...___...
PROLOG
Rea pov
Malam itu adalah malam kedua aku menemani Sania menginap di Appartemen yang diberikan kekasihnya, aku tidak terlalu yakin diberikan kekasihnya atau mungkin dia hanya menempati saja sebab kekasihnya itu sedang berada di luar negri.
Sahabat mana yang tega ketika sahabat terdekat kamu, yang paling mengerti kehidupan mu luar dalam tiba-tiba jatuh sakit
Ya …
Sudah dua malam Sania panas tinggi, dia menghubungiku untuk menghantarkan ke Dokter. Aku pun bergegas datang ke Appartemen itu kemudian menghantarkannya ke klinik terdekat, sebab dia tidak mau ke Dokter karena dia sudah sangat mengigil.
Setelah itu aku pun menginap disana hingga dimalam tragedi itu terjadi.
Oh shît!
Kesialan itu pun terjadi, malam itu Sania sudah lebih baik, selepas pulang dari klinik kami masih sempat memakan makanan yang aku bawa sepulang ku dari kantor, namun menjelang malam aku tidak tahu jika saat itu Sania keluar.
Sania di jemput Poppy dan Yolanda untuk merayakan ulang tahun salah satu rekan mereka disebuah klab malam, Sania tahu aku tidak suka pergi ke klub mungkin sebab itu dia tidak membangunkanku.
Di saat itu lah sesuatu yang tidak terfikir di otakku pun terjadi, malam itu Kelandru atau biasa di panggil Keland, kekasih Sania pulang. Aku tidak tahu apa yang terjadi tidurku terlalu seperti orang kebo, yang aku tahu pagi itu hidupku hancur.
Aku yang hanya memakai chamisole satin tidur seranjang dengan seorang lelaki yang masih berpakaian berbalut pada selimut yang sama saling berhadapan dan dia meletakkan tangannya pada pinggangku. Aku pun terbangun.
Tapiii.....bukan terbangun sendiri, melainkan suara pekikan seorang wanita yang begitu menggema telinga membuat aku terlonjak dan bangkit.
“SANIA?” Aku terperangah ku fikir dia yang berteriak-teriak.
“Keland! What are you doing?” pekik wanita yang kulihat masih muda itu.
Aku shock seketika aku turun dari ranjang, ‘Keland bukankah dia kekasih Sania?
Bagaimana bisa dia disini? bagaimana bisa aku tidak tahu, kemana Sania? Aku kacau aku bergegas mencari handukku menutupi paha mulusku yang terekspose polos.
“Mau kemana kamu?” teriak wanita itu lagi.
“Sa-ya” Aku tidak lagi peduli akupun masuk kedalam kamar mandi.
Aku terpaku duduk di closet kudengar diluar sana wanita itu terus berteriak pada lelaki itu mengahkiminya, memakinya. Aku memukuli kepalaku, aku frustasi, aku lihat seluruh tubuhku, jangan-jangan dia memperkosaku, kurasakan selangkanganku dadaku.
Tidak…semuanya aman tidak ada apapun yang terjadi, lalu bagaimana bisa lelaki itu ada disana?
Reaaa … kamu itu bego atau gimana sih, inikan appartemen lelaki itu? Harusnya kamu tanya Sania yang pergi kemana?
Setelah lama aku berdiam di dalam kamar mandi, wanita tadi itupun memekik memanggilku, menggedor-gedor kamar mandi, aku pun bangkit dari closet kemudian mengambil bathrobe disana untuk kemudian bergegas keluar.
Seketika wanita itu menarik tanganku, membuat aku terduduk di sofa, oh **** lelaki itu dengan santainya duduk dipinggir sofa kakinya sudah turun kelantai dia mengusap-usap kepalanya.
Aku lihat jelas lelaki itu mungkin semalam mabuk parah begitu terlihat sisa hangovernya sampai saat ini.
“Apa yang sudah kalian lakukan? APA?” bentak wanita itu.
Lelaki itu pun kini melihat kepada ku tersenyum seperti mengejek, “Katakan apa yang kita lakukan, Baby...”
