Selir ketiga dan putrinya berjalan menunduk dikawal oleh beberapa orang prajurit yang menjemputnya ke istana selir.
Di sepanjang perjalanan menuju ke ruang pertemuan, terdengar bisik-bisik dari para dayang dan tatapan merendahkan semua orang yang mereka lewati.
Semuanya bagaikan mimpi buruk untuk selir ketiga karena semuanya terjadi begitu tiba-tiba. Tuduhan demi tuduhan yang mengarah padanya seakan bukan rekayasa. Bukti-bukti yang ditunjukkan oleh penasehat istana terbilang konkret dan masuk akal.
Fitnah kejam yang terencana itu benar-benar membuat nama baik selir ketiga hancur.
"Dasar wanita murahan! Di balik sikapnya yang anggun ternyata dia tidak ubahnya seorang pelacur!" ucap salah seorang istri pembesar istana yang berdiri di luar ruang pertemuan.
"Wanita tidak tahu diri. Dia tidak sadar dari mana dia berasal."
"Pelayan tetap saja pelayan, mana bisa dia berubah menjadi putri. Menjijikkan!"
Cemoohan dan hinaan terus terdengar mengiringi langkah kaki selir ketiga dan putrinya. Tatapan amarah dan menghakimi menyambut kedatangan mereka. Semua orang tidak ada yang mempercayai mereka berdua saat ini seberapa kuat mereka berusaha menyanggah.
Jenderal Wang Jiang sudah lebih dahulu tiba di sana.
Selir ketiga dan putrinya berlutut memberi hormat lalu duduk di lantai di sisi Jenderal Wang Jiang.
Sejenak ruangan itu menjadi riuh oleh suara orang yang berbisik-bisik mengeluarkan argumentasinya tentang ketiga pesakitan yang bersimpuh di hadapan sang kaisar.
Di alam kultivasi kekuasaan di dasarkan pada kekuatan. Siapa yang paling kuat dialah yang berkuasa. Para kultivator memiliki umur yang panjang dan tidak jarang bagi mereka memiliki wajah yang tidak lekas menua meskipun sudah berumur ratusan tahun lamanya. Begitu pun dengan Kaisar Benua Timur Gu Ming Hao.
Kaisar Gu memiliki seorang permaisuri dan tiga orang selir. Masing-masing memiliki seorang anak kecuali selir kedua. Permaisuri Han Jia Li melahirkan seorang putra bernama Gu Qian Fan, selir pertama Tan Jian Ying juga melahirkan seorang putra yang diberi nama Gu Yu Wen, dan selir ketiga Shi Yu Jie memiliki seorang putri yang sangat cantik bernama Gu Fang Yin. Hanya selir kedua Ning Xia He yang tidak memiliki keturunan.
Kecantikan dan kecerdasan Putri Fang Yin mampu mencuri hati semua orang. Semua orang sangat menyayanginya dan sangat memanjakannya. Kedua kakak laki-lakinya Qian Fan dan Yu Wen juga sangat dekat dengannya. Mereka selalu bersama-sama dalam segala hal termasuk belajar ilmu beladiri.
Bakat Fang Yin yang sangat luar biasa akhirnya terdengar ke telinga Selir Ning. Hatinya yang dipenuhi rasa iri membuatnya tidak rela melihat Selir Shi yang notabene berasal dari seorang pelayan terus mendapatkan pujian. Sang kaisar juga lebih sering mengunjunginya dibandingkan dengan istri-istrinya yang lain.
Rasa dengki itulah yang meracuni pikiran Selir Ning dan menuntunnya untuk berbuat jahat. Dia yang seorang keturunan bangsawan merasa tersisih dan tersaingi oleh seorang wanita dari kalangan bawah seperti Selir Shi. Dia menyusun siasat untuk mengeluarkannya dari istana dan membuangnya jauh-jauh dari kehidupan sang kaisar.
Untuk memuluskan rencana dia berkonspirasi dengan pejabat pemerintahan yang merupakan kerabat dekatnya serta menghasut permaisuri dan Selir Han agar mau bersekutu dengannya.
Bukan itu saja, Selir Ning yang pernah ditolak cintanya oleh Jenderal Wang Jiang merasa sakit hati padanya dan ikut melibatkannya dalam masalah ini. Itu juga atas permintaan pamannya yang merasa jika Jenderal Wang Jiang selalu menghalangi niatnya untuk berbuat curang dalam pemerintahan. Dengan kata lain seluruh orang di dalam pemerintahan mendukung Selir Ning asal Jenderal Wang Jiang juga dijadikan kambing hitam dalam konspirasi itu.
Penyelidikan yang dilakukan oleh Jenderal Wang Jiang hampir berhasil membongkar konspirasi Penasehat Ning Hao Yu dengan para kultivator dan raja-raja kecil yang berencana untuk menggulingkan Kaisar Gu.
