Auristela Maizah Alaksana dan Aurastela Maizah Alaksana adalah anak kembar dari keluarga Alaksana. Keduanya tidak terpisahkan selalu bersama dan saling melengkapi. Auri yang memiliki karakter dingin, cuek dan misterius berbeda dengan kembaranya Aura yang ramah, baik, dan polos.
Kedua anak kembar itu sangat berbeda hanya wajah dan kecerdasan yang sama. Sisanya keduanya sangat berbeda seperti air dan minyak. Tapi Auri dan Aura tidak pernah bertengkar walaupun mereka berbeda.
Auri yang menjadi kakak untuk Aura. Karean itu Auri lebih dewasa di bandingkan sang adik. Saat kembarannya Aura di bully. Auri akan sangat marah. Pernah saat itu keduanya baru saja pindah di sekolah baru. Saat itu Aura di bully oleh teman sekelasnya. Auri yang tidak terima dengan berani membalas perlakuan siswa itu dengan pukulan.
Pada akhirnya Auri dilaporkan dan harus dihukum untuk tidak sekolah beberapa hari. Lucunya yang membuat salah Auri tapi yang menangis setiap pagi adalah Aura. Sejak saat itu Auri menjadi lebih dingin tapi dia tetap ceria saat bersama keluarga.
Malam hari setelah kejadian pemukulan pada teman kelasnya Auri. Anak gadis itu tidak bisa tidur, Dia memilih berjalan menuju ruang kerja ayahnya. Dia sudah tahu kalau ayahnya pasti belum tidur jam segitu.
Tok-tok
“Masuk” seru ayahnya Auri.
“Ayah.” Panggil Auri yang berjalan mendekati ayahnya yang sedang duduk di meja kerjanya.
“anak ayah kenapa belum tidur, sudah malam.”
“Auri tidak bisa tidur ayah.”
“Kenapa anak ayah tidak bisa tidur.” Tanya ayah Auri sambil membawa tubuh anaknya di atas pangkuannya. Agar anaknya bisa dengan mudah berbicara dengannya.
“Ayah, auri mau minta maaf karena sudah membuat ayah dan ibu kecewa tadi siang. “ ucap Auri dengan nada yang sedih. Dia tidak bisa tidur karena kepikiran masalah di sekolah. Auri tidak pernah membuat masalah untuk kedua orang tuany. Hal itu membuat anak kecil itu selalu kepikiran kesalahan yang telah diperbuatnya tadi pagi.
“Auri, anak ayah yang dilakukan tadi siang itu tidak salah. Hanya saja Auri semesti tidak menggunakan fisik untuk menolong adik Auri.”
“Tapi Aura tadi digangguin terus, padahal aura sudah menolak dan nangis.”
“ayah dan ibu tidak akan menyalahkan auri. Tapi lain kali auri bisa laporin ke ibu guru jadi tidak ada kekerasan fisik.”
“ya auri janji tidak akan mengulanginya.”
“janji” ayah auri mengeluarkan kelingkingnya.
“janji ayah.” Kelingking auri berikatan dengan kelingking ayahnya.
“tapi ayah, auri punya permintaan.”
“aduh auri sudah lama tidak pernah meminta sesuatu pada ayah ya. Jadi permintaan anak gadis ayah apa nih?” tanya ayah dengan nada menggoda pada anak gadisnya yang membuat Auri malu-malu.
“bolehin auri latihan bela diri kaya kakak antara ya” ucapan Auri membuat ayah auri terdiam.
“auri yakin, latihan beladiri itu melelahkan. Auri akan merasa badannya sakit-sakit loh.”
“Auri yakin.” Ucap auri dengan kepercayaan dirinya yang membuat ayah Auri tersenyum lebar melihat tingkah anaknya.
“baiklah akan ayah turutin, sekarang kamu kembali tidur ya.” Ucap ayahnya sambil menurunkan badan anaknya dan Auri berjalan meninggalkan ayahnya. Tapi sebelum itu dia berlari kembali ke ayahnya.
Dia mengecup pipi ayahnya.
”Auri sayang ayah.” Ucap Auri dan pergi meninggalkan ayahnya yang tersenyum gemas pada anak gadisnya itu.
