3 tahun yang lalu.
"Pergi kamu dari sini! Papa malu denganmu. Kamu bukan hanya membuat malu Papa namun juga membuat malu seluruh keluarga besar ini."
Hati Lisa terkoyak mendengar Papanya yang dia banggakan dan selalu menyayanginya begitu tega mengusirnya karena masalah sepele menurut Lisa sendiri. Papa Lisa lalu menendang koper milik Lisa, air mata Lisa berjatuhan. Untuk pertama kalinya dia harus meninggalkan orang-orang yang dulu mencintainya namun malah sekarang menatap dengan penuh lirikan tajam. Semua meremehkannya. Ya, senyuman sinis mereka sampai membekas pada ingatan Lisa.
Aku akan kembali dengan kesuksesanku sendiri. Aku akan membungkam mulut-mulut penjilat seperti kalian. Batin Lisa.
3 tahun kemudian.
Suara ketikan laptop mewarnai ruangan besar yang tersekat dinding kaca namun Lisa sering menutupnya dengan tirai berwarna biru muda. Ruangannya hanya sebesar 3 kali dua meter saja dan sisanya adalah ruangan milik CEO dari Mendrova Group. Kenapa Lisa ada di sana? Ya tentu saja menjadi sekertaris pribadi Zico Abraham Mendrova.
Tak lama berselang terdengar suara deringan telepon kabel di depannya. Lisa mengangkatnya sambil satu tangannya mengetik.
"Okay," jawab Lisa lalu menutupnya kembali.
Lisa lekas bangun dan mengetuk pintu kaca yang menghubungkan ruangannya dengan ruangan sang bos.
Tok... tok...
Lisa masuk, dia memperhatikan Zico yang tengah berdiri membelakanginya sambil menatap jendela besar yang mengarah pada pemandangan kota metropolitan itu.
"Tuan Zico, dokter anda sudah datang."
"Suruh masuk!"
Lisa mengangguk lalu kembali ke ruangannya, dia menelpon lobi dan menyuruh dokter pribadi dari Zico untuk langsung masuk ke ruangannya. Tak berselang lama, dokter muda itu datang. Dia masuk ke ruangan Zico. Zico duduk di kursi terapinya sembari memijat pelipis kepalanya. Sesi tanya jawab pun dimulai, dokter bernama Dokter Leo itu duduk disampingnya dan sebelumnya memeriksa tekanan darah Zico. Semuanya normal namun akhir-akhir ini Zico memang susah tidur.
"Oke, langsung saja ke sesi pertanyaan. Apa yang kamu rasakan akhir-akhir ini?"
Zico menatap ke arah depan. "Aku merasa seperti ada di dua dunia, pikiranku seakan melayang bebas bahkan terkadang aku terhenti di satu titik. Aku bingung dan tidak tahu harus melakukan apa setelahnya."
Dokter Leo mengangguk, dia melanjutkan sesi tanya jawabnya. "Apa kamu memimpikan seseorang akhir-akhir ini?"
Zico menggeleng.
Dokter Leo membaca raut wajah Zico dan sorot matanya tidak fokus dengan sesi kali ini namun mengarah ke ruangan Lisa.
Tok.. tok..
Lisa masuk, dia membawa berkas yang harus diserahkan pada Zico. Zico lalu menatap Dokter Leo tadi dan mengernyitkan dahi saat Dokter Leo menatapnya aneh.
"Tuan Zico, maaf menganggu sesi konsultasimu namun ini ada dokumen yang harus anda periksa dan saya mengingatkan juga jika 1 jam lagi akan ada meeting direksi. Mohon persiapkan diri anda! Terima kasih," ucap Lisa sembari menunduk.