Singkat cerita, Selir Shi dituduh berselingkuh dengan Jenderal Wang Jiang dan menyangsikan Putri Fang Yin sebagai darah daging Kaisar Gu. Selir Shi juga dituduh berniat meracuni Kaisar Gu dan menggulingkan tahtanya agar Jenderal Wang Jiang bisa naik tahta sebagai kaisar yang baru. Beragam bukti palsu mengukuhkan keduanya sebagai pasangan selingkuh, hal itu semakin diperkuat dengan status Jenderal Wang Jiang yang masih melajang hingga saat ini.
Setelah semuanya berkumpul, Kaisar Gu yang sedari awal terlihat muram mulai berbicara. Kekecewaan yang teramat dalam membuatnya tidak ingin berbicara lagi pada Selir Shi. Dia menyerahkan semua keputusan pada penasehat serta para Dewan Kekaisaran Benua Timur.
Penasehat Ning bersorak dalam hati. Akhirnya dia bisa mewujudkan mimpinya untuk menyingkirkan Jenderal Wang Jiang yang merupakan tonggak kekuatan Kekaisaran Benua Timur. Dia juga bisa membalaskan rasa sakit hati keponakannya, Selir Ning.
Para Dewan Kekaisaran dan Penasehat yang sebelumnya telah bersekongkol berpura-pura berdebat untuk memutuskan hukuman bagi ketiga terdakwa tersebut.
Selir Shi terus melihat ke arah Kaisar Gu berharap dia akan menatapnya dan mencari kejujuran di matanya, namun rasanya itu sia-sia. Fang Yin yang masih belia terus menangis merasa belum siap dan merasa ini terlalu mendadak baginya. Keduanya saling berpelukan untuk saling menguatkan hati mereka yang sedang dikuasai ketidakberdayaan.
Penasehat Ning meminta perhatian semua orang untuk mendengarkannya membacakan vonis untuk ketiga terdakwa.
Selir Shi mendapatkan hukuman kurungan di penjara bawah tanah seumur hidupnya, Putri Fang Yin mendapatkan hukuman diasingkan di Hutan Bintang Selatan, dan yang terberat adalah hukuman bagi Jenderal Wang Jiang yang menerima hukuman mati.
Tangis Fang Yin dan Selir Shi pecah. Jika sebelumnya mereka menangis tanpa suara, kini mereka menangis sekeras-kerasnya tanpa mempedulikan orang-orang di sekitarnya. Sebenarnya Kaisar Gu merasa tidak tega melihat kesedihan di wajah Selir Shi dan Putri Fang Yin, namun amarah dan rasa kecewanya lebih dominan sehingga membuatnya seolah tidak peduli pada mereka berdua.
Di hari itu juga hukuman dijalankan. Putri Fang Yin diantar oleh prajurit ke Hutan Bintang Selatan dan ditinggalkan di sana seorang diri. Di dalam hutan itu hanya disediakan sebuah gubuk reyot yang lama tidak di huni dan peralatan usang untuk memasak.
Putri Fang Yin berusaha menerima kenyataan pahit ini meskipun dalam hati dia tidak terima dengan tuduhan keji yang memfitnah dia dan ibunya. Dia mulai membersihkan tempat tinggal barunya yang sangat kontras dengan kehidupan sebelumnya. Air matanya seakan telah kering, berganti rasa dendam dan sakit hati pada para dalang dibalik konspirasi ini.
Fang Yin bersumpah untuk membalaskan dendamnya dan ibunya suatu saat nanti.
Walaupun dia sendirian di hutan, Fang Yin berusaha untuk tetap kuat demi mewujudkan cita-citanya untuk mengembalikan kehormatan dan nama baik ibunya.
••••
Kabar hukuman bagi Selir Shi pun terdengar oleh orang tuanya yang kebetulan sedang dalam perjalanan menuju ke istana Kekaisaran Benua Timur. Mereka mempercepat perjalanannya untuk segera bertemu dengan anak dan cucunya. Kedua orang tua Selir Shi berharap kedatangannya belum terlambat dan bisa menyelamatkan anak dan cucunya.
Kaisar Gu masih menyambut kedua mertuanya itu meskipun hubungannya dengan Selir Shi sedang tidak baik-baik saja. Bagi Kaisar Gu, orang tua wajib untuk diberi penghormatan terlepas dari apa yang telah dilakukan putrinya. Itulah mengapa Kaisar Gu sangat disayangi oleh rakyatnya, dia melambangkan seorang pemimpin yang kuat dan mengayomi. Sayangnya, para raja-raja kecil yang memimpin setiap kerajaan dan beberapa negara bagian yang berada di bawah naungan Kekaisaran Benua Timur seringkali menyelewengkan dana dan bantuan admistrasi dari Kaisar Gu untuk memperkaya diri.
Orang tua Selir Shi bersujud di kaki Kaisar Gu untuk memohon pengampunan bagi anak dan cucunya. Mereka berjanji untuk membawa mereka pergi dari istana itu dan tidak akan pernah kembali ke sana. Sebelum Kaisar Gu mengabulkannya maka mereka tidak akan pernah bangun dari sujudnya.
