Betari Indira Agistya
Suasana di Balai Irung sebuah kampus negeri di Jakarta tampak dipenuhi wisudawan dan wisudawati beserta orang tua yang kini akan mengantarkan putra-putri diwisuda.
Seorang ibu dengan pakaian sederhana mengantarkan putri tercintanya yang akan diwisuda hari ini dengan perasaan haru dan bahagia.
Rona kebanggaan terpancar jelas dari sorot mata wanita yang kini tidak lagi muda terhadap putrinya Betari.
Betapa tidak wanita sederhana yang sudah tampak tua dengan raut wajah menampilkan kerasnya kehidupan yang mereka lalu. Namun hari ini senyumnya selalu mengembang diwajahnya melihat Tari disematkan pita Toga dan berhasil menjadi seorang Sarjana.
Tanpa sadar air matanya tak berhenti mengalir. Teringat bahwa ayah dari putrinya tersebut sudah tiada. Betapa bangganya jika suaminya masih hidup melihat pencapaian Tari hari ini.
Bu Fatma begitu bersyukur anaknya bisa kuliah dan kini wisuda dengan beasiswa yang diterima putrinya. Karena tanpa beasiswa tentu Tari tidak akan bisa merasakan pendidikan tinggi
...Betari Indira Agistya. Sarjana Manajemen. IPK 3.75....
...Lulus dengan Predikat Suma Cumlaude."...
Dialah Betari yang biasa dipanggil Tari, putri dari ibu Fatma. Ayahnya meninggal karena kecelakan sewaktu pulang dari pabrik tempatnya bekerja.
Kepergian ayahnya membuat Tari dan Bu Fatma harus berjuang untuk melanjutkan hidup mereka dengan segala cara.
Tari dan Ibunya tinggal di sebuah rumah petakan kecil dalam gang sempit.
Bu Fatma yang mencari rezeki dengan berjualan kue dan menerima pesanan nasi kotak. Begitupun Tari yang sejak kecil sudah mulai membantu ibunya mencari uang dengan bekerja apapun semampu Tari bisa.
Ketika Tari lulus SMA sebenarnya Tari tidak ingin kuliah, karena ingin segera bekerja dan membantu ibunya.
Namun, Ibu berpesan bahwa almarhum ayah pernah mengatakan ingin agar Tari mengenyam pendidikan yang tinggi.
Tari adalah siswa yang cerdas. Tari selalu menjadi rangking 1 di sekolahnya. Oleh karena itu ketika mendapat tawaran beasiswa Tari tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut.
"Ayah, Tari akan wujudkan cita-cita ayah. Doakan Tari Ayah." batin Tari saat dirinya mendapat kesempatan beasiswa kuliah S1.
Teringat Ayahnya membuat Tari bersedih. Namun Tari yakin Ayah akan bangga padanya.
Kini Tari sudah lulus dan menjadi Sarjana. Tari pun akan mencoba melamar pekerjaan.
Selama ini, Tari kuliah sambil bekerja. Tari menjadi pelayan di cafe milik orang tua sahabatnya.
"Ibu Alhamdulillah, Tari sudah Lulus. Terima kasih ibu selama ini sudah mendoakan Tari." Tari memeluk ibunya dengan perasaan haru dan penuh rasa syukur.
"Sama-sama Tari, Ibu bangga sama Tari, Begitupun Ayah disana pasti senang Tari sudah mewujudkan keinginan Ayah.
Pagi ini, sebelum berangkat kerja di cafe, Tari diminta ibunya mengantarkan kue pesanan bu Lurah untuk acara PKK.
Kue-kue pesanan tersebut kini sudah berada di jok motor Tari dan siap diantar.
"Sudah lengkap semua bu pesanannya?" Tari mengikat pesanan kue tersebut ke motor butut miliknya yang ia beli dari hasil kerja di cafe menabung sedikit demi sedikit.
"Sudah Ri, antarkan ke rumah bu Lurah. Sampaikan terima kasih ibu kepada Bu Lurah." Bu Fatma mengantar tari sampai pintu.
"Tari berangkat ya bu, Assalamualaikum." Tari berlalu dengan motor untuk membawa pesanan.