“Lakukan apa?” Aku terperangah. Dia sejenis makhluk pe’ak mungkin kali ya? mengucapkan kalimat seperti itu disaat seperti ini, jelas saja mengundang keambiguan.
"Eh lakukan apa, sinting ya?"
“Stop berakting, aku akan segera hubungi—” Wanita itu meberhentikan ucapannya.
"Teteh eh...saya tidak berakting tau, eh...kamu ini kenapa woy, ceritain dong!" Kecamku pada lelaki itu.
Tiba-tiba saja pintu terbuka lagi kini kulihat beberapa orang disana sontak saja kami bertiga didalam sana menoleh ke arah pintu yang terbuka.
“Happy birthday Keland..."
"Happy birthday Keland..."
"Happy birthday anak mama…”
Diwaktu yang tepat semuanya kian runyam, dua orang lelaki dan wanita tua datang, keduanya seketika menghentikan suara nyanyian dan langkah mereka saat melihat aku yang hanya memakai bathrobe. Dan lelaki yang bernama Keland itu pun mengubah wajah tawaanya menjadi frustasi memegangi kepalanya.
“Ada apa Miranda? Ada apa, apa yang dilkukan Keland?” wanita tua itu menatap nanar kepada putranya dan aku bergantian.
Aku semakin tidak berkutik hampir dua jam lebih....2 jam cuy... aku dan lelaki itu menjadi bulan-bulanan disana. Aku dan lelaki itu dituding berbagai macam hal, aku terus mengelak namun tidak dengan lelaki itu.
Aku tidak tahu ada apa dengan lelaki itu dan entah apa yang konslet dengan otaknya.
Kenapa dia membuat seolah memang kami sudah berbuat sesuatu, menjadikan mereka yang merupakan orang tuanya jadi tidak memperdulikan pengelakkan ku, sial sekali mereka bahkan ingin menemui kedua orang tua ku.
Aku bisa mati jika ayah dan ibuku tahu aku seperti ini, berbuat seperti ini di luar pengawasan mereka.
Rasanya tubuhku tidak lagi memiliki daya, kakiku seakan tidak bertulang, kedua orang tua itu dan wanita yang tidak lain adalah kakak Kelandwe meminta kami segera menikah.
“SANIAAAAAA KAU DIMANA?” Aku memekik dengan mulut yang ku tutup.
rasanya aku ingin sekali menghilang dari tempat terkutuk ini. Simsalabimmmm….. tolong mantra apapun bantu aku menghilang dari sini.
Bruakkk…
Hingga ketiganya keluar dan membanting pintu meninggalkan aku dan lelaki itu berdua
didalam sana, aku yang hampir pingsan…atau kenapa sih sedari tadi tidak pingsan, “Sial, SANIA bahkan tidak bisa di hubungi hingga saat ini.”
“Tolong Mas, sir atau siapapun anda, saya tidak bisa seperti ini, ku mohon lepaskan saya dari semua ini, orang tua saya bisa mati jika mereka lihat saya seperti ini!”
Lelaki itu menyengir kuda, mengacuhkan ku, seketika dia bangkit dan pergi kearah balkonnya menghubungi seseorang dengan kesadarannya yang kini sepertinya sudah ia dapati kembali, tidak terlihat sinting dan tidak waras seperti tadi.
Hanya selang beberapa menit saat lelaki itu entah menghubungi siapa, Sania datang, ia berteriak masuk kedalam unit appartement itu langsung menuju balkon.
“Baby…..sorry tadi malam aku ketiduran ditempat Yolanda!”
Aku lihat jelas Sania memeluknya kemudian mengecup pada bibir lelaki itu, lelaki itu menepisnya keduanya berdebat diluar sana, aku tidak peduli itu aku harus berlari pergi dari tempat terkutuk ini dan meninggalkan semua.
Ya… aku yakin tidak akan ada hal buruk yang terjadi, itu urusan Sania dan kekasihnya nanti akan menjelaskankepada orang tua lelaki intinya bahwa ini salah paham.
