingin melihatnya, setampan apakah dia?".

"Kalau gitu aku akan mendekatinya untuk merubah nasib ku menjadi orang kaya".

"Maksud kamu?".

"Ya aku harus mengencaninya".

"Hahahah, enggak usah mimpi kamu Risa. Wanita seperti kamu mana setara dengannya, udah wajah pas-pasan dan juga ah, intinya kamu tidak usah berharap lebih kalau kamu bisa mendekatinya. Dan yang aku dengar juga yah, katanya dia sangat datar dan tatapan matanya selalu tajam kepada setiap orang, bahkan dengan sedikit kesalahan saja kamu langsung di tendang dari perusahaan ini".

"Hey, masa iya separah itu?".

"Mmmm, untuk apa juga aku harus berbohong. Bukankah itu sudah hal biasa kamu dengar?".

"Iya juga sih. Berarti aku gagal dong mendekatinya?".

"Haahhh, tentu saja. Makanya kamu jangan kebanyakan nonton drakor, ujungnya otak mu jadi seperti ini, kebanyakan halu tingkat dewa ".

"Ck, kamu sangat menyebalkan sekali Ra".

.

Lucas yang berada di atas kursi kebesarannya sedang sibuk memeriksa data para calon karyawan baru yang akan menjadi salah satu sekretarisnya yang masih kosong. "Apa tuan sudah menemukan orang cocok untuk posisi sekretaris tuan ?" tanya si HRD.

"Belum, bawa itu kemari".

"Baik tuan" angguknya memberikan dihadapan Lucas kembali.

Lalu Lucas memeriksa data mereka, dan lagi-lagi ia belum menemukan sosok yang sangat cocok untuk posisi tersebut. "Cari lagi, saya belum menemukannya".

"Baik tuan, saya akan membawa data mereka lagi".

"Mmmmm" kemudian Lucas bangkit berdiri dari kursi kebesarannya, lalu menatap keluar kaca ruangan dengan senyum tipis sambil menarik sudut bibirnya.

Tok.. Tok..

"Masuk" jawabnya.

Ceklek!

"Dilan!".

"Bagaimana rasanya menjadi seorang CEO baru di perusahaan ini? apa kamu sangat menikmati posisi mu?".

"Tentu saja, silahkan duduk. Apa kamu datang kemari hanya menanyakan itu?".

"Bisa dibilang. Kamu tidak ingin menawarkan aku segelas kopi?".

"Baiklah, tunggu sebentar" Lucas segera membuatkan dua gelas kopi instan untuk Dilan dan juga untuk dirinya. Setelah itu, Lucas memberikan dihadapannya.

"Terima kasih" senyum Dilan menyambar kopinya. "Rasanya lumayan".

"Tidak usah meragukan kopi buatan ku. Lalu apa yang kamu bawa untuk ku? tidak mungkin kamu datang kemari dengan tangan kosong?".

Dilan menyeringai memalingkan wajahnya, "Setelah kamu menjadi CEO, apa kamu masih mengharapkan sesuatu dari ku?".

"Mmmm, aku rasa kamu tidak akan keberatan. Dan aku juga tidak akan meminta yang mahal-mahal, yang murah saja".

"Baiklah, aku akan memberimu hadiah" Dilan langsung menghubungi sekretarisnya lalu menyuruhnya membelikan suatu hadiah berbentuk pot bunga hidup dengan kualitas tinggi. Setelah itu Dilan tersenyum kepada Lucas, "Sebentar lagi hadiah mu akan tiba".

"Baiklah. Terima kasih" balas Lucas tersenyum kepadanya.

Bab 3

Sekarang sudah menunjukkan pukul 12 siang, namun nama Marisa dan Flora belum juga dipanggil-panggil oleh sang panitia, "Ra bagaimana ini? sepertinya aku sudah sangat bocor sekali dan kursi ini juga sepertinya sudah terkena noda milik ku".

"Ck, padahal giliran kita belum tiba-tiba juga. Ya sudah, kamu pergi saja cari pembalut, biar aku yang nunggu disini".

"Mmmm, nanti beritahu aku kalau sudah kita yang di panggil, aku akan segera kembali dan kursi ini tolong kamu tutupi dengan tissue ini".