"Waalaikumsalam, Hati-hati Nak!" Bu Fatma melihat kepergian Tari.
"Setelah dari rumah bu Lurah masih ada waktu untuk mengirim surat lamaran ke kantor pos." batin Tari.
"Assalamualaikum." Tari mengucapkan salam saat sampai di rumah Bu Lurah dan memarkir motornya untuk membuka box kue yang diikatnya.
"Bu Lurah ini, pesanannya, 100 box."Tari menyerah langsung.
"Terima kasih Tari." Jawab Bu Lurah.
"Iya Bu, Ada salam dari Ibu untuk Bu Lurah katanya Terima kasih." Tari menyampaikan salam ibunya.
"Kalau begitu Tari permisi, Assalamualaikum." Tari pamit.
"Waalaikumsalam."Jawab Bu Lurah
"Tari mau kemana?" Agus memanggil Tari.
"Mau berangkat kerja Gus. Duluan ya." Tari segera undur diri.
Agus menatap kepergian Tari.
Tari tahu selama ini Agus memiliki perasaan padanya, Namun orang tua Agus sangat amat melarang Agus dekat apalagi menyukai Tari.
Agus adalah anak juragan sayur dimana Tari tinggal. Tari tidak pernah menanggapi perasaan Agus. Lagipula Tari belum memikirkan untuk menikah. Saat ini Tari hanya ingin mendapatkan pekerjaan yang layak agar bisa membantu kehidupan ibunya dan mewujudkan keinginan ibunya memiliki Toko Kue.
Keinginan terbesar Tari adalah membahagiakan ibunya.
Ibunya yang sudah tak lagi muda, dan sering sakit membuat Tari merasakan kasihan dan sedih dengan kondisi tersebut.
"Jika aku dapat kerja dan gajiku cukup, aku akan meminta ibu untuk istirahat menerima pesanan. Semoga aku segera diterima kerja." Tari berdoa dalam hati saat iya mengirimkan surat lamaran.
Tari menyalakan motornya menuju cafe tempat dimana ia bekerja.
Sebuah mobil melaju cepat membuat Tari oleng dan menghindari tabrakan membuat Tari terjatuh hingga mental dari motor yang ia kendarai.
Tari yang kini tersungkur diaspal dengan motornya yang rusak. Sementara Tari sendiri lecet-lecet.
Tari berusaha bangun namun penggelangan kakinya nampak keseleo sehingga Tari sulit berjalan.
Brukkkkk!
"Maaf Tuan, Saya tidak melihat ada motor." Pria berkacamata itu meminta maaf pada Bos ya yang duduk di belakang mobil.
"Hati-hati kalo bawa mobil Rif! kepala saya sakit nih." Tn. Arya mengusap dahinya yang terbentur, untung tidak terjadi apa-apa dengan dirinya.
Arya melihat perempuan pemilik motor yang tersungkur dijalan. "Kamu tolong dia." Arya memerintah Arif asistennya untung menolong perempuan yang tertabrak.
Arif keluar untuk mengecek korban yang tertabrak olehnya, dan membantu mengangkat sepeda motor milik Tari yang terlihat rusak.
Arif membantu Tari berdiri. "Nona tidak apa-apa?"Arif jelas lihat Tari terkilir dan motornya rusak.
"Mas, kalo nyetir hati-hati dong!" Tari kesal dan mengangkat motor nya yang kini tidak bisa dipakai.
"Kalau begitu Nona bisa ikut saya kita ke RS untuk mengobati luka Nona dan memperbaiki motor Nona.
Tari ikut di dalam mobil dan duduk di kursi depan bersebelahan dengan Arif, Tari melihat melalui kaca spion seorang pria tampak duduk mengenakan kacamata hitam tanpa bersuara yang acuh dengan keberadaan Tari dimobilnya.
"Mentang-mentang orang kaya udah nabrak boro-boro minta maaf basa basi aja enggak. Ga punya rasa empati! "batin Tari tahu pria itu pasti pemilik mobil.
"Rif kamu antar dia ke RS, saya sudah meminta supir kantor menjemput saya, karena hari ini saya ada meeting penting dengan klien." Arya berbicara seolah tidak ada orang lain dimobilnya padahal Tari sangat kesal mendengar ucapan Arya.