Aku pun sudah memakai pakaian ku, merapikan semua barang-barangku dan melihat pada mereka berdua yang masih entah berdebat apa dibalkon, aku pun memutuskan segera pergi dari sana.
Sepanjang turun meninggalkan balkon aku terus menggerutu, aku kesal, aku benci keadaan ini, aku bahkan jadi tidak berangkat ke kantor gara-gara mendengarkan ceramah panjang lebar kedua orangtua itu dan anak sulung mereka.
“Apa-apaan menikah? Mau dikemanakan Sagara, baru juga tiga hari jadian, gila ini konyol, sumpah aku benci hari iniiii….”
Awww…Aww…SIAL ASTAGA.
Aku pun memukul kepala ku, bagaimana bisa hak dari sepatu ku lepas disaat kondisi buruk terjadi.
“Aku tidak peduli, ku lepaskan kedua hells ku, aku pun terus berjalan tanpa alas kaki seperti orang gila, BIG NO! kegilaan seperti ini lebih baik dari pada hal yang mencengkam tadi.”
Next »
...___...
PROLOG
Rea pov
kamu, yang paling mengerti kehidupan mu luar dalam tiba-tiba jatuh sakit
...Ya …___...
PROLOG
Rea pov
Malam itu adalah malam kedua aku menemani Sania menginap di Appartemen yang diberikan kekasihnya, aku tidak terlalu yakin diberikan kekasihnya atau mungkin dia hanya menempati saja sebab kekasihnya itu sedang berada di luar negri.
Sahabat mana yang tega ketika sahabat terdekat kamu, yang paling mengerti kehidupan mu luar dalam tiba-tiba jatuh sakit
Ya …
Sudah dua malam Sania panas tinggi, dia menghubungiku untuk menghantarkan ke Dokter. Aku pun bergegas datang ke Appartemen itu kemudian menghantarkannya ke klinik terdekat, sebab dia tidak mau ke Dokter karena dia sudah sangat mengigil.
Setelah itu aku pun menginap disana hingga dimalam tragedi itu terjadi.
Oh shît!
Kesialan itu pun terjadi, malam itu Sania sudah lebih baik, selepas pulang dari klinik kami masih sempat memakan makanan yang aku bawa sepulang ku dari kantor, namun menjelang malam aku tidak tahu jika saat itu Sania keluar.
Sania di jemput Poppy dan Yolanda untuk merayakan ulang tahun salah satu rekan mereka disebuah klab malam, Sania tahu aku tidak suka pergi ke klub mungkin sebab itu dia tidak membangunkanku.
Di saat itu lah sesuatu yang tidak terfikir di otakku pun terjadi, malam itu Kelandru atau biasa di panggil Keland, kekasih Sania pulang. Aku tidak tahu apa yang terjadi tidurku terlalu seperti orang kebo, yang aku tahu pagi itu hidupku hancur.
Aku yang hanya memakai chamisole satin tidur seranjang dengan seorang lelaki yang masih berpakaian berbalut pada selimut yang sama saling berhadapan dan dia meletakkan tangannya pada pinggangku. Aku pun terbangun.
Tapiii.....bukan terbangun sendiri, melainkan suara pekikan seorang wanita yang begitu menggema telinga membuat aku terlonjak dan bangkit.
“SANIA?” Aku terperangah ku fikir dia yang berteriak-teriak.
“Keland! What are you doing?” pekik wanita yang kulihat masih muda itu.
Aku shock seketika aku turun dari ranjang, ‘Keland bukankah dia kekasih Sania?
Bagaimana bisa dia disini? bagaimana bisa aku tidak tahu, kemana Sania? Aku kacau aku bergegas mencari handukku menutupi paha mulusku yang terekspose polos.
“Mau kemana kamu?” teriak wanita itu lagi.
“Sa-ya” Aku tidak lagi peduli akupun masuk kedalam kamar mandi.
Aku terpaku duduk di closet kudengar diluar sana wanita itu terus berteriak pada lelaki itu mengahkiminya, memakinya. Aku memukuli kepalaku, aku frustasi, aku lihat seluruh tubuhku, jangan-jangan dia memperkosaku, kurasakan selangkanganku dadaku.
