...Welcome.......
...For your information, cerita ini dibuat karena arahan dari editor, tema nya memang harus balas dendam, jadi kalo ada yang merasa terlalu dibuat-buat, harap maklum, ini kisah hanya fiktif belaka....
...Meskipun aku sendiri baru pertama kalinya memilih genre ini dan tidak terlalu menguasai, aku berani ikutan berpartisipasi, mengetes kemampuan saja....
...••••••••••••...
Di atas jok penumpang. Wanita yang sebelah wajahnya di perban dan duduk bersandar memandangi jendela itu bernama Shara.
Lima tahun yang lalu. Beasiswa membawa Shara ke salah satu universitas Jakarta, tepat di usianya yang ke 23 tahun Shara bekerja di perusahaan yang di pimpin oleh Zif Prabaswara hingga terjadi cinta lokasi antara CEO dan karyawan nya.
Usia Shara telah menginjak ke 25 tahun, selama di Jakarta dia hanya tinggal sebatang kara, orang tua Shara telah pulang ke Rahmatullah.
Lagi, di kampung halaman Shara hanya memiliki paman dan bibi saja.
Semenjak berhubungan dengan Zif tentunya keuangannya pun di bantu oleh Zif. Biaya perawatan wajah dan lain sebagainya, Zif yang memenuhinya.
Zif Prabaswara laki-laki berusia 33 tahun, keturunan ke dua dari Hardika Prabaswara yaitu pemilik dari peternakan, perkebunan juga perseroan terbatas yang memproduksi bahan pangan.
Satu tahun lalu Zif melamar Shara, mereka bertunangan secara diam-diam dan baru sepuluh hari ini melangsungkan pernikahan tanpa adanya dukungan sang ayah.
Alasan kasta yang berbeda membuat Ayah Zif tidak mau merestui hubungan mereka, Shara hanyalah gadis yang lahir dari keluarga biasa saja sehingga Zif terpaksa menggelar acara pernikahan di hotel elit daerah Bali dan kejadian naas pun terjadi.
Tepatnya di malam pertama pernikahan mereka Shara harus merasakan nyeri yang sangat hebat di sebelah wajahnya.
Di detik-detik terjadinya akad nikah.
Seseorang dengan masker hitam telah menyiramkan cairan yang langsung meleburkan kulit mulusnya.
Kendati harus menutupi wajahnya dengan cadar Shara tetap melanjutkan pernikahan.
Tak ada yang tahu tentang kesakitan itu, kejadiannya sangat cepat, benar-benar sangat cepat hingga mempelai pria pun tak mengetahuinya.
Tak ada yang pernah tahu bagaimana wajah rusak Shara kala di pinang termasuk suaminya sendiri.
Itu adalah hari terpenting baginya, pernikahan perdananya bersama Zif yang sangat dia cintai harus tetap berjalan seperti rencana meskipun harus rela menahan kesakitan diwajahnya.
"Luka bakarnya sangat serius, untung saja tidak mengenai bagian matanya, anda perlu bersabar untuk bisa mendapatkan kembali wajah cantik istri anda, mungkin akan lama. Tapi yakinlah bisa." Kata penyemangat dokter yang hanya membuat Zif frustasi.
Zif marah pada Shara yang dianggap tak mampu menjaga kecantikannya, Zif selalu berpesan untuk merawat baik-baik sekujur tubuh Shara hanya untuk dirinya.
Sekarang apa? Semuanya musnah! Tidak mungkin wajah mulusnya bisa kembali seperti sedia kala, sebelah bibir Shara saja sudah terbakar. Tak ada lagi bibir seksi yang selalu dia puja-puja dari Shara selama ini.
Alis tegas melengking nan alami Shara pun ikut hilang terbakar air keras, Shara di mata Zif sekarang sudah menjadi wanita buruk rupa.
Sekilas Shara mengingat percakapannya bersama sang suami sembilan hari yang lalu "Ada apa Zif? Aku bisa sembuh kan?" Tanya Shara menggenggam tangan Zif penuh harap kala itu.
Zif menggeleng "Bagaimana bisa sayang, kamu tetap akan seperti ini, aku sudah kehilangan kecantikan mu." Ujarnya lirih.
Zif kecewa, hatinya benar-benar sudah sangat nyaman bersama perempuan itu, tapi jika dalam kondisi wajah yang buruk seperti ini, apakah nantinya dia tidak di tertawakan oleh semua teman-teman dan keluarga besarnya.
Berhari-hari Shara menunggu Zif menjenguk dirinya, kenyataannya sampai saat ini tak pernah ada kabar dari Zif.
Entah kemana perginya laki-laki itu, Shara terus menghubungi nomor Zif lewat telepon kabel fasilitas dari kamar VVIP nya.
