NovelToon NovelToon

CEO, Gadis Bersyarat

Tunggakan butik...

Kota mode Prancis terletak di Eropa bagian Barat, terdapat kota kecil sangat indah bernama Loumarin. Di apit istana-istana Renaisans dari abad ke-15 dan berbagai gereja-gereja Katolik dan Protestan, pemandangan Proches Bastides. Beberapa butik, toko roti, restoran menghiasi kota kecil tersebut untuk menjadikan sebagai pusat bisnis agar mempermudah wisatawan untuk menikah dan berkunjung.

Guenhumura nama seorang gadis memiliki makna pekerja keras. Berlaku untuk gadis cantik biasa disapa Guen. Gadis mandiri memiliki tinggi 160 centimeter. Tubuh kurang ideal tidak menyulutkan semangat juang menjadi seorang desainer tangguh di usia 28 tahun.

Dia menyelesaikan Magister disalah satu Universitas ternama di kota mode sebagai designers.

Guen gadis berwajah oriental, imut, berbulu mata lentik, iris mata brown, hidung mancung sempurna, bibir mungil, kulit sehalus bayi walau usia sudah cukup mapan untuk berumah tangga, tapi Guen enggan mewujudkan dalam waktu dekat. Berbagai macam alasan ingin dia raih hingga menarik perhatian salah satu cliennya.

Segala rancangannya memiliki kesan yang unik, semua dia lakukan sendiri tanpa bantuan asisten atau sahabatnya Salsa selalu menemani.

Guen menghabiskan hari di butik miliknya terletak di persimpangan jalan tengah kota, dia beli dari hasil keringat sendiri di usia 19 tahun dengan mencicil di salah satu Bank Swasta.

“Bu, ada Mbak Citra di bawah," ucap asisten rumah tangga tengah membereskan kamar pribadinya.

Guen berpikir sejenak, “Citra, siapa? aku tidak memiliki janji dengan wanita bernama Citra hari ini. Aku hanya ada janji dengan Tuan Carcas dan calon istrinya. Hmmm apa Citra calon istri Tuan Carcas?” tanyanya.

“Bisa jadi Bu, saya enggak tahu. Nanti salah, saya yang di omelin," jawab asisten bernama Kasih itu menutup bibirnya.

Guen menepuk geram bahu Kasih, “lain kali tanya dulu," gerutunya menuju lantai dasar dimana wanita bernama Citra tengah menunggu.

Guen mengambil beberapa perlengkapan, menekan tombol lift menuju lantai dasar. Wajah Guen yang imut membuat dia seperti gadis kecil tengah menghampiri ibunya.

Guen terkesima menatap wajah Citra sangat sempurna, cantik berdiri bak model di hadapannya.

Guen tersenyum, sedikit mendongakkan kepala agar bisa menatap wajah Citra yang sangat sempurna.

“Selamat pagi nona," sapa Guen.

Citra menaikkan kedua alisnya, “Guenhumura?” tanyanya tersenyum angkuh.

Guen tersenyum, “ya perkenalkan saya Guenhumura,” dia mengulurkan tangannya kecilnya pada Citra.

Citra mebungkukkan tubuhnya, memiliki tinggi lebih kurang 180 centimeter.

“Apakah calon suamiku Tuan Carcas datang ke butikmu nona kecil?” tanya Citra menggoda Guen.

Guen tersenyum, “duduklah, ini akan menyulitkan mu berbicara dengan ku nona cantik!” dia membawa Citra duduk di sofa tidak jauh dari tempat mereka berbincang.

“Hmmmm pantas Tuan Carcas mengagumi hasil kerja anda nona kecil!” Citra kembali menggoda Guen.

“Aaaagh Tuan Carcas terlalu berlebihan nona. Dia sudah memesan beberapa gaun pengantin untuk acara pemberkatan dan resepsi. Saya rasa gaun ini lebih indah di tubuh anda yang sangat profesional Nona," jelas Guen menunjukkan beberapa desaign yang telah dia rancang khusus untuk Carcas dan calonnya.