Tidak…semuanya aman tidak ada apapun yang terjadi, lalu bagaimana bisa lelaki itu ada disana?
Reaaa … kamu itu bego atau gimana sih, inikan appartemen lelaki itu? Harusnya kamu tanya Sania yang pergi kemana?
Setelah lama aku berdiam di dalam kamar mandi, wanita tadi itupun memekik memanggilku, menggedor-gedor kamar mandi, aku pun bangkit dari closet kemudian mengambil bathrobe disana untuk kemudian bergegas keluar.
Seketika wanita itu menarik tanganku, membuat aku terduduk di sofa, oh **** lelaki itu dengan santainya duduk dipinggir sofa kakinya sudah turun kelantai dia mengusap-usap kepalanya.
Aku lihat jelas lelaki itu mungkin semalam mabuk parah begitu terlihat sisa hangovernya sampai saat ini.
“Apa yang sudah kalian lakukan? APA?” bentak wanita itu.
Lelaki itu pun kini melihat kepada ku tersenyum seperti mengejek, “Katakan apa yang kita lakukan, Baby...”
“Lakukan apa?” Aku terperangah. Dia sejenis makhluk pe’ak mungkin kali ya? mengucapkan kalimat seperti itu disaat seperti ini, jelas saja mengundang keambiguan.
"Eh lakukan apa, sinting ya?"
“Stop berakting, aku akan segera hubungi—” Wanita itu meberhentikan ucapannya.
"Teteh eh...saya tidak berakting tau, eh...kamu ini kenapa woy, ceritain dong!" Kecamku pada lelaki itu.
Tiba-tiba saja pintu terbuka lagi kini kulihat beberapa orang disana sontak saja kami bertiga didalam sana menoleh ke arah pintu yang terbuka.
“Happy birthday Keland..."
"Happy birthday Keland..."
"Happy birthday anak mama…”
Diwaktu yang tepat semuanya kian runyam, dua orang lelaki dan wanita tua datang, keduanya seketika menghentikan suara nyanyian dan langkah mereka saat melihat aku yang hanya memakai bathrobe. Dan lelaki yang bernama Keland itu pun mengubah wajah tawaanya menjadi frustasi memegangi kepalanya.
“Ada apa Miranda? Ada apa, apa yang dilkukan Keland?” wanita tua itu menatap nanar kepada putranya dan aku bergantian.
Aku semakin tidak berkutik hampir dua jam lebih....2 jam cuy... aku dan lelaki itu menjadi bulan-bulanan disana. Aku dan lelaki itu dituding berbagai macam hal, aku terus mengelak namun tidak dengan lelaki itu.
Aku tidak tahu ada apa dengan lelaki itu dan entah apa yang konslet dengan otaknya.
Kenapa dia membuat seolah memang kami sudah berbuat sesuatu, menjadikan mereka yang merupakan orang tuanya jadi tidak memperdulikan pengelakkan ku, sial sekali mereka bahkan ingin menemui kedua orang tua ku.
Aku bisa mati jika ayah dan ibuku tahu aku seperti ini, berbuat seperti ini di luar pengawasan mereka.
Rasanya tubuhku tidak lagi memiliki daya, kakiku seakan tidak bertulang, kedua orang tua itu dan wanita yang tidak lain adalah kakak Kelandwe meminta kami segera menikah.
“SANIAAAAAA KAU DIMANA?” Aku memekik dengan mulut yang ku tutup.
rasanya aku ingin sekali menghilang dari tempat terkutuk ini. Simsalabimmmm….. tolong mantra apapun bantu aku menghilang dari sini.
Bruakkk…
Hingga ketiganya keluar dan membanting pintu meninggalkan aku dan lelaki itu berdua
didalam sana, aku yang hampir pingsan…atau kenapa sih sedari tadi tidak pingsan, “Sial, SANIA bahkan tidak bisa di hubungi hingga saat ini.”
“Tolong Mas, sir atau siapapun anda, saya tidak bisa seperti ini, ku mohon lepaskan saya dari semua ini, orang tua saya bisa mati jika mereka lihat saya seperti ini!”