Awalnya Kaisar Gu menolak namun orang tua Selir Shi mengingatkan budi baik dan jasa Selir Shi yang dengan tulus merawat Kaisar Gu sewaktu dia menderita penyakit kulit.
Semua orang menjauhinya, hanya Selir Shi yang bersedia merawatnya sepenuh hati. Waktu itu, Selir Shi masih berstatus sebagai seorang dayang pribadi kaisar. Itulah yang menjadi awal mula kisah cinta di antara keduanya.
Kaisar Gu terdiam mendengarkan kisah yang mengingatkan rasa cintanya pada sosok sederhana Selir Shi. Selir yang tidak pernah menuntutnya untuk memberinya ini dan itu, juga tidak pernah tertarik dengan ketenaran dan gelar darinya. Hati Kaisar Gu menjadi bimbang dan mulai merasa ada yang janggal dengan tuduhan perselingkuhan yang menyeret nama Selir Shi. Dalam hati dia bertekad untuk menyelidiki masalah ini secara diam-diam.
Penasehat Ning tidak rela jika Kaisar Gu melepaskan Selir Shi begitu saja namun dia tidak bisa berbuat apa-apa. Satu-satunya hal yang bisa dia lakukan adalah merahasiakan keberadaan Fang Yin. Jika sampai Fang Yin dibawa ke klan Shi sebelum rencananya berhasil, maka akan semakin sulit untuk menemukannya lagi.
Selir Shi dikeluarkan dari penjara dan keluar dari istana dengan tidak hormat. Sebutan sebagai tukang selingkuh dan penghianat secara tidak langsung tersemat di belakang namanya. Marah, malu dan terhina, itulah yang dia rasakan ketika meninggalkan istana itu.
"Yu Jie! Di mana cucuku Fang Yin di hukum?" tanya Shi Jun Hui, ayah Selir Shi.
Saat ini mereka sedang berada di dalam perjalanan menuju ke klan Shi di negara bagian Gunung Perak.
"Maafkan aku, Ayah. Sungguh tuduhan itu tidaklah benar. Aku sudah menelantarkan putriku dan tidak tahu sekarang dia ada di mana," jawab Selir Shi penuh sesal.
"Sungguh sangat disayangkan, seharusnya kita juga bisa membawa serta Fang Yin." Yu Ruo, ibu dari Selir Shi menimpali.
Mereka bertiga akhirnya pasrah dan memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke klan Shi dari suku es tanpa Fang Yin.
****
Bersambung...
Sejak kepergian Selir Shi dan juga Fang Yin dari istana, Kaisar Gu terlihat sering melamun dan menyendiri di kamar. Rasa cintanya pada Selir Shi membuat hatinya terluka sangat dalam. Lubang tanpa dasar yang tidak mampu tertutupi oleh kebahagiaan apapun.
Jenderal Wang Jiang telah dihukum mati. Kekacauan demi kekacauan mulai terjadi. Dari mulai gejolak di dalam intern keprajuritan maumpun keamanan di wilayah perbatasan.
Kaisar Gu benar-benar terpuruk saat ini, namun dia berusaha untuk mengesampingkan masalah pribadinya dan mengutamakan urusan pemerintahan.
Diam-diam dia juga mengutus seseorang yang terpercaya untuk menyelidiki kasus Selir Shi. Cinta mengalahkan logika dan bukti mengalahkan sanggahan, itu yang membuatnya tidak mampu berbuat apa-apa ketika Selir Shi didakwa dengan tuduhan keji itu. Saat itu hatinya juga sedang dilema dan merasakan kekecewaan yang sangat besar melihat Selir Shi diam tanpa melakukan pembelaan. Mungkin juga percuma saja karena bukti-bukti yang menjeratnya begitu kuat.
Penyelidikan yang dilakukan utusan Kaisar Gu mulai menampakkan hasil. Dia menemukan adanya indikasi jika Selir Shi dan Jenderal Wang Jiang adalah korban keserakahan seseorang. Utusan itu merasa ketakutan ketika mulai menemukan banyak fakta mengejutkan.
Penasehat Ning mulai mengendus kecurigaan Kaisar Gu. Tidak ingin rencananya gagal, dia segera mengatur siasat dan mempercepat gerakannya. Pihak-pihak yang satu kubu dengannya berkumpul untuk merencanakan penyerangan dan penggulingan kekuasaan.
Mereka ingin membuat kejadian seolah-olah seperti sebuah pemberontakan dari luar dan mengkambinghitamkan kultivator untuk membuat nama Penasehat Ning dan Dewan Kekaisaran tetap bersih.