“Ck aku tidak menyukai payet ini nona kecil,” rungut Citra menunjuk pada payet yang akan dipasang Guen di seputaran dada.

“Ooogh baik. Akan kita rubah sesuai permintaan anda. Berarti anda calon istri Tuan Carcas?” tanya Guen meyakinkan.

Citra memainkan mimik wajahnya atas ke tidak sukaan pada hubungannya dengan Carcas.

“Kenapa wajahnya begitu?” Guen kembali menggoda Citra.

“Hmmm kami di jodohkan. Saya tidak menyukai hubungan ini. Makanya kami datang ke butik anda dengan waktu yang berbeda!” rungut Citra.

Guen meletakkan pulpen dan buku di meja, “aku turut prihatin," senyumnya menatap wajah cantik Citra.

“Aku ingin menghindari pernikahan ini, karena aku mencintai pria lain. Aku sudah mengatakan semua pada Carcas. Aku mohon, bantu aku untuk menggagalkan pernikahan kami," mohon Citra menggenggam jemari Guen.

Guen menatap iris mata Citra sangat serius.

“Apa apaan ini? aku tidak mengenal mereka, bahkan mereka ingin membawa ku pada masalah mereka," batin Guen.

“Maksud anda?” tanya Guen menautkan kedua alisnya.

“Hmm Carcas ada diluar, dia ingin bernegosiasi dengan mu," senyum Citra membelai lembut punggung tangan Guen.

Guen menautkan kedua alisnya, “jujur aku tidak mengerti nona, maksud anda!” jelas Guen.

Citra tersenyum, menunggu kehadiran Carcas masuk ke butik milik Guen. Jujur perasaan Guen berkecamuk.

“Ada apa ini? kenapa mereka ingin melibatkan aku? aku tidak tertarik dengan dunia mereka," batin Guen.

Lima menit kemudian, Carcas hadir dihadapan Guen dan Citra. Pria mapan nan rupawan, berwajah oriental lebih mirip Limin Ho usia berkisar 32 tahun. Hezel mata lebih dark dan sangat tajam saat menatap, jari tangan lebih halus dan lentik. Wangi maskulin sangat khas keluar dari tubuh pria sempurna itu.

“Hai, Guen,” sapa Carcas memeluk Guen berjongkok karena tingginya berkisar 185 centimeter.

“Hai, apa kabar Tuan?” tanya Guen ramah menatap Citra tersenyum menyambut calon suaminya.

“Bagaimana? apa kau sudah menyelesaikan permintaan ku nona kecil?” goda Carcas.

“Ada beberapa yang harus saya rubah Tuan, Nona Citra tidak menyukai payet di bagian dada. Mungkin akan saya rubah di beberapa bagian saja. Saya juga akan memberi mutiara putih di beberapa titik," senyum Guen menatap kedua pasangan sempurna di hadapannya.

Carcas menggengam jemari Citra, “bagaimana honey, apa kamu menyukainya?” tanyanya.

“Aku tidak ingin melanjutkan ini beib. Aku akan menikahi Samuel, bukan kamu," jelas Citra dengan wajah malas.

Carcas mendehem, menatap Guen penuh senyuman, “bisa kau membantu kami? kau mempersiapkan dua pasang baju pengantin, satu untuk Citra dan Samuel, satu lagi untuk aku dan kamu," jelasnya tersenyum.

Pria tampan itu berucap spontan menatap mata Guen tengah ternganga mendengar penuturan sang pria tampan di hadapannya.

Kedua bola mata Guen membulat, “eehm maksud anda?” tanyanya menatap dua orang gila yang membuatnya shook.

“Ya sepasang gaun pengantin untuk aku dan kamu!” tegas Carcas kembali berucap dengan sangat pede.

Citra tersenyum, “good idea beib,” senyumnya.

Guen semakin tak mengerti, dia memijat pelan pelipisnya.