Di putus panggilan, selalu saja seperti itu, jawaban operator perempuan yang terus dia dengar dari ujung telepon nya.
Sembilan hari yang lalu pula Zif pamit untuk memenuhi undangan temannya. Salah satu pemilik resort memanggil Zif dan Shara untuk berbulan madu gratis di tempatnya.
Sayangnya, Zif justru membawa wanita lain ke tempat itu, alasannya karena Zif tidak mungkin memperkenalkan Shara dalam keadaan seperti ini, Zif berusaha menutupi insiden yang menimpa isterinya dari siapapun terutama media sosial.
"Lihat lah Shara, laki-laki yang dulu mengemis cinta mu, dia meninggalkan dirimu dalam keadaan seperti ini."
Shara tak berani menelepon keluarganya, sudah pasti bibinya syok dan berpotensi terkena serangan jantung mendapati keponakannya dalam keadaan seperti ini.
Shara tak punya pilihan, pikiran frustasinya liar kemana-mana "Aku susul saja Zif di resort temannya." Gumamnya bertekad.
Susah payah Shara mengendap-endap kabur dari rumah sakit, kemudian dengan uang seadanya Shara menyewa taksi menuju resort milik teman suaminya.
"Ini tempatnya Nona!" Suara sang sopir membuyarkan lamunannya.
"Oh, iya. Terimakasih yah Pak!" Shara menyodorkan uang pada sopir lalu turun dari taksi.
Shara menatap kagum bangunan estetika di hadapannya, resort yang membelakangi pantai itu terlihat sangat eksotis.
Kakinya gamang tapi terus melangkah perlahan menuju bangunan elit tersebut.
Di sepanjang perjalanan, semua orang memandangi pakaian tampak aneh yang melekat pada sekujur tubuh Shara.
Sendal jepit ala rumah sakit, kerudung putih berbahan kaku yang hanya dia gunakan untuk menutupi wajah buruknya, stelan baju piyama berwarna biru yang lebih membuat kesan bak pasien rumah sakit jiwa.
Shara di sambut tatapan sinis sang resepsionis, meski demikian Shara pada akhirnya memberanikan diri untuk bertanya.
"Permisi Kak, saya ingin menanyakan, apakah Zif Prabaswara masih ada di sini?" Ujarnya.
Wanita itu menggeleng "Maaf, ini menyangkut privasi pelanggan." Katanya jutek dengan tangan yang menyatu, yah itu hanya gerakan formalitas belaka.
"Dia itu suamiku, jadi tidak ada privasi bagi kami, dia dan aku adalah satu keluarga, sekarang katakan, apa Zif masih ada di resort ini? Ini sangat penting!" Desak Shara.
Memandang remeh Shara, wanita itu justru memanggil satpam untuk mengusirnya "Pak, bawa Ibu ini keluar."
Shara terkesiap "Loh, kenapa?" Tanyanya polos.
Satpam mendekat lalu menarik lengan Shara untuk di seret dari tempat elit tersebut "Ikut saya, orang aneh!" Sarkas nya.
Shara meronta "Kenapa kamu mengusir ku? Aku istri Zif, biarkan aku menemui nya! Jangan sembarangan kalian menyentuh ku!" Teriaknya histeris.
Tepat di lobby bangunan, laki-laki besar tinggi itu mendorong tubuh Shara hingga terduduk menyungkur keluar dari pintu kaca transparan.
Angin malam berembus kencang menerbangkan kerudung putih milik Shara hingga sebagian luka bakar nya terbuka.
Mata Shara membulat sempurna saat melihat Zif tengah tertawa renyah bersama dengan koleganya, sepertinya mereka baru saja turun dari mobil.
Ada wanita bernama Indar yang merangkul sebelah lengan Zif dengan cekikikan yang membuat Shara semakin murka.
Bagaimana bisa Zif membiarkan Shara terkatung sendirian di rumah sakit, sedang dia asyik memamerkan Indar sebagai isteri.
"Zif!" Panggil nya.
Semua orang menengok padanya, termasuk Indar dan Zif yang tersentak kaget melihat Shara berada di lingkungan tersebut.
Shara beranjak dari duduknya, berjalan mendekati Zif yang mematung seperti tidak tahu harus berbuat apa.
"Zif, kamu di sini? Aku menunggu mu di rumah sakit Zif, aku di Bali hanya mengenal mu, jika sibuk dan tidak bisa membesuk setidaknya angkat telepon ku Zif!" Ucap Shara, tergenang air kecil di balik pelupuk mata.