Lelaki itu menyengir kuda, mengacuhkan ku, seketika dia bangkit dan pergi kearah balkonnya menghubungi seseorang dengan kesadarannya yang kini sepertinya sudah ia dapati kembali, tidak terlihat sinting dan tidak waras seperti tadi.
Hanya selang beberapa menit saat lelaki itu entah menghubungi siapa, Sania datang, ia berteriak masuk kedalam unit appartement itu langsung menuju balkon.
“Baby…..sorry tadi malam aku ketiduran ditempat Yolanda!”
Aku lihat jelas Sania memeluknya kemudian mengecup pada bibir lelaki itu, lelaki itu menepisnya keduanya berdebat diluar sana, aku tidak peduli itu aku harus berlari pergi dari tempat terkutuk ini dan meninggalkan semua.
Ya… aku yakin tidak akan ada hal buruk yang terjadi, itu urusan Sania dan kekasihnya nanti akan menjelaskankepada orang tua lelaki intinya bahwa ini salah paham.
Aku pun sudah memakai pakaian ku, merapikan semua barang-barangku dan melihat pada mereka berdua yang masih entah berdebat apa dibalkon, aku pun memutuskan segera pergi dari sana.
Sepanjang turun meninggalkan balkon aku terus menggerutu, aku kesal, aku benci keadaan ini, aku bahkan jadi tidak berangkat ke kantor gara-gara mendengarkan ceramah panjang lebar kedua orangtua itu dan anak sulung mereka.
“Apa-apaan menikah? Mau dikemanakan Sagara, baru juga tiga hari jadian, gila ini konyol, sumpah aku benci hari iniiii….”
Awww…Aww…SIAL ASTAGA.
Aku pun memukul kepala ku, bagaimana bisa hak dari sepatu ku lepas disaat kondisi buruk terjadi.
“Aku tidak peduli, ku lepaskan kedua hells ku, aku pun terus berjalan tanpa alas kaki seperti orang gila, BIG NO! kegilaan seperti ini lebih baik dari pada hal yang mencengkam tadi.”
Next »
Sudah dua malam Sania panas tinggi, dia menghubungiku untuk menghantarkan ke Dokter. Aku pun bergegas datang ke Appartemen itu kemudian menghantarkannya ke klinik terdekat, sebab dia tidak mau ke Dokter karena dia sudah sangat mengigil.
Setelah itu aku pun menginap disana hingga dimalam tragedi itu terjadi.
Oh shît!
Kesialan itu pun terjadi, malam itu Sania sudah lebih baik, selepas pulang dari klinik kami masih sempat memakan makanan yang aku bawa sepulang ku dari kantor, namun menjelang malam aku tidak tahu jika saat itu Sania keluar.
Sania di jemput Poppy dan Yolanda untuk merayakan ulang tahun salah satu rekan mereka disebuah klab malam, Sania tahu aku tidak suka pergi ke klub mungkin sebab itu dia tidak membangunkanku.
Di saat itu lah sesuatu yang tidak terfikir di otakku pun terjadi, malam itu Kelandru atau biasa di panggil Keland, kekasih Sania pulang. Aku tidak tahu apa yang terjadi tidurku terlalu seperti orang kebo, yang aku tahu pagi itu hidupku hancur.
Aku yang hanya memakai chamisole satin tidur seranjang dengan seorang lelaki yang masih berpakaian berbalut pada selimut yang sama saling berhadapan dan dia meletakkan tangannya pada pinggangku. Aku pun terbangun.
Tapiii.....bukan terbangun sendiri, melainkan suara pekikan seorang wanita yang begitu menggema telinga membuat aku terlonjak dan bangkit.
“SANIA?” Aku terperangah ku fikir dia yang berteriak-teriak.
“Keland! What are you doing?” pekik wanita yang kulihat masih muda itu.
Aku shock seketika aku turun dari ranjang, ‘Keland bukankah dia kekasih Sania?
Bagaimana bisa dia disini? bagaimana bisa aku tidak tahu, kemana Sania? Aku kacau aku bergegas mencari handukku menutupi paha mulusku yang terekspose polos.