Suatu pagi, Qian Fan sedang menerima pendidikan khusus sebagai seorang putra mahkota dan Yu Wen berlatih beladiri di belakang vila tempat di mana Qian Fan belajar. Qian Fan memintanya untuk menungguinya karena setelah itu mereka ingin pergi ke luar istana untuk membeli barang yang mereka inginkan. Yu Wen sangat senang karena biasanya, Qian Fan yang akan membayar semua barang yang dia beli.
Qian Fan, Yu Wen dan Fang Yin memiliki usia yang tidak terpaut jauh. Saat ini Qian Fan berusia 16 tahun, Yu Wen 15 tahun, dan Fang Yin 13 tahun. Mereka bertiga sering berlatih secara mandiri bersama-sama di tempat ini selain di akademi.
"Adik! Apa kamu sudah selesai?" tanya Qian Fan pada Yu Wen.
"Harusnya aku yang menanyakan itu, Kakak!" Yu Wen menghentikan latihannya.
"Kamu terlihat sangat hebat sekarang. Kamu seperti seorang pendekar yang sangat luar biasa," ucap Qian Fan sambil menepuk bahu Yu Wen.
"Kemampuanku masih jauh di bawahmu, Kakak. Bahkan di bawah Fang ... Yin ...." Yu Wen memelankan suaranya ketika menyebut nama adik perempuannya itu.
Qian Fan sejurus menatap Yu Wen. Dia pun merasa sangat kehilangan Fang Yin setelah beberapa hari ini tidak bertemu. Mereka tidak mempedulikan tentang masalah yang menyudutkan Fang Yin, bagi mereka Fang Yin tetaplah adik mereka.
"Aku sangat merindukan Yin'er!" Qian Fan berseru lirih.
Saat mereka sedang asyik mengobrol, terdengar suara jerit memilukan dari dalam istana.
"Kakak! Apakah kamu mendengar sesuatu?" Yu Wen beranjak dari duduknya dan mencoba mencari-cari dari mana suara itu berasal.
Qian Fan berdiri lalu melompat ke atas pohon untuk menjangkau pemandangan yang jauh.
"Gawat, Adik! Istana kita di serang!" seru Qian Fan dengan wajah paniknya.
Dia segera melompat turun dan kembali ke sisi Yu Wen.
"Apa? Bagaimana ini, Kak? Apa yang harus kita lakukan?" Wajah Yu Wen terlihat ketakutan.
Belum sempat Qian Fan menjawab pertanyaan Yu Wen, beberapa orang berpakaian pendekar dengan memakai penutup wajah datang menghampiri mereka berdua.
Di lihat dari gerakan mereka, sangat terlihat jika mereka adalah kultivator tingkat menengah dengan bintang teratas.
Qian Fan dan Yu Wen terkejut ketika kultivator yang berjumlah 5 orang itu mengepung mereka. Wajah mereka menjadi pias karena takut, namun mereka akan berusaha untuk menyerang. Tidak ada jalan lain, saat ini mereka tidak bisa lari lagi.
"Siapa kalian?!" tanya Qian Fan sambil memasang kuda-kuda siap untuk menyerang.
"Kami adalah pembunuh bayaran. Bersiaplah untuk mati, Pangeran!" Salah seorang dari mereka mulai maju dan menyerang Qian Fan.
Seorang lagi menyerang Yu Wen dan tiga yang lainnya masih berdiri menunggu saat yang tepat untuk menyerang.
Kelima orang itu membawa senjata andalan mereka seperti pedang, tombak, golok, dan rantai besi.
Qian Fan mengeluarkan pedang dari cincin penyimpanannya, begitu juga Yu Wen.
Dengan sekuat tenaga mereka bertarung melawan kelima kultivator itu. Kemampuan kedua pangeran itu tidak bisa dianggap enteng meskipun usia mereka masih sangat muda. Andaikan cuma dua orang saja yang mereka lawan, mungkin kemenangan akan menjadi milik merek.
Pedang Qian Fan yang dia aliri energi mampu melukai seorang kultivator hingga membuat pergelangan tangannya putus. Tindakan itu membuat mereka semakin marah dan mengeroyok Qian Fan dengan brutal. Qian Fan akhirnya mati di tangan mereka.
Yu Wen yang terluka parah mencoba melarikan diri ketika melihat kakaknya mati dengan cara mengenaskan. Namun sayang, para penjahat itu mengetahuinya. Salah seorang dari mereka mengeluarkan energi dari telapak tangannya dan melemparkannya hingga mengenai punggung Yu Wen.
Serangan telak itu membuat Yu Wen jatuh tersungkur dan meregang nyawa.
Para penjahat itu tersenyum puas lalu menyeret tubuh Qian Fan dan Yu Wen yang sudah tak bernyawa itu ke dalam istana.
Suasana di dalam istana tidak kalah mengerikan. Mayat-mayat bergelimpangan di sana. Keadaan ruangannya pun kacau dengan api yang berkobar di mana-mana.
Kaisar Gu masih bertarung bersama beberapa orang kulitivator ketika mayat Qian Fan dan Yu Wen dilempar ke hadapannya.