"Siapa dia Zif? Kenapa kau mengenal wanita monster seperti nya?" Satu orang menertawakan Zif dengan memegangi perutnya. Mungkin baginya lucu tapi sangat menyakitkan bagi Zif dan Shara terkhusus nya.
Indar menyeringai "Dia istri, ..." Perempuan bengis ini sengaja ingin membongkar sejatinya wanita buruk rupa itu tapi Zif mencegah.
"Aku tidak mengenalnya!" Sanggah Zif.
Shara terperanjat "Zif, ..." Dunia seolah hening, Shara meneteskan buliran bening yang sedari tadi mengintip di sudut netra nya.
Netra Zif pun berkaca-kaca, sejatinya lelaki ini tak tega mengucapkan itu, tapi reputasi serta nama baik, ingin sekali ia jaga.
Hujatan yang mungkin terlontar padanya, membuat Zif memilih untuk tidak mengenal isterinya. Dia dan Shara adalah orang asing dan Indar lah isterinya.
"Oh, cuma perempuan gila yang nyasar? Aku lupa, kalau Zif termasuk pengusaha terkenal di belahan bumi ini!" Sahut satu temannya lagi seraya tergelak.
"Iya dong, siapa sih yang tidak kenal Zif? Pengusaha tampan yang sedang booming di sosial media. Ada saja pasti yang mengaku-ngaku mengenal nya, sampai-sampai hantu pesisir laut pun mengenalnya!" Sarkas satu perempuan lagi.
Semua orang menertawakan Shara dan Zif hanya diam saja, kata sayang bahkan pernyataan cintanya selama dua tahun terakhir seolah tak pernah terucap dari bibirnya.
"Kamu dengar tidak, Zif tidak mengenal mu, minggir kamu perempuan cacat, merusak pemandangan saja!" Indar berani membentak kasar Shara bahkan Zif membiarkannya begitu saja.
Shara bergeming, cemoohan dari yang pedas hingga yang paling pedas tertuju padanya tapi wanita itu masih tak mengindahkan.
Zif dan semua orang telah memasuki resort kembali meninggalkan Shara dalam pekatnya udara yang mencekik tubuhnya penuh ironi.
Bahkan luka di wajah rusaknya tak dia rasakan, kesakitan seakan berkumpul di bagian hatinya saja.
Shara masih tergagu menatap Zif yang sesekali menoleh padanya seperti tidak tega, buliran bening terus menetes membasahi pipi lukanya.
"Aku bukan siapa-siapa mu kan Zif, maka akan lebih baik jika kau tidak akan pernah bertemu dengan ku lagi Zif." Ucapnya pilu.
Shara langkah kan kakinya pelan menuju ke sembarang arah yang pasti menjauh dari tempat dimana Zif masih berkumpul dengan para kolega.
Terpaan angin malam dari pantai menemani ironinya. Cap-cap kaki mungilnya terlukis pada buliran halus pasir tepi pantai. Entah kemana hilangnya alas kaki, di saat seperti ini bahkan sendal jepit pun tak mau menemaninya.
Shara kehilangan harapan, untuk apa lagi aku hidup? Begitu pikirnya. Setan berkumpul membisikan sesuatu di telinganya, Shara lenyapkan dirimu, kamu sudah tidak berguna lagi untuk siapa pun, apa lagi mertua mu, pergi Shara, tenggelam kan dirimu!
Dia berlari menembus air hingga ketengah laut namun belum sempat tenggelam, Ombak membawa tubuh Shara kembali ke tepi pantai.
Shara kembali berlari ke tengah laut, lagi-lagi ombak membawa tubuhnya ke tepi pantai. Shara lelah terus selamat dari kematian.
Perban di wajahnya telah hanyut di bawa ombak. Piyama birunya pun telah basah kuyup. Shara berjalan luntang-lantung hingga matanya menangkap seonggok gawai besar yang berlabuh di dermaga kecil khusus kapal pribadi.
Sepertinya kapal pribadi itu sudah sebentar lagi meninggalkan dermaga, sekilas ide cemerlang melintas di benaknya.
"Apa aku ikut masuk saja kedalam kapal? Lalu mencoba menenggelamkan tubuh ku di tengah laut sana, pasti ombak tidak akan bisa menyelamatkan nyawa ku bukan?" Gumamnya.
Mengendap-endap Shara naik dan melewati dermaga untuk kemudian masuk ke dalam kapal pribadi yang entah milik siapa.
Langkahnya berlanjut menuju geladak sisi kanan kapal, deburan ombak telah menyambut kedatangannya seolah melambaikan tangan untuk membantunya lenyap dari muka bumi.
...🖋️••••••••••••🖋️...
...Dukung author dengan Like vote komen dan hadiah nya 😘 Setidaknya uang parkir lah, cukup like atau komen saja......