Beberapa hari setelah pembicaraan ayahnya. Akhirnya auri telah didaftarkan di salah satu tempat bela diri yang kakak Antara ikuti. Tentu saja Aura yang mendengarnya merasa kesal karena tidak di ajak. Padahal keduanya selalu bersama.
“kenapa auri tidak ajak aura sih?” protes aura.
“aura kalau ikut latihan nanti malah nangis terus.” Ledek Auri yang sedang asik bermain ps dengan kakaknya Antara.
“Kok gitu sih, Auri juga pasti nangis kaya Aura. Waktu itu ajah Auri nangis kan pas mukul Alan.” Ucap Aura.
“Aku nangis tapi masih berani lawan alankan. Kamu mah malah nangis dan nerima ajah di jailin sama si alan.” Ucap Auri yang masih fokus dengan psnya.
“Ih kan aura kalau ikut bela diri bisa jadi kuat juga. Jadi aura mau ikut.” Ucap aura.
“Ikut ajah kalau nanti nangis Auri gak tanggung ya. Yey menang.” Ucap Auri.
“kamu yakin aura ikutan latihan nanti kamu sakit loh.” Ucap kaka Antara pada adiknya. Dia sangat mengenal kedua adik kembarnya. Kalau Auri tidak perlu di khawatirkan fisik adiknya yang satu itu sama seperti anak cowok. Tapi berbeda dengan aura yang memiliki tubuh lemah dan mudah sakit. Dia tidak yakin kalau adik keduanya bisa kuat menerima pelatihan itu. Antara saja malas kalau bukan disuruh ayahnya.
“Sudahlah kakak biarin aura ikut sekali. Paling juga setelahnya dia gak akan mau ikut lagi.” Ucap Auri yang berjalan menuju dapur diikuti aura.
“Lihat ya aura pasti bisa kaya auri.”
“Ayo kita lihat adikku.” Ucap auri.
Seperti yang diperkirakan Auri kalau Aura tidak akan kuat ikut latihan bela diri. Setelah dari latihan pertamanya, adik kembarannya itu langsung sakit beberapa hari. Setelah itu hanya Auri saja yang terus ikut latihan bahkan kakaknya antara juga ikut berhenti saat harus fokus dengan sekolahnya yang sebentar lagi ujian.
Hari ini Auri dan aura harus berpisah beberapa hari karena auri memilih untuk tetap tinggal di rumah. Dia tidak ingin melewati latihannya. Sedangkan Aura tetap ikut berlibur ke rumah kakek dan neneknya bersama kakaknya ibunya.
Sekarang Auri hanya bersama kakak dan ayah saja di rumah. Seperti biasa di sore hari dia pergi untuk berlatih. Biasanya pulang latihan, kakaknya menjemput Auri. Tapi hari ini kakaknya tidak bisa menjemput karena ada kelas tambahan untuk ujian nasional bulan depan.
Auri terpaksa pulang sendiri. Beruntungnya tempat latihannya masih di dalam komplek. Sayangnya saat Auri hampir saja sampai rumah, Dia ditarik oleh orang dewasa. Bahkan mulutnya di tutup dengan sebuah kain yang membuatnya merasa mengantuk. Bersamaan tubuh Auri di bawa kesebuah mobil, kakaknya Antara yang baru saja pulang dengan sepeda melihat adik kecilnya di culik. Segera dia mengejar dengan sepeda tapi saat di persimpangan dia tertahan oleh sebuah mobil yang tiba-tiba muncul.
Antara segera kembali kerumah dan menghubungi ayahnya tentang adiknya. Tentu saja kabar itu membuat ayahnya terkejut dan segera pulang dari kantornya. Ayahnya auri menelepon temannya yang bekerja di dunia mafia untuk menemukan keberadaan sang anak. Karena kalau menghubungi polisi harus satu kali duapuluh empatjam setelah penculika.
Kakak Antara merasa sangat bersalah karena dia yang tidak bisa menjemput adiknya. Sekarang auri harus diculik oleh orang yang tidak kenal. Ayahnya auri sama seperti anaknya yang menyalahkan dirinya karena tidak memberikan pengawalan pada anak gadisnya. Padahal dia sangat tahu banyak orang mengincar keluargnya saat ini.