Melihat kedua putranya telah tewas, konsentrasi Kaisar Gu menjadi buyar. Kekuatannya yang sebelumnya sangat besar seakan-akan menghilang seketika. Serangan demi serangan tidak dapat lagi dia hindari karena hatinya yang rapuh.
"Katakan, siapa dalang di balik semua ini?!" pekik Kaisar Gu di sela-sela pertarungannya.
Meskipun kekuatannya menurun, namun Kaisar Gu masih bisa membuat para kultivator itu kalang kabut dan dua diantaranya terbunuh olehnya.
"Aku! Akulah yang merencanakan semuanya!" Suara yang sangat dikenalnya muncul.
Betapa terkejutnya Kaisar Gu ketika melihat siapa yang datang.
"Penasehat Ning! Kau ...." Suara Kaisar Gu terhenti karena sebuah serangan jarak jauh kembali menghantam tubuhnya yang sedang tidak siap karena keterkejutannya.
Tubuh Kaisar Gu ambruk ke lantai akibat luka dalam yang dideritanya. Darah bercampur racun kehitaman menyembur keluar dari mulutnya. Rupanya sebelum penyerangan terjadi dia pun telah diberi racun sehingga tidak mampu mengeluarkan kekuatannya dengan maksimal.
"Nikmatilah detik-detik kematianmu, Gu Ming Hao! Seluruh klanmu dan keturunanmu sudah aku habisi. Kekuasaanmu telah berakhir! Hanya tinggal Fang Yin saja yang belum kuhabisi! Hahaha!" Tawa Penasehat Ning menggema di seluruh ruangan.
"Fang Yin! Bukankah dia ...." Lagi-lagi ucapan Kaisar Gu terpotong karena Penasehat Ning segera menyelanya.
"Dia putrimu! Putri kandungmu! Perselingkuhan Selir Shi hanyalah rekayasa. Kamu benar-benar bodoh! Begitu mudahnya kamu diperdayai! Sekarang sambutlah kematianmu!" Penasehat Ning mengayunkan pedangnya dan menancapkannya di dada Kaisar Gu.
"Aarrrgghhh! Fang Yin, maafkan ayah. Balaskan den-dam-ku ... Aaa ... haa ...." Saat napasnya sudah berada di ujung tenggorokan, Kaisar Gu membaca sebuah mantra yang dia kirim kepada Fang Yin.
Mantra yang mentrasfer ingatan Kaisar Gu tentang isi Kitab Sembilan Naga yang dipelajarinya karena sebenarnya dia tahu jika Fang Yin secara diam-diam telah mencuri baca dan mempelajari sebagian isinya.
Kitab Sembilan Naga terbagi menjadi sembilan dan Kaisar Gu memiliki salah satunya. Di dalam kitab itu berisi banyak sekali jurus-jurus dan teknik bertarung beserta cara untuk mencapai ranah tertinggi di dalam dunia kultivasi. Tidak heran jika kitab itu menjadi rebutan. Kaisar Gu sudah menumpahkan darah perjanjian di dalam kitab itu sehingga kitab itu akan menghilang seiring dengan kematiannya.
"Apa rencana kita selanjutnya, Yang Mulia?" tanya seorang kultivator yang paling dekat dengan Penasehat Ning.
"Bunuh Putri Fang Yin yang sedang diasingkan di Hutan Bintang Selatan!" ucap Penasehat Ning dengan wajah bengisnya.
"Siap laksanakan, Yang Mulia!"
Orang itu segera memberi kode pada teman-temannya dengan tatapan dan anggukan. Mereka segera berangkat ke Hutan Bintang Selatan setelah memberi hormat pada Penasehat Ning. Dengan iming-iming posisi penting di dalam pemerintahan yang akan dijalankan oleh Penasehat Ning sebagai kaisar baru, para kulitivator bergerak dengan penuh semangat.
Penasehat Ning mencabut pedangnya dari tubuh Kaisar Gu yang sudah tidak berdaya lalu pergi dari sana dengan senyum kemenangan.
Di Hutan Bintang Selatan.
Fang Yin yang sedang beristirahat setelah makan siang tiba-tiba tersentak. Suara terakhir Kaisar Gu menjelang kematiannya terdengar sangat jelas di telinganya. Begitu juga dengan isi Kitab Sembilan Naga bintang 1 yang dikirim melalui mantra tiba-tiba masuk ke dalam ingatannya.
"Ayah!" pekik Fang Yin.
"Kamu sudah tahu jika aku dan ibu tidak bersalah? Apa yang telah terjadi padamu?"
Mata Fang Yin menjadi nanar membayangkan kejadian buruk yang menimpa keluarganya. Tapi dia belum tahu pasti apa yang sedang terjadi saat ini. Fang Yin memikirkan ayahnya, ibunya, kedua kakaknya, serta ketiga ibu tirinya.