"Ok".

Dengan langkah buru-buru berlari kearah lift Marisa tidak lupa menutupi bagian belakangnya dengan menggunakan tas sandang. Kemudian ia melihat salah satu OB sedang melakukan kebersihan, "Permisi, mau nanya dong mbak. Mini market disini dimana?".

"Ada di lantai bawah sebelah restoran mbak".

"Oh, terima kasih mbak".

"Iya".

Marisa pun langsung berlari lagi kearah lift, namun tidak salah satupun lift tersebut yang berhenti dihadapannya, sedangkan ia harus segera mendapatkan pembalut. "Tidak ada cara lain lagi, kalau aku menggunakan tangga exit itu sama saja aku bunuh diri" Marisa melirik kiri kananya, ia merasa tidak ada orang yang sedang memperhatikannya. "Ok, aku akan menggunakan lift eksekutif itu".

Ting...!

"OMG, Kenapa tepat sekali" teriak Marisa dalam hati berlari memasuki lift. Tetapi saat itu juga Marisa membulatkan mata melihat pria yang tadi pagi ia temui berada di dalam sana, "Ah, sial" umpatnya menunduk sangat kesal. "Tuan, tolong maafkan kelancangan saya. Saya harus terpaksa menggunakan lift ini".

Diam.

"Kenapa dia tidak menjawab ku?" batin Marisa meliriknya. Lalu mundur sedikit kebelakang supaya posisi berdiri mereka tidak sejajar, kemudian memandangi punggung si pria tersebut dengan tatapan kagum, "Ini tidak bisa dibiarkan, sepertinya kami berdua jodoh hahahah. Omo, aku tidak bisa bayangkan kalau kami berdua benar-benar berjodoh".

Sesampainya mereka di loby, pintu lift terbuka. "Terima kas..." gantung Marisa begitu si pria itu berjalan keluar mendahului dirinya. "Hey, setidaknya dia menunggu ku selesai bicara baru dia pergi. Ck" Marisa keluar dari dalam lift, lalu melihat sekitarnya sambil mencari keberadaan mini market disana. "Tadi katanya dekat restoran, terus restorannya ada dimana?".

"Mbak" panggil seseorang dari belakang.

Namun Marisa tidak mendengarnya, ia masih tetap fokus mencari keberadaan mini market tersebut, "Mbak yang pakai baju putih!" panggilnya lagi, tetapi Marisa tetap tidak mendengarnya, hingga pada akhirnya ia berlari menghampiri Marisa. "Mbak".

"Hhhmm? anda manggil saya?" tanya Marisa melihatnya.

"Iya, dari tadi saya manggil mbak terus" jawabnya kesal.

"Ah, maaf. Ada yang bisa saya bantu?".

"Coba lihat lantai itu".

Marisa membulatkan mata, lalu menutup wajahnya sangat malu, "Maaf, saya lagi buru-buru mencari pembalut sampai saya tidak tau akan seperti ini. Sekali lagi saya minta maaf, bisakah mbak menunjukkan mini market disini?".

"Hhhmmsss, kamu ikut saya" ajaknya membawa Marisa keruang ganti wanita. Lalu memberikan pembalut miliknya di tangan Marisa. "Gunakan ini, lain kali mbak harus hati-hati dan tolong sediakan ini setia hari di dalam tas".

"Iya mbak, terima kasih banyak sudah mau memberikan ini kepada saya".

"Dan sepertinya mbak calon karyawan baru, apa mbak sudah diterima?".

"Belum, soalnya saya belum interview sangking banyaknya calon karyawan baru yang melamar di perusahaan ini".

"Ya sudah, kamu pakaian milik ku saja. Tidak mungkin kamu menggunakan rok itu lagi".

"Benarkah mbak?".

"Iya".

"Astaga, mbaknya baik sekali. Kalau boleh tau nama mbak siapa? saya ingin dekat dengan mbaknya dan pastinya saya akan mengembalikan barang ini lagi".

"Dahlia, panggil Lia saja. Aku bekerja dibagian resepsiones".