Lisa meletakkan berkas yang ada di sana dan kembali ke ruangannya. Dokter Leo menatap Zico yang mencuri pandang ke arah Lisa. Siapa yang tidak menyukai wanita cantik dan menjadi karyawan terbaik selama 2 tahun berturut-turut itu? Dia juga masih seorang mahasiswi yang sedang menempuh S2 di universitas ternama setelah pulang dari pekerjaannya yang menjadi sekertaris. Lisa mempunyai badan tinggi dan aduhai bak model, semua pria ingin menjadi kekasihnya namun sayangnya hati Lisa tak mengenal cinta. Belasan pegawai pria di sini ditolaknya mentah-mentah. Lisa Mariana mempunyai sebutan dewi es yang selalu dingin dan cuek pada setiap orang.
"Ehem... Tuan Zico yang terhormat, kini saya tahu masalahmu apa."
Zico mengernyitkan dahi sembari menatap Dokter Leo.
"Cinta. Ini masalah cinta. Hatimu kosong dan harus diisi."
Zico masih tak paham apa maksud dari Dokter Leo. Dokter Leo menghela nafas panjang, Zico terlalu sibuk dengan pekerjaannya sampai lupa jika hatinya belum terisi kembali setelah putus dengan mantan kekasihnya. Zico berdiri, dia mengencangkan dasinya lalu kembali ke kursi singgasananya. Tangan Zico membuka setiap dokumen yang diberikan sekertarisnya tadi, Dokter Leo menatapnya sembari bersedekap dada.
"Begini bro, kamu menyukai seseorang namun tak berani mengucapkannya. Cinta itu butuh pengertian," ucap Dokter Leo jika sesi sudah selesai dia akan menggunakan bahasa non formal kembali.
"Ini bukan cinta, aku hanya lelah," jawab Zico sembari membalikan lembar demi lembar kertas itu.
Dokter Leo berdecih. Dia menatap wajah Zico yang pembawaannya tenang dan teduh walau terkadang arogan jika dirinya benar-benar merasa terganggu. Saat ini Zico tidak terganggu saat membahas pasal cinta, jadi yang dituduhkan Dokter Leo tadi memang benar jika ini masalah cinta.
"Sekertarismu. Diam-diam kamu menyukainya 'kan?"
Zico kini mulai terusik, dia menatap tajam pada Dokter Leo. Dokter Leo yang sadar dengan perubahan wajah Zico lalu memutuskan untuk pergi sebelum singa itu terbangun dari tidurnya. Setelah Dokter Leo pergi, Zico menghela nafas panjang.
Tok.. tok.. tok...
Asisten pribadinya datang, dia adalah Jack. Pria berhati dingin dan tak pernah tersenyum pada siapapun. Dia adalah tangan kanan dari Zico bahkan hidup matinya untuk Zico saja.
"Tuan Zico. Mobil sudah siap."
Zico mengangguk, dia keluar dari ruangannya dengan diikuti oleh Jack. Lisa lekas berdiri dan membawa beberapa berkas yang diperlukan. Jika mereka bertiga berjalan bersama-sama maka aura menyeramkan terlihat jelas bahkan pegawai lain sampai tak berani menatap mereka terutama Lisa. Walau Lisa perempuan namun dia yang paling ditakuti di sini dari pada kepala HRD. Sorot tajam Lisa mendominasi bahkan mereka takut jika Lisa diam-diam melaporkan kesalahan mereka pada Zico karena Lisa adalah orang terdekat Zico yang ada di kantor itu.
Saat mereka ada di dalam lift hanya ada keheningan, Lisa memandang pantulan dirinya di dinding lift. Dia kini bisa bersanding sebagai sekertaris pribadi dari Tuan Zico Abraham Mendrova, orang yang paling berpengaruh di kota itu bahkan orang terkaya di kota itu. Lisa membenarkan kaca matanya dan sedari tadi Zico memandang Lisa dari pantulan dinding lift.
"Jack."
"Ya tuan?"
"Ipad ku tertinggal di ruanganku, bisakah kamu mengambilnya?"
"Biar saya ambilkan," sahut Lisa.