Tari menggerutukan giginya, kesel dengan sikap pria arogan itu.
"Dasar pria sombong!" Umpat Tari dalam hatinya.
Kini Tari di RS untuk mengobati lukanya diantar oleh Arif, Asisten Arya. Motor Tari sudah dibawa ke bengkel untuk diperbaiki.
Setelah selesai Arif mengantar Tari ke tempat tujuan Tari yaitu cafe tempat Tari bekerja. Tari tetap harus masuk ia merasa badannya tidak apa-apa hanya luka-luka di lutut dan siku tangannya.
"Pak Arif, tadi yang duduk di belakang siapa sih? Arogan banget sikapnya. Ada tapi seperti ga ada orangnya." Tari mendengus kesal.
"Itu tadi Tuan Arya Nona, pemilik mobil ini. Memang kenapa Nona?"Tanya Arif.
"Bilang ya ke Bos kamu, jadi orang jangan sombong, hartanya ga dibawa mati!" Tari kesel plus emosi.
"Nona, motor nona besok jika selesai diperbaiki akan dikirim. Boleh saya minta alamat dan No HP nona?" Arif tidak menanggapi umpatan Tari terhadap Bosnya dan hanya meminta alamat untuk mengirim motor yang kini tengah berada dibengkel apabila sudah selesai diperbaiki.
Tari menuliskan alamat nya dan No HP nya kemudian diserahkan kepada Arif.
"Baik, terima kasih nona, saya permisi." Arif bergegas pergi menuju perusahaan tempatnya bekerja yang merupakan milik Arya yang di kenal Tari sebagai Pria Arogan dan Sombong.
.
.
.
.
Wah Tari hati-hati nanti kalau berjumpa dengan si Pria Arogan itu bagaimana?
.
.
.
...****************...
Tari sampai cafe dan berjumpa sahabatnya Dian.
Dian bingung Tari datang tidak membawa motor terlebih banyak perbadan di kaki dan tangan Tari. Dian bergegas menghampiri Tari yang kini sedang menyimpan Tas miliknya, Tari bersiap menggunakan Apron dan Topi pelengkap seragamnya bekerja di Cafe tersebut.
"Ri, kenapa tangan sama kaki lo diperban?"Dian bingung melihat perban di tangan dan kaki Tari.
"Gw tadi habis di tabrak mobil, untung mau tanggung jawab sopirnya."Tari mendengus kesal selagi teringat kejadian yang Tari alami.
"Terus orang yang nabrak lo, gimana?" Dian penasaran.
"Mau tanggung jawab, mobilnya bagus terus gw dibawa ke RS dan motor gw juga lagi diperbaiki dibengkel. Tapi gw kesel banget Di."Tari teringat pria sombong dan Arogan yang acuh.
"Kesel kenapa Ri?"Dian heran.
"Yah gitu deh, males gw bahasnya, ywd mana stok kopi yang belum digiling, gw mau giling kopi dulu aja siapa tahu keselnya hilang." Tari enggan membicarakan kejadian sial yang dialaminya lebih lama karan hanya membuat Tari kesal.
Tari kembali memikirkan nasibnya dengan ibu. Ingin rasanya membahagiakan ibu.
Tari disadarkan dari lamunannya oleh suara deringan telpon.
Kring!
"Dani, Mau apa dia telpon?"batin Tari.
Tari sengaja tidak mengangkat telpon dari Dani.
#Flashback On
Dani adalah mantan Tari, mereka 1 tahun pacaran. Tari dan Dani putus karena Tari memergoki Dani selingkuh dengan salah satu model freelance. Profesi Dani yang seorang fotografer membuatnya sering berinteraksi dengan lawan jenis.
Tari mengganggap selamanya ini Dani bersikap profesional nyatanya Dani sedang asik "Mokacinodingdong" dengan seorang model nya.
Kala itu Tari niatkan untuk memberikan surprise anniversary mereka, Tari begitu bersemangat untuk menemui Dani. Tak lupa Tari membeli sebuah kue bertuliskan happy anniversary. Tari membayangkan pasti Dani akan suka.