Auri tersadar saat sudah berada di tempat yang kumuh dengan berbagai balok kayu yang berserakan di sekitanya. Dia juga merasakan kedua tanganya terikan dan kakinya juga.
Dia melihat keadaanya yang sangat gelap. Auri ingin menangis saat ini karena rasa takut. Bahkan beberapa kali dia memanggil nama ayahnya dan kakaknya. Dia takut jika ada yang berbuat jahat padanya.
Hinggat tiba-tiba seorang pria dewasa masuk kedalam tempat penyekapan. Saat itu air mata Auri juga mengering. Dia sadar kalau tidak boleh memperlihatkan kelemahannya. Walaupun Auri masih kecil tapi di sangat dewasa dan cerdik.
Dia hanya menatap tajam pria yang datang dengan senyum mengejek Auri. Orang dewasa itu sekarang berdiri di depannya dengan sebuah pisau kecil di tangan kanan. Tanpa sadar tubuhnya begetar membayangkan benda tajam itu melukainya. Tapi auri mencoba mengontrol tubuhnya agat pria dewasa itu tidak tahu kalau dirinya sedang ketakutan.
“wah kamu sangat cantik juga yang adik.” Ucap pria dewasa itu dengan tangannya mengelus pipi auri. Tapi Auri langsung menepis tangan itu dengan menjauhkan kepalanya dari tangan itu.
“Kamu masih kecil tapi sudah sangat arogan ya.”
Auri tidak berniat menjawab ucapan pria itu. Sekarang yang harus dirinya pikirkan adalah cara untuk menyelamatkan dirinya. Dia harus berpikir bagaimana melepaskan ikatan ini dan keluar dengan selamat.
“Apakah kamu masih tetap arogan saat pisau ini menggores tubuhmu adik keci. Melihat wajah aroganmu itu rasanya aku ingin mendengarkan jeritanmu.” Ucap pria dewasa itu.
Pisau itu menggores tangan kanan dan kiri Auri. Tidak bisa menjerit karena rasanya sangat sakit. Auri tidak pernah mendapatkan luka sebelumnya.
“aaaaaaaaaakh sakit, jangan lukain sakit.” Ucap Auri tapi suaranya tidak terdengar jelas karena mulutnya di tutup dengan sebuah kain.
Bahkan air mata Auri tidak bisa ditahan saat pisau itu terus menerus menggores bagian tubuhnya. Sangat sakit rasanya. Dia tidak kuat merasakan ini terus.
“Ayah, kakak aura ,mama . auri takut. Tolong auri. Auri gak mau mati di sini.” Ucap auri dalam hati.
“Hey apa yang kamu lakukan.” Ucap pria dewasa yang lain baru saja muncul.
“aku hanya memberikan sedikit penyiksaan. Pada anak kecil kaya ini. Dia sangat arogan.” Ucap pria yang tadi menggoreskan tubuh Auri dengan pisau kecilnya.
“Berhenti melakukan itu. Bos akan marah jika kamu melakukannya. Kita hanya harus menahannya hingga bos mengabari kita.” Ucap pria itu berambut keribo.
“Ah kamu tidak rame sekali. Lihatlah anak kecil ini bisa kita mainkan.”
“Ya dia sedikit cantik. Tapi aku akan melakukan mungkin setelah kata bos mengizinkanya. Aku juga penasaran dengan tubuh anak kecil ini.” Ucap pria kribo dengan tatapan yang menjelajahi tubuh Auri. Hal itu membuat tubuh Auri kembali bergetar, anak kecil itu yang baru berusia 8 tahun merasakan ketakutan. Dia takut jika kedua pria itu melakukan hal buruk padanya. Bahkan sekarang air matanya terus mengalir yang tadi sempat berhenti.
Bahkan Auri mencoba melepas tarinya tapi tidak bisa. Kedua pria dewasa itu menatap Auri dan tertawa. Terlihat kedua pria itu seperti berniat melakukan sesuatu pada anak kecil itu.
“kamu pedofil ternyata. Tapi memang anak kecil itu sangat cantik. Ya sudah kita meninggalkan tinggalkan anak itu di sini.” Ucap pria yang tadi melukai tubuh Auri.