Zico menahan tangan Lisa saat wanita itu hendak akan memencet tombol lift untuk kembali ke atas lagi. Zico lekas melepaskannya sedangkan Jack paham jika dirinya yang disuruh keluar dari lift. Jack memencet nomor di lantai yang sebentar lagi akan sampai dan tak berselang lama terbuka. Jack keluar dan akan menggunakan lift lain. Lift itu pun tertutup dan kini Lisa dan Zico hanya berduaan saja di dalam lift. Ini bukan pertama kali mereka berduaan di dalam lift bahkan sudah ratusan kali namun kali ini terlihat berbeda.
Lisa memasukkan satu tangan pada saku blazernya, kurang 6 lantai lagi mereka akan sampai di lantai dasar yang langsung terhubung pada tempat parkir. Saat akan sampai tiba-tiba Zico menutup liftnya lagi sampai Lisa heran.
"Tuan Zico, apa yang ada ketinggalan lagi? Biar saya ambilkan," ucap Lisa.
Zico langsung mendorongnya ke dinding lift, Lisa kaget namun masih menunjukan wajah datarnya. Zico tiba-tiba mengunci tubuh Lisa dengan cara tangannya dia ulurkan ke dinding sehingga tubuh wanita itu tidak bisa ke mana-mana.
"Lisa Mariana, aku sudah mendengar jika kamu menolak banyak pria diluaran sana. Namun kali ini aku yakin jika kamu tidak bisa menolakku. Jadilah kekasihku!"
Lisa mendorong tubuh Zico, Zico tak mau kalah dan akan mendorong Lisa lagi ke tembok lift namun malah Lisa menarik tangan Zico dan menariknya kebelakang sehingga pria itu menahan sakitnya.
"Tuan Zico yang terhormat, tata cara pria juga menjadi poin utamanya untuk menyatakan perasaannya. Saya maklum pada hal itu tapi mohon maaf, saya tidak tertarik sekalipun anda itu adalah bos saya yang kaya raya dan disegani banyak Wanita, lagi pula ini namanya bukan cinta namun pemaksaan."
Lisa melepaskan tangan Zico, dia menekan tombol lift untuk kembali ke bawah. Zico memegangi lengannya yang kesakitan, sepertinya wanita itu culun namun nyatanya tenaganya sekuat preman. Setelah lift terbuka Lisa lalu mengajak keluar.
"Tuan Zico, kita sudah sampai di basement. Sampai jumpa di tempat meeting. Saya berangkat duluan."
Lisa keluar dan menuju ke motor gedenya, dia memakai motor 250 cc yang pantasnya digunakan oleh pria. Lisa tak lupa mengenakan kain pada pinggulnya untuk menutupi pahanya saat naik motor. Zico menatapnya sembari tersenyum kecil.
Dia menolakku mentah-mentah? Batin Zico.
Jack datang dan melihat wajah sang tuan tak seperti biasanya. Jack membukakan pintu dan Zico masuk ke dalamnya. Mobil mewah itu melaju mengikuti suara motor besar yang ditumpangi Lisa. Jack melirik Zico yang sedari tadi terus menghela nafas panjang.
"Tuan, anda tidak apa-apa?" tanya Jack.
Zico menatapnya dengan tajam. "Menurutmu aku orang seperti apa?"
Jack mengernyitkan dahinya, jarang sekali tuannya itu bertanya akan hal itu.
"Anda orang yang sangat baik, elegan, banyak disukai wanita."
Zico menjentikkan jemarinya sembari mengangguk, semua orang berpikir seperti itu namun tidak bagi Lisa. Bagaimana selera Lisa sampai Zico yang kaya raya, tajir melintir dan banyak disegani orang sekitarnya malah menolaknya mentah-mentah. Setelah itu dia hanya diam sembari menatap kota metropolitan dengan pemandangan gedung-gedung pencakar langit. Jack membiarkannya, jika Zico tidak bercerita pada ada suatu hal pasti hal itu benar-benar sangat rahasia.
Sesampainya ditempat meeting.
Meeting kali ini diadakan di restoran bintang 5. Jack membukakan pintu mobil sembari menunduk pada tuannya. Zico keluar dengan sejuta pesonanya. Lisa mengekor dibelakangnya sembari membawa berkas. Anehnya Lisa masih menganggap biasa saja kejadian tadi dan tidak ada canggung-canggungnya dengan Zico. Zico pun semakin kesal dengan Lisa, terlihat dari sorot wajahnya yang sudah tidak menyenangkan.