Tari sampai ke tempat studio foto dimana Dani menjadi fotografer. Tari menaiki satu per satu tangga studio. Samar terdengar suara tawa dan manja wanita. Tari masuk ke studio namun tidak ada orang.
Suara semakin jelas kala Tari menuju toilet. Tari awalnya ragu, namun suara bercanda dan ******* wanita terasa tak asing baginya.
Tari sejenak diam di depan pintu kamar mandi. Beruntung pintu itu tidak tertutup dengan rapat. Dari ruang pintu yang terbuka Tari melihat pemandangan yang tak pantas dimana Dani dengan seorang perempuan dan itu model freelance sedang Mokacinodingdong.
Tari membuka pintu disaat mereka sampai mereka melakukan pelepasan. Tari berusaha menahan airmatanya menyaksikan apa yang dilihatnya.
"Tari."Dani sadar bahwa Tari melihatnya.
"Sudahlah Dan, cepat atau lambat ia akan tahu juga mengenai hubungan kita." model itu tanpa bersalah.
"Diam kau Sel!" bentak Dani.
Dani mengejar keluar studio namun Tari sudah pergi.
"Aughhhhhhhhhh" Dani berteriak sambil mengusap keras wajahnya.
#Flashback Of
Tari melanjutkan pekerjaannya di Cafe dengan harapan hidupnya semoga menjadi lebih baik lagi dari saat ini.
Pengunjung Cafe sore ini mulai ramai dan akan semakin ramai jika malam. Maklum malam minggu. Tari membawakan pesanan ke meja 10 dan kemudian bergerak ke meja 8 untuk mencatat pesanan di meja itu.
"Ri, ini meja 12 ya." Dian memberikan menu ready ke Tari untuk diantarkan.
"Silahkan kak dan Mas minumannya." Tari membawakan pesanan pelangggan.
Plak!
"Ok Fine, Kita putus! Silahkan pilih Selingkuhanmu!" pertengkaran sepasang kekasih di depan Cafe tempat Tari bekerja.
Tari melihat ada keramaian di depan Cafe namun iya tidak sempat melihatnya Karena orderan sedang ramai.
Tari sedang mengelap meja yang selesai digunakan pelanggan. Keringat yang menetes didahi Tari adalah bukti kerja keras Tari akan perjuangan hidupnya.
Tari begitu sigap membersihkannya dengan cepat, bersih dan wangi.
Krinngggg...
"Siapa lagi?"batin Tari menerima telpon yang masuk di HPnya.
"Selamat Sore, dengan Betari Indira Agistya?"
"Benar, saya sendiri. dengan siapa?" Tari menjawab dengan sopan.
"Betul Nona Betari melamar pekerjaan di PT. Takeda Indonesia?"
"Benar saya memang mengirimkan lamaran untuk posisi staf HRD. Ada apa ya Pak?"
"Kalau begitu besok jam 9 pagi kami tunggu Nona untuk mengikuti interview di kantor kami. Apakah Nona bersedia hadir?"
"Baik Pak besok saya hadir. terima kasih."
Tari mengucap syukur memiliki kesempatan interview kerja. Tari memiliki harapan. Tari begitu bersemangat hingga tanpa Tari sadari Dian melihat Tari sedang senyum-senyum sendiri.
"Ri, kenapa Lo senyam senyum sendiri?"Dian melihat sahabatnya dengan heran.
"Di, gw dapat panggilan interview."Tari memberitahu Dian.
"Bagus Ri, lo harus dateng, dan ga boleh telat." Dian mengingatkan.
"Sip. kalau gitu gw sekalian minta ijin ya besok gw interview dulu. kalo balik cepet gw langsung ke Cafe." Tari menjelaskan situasinya ke Dian.
"Iya, atur aja Ri, pokoknya lo harus dateng dan jangan telat." Dian mengingatkan Tari sekali lagi.
"Thanks ya Di, lo emang sahabat baik gw." Tari memeluk Dian dan perasaannya bahagia.
.
Tari pulang dari Cafe jam 10 malam.
"Assalamualaikum." Tari masuk rumah memberi salam.