Hatinya menjadi gelisah karena Fang Yin tidak mampu membendung rasa ingin tahunya. Dengan langkah gontai, dia berjalan meninggalkan gubuknya dan berdiri di tepi sungai yang menjadi tempat favoritnya beberapa hari ini. Selain untuk mencari ikan, hati Fang Yin merasa sedikit tenang ketika mendengar suara aliran air dan bermeditasi di sana.
Baru beberapa saat dia berada di sana, tiba-tiba terdengar suara langkah beberapa orang yang berjalan menuju tempatnya berada saat ini.
"Rupanya kamu di sini, Gadis Kecil," ucap salah seorang dari kultivator suruhan Penasehat Ning.
"Siapa kalian?" Fang Yin menatap mereka satu persatu dan sama sekali tidak mengenalnya.
"Tidak penting siapa kami, yang terpenting adalah persiapkan dirimu untuk menjeput kematianmu!"
Sriinggg!
Suara pedang terhunus membuat ulu hati terasa ngilu.
Fang Yin pun mengeluarkan pedangnya dan bersiap menghadapi tujuh orang tak dikenal yang menyatroninya itu.
"Besar juga nyali kamu, Bocah! Aku pikir wanita hanya bisa menangis ketakutan dan berlari untuk sembunyi." Orang itu menarik salah satu sudut bibirnya dan tersenyum miring.
"Untuk siapa kalian bekerja dan kenapa kalian ingin membunuhku?!" pekik Fang Yin tanpa rasa takut.
Orang itu maju perlahan mendekati Fang Yin.
"Baiklah aku katakan padamu agar kamu tidak mati penasaran. Kami sudah membantai habis seluruh Klan Gu tanpa sisa. Hanya tinggal kamu saja yang belum, maka dari itu bersiaplah!"
Wajah Fang Yin menjadi kaku dengan hawa dingin menyelimuti tubuhnya mendengar ucapan orang itu. Jadi suara ayahnya yang terdengar tadi adalah nyata.
Belum hilang keterkejutannya, orang itu sudah mengayunkan pedangnya ke arah Fang Yin. Pedang Fang Yin menyambut pedang orang itu sebelum berhasil menyentuh tubuhnya. Pertarungan pedang pun tidak terelakkan.
Tubuh kecil Fang Yin begitu lincah menerapkan Jurus Pedang Tiga Mata Angin dengan sempurna. Kultivator itu tidak menyangka jika putri yang terlihat lemah lembut itu mampu melawannya. Bahkan permainan pedangnya lebih hebat darinya.
Melihat temannya sedikit kewalahan menghadapi Fang Yin, ke-enam pendekar lainnya serempak maju untuk membantunya.
Pedang Fang Yin terlempar ke udara ketika dia mendapatkan sebuah serangan yang menghantam tubuhnya dari arah belakang.
Tubuh Fang Yin terhempas namun masih bisa berdiri meskipun tidak seimbang. Pukulan tenaga dalam yang diterimanya membuat matanya menjadi kabur karena kesadarannya menurun. Tanpa dia sadari posisinya saat ini sedang berada di bibir jurang yang berbatasan langsung dengan aliran sungai.
Samar-samar Fang Yin masih melihat seseorang berjalan mendekati. Saat dia berjalan mundur tubuhnya kehilangan keseimbangan karena tidak menemukan pijakan lagi di belakangnya dan .... Byur! Tubuh Fang Yin yang terluka parah itu tercebur ke sungai.
Dengan keadaannya yang seperti itu sudah bisa dipastikan jika tidak ada harapan lagi bagi Fang Yin untuk hidup.
*****
Bersambung....
Di dunia modern.
Seorang wanita kira-kira berusia 25 tahun dengan penampilan rapi, tampak tergesa-gesa berjalan keluar dari dalam rumahnya, masuk ke dalam mobil lalu menjalankannya.
Dia adalah Agata Moan, seorang dokter yang bekerja di sebuah rumah sakit ternama. Selain itu dia juga memiliki sebuah klinik pribadi yang buka ketika dia tidak sedang bertugas di rumah sakit. Sebagai seorang dokter umum, Agata memiliki jam terbang yang cukup tinggi. Namun demikian dia tetap memiliki waktu libur seminggu sekali untuk melepaskan kepenatan dari rutinitas yang dia jalani.
Agata terlahir sebagai seorang yatim piatu. Ayahnya seorang tentara yang gugur ketika dia masih ada dalam kandungan ibunya, sedangkan ibunya meninggal ketika melahirkannya. Agata kecil tinggal dan dibesarkan oleh neneknya di sebuah kampung terpencil. Neneknya yang berprofesi sebagai terapis akupuntur membuatnya tertarik mempelajari ilmu kesehatan.
Selain seorang terapis akupuntur, nenek Agata juga seorang ahli pengobatan yang memakai tenaga dalam dan teknik pernapasan. Sebagai orang terdekatnya, Agata mewarisi semua ilmu yang dimiliki oleh sang nenek. Agata juga keturunan terakhir keluarga bermarga Moan yang merupakan keturunan pendekar hebat di masa lampau.