“Apa maksud dari semua ini? apakah mereka sedang menguji iman ku?” rungut Guen dalam hati.

Carcas berdiri, sengaja membalikkan plank yang terpampang dari open menjadi close mengunci butik milik Guen. Menahan asisten dan Salsa sahabat Guen di lantai dua agar tidak turun ke lantai dasar.

Guen terlonjak kaget saat orang lain semena mena di dalam butik miliknya.

“Apa yang anda lakukan Tuan? apa kalian ingin berbuat jahat pada butikku,” tanya Guen sedikit takut menatap lekat manik milik Carcas.

Carcas kembali duduk di hadapan Guen, Citra duduk di sebelahnya, mengeluarkan beberapa dokumen tentang tagihan butik Guen yang sudah menunggak selama tiga bulan.

Guen menatap lekat dokumen di hadapannya. Dia menelan salivanya, air mata sudah menggenang di pelupuk mata indah Guen. Dia mengusap pelan wajah cantiknya, menatap tenang iris mata Carcas.

“Dari mana anda mendapatkan data saya?” tanya Guen berusaha tenang.

Carcas tersenyum, menyandarkan tubuh ke sofa. Perlahan menarik nafas sambil menatap wanita tangguh nan mandiri sangat menarik perhatian beberapa bulan ini.

To be co n ti nue...

Mohon dukungan Like dan Vote pada karya ku, jangan lupa comment yah...🙏

Setidaknya kalian penyemangatku!

Khamsiah.... Hatur nuhun....🤗🔥

Menerima dalam ragu...

Citra menatap mata Guen, jujur dia juga tidak mengerti apa maksud Carcas.

“Kenapa Carcas tiba tiba ingin menikahi gadis kecil ini? apakah Carcas memang jatuh hati padanya?” batin Citra menjadi saksi atara Carcas dan Guen.

“Hmmm bagaimana nona kecil?” senyum tipis Carcas menghiasi wajahnya.

“Berapa total hutang saya?” tanya Guen menatap manik indah Carcas.

“400.000 euro nona!” jawab Carcas enteng. Jika di rupiahkan lebih kurang 6 milyar.

Guen mengusap lembut wajahnya, ada perasaan was was di dalam hati. Beberapa kali dia menelan salivanya.

“Hmmm siapa anda Tuan? kenapa anda mengetahui hutang saya? apakah anda pemilik Bank Swasta tersebut?” tanya Guen tersenyum tipis.

Beberapa kali dia mencuri untuk menarik nafas dalam.

“Ya, saya pemilik Bank tersebut. Saya yang melarang kolektor untuk mendatangi anda. Saya yakin anda sedang berjuang Nona kecil!” senyum Carcas.

“Ya, kami ada sedikit masalah beberapa bulan lalu, tapi sekarang semua sudah mulai membaik. Beri saya waktu, saya akan melunasi semua," jelas Guen menatap Carcas dan Citra secara bergantian.    

“Jika dalam bulan ini anda tidak melunasinya, mohon maaf nona kecil, saya harus melepas butik anda. Karena sudah ada beberapa penawaran yang masuk ke saya memberi nilai yang sangat fantastis untuk Perusahaan Perbankan saya mereka bersedia membayar tempat ini dua kali lipat dari harga anda Nona kecil," jelas Carcas dan diangguki oleh Guen.

Guen menyandarkan tubuh kecilnya ke sofa, memijat pelan pelipisnya.

“Apa rencana anda?” senyum Guen menghitung nilai deposito dalam benaknya.

“Ck, belum cukup,” batinnya.

“Saya akan memberikan pilihan pada mu nona kecil. Pertama, anda bisa membantu kami untuk membatalkan pernikahan saya dan Citra, dengan anda menikah dengan saya hutang anda lunas. Kedua, anda wajib melunasi hutang anda sebelum akhir bulan ini," senyum Carcas.

“Busyeeet, dia menjebak ku!” batin Guen.