"Waalaikumsalam. Sudah pulang Ri?" Bu Fatma mengulurkan tangan kepada Tari dan disambut oleh Tari salim pada ibunya.
Bu Fatma saat itu sedang membuat pesanan kue untuk besok pagi diambil jam 7 sebanyak 150 box.
"Bu, Ibu gapapa masih terima order kue? Tari perhatikan kesehatan ibu sedang tidak baik, beristirahatlah bu sini biar Tari saja yang melanjutkan." Tari mengkhawatirkan kesehatan ibunya yang sering sakit belakang ini.
"Ibu gapapa Ri, nanti ibu istirahat kalau ini sudah selesai."Bu Fatma memberikan jawaban pada Tari.
Tari membantu ibunya menyelesaikan membuat kue pesanan sambil Tari menceritakan mengenai panggilan interview kerja.
"Bu, Besok Tari ada interview kerja, doakan ya semoga diterima." Tari menyampaikan pada ibunya sekaligus minta didoakan.
"Ibu selalu doa yang terbaik buat Tari dan semoga besok interviewnya lancar Tari diterima kerja."Doa Bu Fatma kepada putrinya.
"Aamiim, makasi Bu." Tari memeluk ibunya.
Tari dan Bu Fatma melanjutkan membuat kue sampai selesai. Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 00.00 dini hari.
"Ri, istirahatlah, besok kamu ada interview, biar cuci piring ibu saja. Siap-siaplah apa yang akan kamu bawa dan pakai untuk interview." Bu Fatma mengingatkan sambi Bu Fatma sedang membereskan dapur.
"Baik bu, Tari ke kamar duluan ya, sekalian mau menyiapkan untuk besok. Ibu juga selesai langsung istirahat." Tari juga mengingatkan ibunya.
Tari menyiapkan kemeja putih dan rok span selutut dan sepatu pantopel yang akan digunakannya besok saat interview.
Tari merebahkan dirinya di kasur berukuran 100x200, lelah ditubuh Tari tidak terhindarkan lagi. Tari memang seperti itu setiap hari, kerja di Cafe dan membantu ibunya membuat pesanan kue.
Meski lelah iya yakin satu saat Tari bisa membahagiakan ibunya dan sukses.
Semoga besok diterima kerja di PT.Takeda Indonesia.
Aku akan bekerja dengan rajin. Menggumpulkan uang dan sedikit demi sedikit mewujudkan keinginan ibu membuat toko kue buat.
Tari juga memiliki keinginan membelikan ibunya rumah karena mereka selama ini mengontrak rumah petakan.
"Bu Tari janji akan berusaha keras dan semoga Tari bisa membahagiakan ibu." batin Tari.
"Hanya ibu satu-satunya keluarga yang Tari miliki." batin Tari begitu pilu.
Lelahnya tubuh kini membuat Tari tertidur tanpa ia sadari.
.
.
.
.
Semangat Tari masa depan akan menjadi indah bagi mereka yang berusaha.
Jangan patah semangat Tari, Chayooo!!!!!
...****************...
Pagi ini Tari sudah bersiap akan berangkat interview.
"Bu, Tari pamit ya, doain Tari." Tari salim kepada Bu Fatma.
"Iya, ibu doakan semoga Tari diterima kerja." Bu Fatma mendoakan Tari putrinya.
"Assalamualaikum." Tari pamit mengucap salam.
"Waalaikumsalam."Bu Fatma menjawab salam Tari.
Tari memutuskan tidak membawa motor ia naik kendaraan umum.
Tari melihat calon kantornya begitu megah. terdapat papa nama besar PT.Takeda Indonesia.
"Bismillah."Tari sedikit gugup.
Tari masuk ke dalam perusahaan tersebut dan menemui reseptionis dan bertanya dimana ruang interview.
Reseptionis memberikan arahan kemana Tari harus berjalan.
Ternyata Ruang Tes ada dilantai 10.
Tari menekan lift tombol 10 pintu lift segera tertutup namun terbuka lagi seseorang hendak masuk.
"Nona Tari!" Arif terkejut dengan keberadaan Tari di kantor Arya.
"Pak Arif. Bapak kerja disini?"Tari senang karena ada orang yang dikenalnya.