Nenek Agata meninggal ketika Agata bersia 16 tahun. Sebelum meninggal dia mewariskan sebuah kitab yang dijaga secara turun temurun oleh leluhurnya. Kitab itu di tulis dengan huruf kuno, beruntung Agata pernah belajar dari neneknya dan menyalin huruf-huruf itu ke dalam versi modern.
Dari kitab itu, Agata mempelajari teknik-teknik pemurnian qi, pengadaptasian tubuh untuk menerima energi alam, dan penempaan tulang agar menjadi kuat. Banyak sekali jurus-jurus dan teknik mengolah ilmu tenaga dalam yang tertilis di sana. Butuh waktu sekitar sembilan tahun bagi Agata untuk menguasai seluruh isinya. Tepat di hari ini waktu 9 tahun itu berlangsung.
Kitab yang dipelajari oleh Agata adalah Kitab Sembilan Naga bintang tiga.
Agata tidak pernah tahu jika leluhurnya telah memberi mantra pada kitab itu, di mana membuat pemegang kitab yang mempelajarinya dengan sungguh-sungguh harus rela menyerahkan jiwanya untuk menyatukan kembali sembilan kitab yang tercerai berai.
Drrttt ... drrttt ... drrttt!
Ponsel milik Agata bergetar beberapa kali yang menandakan adanya sebuah panggilan masuk.
Agata yang sedang menyetir mencoba mengabaikannya karena saat ini dia sedang berada di jalanan yang tidak memungkinkannya untuk berhenti.
Telepon itu terus berdering membuat Agata merasa perlu untuk mengankatnya. Setir mobil dia kendalikan dengan satu tangannya dan tangannya yang lain merogoh ponsel dari dalam tasnya. Agata merasa kesulitan mengambil ponsel itu. Saat berhasil mengeluarkannya, ponsel itu malah terjatuh. Agata meraih ponsel dan menggapai-gapai dengan tangannya sambil menyetir. Laju mobil Agata menjadi oleng karena dia tidak fokus melihat ke jalanan.
Duuaarrrr! Boomm!
Mobil Agata menabrak pembatas jalan lalu terus meluncur menghantam pagar jembatan.
Dalam kecelakaan tunggal itu Agata meninggal di tempat.
Agata merasa jiwanya seperti tertarik ke dalam sebuah lubang hitam yang sangat dalam dan terjatuh ke dalamnya.
Di dalam kematiaanya itu, Agata tidak merasakan sakit ataupun terluka. Dia hanya merasa seperti sedang bermimpi dan menghuni alam bawah sadarnya. Sepenuhnya dia masih mengingat apa yang terjadi sebelumnya.
****
Di Kekaisaran Benua Timur.
Tubuh Fang Yin yang sudah meninggal tersangkut di sebuah batu besar pada aliran sungai dangkal di bawah tanah yang melintasi sebuah goa.
Agata merasakan jiwanya masuk kembali ke dalam tubuhnya dan di sambut dengan hawa dingin yang menyelimuti di sekujur tubuhnya.
Perlahan-lahan dia membuka mata dan mencoba untuk mellihat ke sekelilingnya. Kepalanya terasa berat dan hidungnya terasa perih ketika dia mengambil napas.
"Uhukk ... uhukk!" Agata terbatuk dan mengeluarkan air yang tertahan di hidung, telinga, dan mulutnya.
Untuk beberapa saat, Agata belum menyadari apa yang terjadi dengan tubuhnya karena masih sibuk mengatur napasnya yang tersengal-sengal.
Matanya terbelalak ketika melihat bajunya menjadi aneh, tubuhnya menjadi lebih kecil, dan banyak lagi perubahan fisik yang tidak dia mengerti.
"Ini ... ini ... arrgh!" Agata berteriak karena merasa frustasi saat melihat tubuhnya.
Pandangannya kemudian melihat ke sekeliling tempat dia berada sekarang.
'Goa? Aku berada di dalam goa? Bagaimana bisa? Bukannya aku tadi mengalami kecelakaan di sebuah jalan?'
Agata mencoba berdiri namun tubuhnya terasa begitu sakit. Dia melihat luka lebam di sekujur tubuhnya dan baju yang robek di beberapa bagian. Tulang punggungnya juga terasa remuk seperti habis terbentur benda yang keras.
Dengan susah payah Agata bangun dan berjalan tertatih untuk melihat tempat di mana dia berada sekarang.
Semua terasa sangat membingungkan baginya, tubuh baru, lingkungan baru, semua terasa asing baginya.
Agata berjalan dengan berpegangan dinding goa dengan bantuan cahaya temaram yang masuk ke sana melalui celah di langit-langit goa. Untuk menemukan pintu keluar dia menebaknya dari aliran udara yang berhembus. Menurut perkiraannya, goa itu tidak terlalu dalam dan panjang mengingat sirkulasi udara di dalamnya terasa segar dan keadaannya juga tidak begitu gelap.