“mama,papa auri takut.” Teriak auri walaupun tidak terdengar bahkan air matanya terus keluar dan tubuhnya begetar. Akibat gerakannya tangan dan kakinya yang mencoba melepaskan tali. Bukannya terlepas malah tubuh Auri jatuh ke samping dengan kursi masih terikat pada tubuhnya.
Mungkin saat ini tubuhnya sudah memar karena beberapa badannya membentur balok kayu di sekitar Auri.
Tanpa terasa 3 hari telah berlalu Auri di sekap di ruangan itu. Sudah tidak ada air mata yang keluar dari mata anak kecil berusia 8 tahun itu. Dia tidak diberikan makanan dan minum selama 3 hari. Bahkan tubuhnya terlihat sangat kecil saat ini.
Sudah cukup menangis selama 3 hari ini menurut Auri kecil. Dia mencari benda yang bisa membantu membuka tali di tangan dan kakinya. Hingga dia menemukan sebuah paku yang tertancap di dinding. Sedikit berbahaya karena bisa saja paku itu mengarah pada tempat yang salah.
Tapi sekarang Auri kecil sudah tidak memikirkan hal itu lagi. Dia tidak bisa menunggu kedatangan keluargnya. Auri takut kalau kedua pria yang selama beberapa hari ini selalu menganiyayanya secara fisik. Terkadang dia mendapatkan pukul benda tumpul atau goresan pisau kecil itu. Tubuhnya sebenarnya sudah sangat lelah bahkan tidak ada tenanga.
Auri sadar dirinya tidak boleh menyerah. Sekarang hanya dirinya sendiri yang bisa menentukan masa depannya. Ayah dan kakaknya mungkin sedang mencari di luar.
Auri sengaja menjatuhkan tubuhnya agar lebih muda mencapai paku itu. Walaupun sangat sulit karena kursi yang merekat pada tubuhnya. Dia bergerak mengandalkan badannya. Saat sudah sampai dia membalikkan tubunya dan mengalahkan pada tangannya.
Beberapa kali paku tajam itu malah menggores tanganya. Tapi sekarang auri sudah tidak memperdulika luka ditubunya. Bahkan dia tidak merasakan rasa sakit karena terlalu sering mendapatkan penyiksaan.
Beruntungnya tali itu terlepas. Auri melakukan yang sama pada kakinya. Saat Auri baru saja bisa melepaskan talinya. Pria dewasa yang sering menyakitinya datang dengan pisau kecil. Saat itu keadaan mendukungnya. Karena ruangan itu sangat kurang pencahayaan. Hal itu membuat pria dewasa itu juga sulit melihatnya. Biasanya dia akan membawa lilin untuk membantu penerangan di ruangan.
Saat itu Auri dengan tekad dan sisa tenanganya mengambil balok kayu dan berjalan di belakang tubuh pria itu. Tenaga yang tersisa dia memukul kepala pria itu dengan balok kayo yang dipegangnya.
“Aaaaaaaaaaakh.” Teriak pria itu. Segera saja Auri melebut pisau kecil milik pria itu. Tanpa sadar lilin yang dipegang oleh pria itu jatuh dan menyebabkan kebakaran di ruangan itu. Auri langsung meninggalkan pria itu.
“anak kecil itu kabur.” Teriak pria dari dalam ruangan penyekapan auri.
Saat itu auri melihat kalau di luar ruangan penyekapannya hanya tersisa 3 orang. Tapi tubuhnya sangat besar. Auri menguatkan hatinya dan menyerang dengan pisau kecilnya.
2 orang sudah tumbang dengan luka perut yang sama. Beruntung Auri telah belajar beladiri. Dia sangat gesit dalam menghindar serangan orang-orang dewasa itu.
Tapi dia hanya anak kecil, pada akhirnya dia ditangkap oleh pria berambut kribo. Auri mencoba memberontak. Awalnya sangat sulit hingga kakinya menendang pusaka pria itu. Ketika keadaan mendukung Auri dia segera mengarahkan pisaunya tepat di punggu pria itu.
“Aaaaaaaaaaaaaaakh.” Teriak pria itu karena merasakan tusukan Auri.