“Mau kemana kamu?” teriak wanita itu lagi.
“Sa-ya” Aku tidak lagi peduli akupun masuk kedalam kamar mandi.
Aku terpaku duduk di closet kudengar diluar sana wanita itu terus berteriak pada lelaki itu mengahkiminya, memakinya. Aku memukuli kepalaku, aku frustasi, aku lihat seluruh tubuhku, jangan-jangan dia memperkosaku, kurasakan selangkanganku dadaku.
Tidak…semuanya aman tidak ada apapun yang terjadi, lalu bagaimana bisa lelaki itu ada disana?
Reaaa … kamu itu bego atau gimana sih, inikan appartemen lelaki itu? Harusnya kamu tanya Sania yang pergi kemana?
Setelah lama aku berdiam di dalam kamar mandi, wanita tadi itupun memekik memanggilku, menggedor-gedor kamar mandi, aku pun bangkit dari closet kemudian mengambil bathrobe disana untuk kemudian bergegas keluar.
Seketika wanita itu menarik tanganku, membuat aku terduduk di sofa, oh **** lelaki itu dengan santainya duduk dipinggir sofa kakinya sudah turun kelantai dia mengusap-usap kepalanya.
Aku lihat jelas lelaki itu mungkin semalam mabuk parah begitu terlihat sisa hangovernya sampai saat ini.
“Apa yang sudah kalian lakukan? APA?” bentak wanita itu.
Lelaki itu pun kini melihat kepada ku tersenyum seperti mengejek, “Katakan apa yang kita lakukan, Baby...”
“Lakukan apa?” Aku terperangah. Dia sejenis makhluk pe’ak mungkin kali ya? mengucapkan kalimat seperti itu disaat seperti ini, jelas saja mengundang keambiguan.
"Eh lakukan apa, sinting ya?"
“Stop berakting, aku akan segera hubungi—” Wanita itu meberhentikan ucapannya.
"Teteh eh...saya tidak berakting tau, eh...kamu ini kenapa woy, ceritain dong!" Kecamku pada lelaki itu.
Tiba-tiba saja pintu terbuka lagi kini kulihat beberapa orang disana sontak saja kami bertiga didalam sana menoleh ke arah pintu yang terbuka.
“Happy birthday Keland..."
"Happy birthday Keland..."
"Happy birthday anak mama…”
Diwaktu yang tepat semuanya kian runyam, dua orang lelaki dan wanita tua datang, keduanya seketika menghentikan suara nyanyian dan langkah mereka saat melihat aku yang hanya memakai bathrobe. Dan lelaki yang bernama Keland itu pun mengubah wajah tawaanya menjadi frustasi memegangi kepalanya.
“Ada apa Miranda? Ada apa, apa yang dilkukan Keland?” wanita tua itu menatap nanar kepada putranya dan aku bergantian.
Aku semakin tidak berkutik hampir dua jam lebih....2 jam cuy... aku dan lelaki itu menjadi bulan-bulanan disana. Aku dan lelaki itu dituding berbagai macam hal, aku terus mengelak namun tidak dengan lelaki itu.
Aku tidak tahu ada apa dengan lelaki itu dan entah apa yang konslet dengan otaknya.
Kenapa dia membuat seolah memang kami sudah berbuat sesuatu, menjadikan mereka yang merupakan orang tuanya jadi tidak memperdulikan pengelakkan ku, sial sekali mereka bahkan ingin menemui kedua orang tua ku.
Aku bisa mati jika ayah dan ibuku tahu aku seperti ini, berbuat seperti ini di luar pengawasan mereka.
Rasanya tubuhku tidak lagi memiliki daya, kakiku seakan tidak bertulang, kedua orang tua itu dan wanita yang tidak lain adalah kakak Kelandwe meminta kami segera menikah.
“SANIAAAAAA KAU DIMANA?” Aku memekik dengan mulut yang ku tutup.
rasanya aku ingin sekali menghilang dari tempat terkutuk ini. Simsalabimmmm….. tolong mantra apapun bantu aku menghilang dari sini.