“Baik, apakah dengan kita menikah saya masih tetap bisa melanjutkan butik saya? jujur butik ini adalah nafas saya," jujur Guen.

“Tentu dalam pengawasan saya nona kecil, karena tempat ini masih menjadi incaran keluarga saya," tawa Carcas bak devil.

“Maaf, saya tidak tertarik Tuan Carcas! silahkan anda tinggalkan tempat saya. Satu hal, jangan libatkan saya dalam permasalahan anda Tuan," tegas Guen menatap Carcas dan Citra.

Citra menggenggam jemari Guen dengan lembut, “saya mohon, menikahlah dengan Carcas. Bantu saya Guen! saya yang menjamin anda masih tetap disini. Bahkan jika Carcas bersedia dia akan tinggal bersamamu ditempat ini. Kita buat perjanjian nona kecil! jangan buat pernikahan saya dan Samuel kandas," pintanya pada Guen.

“Tapi saya tidak ingin menikah, apalagi menikahi pria angkuh seperti pria disebelah anda Nona Citra, tanpa cinta," tegas Guen.

Citra benar benar memohon pada Carcas, “please, aku tidak ingin hubunganku dengan Samuel kandas beib! aku tidak ingin menikah denganmu! bukankah tadi kau mengatakan kau tertarik dengan nona ini? kau yang meminta agar aku mengunjungi butik miliknya. Kenapa kau malah buat perjanjian sepihak?” geram Citra menatap kesal pada Carcas.

Carcas menatap lekat hezel manik Guen.

“Apakah kau bersedia membantu Citra? jika ya, siapkan gaun pengantinnya. Dua minggu lagi kita akan menikah dan aku pastikan kau masih tetap disini," tegas Carcas.

“Hmmm, beri aku waktu. Aku tidak ingin menikah dengan keterpaksaan karena aku tidak pernah ingin dianggap lemah. Aku akan membayar semua hutangku pada Bank mu. Kita menikah dengan perjanjian, kita masih dengan kehidupan kita masing masing Tuan. Aku hanya ingin membantu Nona Citra, bukan menjalin relationship dengan anda," tegas Guen.

“Baik, saya kasih kamu waktu enam bulan untuk melunasi semua hutangmu. Dua minggu lagi kita menikah. Jika kau tidak mampu melunasi hutangmu, butik mu akan diambil oleh sahabat ku. Karena aku mengetahui keuangan mu saat ini Nona kecil. Jika dalam waktu enam bulan kau tidak bisa membayar semua hutangmu, sepenuhnya kau milikku. Deal," lantang Carcas mengulurkan tangannya.

Guen merasa waktu yang diberi oleh Carcas sangat lumayan dari pada satu bulan seperti di awal. Setidaknya dia bisa bernafas. Toh menikah dengan pria ini tidak ada yang berubah, batinnya.

Guen menatap Citra penuh keyakinan.

“DEAL!” sambut Guen pada tangan Carcas.

Carcas menatap penuh kemenangan, ada getaran yang berbeda yang dialirkan oleh pria dihadapan Guen padanya. Walau dia menyebalkan, tapi dia sangat mempesona. Guen menepis harapannya.

“Dari dulu mana ada pria yang mencintai ku tulus! begitu juga Carcas. Dia hanya mencintai wanita sempurna. Bukan wanita seperti ku.” batin Guen melepas tangan lembut Carcas yang berada di genggamannya.   

Citra memeluk Guen, “thankyou gadis kecil, kau sangat baik! kita akan menikah di gereja yang sama. Aku akan membayar gaun milik mu. Kau pasti akan bahagia bersama sahabatku Carcas," jelasnya.

Guen menerima pelukan Citra yang benar benar hangat dan tulus.

“Bahagialah bersama Samuel, aku menunggu kehadiran mu dengan kekasihmu disini," ucap Guen hanya mampu menahan tangis yang hampir pecah.

Citra segera berlalu meninggalkan butik Guen dengan rona wajah bahagia. Sementara Carcas masih duduk di sofa menunggu Guen.