Arif mengangguk. "Nona Tari sendiri sedang apa disini" Arif menanyakan perihal keberadaan Tari dikantor Arya.
"Saya mau interview Pak Arif."Tari menjelaskan.
"Semoga suksesnya dan diterima."Arif memberikan semangat.
"Terima kasih Pak Arif." kata Tari semangat.
Pintu lift terbuka dan Tari menuju ruang Interview.
Kini Tari tengah menunggu panggilan interview. Namun tiba-tiba saja perut Tari terasa sakit.
Segera Tari menuju toilet dan terburu-buru hingga ia pun menabrak seseorang hingga ia terjatuh.
Brukkkkk!
Saat akan terjatuh Tari mencoba berpegangan pada orang yang ia tabrak namun sialnya, bukan tangan yang berhasil diraih Tari, tetapi Tari menarik dasi pria itu, alhasil keduanya jatuh dalam posisi yang kurang sedap dipandang mata.
Sejenak Tari melihat seorang pria, Tari kini ingat. Siapa pria yang menabrak Tari barusaja, Pria yang sama menabrak Tari dengan mobilnya beberapa waktu yang lalu.
"Untuk apa perempuan ini ada dikantorku." Arya bangkit, hendak berlalu namun Tari menghadangnya.
"Dasar cowok muka tembok, gunung es, minta maaf dulu." Teriak Tari membuat orang disekelilingnya bingung siapa perempuan muda berani berteriak dengan Tuan Arya CEO mereka.
Arya berbalik mendekat "Rupanya benar gadis kemarin yang tertabrak mobilnya. Mau apa disini.?"batin Arya.
Tari merasa tidak ditanggapi Arya berlalu. menginggalkan Arya yang masih mengamati Tari.
"Buset, berani amat tuh cewek, cantik sih tapi galak bener. Lo kenal sama tuh cewek Ya?" Soni adalah sahabat Arya sekaligus wakil CEO.
"Itu cewek yang ga sengaja ketabrak mobil gw." jawab Arya singkat.
"Wowww punya nyali dia. Kayaknya bakal seru tuh!" Soni meledek Arya.
Kini Tari tampak menunggu giliran dipanggil. Kaki Tari mengetuk-ngetuk antara deg-degan dan ga sabar ingin segera dipanggil.
"Betari Indira Agastya."panggil suara yang berasal dari ruang interview.
Tari masuk ke dalam ruangan itu dan betapa terkejutnya Tari ternyata orang yang tadi sempat tabrakan dengan dia sekaligus si pria sombong itu kini ada diruang itu dan Tari sekilas melihat papan nama Arya Kusuma Atmaja CEO PT. Takeda Indonesia.
"Gawat! mati gue alamat ga diterima deh." Tari menepuk dahinya dan duduk dikursi yang disediakan.
"Silahkan perkenalkan nama anda?" ucap si cowok arogan.
"Perkenalkan saya Betari Indira Agistya, panggil saya Tari, saya Fresh Graduate, saya melamar posisi staf HRD di perusahaan ini." Tari selesai memperkenalkan diri.
"Yo, nih cewek mending jadi sekretaris gw aja ya, pasti bakal seru nih." Soni menyenggol dan berbisik kepada Arya.
Arya yang cuek dengan apa yang dikatakan Soni kembali bertanya kepada Tari.
"Anda fresh graduate belum punya pengalaman apapun, lalu adakah hal menarik dari diri anda yang menjadi alasan saya menerima anda bekerja disini." Arya bertanya kepada Tari.
"Saya memang fresh gradute Pak, memang belum punya pengalaman apa-apa. Tapi saya punya banyak kelebihan." Tari jawab dengan asal karena Tari sudah pesimis akan diterima.
"Sombong sekali kamu. Memang apa kelebihan kamu?" Arya tidak menyangka dijawab seperti itu oleh Tari.
"Saya masih muda, saya mudah beradaptasi, lalu selain sesuai dengan pendidikan saya, saya juga cantik Pak!" Tari sungguh asal -asalan.
"Wahhhh, cewek gokil Ya, kalo gw sih oke. Lumayan buat hiburan jadi rame sepet mata gw lihat muka tembok lo terus Ya." Soni tertawa senang menggunakan istilah Tari kepada Arya.