Setelah itu Auri berlari keluar. Dia melihat ada jalan raya dan sebuah hutan di depan bangun penyekapannya. Auri memilih untuk masuk kedalam hutan karena dia berpikir kalau jalan raya dengan mudah mereka mengejar Auri.
Auri terus berlari, dia tidak peduli kalau tubuhnya sudah terluka. Bahkan kakinya beberapa kali menginjak benda taja, Kaki kecil Auri sudah dipenuh dengan darah. Dia terus berlari, karena kalau dia berhenti dia pasti akan tertangkap. Hingga ujung dari hutan itu adalah jalan raya. Ada sebuah mobil yang melaju. Tanpa pikir dua kali, Auri langsung berlari dan memberhentikan mobil itu.
Pengemudi itu langsung menginjak remnya. Beruntungnya tubuh Auri tidak tertabrak mobil itu. Sang pengendara ingin memarahi Auri tapi saat melihat kondisi tubuh anak kecil rasa iba muncul.
“Ayah kenapa kita berhenti.” Panggil seorang anak kecil dari dalam mobil.
“Tuan tolong selamatkanku.” Ucap Auri sambil berjongkok dengan tubuh bergetar.
“AURi.” Teriak anak laki-laki yang turun dari mobil.
“ayah ayo tolong auri.” Ucap anak laki-laki.
Pria dewasa itu membawa tubuh Auri yang dilumuri darah ke dalam kursi belakang sebelah anaknya. Pria itu langsung membawa mobil itu ke rumah sakit terdekat.
“Alan makasih sudah nolongin Auri.” Ucap Auri pada anak laki-laki yang pernah dipukulnya.
“Iya, Auri, ini minum dulu.” Sodor satu botol minum pada Auri tapi gadis itu menggelengkan kepalanya. Ayah Alan yang melihat gadis di sebelah anaknya dalam keadaan yang sangat mengkhawatirkan dengan tangan kananya masih memegang pisau kecil.
“Tenanglah Auri, paman akan membawa Auri ke pada orang tua Auri.” Ucap ayah Alan.
“Terima kasih paman.” Ucap Auri. Tapi gadis itu masih sangat waspada. Mungkin kejadian beberapa waktu lalu membuatnya sangat berhati-hati.
Setelah Auri sampai di rumah sakit. Auri langsung pingsan begitu seakan seluruh tubuhnya sudah tidak ada tenaga lagi untuk bertahan. Dokter langsung merawat tubuh Auri yang penuh luka dan beberapa memar akibat benda tumpul.
Sedangkan ayah Alan langsung meminta nomor orang tua Auri dari wali kelas anaknya. Setelah mendapatkan nomornya ayah Alan langsung menghubungi ayah Auri. Beberapa menit, ayah auri dan kakaknya muncul di rumah sakit.
Ayah Alan menjelaskan kejadian Auri saat mereka menemukannya. Ayah Auri sangat berterima kasih pada penolong anaknya. Akhirnya ayah alan dan alan meninggalkan rumah sakit karena sudah terlalu larut untuk anaknya.
Ayah Auri dan kakak Antara menunggu kabar dari dokter mengenai kondisi anak gadisnya. Saat mendengar kondisi Auri dari Ayah alan saja membuat ayah Auri menangis. Beberapa saat kemudia dokter keluar dari UGD.
“apakah tuan ayah dari pasien bernama Auri.” Ucap dokter itu pada ayah auri.
“iya saya sendiri.”
“Begini tuan, saya sudah melakukan pengecekan pada nona Auri. Saya menemukan beberapa memar di beberapa tubuhnya akibat benda tumpul dan ada juga goresan pisau di sekujur tubuhnya terutama tangannya. Selain itu nona Auri menunjukkan kekurangan gizi. Sepertinya anak bapak tidak mengomsusi makan selama 2-3 hari. Tubuhya juga mengalami kekurangan cairan yang sangat ekstrem.
Sebenarnya masalah itu masih bisa teratasi dengan beberapa salep juga lukanya dan akan sembuh. Untuk masalah kekurangan gizi dan hidrasi bisa diselesaikan 1-2 hari dengan makan dan minum yang cukup. Tapi masalah psikologi yang diderita anak bapak. Saat anak anda datang kondisi dirinya dengan memegang pisau di tangan kanan dan lumuran darah di tubuhnya. Mungkin setelah ini anda harus coba cek ke psikiater. Khawatirnya kejadian ini akan mempengaruhi mental anak anda.” Jelas dokter yang membuat ayah Auri menangis setelah mendengarnya.