"Ok mbak" Marisa segera mengganti roknya dengan milik Dahlia. Setelah selesai, ia kembali naik kelantai atas tempat para calon karyawan baru sedang melakukan interview. "Ra, bagaimana?".

"Oo, kamu sudah datang? kenapa rok kamu ganti Risa? kamu mendapatkannya dari mana?".

"Seseorang memberinya kepada ku".

"Atas nama Flora, Marisa, Sari, Danu dan Farhan. Apa ada orangnya?" Tanya si panitia.

"Ada bu" jawab mereka seretak masuk kedalam.

"Silahkan duduk".

"Ya".

Kemudian para juri panitia tersebut melihat mereka berlima sambil membuka berkas Marisa untuk yang pertamanya, "Yang bernama Marisa?".

"Saya pak".

"Apa kelebihan dan kekurangan kamu?".

"Apa?".

"Kenapa?".

"Ah, maaf pak. Pertanyaannya bisa di ulangi?".

"Apa kelebihan dan kekurangan kamu?".

"Kelebihan saya pak, saya orang yang jujur, ramah, sopan dan pekerja keras. Dan kekurangan saya, dan kekurangan saya..." bingung Marisa ingin menjawab seperti apa. "Maaf, pak. Bisakah saya tidak menjawab yang ini? saya bingung ingin menjawabnya seperti apa" ucap Marisa melihat mereka geleng kepala. "Tamat sudah aku, fix ini tidak bakalan diterima".

Lalu mereka bertanya kepada Flora dan seterusnya. Kemudian sang HRD meminta data mereka berlima untuk dibawakan keruang Lucas, hingga data para calon karyawan tersebut telah menumpuk dihadapannya. "Kalian boleh keluar, silahkan tunggu informasi besok jam 10 pagi".

"Terima kasih pak" angguk mereka keluar.

"Ra, fix aku tidak akan diterima" ujar Marisa sedih menyadarkan tubuhnya dibalik tembok.

"Lagian kamu juga sih, kenapa kamu tidak menjawab pertanyaan segampang itu? kamu tau sendiri kalau setiap manusia itu tidak ada yang sempurna".

"Hiks hiks.. Apa yang harus aku lakukan Ra? aku harus mendapatkan pekerjaan ini supaya ibuku tidak mengomeli ku lagi. Aku bosan setiap hari terus mendapatkan omelan ini itu, kalau bukan dari ibu pasti dari kak Zara aarrkkhhh... Ini sangat menyebalkan sekali".

"Hey, sudahlah. Kita lihat saja besok, aku juga belum tentu yakin bisa diterima di perusahaan ini dengan calon karyawan sebanyak ini. Kita berdoa saya, semoga rejeki berpaling kepada kita".

"Mmmm, aku sangat lapar Ra".

"Ayo kita makan. Kita perlu asuhan gizi untuk menghadapi kenyataan besok".

"Mmmm"

Kedua orang itu langsung keluar dari dalam gedung Hanju group. Kemudian Marisa menghentikan langkahnya menatap kearah gedung dengan nafas berat, "Ada apa lagi Risa?".

"Tidak, aku hanya merasa sedih saja".

"Kamu pikir cuman kamu saja yang merasa sedih? aku juga merasakannya. Ternyata karyawan yang di terima cuman 10 orang saja, sedangkan yang melamar kerja sebanyak 500 orang hiks.. hiks.. Gara-gara kamu aku jadi menangis".

"Ck, kamu masih enak kalau enggak diterima kamu masih bisa bekerja di restoran. Lah aku, kamu sudah tau pastinya".

"Brengsek. Risa, bagaimana kalau malam ini kita ke Club? aku ingin bersenang-senang".

"Hey, kamu punya uang? kalau aku kamu sudah tau kalau aku tidak punya uang".

"Jangan khawatir, aku yang akan membayar mu".

"Benarkah?".

"Mmmmm".

"Aku tidak yaki..

PPLLAAKKK...

"Kalau aku bilang iya kamu jangan banyak melawan" kesal Flora memukul punggungnya.

"Iya, tapi itu sakit tau".

"Siapa suruh kamu melawan ku".

"Baiklah, ayo".

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!