.
Keputusan Shara sudah bulat, dia ingin mengakhiri hidupnya hari ini juga, biarlah kenangan bersama Zif berakhir di sini saja.
Jika di pikir lagi, Shara saja seringkali merasa ilang feeling saat melihat wajah laki-laki yang tidak tampan, mungkin sekarang semua laki-laki di dunia ini juga sangat membencinya.
Perlahan kapal bergerak dan membawanya ketengah laut, Shara duduk memeluk betisnya sambil memegangi pipi rusaknya.
BRAK
Terdengar suara pintu yang di banting dari dalam sana.
Shara reflek menundukkan wajahnya di balik dinding kabin saat tak sengaja melihat sosok tinggi nan tampan seorang pemuda memasuki sebuah kamar fasilitas kapal tersebut.
Kapalnya tidak terlalu besar, maka hanya ada satu kamar saja yaitu kamar yang di tempati pemuda berwajah muram itu.
"Sepertinya cowok ini pemilik kapal pribadi ini, maaf ya cowok ganteng, biarkan aku numpang sampai ke tengah laut, sebelum aku berhasil mati aku ucapkan terimakasih padamu sudah ikut berkontribusi melenyapkan nyawa ku." Gumam Shara pelan.
Shara menundukkan tubuh dan kepalanya kembali ketika pemuda itu menoleh padanya, mungkin samar-samar sang pemuda mendengar gumaman gadis ini.
Shara sampai merangkak agar keberadaannya tak di ketahui pemilik kapal.
Kendati demikian Shara masih sempat-sempatnya mengamati hal apa yang dilakukan pria itu dari celah jendela kaca.
Seorang wanita berpakaian seksi duduk tepat di sebelah kanan pemuda itu sembari bergelayut menggoda "Gerald, beneran kamu putusin aku? Kalo kita putus terus buat apa kita pergi ke pulau?." Tanyanya.
Shara mendengar baik-baik percakapan mereka dengan menempelkan telinganya pada celah kabin kapal.
"Kamu tahu, aku tidak benar-benar serius padamu, kamu adalah satu dari puluhan wanita yang pernah aku putuskan setelah merengek meminta di nikahi. Kau sudah tahu sejarah percintaan ku bukan?" Gerald menepis rangkulan tangan wanitanya lalu pergi meninggalkan tempat itu.
Melihat adegan tersebut Shara menitihkan air matanya kembali, mengingat betapa bodoh dirinya, betapa hancur hidupnya setelah kehilangan kecantikan wajahnya.
"Cewek secantik itu saja di putuskan tanpa belas kasih, apa lagi kalo dia melihat ku, tanpa capek-capek bunuh diri, dia sudah pasti akan dengan suka rela membunuh ku!" Lirihnya pilu.
Bukan salah Zif jika Zif berubah, ini semua salah takdir yang mempermainkan dirinya, kenapa harus terjadi seperti ini. Seandainya saja wajahnya masih cantik, Zif takkan pernah berpaling darinya.
"Huaaaaa, hancur sudah hidup ku, hancur, dan tidak ada lagi harapan untuk aku bahagia, hidup ku selesai, selesai sampai sini saja!" Teriak Shara nyaring.
"Zif, kamu tidak akan pernah melihat ku lagi, menikah lah Zif, menikah lah bersama dengan wanita ular mu, suatu saat kau akan menyesal sudah membuang ku di sini!"
"Karma itu berlaku Zif, kau pasti menyesal, tidak akan pernah ada cinta yang lebih baik dari pada aku Zif! Menikah lah lalu habis hartamu, biar saja kamu bangkrut dan aku tersenyum di dalam perut ikan hiu!" Tambahnya.
"Kau pasti menyesal Zif, akan sangat menyesal, semoga semua perusahaan mu bangkrut, dan aku tenang di neraka ku!" Shara menaiki besi pembatas, berniat terjun saat itu juga.
Dia pejamkan matanya sekuat tenaga lalu berteriak "Aaaaaaaa!"
BRAK!
Shara merasakan tubuhnya menindih seseorang tapi tak sedikitpun terpikirkan olehnya, matanya masih erat terpejam.
"Apa aku langsung di telan ikan hiu?" Gumamnya.
"Oh tidak, aku tidak akan membuka mata ku, aku pasti sedang berkumpul dengan ikan-ikan laut yang sangat menjijikan. Hiks hiks!" Isak nya.
"Ck! Berisik! Umpat serapah mu sangat mengerikan!" Satu sentuhan tangan menarik lengan dan membuatnya terpelanting hingga terbentur lantai geladak.