Di dalam sana terdapat meja yang sudah tersedia banyak makanan, selain meeting bersama mereka sekalian mengadakan makan siang. Lisa duduk di sebelah Zico sebagai pembicara, dia membuka laptop dan sesekali membenarkan kaca matanya. Zico melirik Lisa, wajah cantik itu terasa sangat sok sekali. Rasanya Zico seolah ingin menarik wajahnya dan menghisap bibir wanita itu kuat-kuat.
Jack membuka meetingnya, dia berterima kasih pada klien yang sudah hadir pada meeting hari ini. Lisa kini fokus membuka file yang akan ditampilkan di layar, satu tangannya tak sengaja menyenggol bolpoin lalu seketika jatuh ke lantai dengan suara yang nyaring. Spontan, Lisa dan Zico mengambilnya secara bersamaan, tangan mereka berpegangan, wajah mereka refleks saling menatap. Jack menyadarinya, mungkin inilah yang membuat sang tuan sedari tadi galau.
Lisa menarik tangannya, dia kembali fokus ke laptopnya sedangkan Zico berdehem sembari membenarkan dasinya. Dia melirik Lisa yang kini nampak biasa saja, terbuat dari apa hati dan perasaan wanita itu? Zico sendiri pun sangat heran sekali. Meeting di mulai, Lisa mulai menerangkan projek yang akan digarap perusahaan Zico. Wanita itu tampil dengan memukau dan elegan ala sekertaris hebat. Tak heran dirinya menyabet dua tahun penghargaan karyawan terbaik diperusahaan Zico. Otaknya cerdas dan terampil membuat Lisa sangatlah penting ada di sana. Sekali menjelaskan saja semua orang sudah paham apalagi dia menggunakan bahasa yang santai dan tidak terlalu baku.
Jam demi jam pun berlalu. Meeting pun usai, Zico menutup meeting kali ini. Lisa menata barang-barangnya kembali lalu ikut keluar mengekor Zico. Wajahnya masih terlihat biasa saja membuat Zico tak habis pikir.
"Kamu.."
"Iya?" jawab Lisa saat akan Zico masuk ke dalam mobil.
"Tolong belikan jus mangga sebelum kembali ke kantor! Aku haus."
Lisa mengangguk. "Siap, Tuan Zico."
Zico masuk ke dalam mobilnya, Jack menatap miris Lisa. Lisa pun hanya biasa saja karena dirinya memang tidak disukai Jack. Jack masuk ke dalam mobil dan duduk di depan kemudi. Dia melajukan mobilnya meninggalkan restoran itu, sementara Lisa kembali ke dalam restoran untuk membelikan jus mangga untuk sang tuan.
**
Lisa kembali ke kantor menggunakan sepeda motornya. Dia lekas masuk ke dalam gedung sembari menenteng jus mangga pesanan Zico. Saat akan masuk ke dalam gedung tiba-tiba dia terpeleset karena lantai di sana sangat licin. Jus mangga itu tumpah di blazernya dan tidak ada yang membantunya. Saat bersamaan tiba-tiba banyak orang yang menyorakinya, Lisa bangun dengan bingung. Semua pegawai datang meneriaki dan menyebutnya ****** licik. Lisa semakin bingung dengan sikap mereka yang tiba-tiba norak sekali.
"Sekalinya ****** tetap ******, menggoda Tuan Zico sampai segitunya."
"Apa maksud kalian? Saya menggoda Tuan Zico?"
"Ya benar. Dasar! Enyahlah dari kantor ini."
Semua orang melemparinya telur busuk, orang-orang yang melakukan itu tentunya yang tidak menyukai sosok Lisa atau yang dendam dengannya. Lisa hanya diam saja sampai suatu ketika Zico datang dengan wajah datarnya. Lisa curiga jika pria itu dibalik para pegawai yang arogan itu.