Tebakan Agata benar. Setelah berjalan beberapa langkah dia melihat cahaya terang dan mulut goa. Hatinya merasa lega. Agata berharap bisa segera bertemu dengan orang yang dikenalinya di tempat itu.
"Akhirnya aku bisa keluar dari tempat yang gelap itu." Agata bernapas lega dan tersenyum.
Namun senyum itu segera memudar ketika sejauh matanya memandang yang terlihat hanyalah hutan belantara yang sangat lebat.
"Aku di mana? Apa yang sebenarnya terjadi? Tidak! Tidak! Aku tidak mau di sini!" Agata terus berteriak sambil memegangi kepalanya yang terasa berdenyut.
Rasanya percuma dia berteriak karena tidak ada satu orang pun yang akan mendengarnya. Di dalam terang kini dia bisa melihat dengan jelas tangan, kaki, dan penampilannya dengan jelas. Dia merasa aneh dengan baju yang melekat di tubuhnya.
Kaki Agata gemetar mendapati tubuh yang dia tempati saat ini benar-benar bukan tubuhnya sebelumnya.
'Lalu siapa dia? Apa yang terjadi padanya?'
Setelah merasa sedikit tenang, Agata berjalan mendekati sungai untuk melihat wajah barunya. Dia berdiri di tempat yang dia anggap aman dan bisa melihat pantulan wajahnya dengan jelas. Agata terkejut melihat bayangan putri cantik di dalam air dengan usia yang masih sangat belia.
Tiba-tiba tubuhnya terpental ke belakang dan kepalanya terasa sakit. Melintas ingatan tentang siapa gadis itu dan bagaimana kehidupan yang dia alami sebelumnya. Satu persatu rekaman kehidupannya muncul di pikiran Agata seperti sebuah film dokumenter yang di putar di dalam otaknya.
Semua ingatan itu direkam dengan jelas oleh Agata dan membuatnya memiliki dua ingatan dari dua kehidupan yang berbeda. Dengan bekal ingatan yang dimiliki oleh gadis yang dia ketahui bernama Gu Fang Yin itu, Agata bisa memahami kehidupan yang ada di hadapannya saat ini. Sulit baginya untuk menerima kenyataan ini namun tidak ada yang bisa dia lakukan selain menjalaninya.
Agata juga mulai berempati dengan tragedi yang dialami oleh Fang Yin menjelang kematiannya. Sekarang Fang Yin adalah dirinya dan dirinya adalah Fang Yin. Sepertinya takdir sudah tidak bisa dirubah lagi dan mau tidak mau Agata harus meneruskan perjuangan Fang Yin untuk membalaskan dendam dan membersihkan nama baik ibunya.
Agata tahu jika itu tidak akan mudah, apalagi saat ini tubuh Fang Yin masih berusia sekitar 13 tahun. Usia yang belum cukup matang untuk bisa melakukan hal yang besar di dunia kultivasi yang kejam. Entah apa rencana Dewa yang membuatnya terjebak di dalam dunia kuno yang sangat jauh berbeda dengan kehidupannya yang sebelumnya.
Dari ingatan Fang Yin, dia tinggal di sebuah gubuk di tengah hutan dan memiliki beberapa barang yang dia simpan di sana. Baju yang dia kenakan saat ini harus segera di ganti, namun untuk mencapai ke sana dia harus memulihkan tenaganya terlebih dahulu. Sebagai Fang Yin yang baru harus bermeditasi dan berkultivasi untuk melakukan perbaikan jaringan meridiannya yang rusak. Dengan begitu dia bisa menyerap energi alam di sekitarnya agar bisa kembali pulih dari luka fisiknya.
Mulai saat ini, Agata membuang identitasnya sebagai dirinya yang lama dan menghapus nama Agata Moan menjadi Gu Fang Yin.
Fang Yin mengambil posisi dengan melipat kaki dalam posisi duduk seperti sikap Budha. Perlahan dia mengatur napasnya dan mengosongkan pikirannya dari hal-hal yang bisa merusak konsentrasinya. Aliran energi qi dari dalam tubuhnya mulai terasa dan menyebar melalui jalur meridian yang sudah terbentuk.
Di alam bawah sadarnya, Fang Yin melihat beberapa bagian dari struktur aliran meridiannya masih tertutup. Tidak perlu terburu-buru untuk membukanya karena yang terpenting saat ini adalah memperbaiki yang rusak terlebih dahulu. Mengagumkan. Tubuh Fang Yin sangatlah cepat dalam menerima respon.
Tidak butuh waktu lama tubuh Fang Yin sudah bisa kembali menyerap energi alam tanpa kendala. Mungkin juga itu pengaruh dari jiwa Agata yang telah menguasai pengendalian energi dari Kitab Sembilan Naga yang dipelajarinya. Yang jelas, Fang Yin merasa tubuhnya lebih baik saat ini.
****
Bersambung....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!