"Aakk! Sakit!" Shara meringis mengelus pinggangnya sambil berguling "Apa ini siksaan di neraka? Di dunia aku di siksa di neraka apa iya harus di siksa lagi?" Gumamnya kembali.
"Berhenti bergumam dan buka matamu Nona gila!" Shara terhentak mendapati suara yang sangat keras menggema di sampingnya.
Suaranya begitu memekik hingga burung walet saja mendadak beterbangan meninggalkan sarangnya.
Shara membuka mata dan wajah tampan pemuda bengis itu menatapnya tajam.
"Tengah malam begini kau menyelundup masuk ke dalam kapal pribadi ku! Siapa sebenarnya kamu hah?" Pemuda bernama Gerald mengintrogasi.
Shara melotot lalu kemudian mengedarkan pandangan ke segala arah "Di mana aku? Jadi aku belum terjun ke dalam air? Aku masih selamat?" Monolognya.
"Tentu saja, aku yang sudah menyelamatkan mu Nona, berterima kasih lah padaku!" Kata Gerald.
Bukanya berterima kasih, Shara justru kesal dengan perbuatan pemuda tampan itu, di cekiknya leher Gerald sembari meracau tak jelas "Kenapa kau menyelamatkan ku, harusnya biarkan saja aku terjun dari sini, aku ingin mati, aku ingin melupakan masalah ku, aku tidak kuat berada di dunia ini lagi!" Histeris nya.
"Uhuk-uhuk!" Gerald terbatuk-batuk menerima cekikan wanita itu, Shara bahkan menaiki perutnya tak memberinya ampun.
"Ha-ha-hantu, k-kau hantu yah hah?" Sedari tadi Gerald baru menyadari bahwa separuh dari wajah gadis yang dia tolong sangat mengerikan.
Shara semakin mencekik leher itu "Aku bukan hantu, aku manusia yang harusnya sudah menjadi hantu, kenapa kau menolong ku hah? Kenapa? Padahal aku ingin mati saja lalu menjadi hantu dan bergentayangan mencekik wanita perebut suami ku!" Teriaknya.
"Le-lepas Nona gila! Uhuk-uhuk!" Gerald terpaksa mendorong tubuh Shara hingga terpelanting kembali dan membentur salah satu tiang.
Tang!
Shara lemah tak berdaya karena pusing di kepalanya, hanya dadanya saja yang mampu berkembang kempis mengatur napas, napas yang ingin sekali ia hentikan tapi selalu saja gagal.
Gerald beranjak, terjaga hingga melotot netra indahnya "Kau, kenapa wajah mu mengerikan seperti monster? Wajahmu mengerikan sekali!" Dia tunjuk dengan gemetar wajah luka Shara.
Shara duduk lalu meringkuk memeluk pilu betisnya "Hiks hiks, aku sudah hancur, seseorang menyiramkan air keras padaku tepat di malam pertamaku bersama suami ku, seharusnya aku menikmati bulan madu tapi suamiku sudah tidak mau lagi hidup dengan ku, jangan kan untuk menyentuh ku, menatap ku saja dia tak mau!" Shara tersedu menceritakan kesakitan hatinya.
Gerald terenyuh, entah kenapa dia memiliki empati pada wanita buruk rupa seperti Shara, biasanya Gerald hanya berempati kepada wanita cantik bertubuh seksi saja, tapi melihat Shara, Gerald tersentuh bahkan ingin sekali memeluknya.
Suara Shara, tangisan Shara, semuanya mirip dengan almarhumah ibu tercinta nya. Sebegitu terpana nya Gerald sehingga ia tak mencermati saat Shara beranjak dan terjun ke dalam air.
Byurrr!!
"Heh, gadis monster gila! Hentikan!" Gerald memekik, matanya melotot menatap gusar riak air di bawah sana.
Tanpa rasa takut dia terjun menyelusup masuk ke dalam air berniat menolong sekali lagi gadis gila tidak takut mati itu.
Byurrr!!
"Gerald, aaaa, Gerald, tolong, Gerald tenggelam!" Satu wanita jejeritan memekakkan telinga semua insan yang berada di atas kapal pribadi tersebut.
Pemuda berusia 26 tahun ini keturunan pertama dokter Garry Van Houten yang di kenal sebagai ahli bedah plastik jenius, keluarga besar Van Houten sendiri mempunyai rumah sakit elit ternama yang tersebar di beberapa daerah juga perusahaan farmasi terbesar di tanah air.
Tak hanya itu saja, Gerald masih memiliki warisan dari almarhumah ibunda tercinta yang juga tak kalah besarnya.
Ranti sang ibunda mewarisi surat kepemilikan perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi, saat ini perusahaan tersebut di pimpin oleh keponakannya, yaitu Nathan Ellard Jackson.