"Datanglah ke kantorku!" ucap Zico.
Zico menatap wajah Lisa dengan mengejek namun pria itu tak menunjukan rasa kekesalannya. Zico memang dijuluki serigala berbulu domba, nampaknya dia tenang namun diam-diam menusuk dan menyerang. Zico kembali ke ruangannya bersama Jack naik lift, sementera karyawan lain sudah bubar dan puas balas dendam pada Lisa.
Lisa ke kamar mandi untuk mencuci blazernya. Tak mengapa hal seperti ini sangat lumrah apalagi bukan rahasia perusahaan ini. Lisa lalu mengenakan lipsticknya dan menyisir rambutnya. Setelah semuanya lebih baik dia langsung ke ruangan Zico. Dia masih nampak tenang walau berpapasan dengan karyawan lain yang menatapnya jengah.
Sesampainya di kantor Zico.
Lisa langsung masuk tanpa mengetuk pintu. Zico berdiri, dia mendekati Lisa dan mengambil kaca mata yang menempel pada mata Lisa. Lisa hanya terdiam sementara Jack masih berdiri di sana tanpa bergerak layaknya seorang robot yang patuh pada tuannya. Zico mengulurkan tangan ke arah Jack tanpa melihat ke arahnya sementara tatapan matanya masih tertuju pada Lisa. Jack memberikan kertas cek pada Zico. Zico mengisi lembar kosong itu dan menyerahkannya pada Lisa. Lisa memandang wajah Zico dengan lekat.
"Aku akan memberimu 1M namun tidurlah denganku," ucap Zico.
Lisa hanya menunjukan senyuman tipisnya. "Simpan uangmu, tuan! Saya tidak tertarik."
Zico menarik wajah Lisa seolah ingin menciumnya namun Lisa mendorongnya kuat, dia lalu mundur satu langkah dan menatap Zico tajam.
"Kamu wanita satu-satunya yang menolakku mentah-mentah. Apa uang ini kurang? Oke, aku akan membelikanmu apartemen mewah, mobil mewah atau apapun yang kamu mau."
"Saya hanya ingin mempertahankan harga diri saya saja, tidak lebih," jawab Lisa.
Zico tertawa terbahak-bahak walau 3 detik kemudian dia terhenti dengan wajah datarnya. Dia mengangguk paham dan menuju ke mejanya. Zico bersedekap sembari duduk di atas meja menatap Lisa.
"Pergilah! Angkat kaki kamu dari sini! Kamu juga harus membayar biaya pinalti karena kontrak yang belum terpenuhi dan satu lagi, kamu tidak akan diterima di perusahaan manapun itu karena setelah ini kamu akan menjadi daftar hitam di perusahaan mereka," ucap Zico.
Zico semakin menekan Lisa bahkan wajahnya sudah mulai senang karena Lisa sudah sangat terpojok. Lisa masih terdiam sembari memainkan jemarinya namun wajahnya masih saja tetap tenang dengan gertakan dari Zico. Zico mendekatinya, dia merapikan blazer Lisa namun Lisa menepisnya.
"Saya..." Lisa mengucapkan dengan menggantung namun Zico yakin jika wanita itu akan luluh padanya.
"Saya..."
Zico tersenyum ketika wanita itu hendak mengatakan sesuatu namun ternyata tidak sesuai perkiraannya.
"Saya tidak serendah yang anda duga hanya karena demi uang," ucap Lisa.
Senyuman Zico pun seketika memudar. Dia sangat geram sekali namun masih menampilkan ekspresi datar. Dia menatap Lisa dari atas sampai bawah lalu hanya bisa tersenyum mengejek.
"Cih... apa kurang tawaran yang aku berikan? Aku bisa membelikanmu berlian mahal juga. Semua wanita suka dengan berlian."
Lisa tersenyum, dia masih menanggapi Zico dengan santai. Zico malah semakin tertarik padanya dan ingin menjerat sekertarisnya itu. Semakin Lisa menolak semakin juga Zico merasa tertantang.