Guen tersenyum masuk kedalam butik, pikirannya Carcas telah berada diluar. Guen menatap gaun yang ada di etalase, gaun pengantin yang dia rancang beberapa tahun silam untuk dirinya sendiri, harus kandas hanya karena kekasihnya menemukan tambatan hati yang sempurna. Tak terasa ada buliran bening membasahi pipi mulusnya, tanpa dia sadari Carcas memperhatikan Guen.

“Eheem!” Carcas mendehem tersenyum tipis.

Guen menatap kearah Carcas, ternyata pria menyebalkan itu dari tadi memperhatikan gerak geriknya.

“Kau! bukankah kau sudah meninggalkan butikku bareng Citra?” tanya Guen menghampiri Carcas.

Pria sombong itu tersenyum tipis.

“Tidak bisakah kita berbincang berdua agar lebih akrab?” goda Carcas pada Guen.

Guen menarik nafas dalam, membuka akses untuk asisten dan Salsa agar bisa turun ke lantai dasar melanjutkan pekerjaan mereka tanpa memperdulikan Carcas.

“Heeeii bisa kah kita keluar sebentar?” tanya Carcas pada Guen sedikit berteriak.

“Untuk apa?” jawab Guen lembut.

“Setidaknya kita bisa makan siang, membicarakan perencanaan kita kedepan,” jelas Carcas.

Guen mengangguk, “sebentar!” jawab Guen mendekati Salsa memberi tahu beberapa yang harus diselesaikan dalam waktu dekat.

Guen menaiki tangga, agar dapat sejajar menjelaskan isi kepalanya pada Salsa sahabat sekaligus orang kepercayaannya, saat gaun putih di patung terlihat sangat tinggi.

Sepuluh menit kemudian Guen mendekati Carcas yang masih sibuk dengan handphone pintarnya.

“Mau jalan sekarang atau saya melanjutkan pekerjaan dulu?” senyum Guen.

“Sudah istri ku?” kekeh Carcas di depan asisten dan Salsa mengulurkan tangan pada Guen.

Mata sahabat dan asistennya saling tatap, menunggu jawaban dari Guen.

Guen hanya menggeleng, “hmmm,” menerima tangan Carcas.

Tentu menjadi pandangan yang sangat aneh bagi orang terdekat Guen, tapi tidak mungkin akan di interogasi saat ini juga didepan Tuan Carcas, batin Salsa dan asistennya Kasih.  

To be co n ti nue...

Mohon dukungan Like dan Vote pada karya ku, jangan lupa comment yah...🙏

Setidaknya kalian penyemangatku!

Khamsiah.... Hatur nuhun....🤗🔥

 

Pendekatan

Carcas membukakan pintu mobil untuk Guen, mempersilahkan gadis mungil nan cantik rupawan itu masuk ke mobilnya. Guen hanya tersenyum, dia sudah biasa di perlakukan manis oleh beberapa teman prianya. Tapi tidak terlalu menanggapi serius. Kegagalannya sangat menyakitkan beberapa tahun silam.

“Apakah kamu siap?” tanya Carcas.

“Siap untuk apa?” jawab Guen enteng.

“Siap untuk perjanjian kita Guenhumura," jelas Carcas.

Guen mengangguk tersenyum.

“Setidaknya waktu enam bulan lebih baik jika dibandingkan satu bulan!” kekeh gadis mungil itu.

Carcas mengacak lembut kepala Guen.

“Selain kamu wanita mandiri, kamu juga wanita cerdas," senyum Carcas.

“Bisa ceritakan dimana keluargamu pada ku," tambah Carcas.

Guen melirik ke arah Carcas yang tengah sibuk dengan kemudi.

“Apa itu penting untuk mu?” senyum Guen.

“Ya, setidaknya aku akan tau siapa istriku dan kenapa Bank ku bisa memberikan hutang padamu dengan nilai yang sangat besar menurutku! kau memiliki raport yang baik, hingga kami tidak tega mengambil paksa tempat itu dari mu!” jelas Carcas.