Seorang Tuan muda, tak mungkin di biarkan begitu saja terjun ke dalam air dan tidak terselamatkan, semua orang panik bahkan berdecak cemas.
"Hentikan kapalnya! Tolong Tuan muda sekarang juga!" Teriak salah seorang pria berbadan besar itu.
Kapal dihentikan, lalu semua orang berusaha menolong Gerald dan juga Shara untuk naik kembali ke atas kapal. Untungnya ada awak kapal yang ahli dalam bidang penyelamatan di dalam air.
Gerald memeluk Shara mereka terbaring miring saling berhadap-hadapan di atas geladak kapal sembari mengatur napas.
Semua orang melingkari tubuh Gerald dan Shara "Tuan muda tidak apa-apa kan?" Satu awak kapal bertanya, ia sangat menyayangkan sekali kejadian naas ini.
Bagaimana jika tidak tertolong, sudah pasti semua kru kapal di pecat secara tidak hormat, bahkan mungkin di penjarakan.
Gerald menggeleng tapi matanya menatap tajam ke arah Shara "Bodoh! Hidup cuma sekali, jangan kamu sia-sia kan gadis gila!" Umpatnya.
Lemas sudah tubuhnya setelah setengah mati manahan napas di dalam air, namun kalimatnya masih sanggup menusuk dan merobek hati Shara.
"Aku ingin mati saja, kenapa kau tidak membiarkan aku." Lirih Shara kesal.
"Heh, kulitmu kenapa?" Satu celetukan dari salah satu teman Gerald sambil menutup bibirnya terkejut.
"Siapa dia Gerald?" Erie sang mantan pacar bertanya curiga "Kenapa dengan kulitnya? Kenapa mengerikan sekali? Dari mana kau mendapatkan perempuan seperti monster ini?" Tanyanya lagi mencecar.
Shara menutup lukanya dengan sebelah tangan, karena dia masih hidup maka cacian masih akan terus dia dengar, matilah jalan satu-satunya.
Melihat raut sendu Shara, Gerald memandang semua orang kemudian membuka kemeja basahnya dan menutup wajah buruk gadis malang itu.
"Dia tidak apa-apa! Ini hanya luka biasa." Gerald menggendong tubuh Shara dengan mengerahkan sisa tenaganya, menerobos keluar dari lingkaran teman-temannya "Gadis gila, merepotkan saja!" Umpat nya menggerutu.
Shara memukul kecil dada bidang pemuda tampan itu "Aku tidak berharap di tolong oleh mu Tuan playboy!" Katanya ketus.
"Diam kamu!" Gerald melanjutkan langkah memasuki kamar miliknya kemudian menutup pintu kamar dengan sebelah kakinya.
...🖋️••••••••••••🖋️...
...Dukung author dengan Like vote komen dan hadiah nya 😘...
.
Gerald membaringkan tubuh Shara di atas ranjang berukuran king. Kemudian meraih handuk kimono putih dan melemparkannya pada Shara "Keringkan tubuhmu, kau tunggu di sini!" Baru saja Gerald melengos namun kembali menoleh dan berkata sekali lagi "Awas, jangan mencoba mengakhiri hidup mu lagi! Atau, ..." Ancamnya.
"Atau apa? Kamu mau membunuh ku? Memang itu tujuan ku! Bunuh saja aku!"
"Shut up!" Bentak Gerald melotot. Perempuan gila ini benar-benar sudah bosan hidup rupanya "Tunggu di sini, dan jangan macam-macam mengerti!" Berang nya.
Shara menekuk lutut lalu mengangguk "I-iya." Ternyata bentakan Gerald masih mampu menakuti dirinya
"Ingat, saat aku datang ke sini lagi, kau sudah harus membuka semua pakaian basah mu, keringkan tubuh dan rambut mu dengan handuk itu." Gerald melanjutkan langkah setelah melihat anggukan kepala sang gadis malang.
Gerald keluar dari kamar, di luar mantan kekasihnya menatap tajam dirinya "Siapa dia Gerald?" Perempuan itu menunjuk ke arah pintu yang barusan Gerald tutup.
"Siapa wanita itu? Apa karena dia kamu memutuskan ku?" Sudut Erie.
"Bukan siapa-siapa, dan bukan urusan mu, sekarang berikan aku pakaian kering mu!" Datar Gerald.
"Cih! Tidak sudi aku memberikan pakaian mahal ku padanya! Gadis jelek tidak jelas asal usulnya!" Erie memalingkan wajah seraya melipat tangan.
Dari dalam kamar Shara sempat mendengar ejekan wanita cantik nan seksi itu, ia kembali menitihkan air matanya. Tak ada tempat bagi wanita jelek sepertinya.