"Lisa Mariana, tidurlah denganku! Apapun yang kamu inginkan akan aku penuhi namun jika tidak mau kamu akan menanggung akibatnya," sambung Zico.
Lisa mengeluarkan ponselnya dari saku lalu bertanya berapa uang pinalti yang harus dia bayar. Zico menyebutkan uang nominalnya, Lisa mengangguk paham dan tak lama berselang ponsel Zico yang dibawa Jack berbunyi.
"Tuan, ada dana masuk dari Nona Lisa," ucap Jack.
"Itu untuk membayar uang pinaltinya. Saya memutuskan untuk mengundurkan diri saja dan anda tidak usah repot-repot untuk memecat saya. Terima kasih atas selama ini. Bekerja di sini membuat saya mengalami banyak pengalaman dan tentunya kejadian saat ini tidak terlupakan," jawab Lisa.
Lisa pamit, dia menunduk dan keluar dari ruangan Zico. Tak main-main, Zico meminta uang pinalti sebesar 100 juta rupiah namun Lisa dengan enteng membayarnya. Rahang Zico mengeras, perempuan itu sungguh mengejeknya. Dia lalu duduk di kursinya sembari mengobrak-abrik meja dan semua yang di atasnya berceceran di lantai. Jack hanya diam saja sembari menunggu komando dari bosnya, dia bisa saja membunuh Lisa saat itu juga karena dengan beraninya mengejek sang tuan namun Zico sedari tadi tak memerintahkannya.
"Aargghh... Sial! Zico Abraham direndahkan oleh sekertaris sok itu?"
"Apa yang perlu saya lakukan, tuan? Saya bisa menyuruh orang untuk mencelakainya," sahut Jack.
"Siapa yang menyuruh untuk melukainya. Biarkan saja! Sudah sana pergi!"
Jack mengangguk, dia lekas keluar dari ruangan Zico. Zico meremas jemarinya sambil mengumpat dalam hatinya sendiri. Baru pertama kali dirinya ditolak oleh perempuan walau ini juga pertama kali dia mengajak perempuan tidur. Sebelumnya jika dia tertarik dengan perempuan maka dia akan mengajaknya untuk makan malam dahulu, saat itulah dia bisa mengambil keputusan untuk melanjutkan atau membuangnya. Namun kali ini berbeda, ada daya tarik tersendiri pada sekertarisnya itu. Zico dengan berani mengajaknya tidur apalagi Zico sama sekali belum pernah tidur dengan perempuan.
Lisa Mariana, aku semakin tertarik padamu. Batin Zico sembari tersenyum kecil.
**
Lisa kembali ke apartemennya, kejadian hari ini sungguh tak terduga walau bukan pertama kalinya dirinya diajak tidur oleh pria. Dia menghela nafas panjang sembari melepaskan semua pakaiannya, di apartemen kecil itu dia mencurahkan seluruh perasaannya.
Lisa masuk ke dalam bak mandi, dia ingin berendam sejenak sembari berpikir bagaimana ke depannya. 100 juta sudah dia berikan pada Zico dan tabungannya kian menipis. Lisa melakukan itu supaya tidak kalah dengan Zico yang sudah merendahkannya sebagai seorang wanita.
1M hanya untuk tidur dengannya? Mau dia memberikan semua hartanya aku tidak akan mau. Batin Lisa.
Lisa membilas tubuhnya yang bersabun setelah itu mengelap tubuhnya menggunakan handuk. Saat hendak keluar dari kamar mandi, dia mendapat telpon dari temannya. Lisa mengangkatnya, temannya itu meminta dirinya nanti malam untuk datang ke apartemennya. Lisa mau saja karena saat ini dirinya juga tengah butuh teman untuk curhat. Setelah menutup telpon, Lisa memakai pakaiannya dan merebahkan diri di ranjang hangatnya.
Membayar denda 100 juta tak masalah baginya namun diblacklist di semua perusahaan menjadi masalah sangat besar untuk saat ini. Bagaimana tidak? Koneksi Zico memang luas apalagi dengan membalikan tangan saja dia mudah untuk melakukan apapapun.