"Kamu terlalu pede. Lalu motivasi kamu kerja disini apa?" Arya bertanya.
"Saya jawabnya jujur dari diri saya atau enggak Pak?" Tari kembali membuat Arya kesal namun tertarik akan dirinya.
"Ya jujurlah masa bohong!" Arya emosi geregetan.
"Duh Bapak kayak kuli bangunan belum di kasih upacah oleh mandornya, marah-marah aja. Saya ingin bekerja adalah untuk mendapatkan uang. Karena saya ingin sekali bisa menabung dan mengumpulkan uang agar ibu saya bisa membuka toko kue. Saya juga mau membelikan rumah untuk ibu saya." Tari menjawab sesuai dengan kondisi dirinya.
Arya tertegun mendengar jawaban Tari. Sepertinya anaknya baik. Lagi pula saat ini Arya perlu seorang sekretaris. Walaupun ada Arif yang mengurus keperluannya namun tetap harus ada yang bisa mengikutinya kemana saja ketika iya bertemu klien.
"Beuhhhh Arya cari sekrataris atau cari istri nih?" Soni tertawa melihat Arya.
Arya akhirnya mengambil keputusan menerima Tari sebagai pegawai dikantornya.
Tari yang menunggu pengumuman, tampak sudah tidak terlalu bersemangat. Tari yakin pria arogan itu dendam padanya apalagi tadi Tari berteriak di depan orang banyak.
"Jadi gimana Ya, lo terima ga cewek unik tapi cantik itu?"Soni berusaha mengetahui keputusan Arya.
"Gw bakal jadiin dia sekretaris gw!" Arya menjawab.
"Ah, kok gitu kan gw yang minta, lgian oo udah ada Arif Ya, mau lo kolak sekretaris sampe 2?" Soni kesal selalu saja Arya putuskan.
Memang Arya CEO dia berhak memutuskan apapun di perusahaan ini.
Tari kembali dipanggil kedalam ruangan itu.
Arya berdehem kemudian mulai berbicara.
"Kamu saya terima di perusahaan saya sebagai sekretaris pribadi Saya?" Arya memberikan pejelasan.
Bukannya langsung berterima kasih Tari membuat Arya marah dengan pertanyaannya.
"Sekretaris Pak? Saya kan melamar sebagai staf HRD?" Tari bingung dengan posisi pekerjaannya yang tidak sesuai dengan yang ia lamar.
"Kalau kamu tidak bersedia ga masalah, Silahkan meninggalkan kantor ini!" Arya dengan nada tinggi.
Tari berpikir sejenak kalau ia tidak menerima pekerjaan ini kapan lagi waktu iya bisa segera mewujudkan cita-cita ibunya.
"Bagaimana?" Arya memastikan jawaban Tari.
"Saya menerima Pak. Lalu kapan saya mulai bekerja?" Tari bertanya.
"Hari ini. Nanti kamu tanya tugas dan apa saja yang harus kamu kerjakan sebagai sekretaris saya dengan Arif." Arya menjelaskan.
Arif masuk karena Arya menyebut nama dirinya.
"Loh Pak Arif!"ternyata Arif yang disebut Arya adalah Arif yang dia kenal.
"Tolong ajari dan kasih tahu apa saja tugas dan hal yang harus dia tahu sebagai sekretaris saya." Arya mengintruksikan Arif membimbing Tari.
"Oke saya rasa cukup." Arya meninggalkan ruangan.
"Rif, kenal dimana lo sama tuh sekretaris baru?" Soni menyelisik.
"Waktu kejadian tabrakan beberapa hari lalu yang saya ceritakan pada Pak Soni." Arif menjelaskan.
"Hai Tari, semoga kamu kerasan ya dikantor ini, dan sabar menghadapi Arya. Tenang, aslinya Arya baik kok." Soni tertawa melewati Tari dan Arif.
Tari mengikuti Arif untuk dibimbing mulai hari ini.
.
.
.
.
Cie Tari jadi Sekretaris yah,,,
Siap-siap emosi ketemu Boss Arya setiap hari
.
.
.
...****************...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!