Gerald mendekati wajah Erie "Pakaian mahal mu, bukan kah dariku?" Tanyanya berbisik.
Melirik Gerald Erie menciut "Tapi Ger, ..."
Gerald mengangkat bahu lalu melangkah menuju koper besar berwarna pink yang masih teronggok di sudut ruangan santai kapal tersebut.
"Gerald, kamu ini kenapa sih?" Erie mengikuti langkah Gerald.
"Buka kopernya!" Gerald mengerling pada Erie.
Berwajah lesu Erie menurut, membuka koper miliknya kemudian dengan serampangan Gerald mengambil salah satu dress dan satu set underwear milik Erie untuk di bawa ke kamarnya.
"Gerald, jangan yang itu, aku mau pakai yang itu besok, itu semua baju baru ku, aku saja belum pernah memakai nya!" Protes Erie mengikuti kembali langkah Gerald, memelas.
Gerald tak mengindahkan rengekan wanita itu, ia tetap melanjutkan langkah memasuki kamar miliknya bahkan menutup dan mengunci pintu bilik tanpa perduli dengan rengekan mantan kekasihnya.
Gerald membalik badan. Rupanya Shara sudah mengenakan handuk kimono putih pemberian darinya, sesekali Shara menutup pipi yang masih terlihat kepedihan.
"Sekarang ganti bajumu dengan ini!" Titah Gerald sembari melemparkan pakaian yang dia ambil dari koper milik Erie ke atas ranjang.
Shara mengangguk "Terimakasih." Ucapnya.
"Hmmm. Kau sudah harus ganti sebelum aku keluar dari kamar mandi." Gerald meraih handuk miliknya lalu memasuki kamar mandi untuk mengganti pakaian basahnya dengan yang kering.
Shara mengangguk pasrah, lagi pula tidak ada yang bisa dia lakukan selain itu, setelah melihat kepedulian Gerald, Shara sedikit memiliki kepercayaan diri untuk melanjutkan hidup.
Ternyata masih ada yang mau perduli padanya meskipun dirinya dalam kondisi yang tidak cantik. Shara memakai pakaian Erie kemudian menenggelamkan tubuhnya pada selimut tebal di ranjang milik Gerald.
Tak ada rasa takut ataupun curiga, baginya tak mungkin ada laki-laki yang ingin memakannya dalam keadaan cacat seperti itu.
Shara meringis menahan sakit di pipinya, luka yang belum sembuh benar sudah terpontang- panting di dalam air laut yang asin.
Tak berapa lama.
Gerald baru saja selesai mengganti pakaian kemudian berjalan menuju gadis malang yang entah darimana datangnya. Dia ambil kotak obat dari laci nakas lalu membukanya tepat di depan tubuh Shara.
"Biar aku bersihkan luka mu!" Pinta Gerald seraya duduk dan Shara mengangguk. Jiwa penolong yang mengalir dalam tubuh Gerald rupanya telah mengambil alih peran.
Gerald pernah kuliah kedokteran hanya saja waktu belajarnya lebih sering dia gunakan untuk bersenang-senang dan lagi dia tidak berniat menjadi seorang dokter, adanya dia kuliah kedokteran hanya untuk melanjutkan tradisi turun temurun keluarganya saja.
Lalu kenapa bisa lulus padahal semua orang tahu bahwa kuliah kedokteran tidak semudah itu? Yah, lagi-lagi uang menjawab pertanyaan tersebut.
Shara terdiam menatap wajah Gerald yang ketampanannya setara dengan suaminya. Sesekali meringis protes saat Gerald tak sengaja menyentuhnya dengan kasar.
"Apa kau merasakan sakit? Kau bahkan tidak takut mati kan?" Sindir Gerald.
Shara mencebik tapi bibirnya masih terasa sangat sakit "Hidup ku sudah tidak berarti lagi, tidak ada masa depan bahagia, ayah dan ibu ku sudah tidak ada, hanya suamiku yang ku miliki, dan sekarang dia membuang ku, jadi untuk apa aku bertahan hidup? Tidak ada gunanya!" Lirihnya.
Gerald bergantian membuka salep antibiotik dan antiradang kemudian mengoleskan tipis-tipis pada luka Shara "Kenapa suamimu membuang mu?" Tanyanya.
"Kenapa masih bertanya? Kau tidak lihat? Wajah ku seperti monster? Kau saja ketakutan tadi kan apa lagi suamiku? Dia terbiasa melihat wajah cantik ku, dia pasti syok menerima kenyataan ini." Ketus Shara.
"Jadi hanya karena itu dia membuang mu? Laki-laki macam apa dia?" Gerald menaikan ujung bibirnya.