Sungguh Fernand terpukul mendengar kondisi anaknya. Ayah dari Auri langsung masuk ke dalam ruang rawat anaknya setelah dipindahkan dari UGD. Terlihat Auri sedang terbaling dengan beberapa perban di tubuhnya dan impus di tangan kanan Auri.
Kakak Antara juga seperti ayahnya, Dia tidak menyangka kondisi adiknya seburuk itu. Mereka sudah mengerahkan segera bantuan untuk menemukan keberadaan Auri. Tapi Auri seperti menghilang begitu saja.
Malam itu kedua pria berbeda usia saling menyalahkan dirinya. Hari berlaru begitu saja, teman Fernand akhirnya menemukan pelakunya yang tak lain lain adalah adik tirinya sendiri. Dia berencanak memeras Fernand.
Tapi Auri belum juga bangun dari tidurnya. Dokter mengatakan tidak ada masalah serius yang menyebabkan Auri tertidur lama. Kecuali tubuhnya merasakan kelekahan karena beberapa hari Auri mengalami penyiksaan dan tidak makan maupun minum.
Saat Auri minum, dia pertama kali melihat kakaknya yang sedang menangis di sampingnya. Antara masih belum bisa memaafkan kejadian yang menimpa adiknya. Dia merasa gagal dalam melindungi adik kecilnya.
“kakak.” Panggil Auri yang menyadarkan kakaknya. Segera Antara memanggil dokter untuk mengecek kondisi Auri. Dokter menyatakan kalau kondisi Auri sudah stabil dan beberapa hari lagi boleh untuk kembali.
“Auri maafin kakak yang gak bisa melindungi kamu.” Ucap Antara dengann air mata yang terus menangis.
“kakak tidak salah, jangan menangis dan meminta maaf.” Ucap Auri dengan suara yang dingin tanpa ada ekspresi. Seketika segala ekspresi milik Auri sudah di ambil pada malam itu.
“Auri kakak janji setelah ini tidak akan ada kejadian seperti terjadi lagi.”
“Kakak tidak usah berjanji, Auri yang akan berjanji. Setelah ini Auri tidak akan membuat kakak dan ayah khawatir lagi. Auri akan menjadi kuat dan bisa melindungi Auri maupun Aura. “ ucap Auri dengan senyum manis yang membuat Antara merasa bersalah lebih besar.
Karena adik kecilnya yang baru berusia 8 tahun harus mengalami kejadian ini. Bahkan adiknya harus menjadi dewasa ketika anak seusianya mungkin akan menangis di pelukan keluarganya. Tapi berbeda dengan Auri yang melah menjadi tegar dan tidak menyusahkan keluarganya.
Setelah Auri pulang dari rumah sakit. Aura menyambut kedatangan kakak kembarnya. Saat itu ayah dan kakak Auri sadar hanya Aura yang bisa mengembalikan senyum Auri.
Beberapa hari di rumah sakit Auri hanya melamun dan jarang berbicara. Tapi setelah bertemu Aura, Auri kembali seperti dulu lagi seakan tidak ada yang terjadi padanya. Auri tetap tersenyum dan cerewet pada Aura. Tapi hal itu hanya pada saudara kembarnya saja. Saat bersama ayah, kakaknya maupun ibunya Auri kembali menjadi seorang yang dingin dan sedikit berbicara.
Hari ini adalah ulang tahun untuk si kembar. Tidak ada perayaan yang mewah untuk keduanya. Aura dan Auri memang gadis yang suka kesederhana. Mereka hanya suka dirayakan bersama keluarganya dengan makan-makan dan menghabiskan waktu bersama satu hari.
“Selamat ulang tahun kembaranku.” Ucap Aura.
“Selamat ulang tahun adikku.” Ucap Auri yang membuat Aura langsung melepaskan pelukan merekan dan tatapan tajam tertuju kakak kembarnya. Sedangkan Auri tertawa melihat ekspresi sang adik.