Guen mengangguk mengerti.

“Aku seorang anak yang dibuang oleh keluargaku karena keterbatasan ku saat baru lahir tidak dapat tumbuh seperti anak pada umumnya," kenangnya.

“Usiaku kala itu enam tahun dimasukkan ke panti asuhan dan ibuku menghilang. Hingga sekarang aku tidak tau kabar mereka. Mereka tidak menginginkan ku, teman panti ku juga banyak yang menghina. Aku selalu disuport oleh Ibu Elizabeth penjaga panti, dan hanya Salsa yang mau berteman denganku hingga kini menjadi orang kepercayaan di butik. Aku juga mengikuti lomba kontes wedding dress saat usia 18 tahun, dan aku pemenangnya.”

Guen menyembunyikan raut wajah sedihnya menjadi sebuah rona bahagia di hadapan Carcas.

Carcas menghentikan kendaraannya disebuah taman kota untuk mendengar cerita Guen, yang semakin membuatnya takjub dengan cerita gadis mungil di sampingnya.

“Ooogh yah? berapa kamu mendapatkan uang saat itu?” tanya Carcas memberanikan diri menggenggam jemari Guen.

“Hmmm aku lupa! yang pasti aku bisa memberi down payment untuk butik ku dan kemudian mencicilnya saat usiaku 18 atau 19 tahun," kenangnya.

“Aku lupa!” tawanya sangat imut menghiasi bibir mungil dan tipis itu.

Carcas mengecup punggung tangan Guen, tentu Guen menjadi melayang di perlakukan pria tampan itu dengan sangat sopan.

“Apa kau mengenal Samuel?” tanya Carcas lekat menatap Guen.

Guen tertegun.

“Samuel?”

Guen kembali mengulang mengusap dadanya perlahan.

“Ya, Samuel yang memiliki rumah sakit kota ini?” Jelas Carcas lagi.

“Hmmm apa kau mengenalnya?” tanya Guen.

“Dia sahabat ku Guen, dia calon suami Citra tunanganku yang tadi.”

Carcas menjelaskan.

Perlahan Guen menarik tangannya dari genggaman Carcas. Seketika matanya terasa basah, air mata yang dari tadi ingin iya tumpahkan saat di butik,  kembali ingin mengalir deras seperti air terjun di Lembah Anai Sumatra Barat. Guen berusaha menahan rasa sesak didadanya.

“Apa dia menceritakan pada mu tentang aku?” tanya Guen pada Carcas.

Carcas membuang tatapannya dari wajah imut Guen.

“Ya, dia yang membuatku menjadi ingin mengenalmu!” jelas Carcas tersenyum tipis.

“Apa kau tidak mencintai Citra?” tanya Guen meyakinkan hatinya.

Carcas menarik nafas dalam.

“Aku dan citra hanya bersahabat, tapi ibu ku ingin aku segera menikah!” jawabnya lagi.

“Kenapa kau memilih aku? Bukankah kita menikah untuk keperluan bisnis? bukan karena cinta,” jelas Guen meyakinkan hatinya agar tidak berharap banyak pada pria yang berada disampingnya.  

“Ya, jujur aku tertarik pada mu, karena kau pintar memilih tempat untuk bisnismu. Kedua karena seorang Samuel pernah jatuh hati pada mu, tapi memilih meninggalkan mu hanya karena kau terlalu mandiri dan aku sangat menyukai gadis seperti mu! aku penasaran ingin mengenalmu dan berteman dengan mu! jika suatu hari nanti kita tidak bersama apa kau akan kecewa? atau kita berpisah atau bercerai! tapi aku janji aku tidak akan menyentuhmu. Sesuai kesepakatan awal tadi.” senyum Carcas.

“Aku hanya ingin menyelamatkan tempatmu agar tidak diambil alih oleh keluarga ku," tambahnya lagi.

“Memang Bank milik keluargamu akan mengambil aset ku?” tanya Guen meyakinkan.