"Sebenarnya dia laki-laki yang baik." Lirih Shara menurunkan pandangan "Hanya saja mungkin, dia terpaksa membuang ku karena dia malu memiliki istri yang cacat seperti aku." Ucapnya.
"Aku sadar diri, aku cuma anak yatim piatu yang di per_istri pria kaya. Dulu saat aku masih cantik, aku masih bisa percaya diri bersanding dengan nya, tapi setelah seperti ini, aku yakin ayahnya semakin tidak merestui hubungan kami. Ada wanita lain yang benar-benar pantas menjadi isteri suamiku dan Indar lah wanita pilihan ayah mertua ku." Lirihnya sendu.
"Jadi kau menyerah?"
Shara mengangguk mengiyakan.
"Hayyyss," Gerald mencibir wanita itu.
"Dia suami mu, harusnya bersama mu di setiap susah dan senang mu. Dalam keadaan seperti ini, dia tak pantas melepas mu. Masih banyak cara membuat kulit mu bagus kembali. Kau bilang suami mu sangat kaya! Jangan sampai kau menyerah pada wanita lain dalam kehidupan rumah tangga mu! Kalian sudah menikah, tentu saja kau harus memperjuangkan hak mu sebagai istri syah!" Sambung nya.
"Tapi aku tidak yakin bisa kembali mengambil hatinya lagi. Sepertinya suamiku sudah berpaling, tadi sore saja dia bilang ke semua rekan bisnisnya dia tidak mengenal ku, biar saja suamiku menikah lagi dengan Indar." Ujar Shara.
"Apa kau yakin wanita lain yang kau ceritakan itu benar-benar baik untuk suami mu? Lalu menurut mu siapa orang yang tega mencelakakan mu?" Tanya Gerald.
Shara menggeleng polos "Tapi, selama hidup ku, aku tidak pernah punya musuh, ada pun yang tidak menyukai ku, hanya Indar saja yang sudah dari dulu mengejar cinta suamiku." Terangnya.
"Kamu yakin tidak penasaran dengan siapa orang yang menyiramkan air keras padamu?" Desak Gerald kembali.
"Jika benar pelakunya adalah wanita lain itu, bisa saja setelah ini suami mu yang menjadi korban nya! Suami mu kaya bukan? Bisa saja kekayaan suami mu jatuh ke tangan wanita sundal itu." Kata Gerald.
"Biar saja, aku tidak perduli, Zif sendiri yang memilih nya, maka biar saja Zif bangkrut!" Jawab cepat Shara berpaling.
"Lalu setelahnya semakin banyak lagi korban-korban berikutnya, wanita lemah seperti mu korban yang sama dengan mu. Jika seorang psikopat merasa sukses tanpa celah melenyapkan korbannya, selanjutnya dia akan menginginkan kesenangan serupa dan mengulanginya kembali." Jelas Gerald.
Shara terjaga mendengar uraian kata yang keluar dari bibir Gerald, jika di pikir lagi, semua yang Gerald bicarakan memang benar adanya.
Kendati sakit hati, sejatinya Shara masih tak tega jika harus membiarkan suaminya terus di kuasai oleh wanita licik berhati psikopat seperti Indar.
Di cekal nya kerah piyama Gerald dengan kedua tangan "Kamu benar juga, wanita seperti Indar akan melakukan apa saja demi kepentingan pribadi nya, bisa saja Indar pelakunya, dia mungkin akan mencelakakan ibu mertua ku, karena dari awal ibu mertua ku tidak pernah menyetujui kedekatan suamiku dengannya! Mungkin setelah berhasil melenyapkan ku, ibu mertuaku yang menjadi sasaran berikutnya!" Cetusnya.
"Jadi apa kamu akan diam saja melihat suami mu di kuasai wanita lain?" Tanya Gerald sekali lagi.
"Tentu saja tidak, aku berubah pikiran, aku tidak mau mati, aku harus bisa menyelamatkan pernikahan ku, aku harus bisa menyelamatkan ibu mertua ku dari tangan psikopat seperti Indar! Aku ingin menghentikan ulah gila tidak berperikemanusiaan ini!" Catuk Shara.
"Akan aku rebut kembali suamiku dari tangannya." Tambahnya berapi-api.
Gerald melebarkan senyum meskipun belum tahu cara apa kedepannya yang terpenting adalah Shara sudah memiliki niat untuk merubah takdirnya.
"Gadis pintar!" Ucap Gerald mengusap lembut puncak kepala gadis itu.
...🖋️••••••••••••🖋️...
...Bersambung.... Dukung author dengan Like vote komen dan hadiah nya 😘...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!