Bruakkk…
Hingga ketiganya keluar dan membanting pintu meninggalkan aku dan lelaki itu berdua
didalam sana, aku yang hampir pingsan…atau kenapa sih sedari tadi tidak pingsan, “Sial, SANIA bahkan tidak bisa di hubungi hingga saat ini.”
“Tolong Mas, sir atau siapapun anda, saya tidak bisa seperti ini, ku mohon lepaskan saya dari semua ini, orang tua saya bisa mati jika mereka lihat saya seperti ini!”
Lelaki itu menyengir kuda, mengacuhkan ku, seketika dia bangkit dan pergi kearah balkonnya menghubungi seseorang dengan kesadarannya yang kini sepertinya sudah ia dapati kembali, tidak terlihat sinting dan tidak waras seperti tadi.
Hanya selang beberapa menit saat lelaki itu entah menghubungi siapa, Sania datang, ia berteriak masuk kedalam unit appartement itu langsung menuju balkon.
“Baby…..sorry tadi malam aku ketiduran ditempat Yolanda!”
Aku lihat jelas Sania memeluknya kemudian mengecup pada bibir lelaki itu, lelaki itu menepisnya keduanya berdebat diluar sana, aku tidak peduli itu aku harus berlari pergi dari tempat terkutuk ini dan meninggalkan semua.
Ya… aku yakin tidak akan ada hal buruk yang terjadi, itu urusan Sania dan kekasihnya nanti akan menjelaskankepada orang tua lelaki intinya bahwa ini salah paham.
Aku pun sudah memakai pakaian ku, merapikan semua barang-barangku dan melihat pada mereka berdua yang masih entah berdebat apa dibalkon, aku pun memutuskan segera pergi dari sana.
Sepanjang turun meninggalkan balkon aku terus menggerutu, aku kesal, aku benci keadaan ini, aku bahkan jadi tidak berangkat ke kantor gara-gara mendengarkan ceramah panjang lebar kedua orangtua itu dan anak sulung mereka.
“Apa-apaan menikah? Mau dikemanakan Sagara, baru juga tiga hari jadian, gila ini konyol, sumpah aku benci hari iniiii….”
Awww…Aww…SIAL ASTAGA.
Aku pun memukul kepala ku, bagaimana bisa hak dari sepatu ku lepas disaat kondisi buruk terjadi.
“Aku tidak peduli, ku lepaskan kedua hells ku, aku pun terus berjalan tanpa alas kaki seperti orang gila, BIG NO! kegilaan seperti ini lebih baik dari pada hal yang mencengkam tadi.”
Next »
"Kelandru jawab pertanyaan mama, berapa sering kamu tidur bersama dia.”
“Berapa sering?” Ulang lelaki itu dengan santainya,”Lupa, mungkin lebih dari seratus kali.”
Fanita shock atas jawaban kuang ajar anaknya itu,”Seratus kali? Jadi kalian sudah lama berhubungan, bukannya kamu memacari si Sania itu. Bagimana bisa ada wanita lain.”
“Bukannya mama dan semua tidak suka Sania? Hubungan kami sudah berakhir dan dia wanita yang aku pilih, nikahi kami segera ma, sebelum ada yang muncul diantara hubungan sebelum pernikahan.”
“Kelan. Tuhan! Ini seperti bukan kamu yang mama kenal, kenapa kamu bisa berbicara seperti manusia tidak punya etika.” Lirih sang ibu.
...***...
“Anlira Reana, putri tunggal dari bapak Subakti teguh dan Marlitiya, Bapaknya bekerja sebagai supir ambulance disebuah rumah sakit dan ibunya adalah seorang Bidan di salah satu puskesmas di Semarang.”
Baca Miranda kakak kandung dari Kelandru sebuah laporan yang dikirimkan oleh salah satu orang suruhannya yang mencari informasi tentang Reana alias Rea. Miranda wanita berusia 38 tahun yang tidak lain adalah kakak kandung Kelandru itu tampak sangat serius menyelidiki gadis yang tidur bersama adiknya semalam.