“Ya, mereka meminta waktu pada ku hingga enam bulan, jika kamu tidak bisa melunasi, maka butikmu wajib meninggalkan tempat itu," jelas Carcas.

“Baiklah, aku akan melunasinya dalam waktu enam bulan," jawab Guen menunduk.

“Apa kau memiliki uang sebanyak itu? jika tidak, aku akan memberikan tempat lebih baik untuk mu!” tegas Carcas.

Guen menggeleng.

“Aku memiliki beberpa deposito. Tapi belum menghitungnya, mungkin setelah menikah aku akan mecairkan beberapa untuk membayarnya," jelas Guen.

“Kenapa kamu tidak mau aku bantu Guen? aku bisa memberikan tempat lebih mahal dan lebih baik dari itu!” tegas Carcas.

“Tempat itu pertama kali gadis ini merintis dan menerima salah satu artis terkenal di negeri ini Tuan Carcas. Bukan karena kemewahan atau apapun! itu menjadi tempat pertama karierku dan hidupku! aku tidak suka berpindah pindah apa lagi sampai di ambil oleh keluargamu untuk di jadikan kantor cabang Bank mu," kekeh Guen menghibur diri dari kekhawatirannya.  

Carcas semakin mengacak asal rambut Guen, “kita makan?” tanya Carcas.

Guen mengangguk.       

Carcas melajukan mobilnya menuju salah satu restoran, membawa Guen duduk didekatnya. Beberapa kali menggenggam jemari gadis kecil di sebelahnya tanpa perasaan sungkan.

“Aku akan menemani mu!” batin Carcas menatap bulu mata lentik gadis langsing itu tengah duduk di sampingnya.

Mereka duduk di salah satu private room, tawa canda menghiasi makan siang saat itu.

Drrrrt, drrrrt...

Handphone milik Carcas berdering kencang, bertuliskan nama "Citra".

📞"Ya,"-Carcas.

📞"Aku melihat mobilmu, apa kau sedang makan di dalam?" tanya Citra.

📞"Ya, masuklah,"

Carcas meletakkan handphone di atas meja menunggu kehadiran Citra. Masih mengajak Guen bercerita seperti tadi. Sesekali, mata mereka saling bertemu.

Cekreeek,

Citra dan Samuel hadir di hadapan mereka dengan wajah tersenyum sumringah.

Sheeeer,

Guen seketika menundukkan wajah imutnya, tidak ingin menatap ke arah Samuel. Jantungnya seakan berhenti berdetak, ingin pergi meninggalkan mereka semua. Tidak mudah bagi Guen untuk kembali bersahabat dengan Samuel.

Guen baru mengetahui bahwa Samuel meninggalkannya hanya karena Citra, wanita yang memohon padanya beberapa saat lalu sekaligus menjadi sahabat barunya.

"Kenapa aku mesti di hadapkan dengan permainan ini?" batin Guen semakin berkecamuk.

"Guen," usap Carcas pada punggung tangannya.

Guen menatap penuh harap mata Carcas.

"Bisa antar aku kembali ke butik?" tanya Guen dengan suara bergetar.

Citra mendekati Guen, merangkul tubuh gadis itu dengan perasaan sayang.

"Apa kau sakit?" tanya Citra lembut.

Guen menatap wajah cantik Citra, mengusap lembut pipi mulusnya.

"Aku harus kembali, maafkan aku," ucap Guen menahan rasa sakit yang teramat sangat.

"Tapi,"

Guen menepis tangan Citra.

"Maaf," bisik Guen berlalu.

Citra dan Samuel saling tatap, sesekali melirik ke arah Carcas.

Carcas lebih memilih mengejar Guen, "sory," ucapnya berlalu.

Tobe continue...

Mohon dukungan Like dan Vote pada karya ku, jangan lupa comment yah...🙏

Setidaknya kalian penyemangatku!

Khamsiah.... Hatur nuhun....🤗🔥

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!