“Aku hanya berbeda dua menit saja darimu Auri. Jadi tidak ada kakak dan adik.” Protes Aura.
“Benarkah, tapi aku tetap 2 menit lebih dulu yang berarti aku kakakmu.” Ucap Auri yang diakhiri dengan sentilan di hidup sang adik. Kedua kembaran itu tertawa yang menghantarkan kebahagian di keluarga Alaksana.
“Jadi hadiah apa yang kamu inginkan Auri di ulang tahunmu ke 22 tahun?” tanya kakak Antara.
“aku belum memikirkannya. Mungkin satu permintaan yang tidak boleh ditolak oleh siapapun.” Ucap Auri yang diakhir mendapat jitakkan di kepalanya kakak antara.
“hey sakit.”
“kamu juga permintaan aneh-aneh ajah. Lagi pula sejak kapan aku dan ayah menolak permintaanmu.”
“Ya mungkin saja di masa depan. Jadi itu permintaanku.” Ucap Auri dengan santai.
“Sekarang buat adik kecilku ini apa permintaanmu.”
“hey aku seumuran dengan Auri bukan adik kecil.”
“tapi tingkahmu masih kaya anak kecil.”ejek Auri yang membuat Aura cemberut mendengar ucapan kakak kembarannya.
“Jadi apa permintaan anak ayah yang cantik dan manis ini.” Ucap ayahnya.
“Kalian suka sekali menggodaku. Permintaanku adalah kalian mengizinkaku melanjutkan studiku di negara Amerika untuk mengambil S2.” Ucap Aura dengan bangganya tapi senyuman Auri seketika luntur.
“TIDAK.” Ucap Auri.
“Kenapa Auri? Aku sudah dewasa, aku bisa hidup sendiri di negara orang.” Protes Aura.
“Aku tidak yakin untukmu aura.” Ucap Auri dengan nada yang sedih.
“Kenapa? Auri aku sudah dewasa. Tidak mungkin kita harus bersama terus menerus bukan. Jadi biarkan aku mengejar impianku ini. “ ucap Aura pada Auri.
Sedangkan kakak Antara dan Ayahnya hanya bisa bungkam saja. Mereka sadar kepergian Aura akan memberikan dampak pada Auri. Sayangnya Aura tidak tahu seberapa penting dirinya untuk kakak kembarnya itu. Karena tragedi 14 tahun tidak pernah Auri ceritakan pada Aura.
“Tapi Aura…” ucapan Auri dipotong oleh Aura.
“Aku akan tetap pergi dengan atau tanpa izin kamu Auri. Biarkan aku menggampai impianku seperti kamu yang bisa menggampai impianmu.” Ucap Aura yang membuat Auri terdiam. Dia tidak berniat egois pada adiknya tapi. Auri hanya takut hal buruk terjadi pada adik kembarnya. Mereka bukan berbeda kota tapi berbeda negara. Auri tidak akan bisa langsung menyusulnya jika terjadi hal buruk pada Aura di masa depan.
“Auri aku mohon, sekali ini percaya padaku. Aku tahu kamu hanya takut terjadi hal buruk padaku. Tapi aku janji hal itu tidak terjadi. Sekarang aku sudah 22 tahun tentu saja aku tahu bagaimana menjaga diriku.” Ucap Aura.
“Baiklah, tapi aku akan setiap bulan mengunjungimu. Kamu juga harus vc tiap hari denganku. Selalu ceritakan keadaanmu di sana. Jika kamu sakit kamu harus memberi kabar padaku atau pada kakak ingat.” Ucap Auri yang dianggukan oleh Aura.
Pada akhirnya Aura pergi ke amerika untuk mengerjakan impiannya selama ini. Tentu saja ini kali kedua kali mereka berpisah setelah tragedi 14 tahun yang lalu. Mungkin Aura tidak sulit berpisah dengan Auri. Namun berbeda dengan Auri yang seperti kehilangan adiknya. Sungguh hati kecil memiliki firasat buruk atas pilihannya kali ini.
“Semoga kamu selalu dilindung. Aku akan menjagamu dengan seluruh nyawaku Aura.” Ucap Auri saat dirinya di pesawat arah menuju negaranya setelah menemani Aura mencari apartement dan mengurus administrasi kuliahnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!