Miranda terus membuka satu persatu lembar-lembar kertas dari sebuah berkas latar belakang Reana itu. Kedua orang tuanya begitu panik atas perbuatan anak lelaki mereka, ini begitu memalukan bagi mereka yang menjunjung tinggi sebuah kehormatan.
Tidak perlu menunggu lama dan entah hasil apa yang di dapatkan Miranda dia seperti menyetujui jika adik laki-laki satu-satunya itu untuk menikah dengan Rea alias Reana itu. Tidak tidak akan mengulur waktu dia dan dan keluarganya akan langsung menemui kedua orang tua Rea hari ini juga.
“Tobby siapkan semuanya kita akan terbang ke Semarang bersama kedua orang tua saya hari ini, tolong siapkan semua yang sudah saya buat dalam satu list, jangan ada satu hantaran yang kurang sedikitpun.”
“Siap bu, Miranda.”
Siapa yang tidak kenal keluarga Albasman Mirian Hirantadiga, konglomerat pemilik beberapa rumah sakit terbesar di Asia tengga, juga memiliki nama yang besar dalam bidang komunikasi, keturunan Perancis – Indonesia sudah puluhan tahun melanglang buana di berbagai negara, menguasai pasar dunia segala macam bidang ekonomi dan bisnis, kekayaannya tidak diragukan lagi, memiliki banyak usaha lain yang bahkan sudah banyak membangun beberapa perusahaan perseroan membantu mengurangi angka pengangguran di negara ini.
...***...
Rea kembali ke sebuah kontrakan kecil yang ia tempati, kejadian tadi pagi masih begitu membuatnya frustasi dan berantakan, seakan harinya penuh dengan kesialan hari ini, setelah tidak kekantor karena tragedi pagi tadi.
Kini seharian pun hujan lebat, perut lapar, mati lampu hingga malam ini, mau tidak mau dari pada mati ia pun bangkit dari tempat tidur yang seharian ini ia manfaatkan untuk berpejam malas.
“Mie instan...i love mie instan, sialan! Laki-laki berengsek, bisa-bisanya dia pasarah di tuduh sedang berbuat mesum oleh keluarganya.” Rea kembali mengumpat kesal mengingat kejadian tagi tadi.
“Kalau aja bukan cowoknya Sania habis kau sialaaaaan…” Rea *******-***** kesal mie instannya.
Hanya ada mie instan, bukan penyelamat dikala genting, sudah jelas ini makanan pokok dalam kondisi apapun dihidupnya. Boro-boro mau berbelanja, dia jarang sekali berada di kontrakan, selain hanya untuk tidur malam setiap hari dia habiskan di kantor dan bersama Sania sahabatnya itu di luar.
Rea meniup-niup mie rebuh yang baru ia masak berbekal pencahayaan dari ponsel miliknya, lilin? What benda apa itu? Jangan tanyakan lilin saat ini, dia tidak lagi peduli itu.
Slrupppp…
Suara seruputan mie kuah itu terdengar begitu segar di malam dingin yang gelap ini, apapun ia tepiskan dulu selagi menikmati ini.
Bughh… Ponsel yang ia letakkan di atas nakas terjatuh akibat getaran panggilan, dengan malas Reana yang sedang dibawah lantai pun merangkak memunguti ponselnya.
“Ibu? Dan Sania bersamaan menghubungi, “Hallo Bu?” sahut Reana saat kini panggilan ibu yang lebih masuk.
“Apa yang terjadi, kenapa Rea nggak pernah cerita ke Ibu tentang keluarga pak Albasman. "
Rea seketika mengumpat dalam hati, cepat sekali kabar sampai di tempat ibunya, benar-benar jalur private jet bukan angkot.
Mendadak Rea tidak berselera dengan mie instannya padahal biasanya berbagi setetes dengan semut saja dia tidak sudi.
"Ibuuuuuu semuanya tidak seperti yang ibu fikirkan."
"Rea, entahlah nak. Ibu pasrah."
"Ibuu dengar Rea dulu."
.
.
.
.
...Selamat membaca 💖 From mba Payung......
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!