"Aku juga tidak akan pulang rumah sebelum sukses. Mereka akan menertawakanku jika aku pulang dalam keadaan sudah pengangguran. Huh... mana harus bayar sewa apartemen bulan depan. 100 juta ku melayang begitu saja," gumam Lisa.
Saat sedang membayangkan kedepannya, Lisa tertidur cukup pulas. Mungkin hari ini adalah hari terberatnya karena harus berurusan dengan Tuan Zico Abraham Mendrova.
Detik demi detik berlalu, jam demi jam silih berganti. Lisa terbangun dan melihat jendela apartemennya yang sudah menunjukan waktu malam hari. Dia kaget, ternyata dirinya sudah tertidur beberapa jam.
Lisa bangun dan langsung mandi lagi mumpung masih jam setengah tujuh malam. Setelah mandi dia segera ke apartemen temannya itu yang berjarak setengah jam dari apartemennya. Kali ini Lisa memilih untuk naik taksi online saja karena berniat untuk menginap di sana.
Sesampainya di sana, Lisa naik menggunakan lift. Gedung apartemen ini sangat mewah dan memang khusus untuk orang kaya saja. Harga jualnya juga tinggi apalagi jika disewa maka harganya bisa 10 kali harga sewa di apartemen yang kini ditempati Lisa.
Di dalam lift, dia hanya menatap bayangan tubuhnya. Tak berselang lama pintu lift itu terbuka, Lisa lekas keluar dan mencari apartemen milik temannya.
507, itulah nomor yang diingatnya. Lisa mengetuk pintu namun saat terketuk malah terbuka seolah tidak tertutup rapat. Lisa langsung masuk.
"Hani, kenapa pintunya tidak tertutup rapat?" tanya Lisa.
Pria yang baru saja keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk dipinggangnya saja. Lisa terbelalak dan menyadari dia salah kamar.
"Lisa? Kamu datang ke sini untuk menerima penawaranku tadi?" tanya Zico.
Lisa memang sudah 2 tahun bekerja dengan Zico namun pria itu tak memperbolehkan siapapun untuk mengetahui tempat tinggalnya kecuali hanya Jack yang mengetahuinya.
Lisa barjalan ke arah pintu namun Zico menarik tubuhnya dan mendorongnya ke tembok.
"Dari siapa kamu tahu aku tinggal di sini?" tanya Zico.
"Maaf, Tuan Zico. Saya salah kamar," jawab Lisa sambil mendorong Zico dengan kuat.
Lisa kembali hendak keluar namun Zico mencegahnya.
"Tawaranku masih berlaku. Kamu pasti khawatir kan karena tidak bisa mendapatkan pekerjaan di manapun? Semua perusahaan sudah mendaftarhitamkan nama kamu," ucap Zico.
Lisa menepis tangan Zico yang menggenggam tangannya kuat. Lisa masih saja menatapnya datar seolah tidak memperdulikan semua itu.
"Tuan Zico yang terhormat. Cara anda sangat norak sekali. Pertama anda menyerang saya dengan para pegawai anda. Kedua anda menyerang saya dengan ancaman. Ketiga anda hampir menyerang saya di kamar apartemen ini, namun itu tak akan mudah bagi anda. Saya tak selemah itu," jawab Lisa.
Zico tersenyum kecil, dia semakin mendekati Lisa. Lisa terus mundur dan siap menyerang jika Zico benar-benar nekat kepadanya. Tiba-tiba punggung Lisa terhentak ke tembok dan menyadari dia tak bisa melarikan diri lagi karena Zico sudah ada di depannya.
"Lisa, aku tidak akan melepaskanmu semudah itu."
Zico hendak menciumnya namun Lisa tiba-tiba menggigit kuat tangan Zico yang bersandar pada tembok. Zico sangat kesakitan sekali dan saat itulah Lisa punya kesempatan untuk lari dari Zico.
Mungkin kali ini kamu bisa lari, namun lain kali aku akan langsung menerkammu, Lisa Mariana. Batin Zico.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!