NovelToon NovelToon

Todoroki Shoto MY HERO

Awal Dari Kekacauan

Salju turun membuat sekujur tubuhku terasa membeku, aku yang hanya mengenakan baju tipis tanpa terbalut jaket semakin memperparah tubuh kecilku.

Aku hanya bisa berteduh di dalam pipa beton besar yang diletakkan di taman.

Tak lama, aku mendengar langkah kaki berjalan ke arahku.

Aku membenamkan diriku dengan tangan dan kakiku yang gemetar takut.

Aku melihat tangan kecil yang mengulurkannya padaku, suaranya lirih tapi masih terdengar jelas.

Aku menerima uluran tangan itu, lalu ia masuk di pipa beton dan berjongkok di depanku.

Aku melihat warna rambutnya yang terlihat unik, warna merah di sebelah kiri dan putih di sebelah kanan.

Tangan kecilnya menggenggam tanganku yang dingin, namun entah bagaimana asap kecil muncul dan seketika juga tanganku jadi hangat.

Ia tersenyum dan memperkenalkan dirinya padaku, lalu ia menanyakan siapa namaku.

Namaku? Sejujurnya aku tidak tau siapa diriku? Aku tak ingat apapun.

Aku juga tak punya tempat tinggal, tak ada yang dapat aku katakan padanya hingga aku hanya bisa diam.

Anak laki-laki yang menghangatkan tanganku terlihat sedih karena aku tak menjawab pertanyaannya.

Tak lama, suara wanita paruh baya memanggil namanya.

Apa itu suara ibunya? Anak laki-laki itu melambai padaku dan berjanji akan datang lagi besok.

Entah kenapa aku membalas lambaian tangannya, senyum tipisnya itu membuat hatiku merasa hangat.

*

*

*

*

Esok harinya, aku terbangun dari tidurku. Pipa betonku ini seperti sudah menjadi rumahku meski tak sehangat rumah yang selalu ku lihat di jalan.

Aku terbangun dengan di sambut rintihan perutku yang meminta makan. Aku mengelus perutku sembari meminta maaf padanya karena tak bisa memberi makan.

Mungkin aku akan mati kelaparan disini, akan lebih baik daripada aku harus hidup sebatang kara. Tuhan, tidakkah lebih baik Engkau membawaku kembali? Tapi apakah benar di dunia ini ada namanya Tuhan.

Dalam rasa pedihku lagi-lagi aku mendengar langkah kaki berlari ke arahku di sertai bau yang begitu harum.

Ternyata anak laki-laki itu datang lagi sembari membawa roti hangat untukku. Karena rasa lapar yang menggila, aku mengambil roti hangat itu dan memakannya dengan amat lahap.

"Aku memikirkan nama untukmu semalam, aku terpikir nama Yura" ucapnya padaku yang tengah sibuk melahap roti yang ia beri.

Yura terdengar bagus, tapi untuk apa nama itu lagipula aku akan mati tak lama.

"Aku ingin menjadi seorang pahlawan yang hebat. Tapi, aku merasa hal itu berat. Aku sangat lemah dan tidak kuat" ucapnya. Wajahnya terlihat amat sedih.

"Pahlawan? Apa hebatnya menjadi pahlawan?". Tunggu kenapa aku mengatakan itu? Apakah aku akan menyakiti impiannya?

"Pahlawan itu hebat loh! Mereka selalu menolong kita saat kita dalam bahaya. Suatu hari aku akan menjadi pahlawan yang kuat!" Jawabnya dengan tegas yang membuatku terus menatap dirinya.

Aku merasa kalau saat ini sedang melihat seorang pahlawan kecil. Apakah aku boleh berharap kalau esok ia akan datang lagi untukku.

Dia keluar dari pipa beton dan melambai padaku. Suaraku berusaha mengatakannya namun hanya suara lirih terucap "Kumohon besok datanglah lagi, pahlawanku" tapi anak laki-laki itu sudah berlari pergi. Aku tak yakin apakah dia mendengar suaraku? Aku harap begitu.

Namun sudah 2 hari setelah ia memberikan roti hangat itu, ia tak pernah datang lagi.

Aku pikir pahlawan itu benar-benar hebat dan bisa di andalkan. Aku tidak peduli lagi kalau aku akan mati sekarang, sejak awal itu yang aku inginkan.

Tak sengaja air mataku menetes diikuti suara isak tangisku yang terdengar serak. Saat itu, entah bagimana sebuah tangan besar menarik diriku keluar dari pipa beton.

Tampak seorang lelaki dengan perawakan yang kotor dan berantakan, tubuhnya penuh gambar yang menyeramkan. Tangisku semakin menjadi karena rasa takut ini.

"Kau bisa aku gunakan untuk mencari uang. Kalau kau mau bekerja untukku, aku akan memberimu tempat tinggal dan makan. Bagaimana bocah kecil?" Ucapnya.

Rumah itu tempat orang-orang berlindung kan? Apakah tubuhku akan jadi hangat? Apakah paman ini adalah pahlawan? Aku tak mengerti dan mengangguk menandakan kalau aku mau ikut dengannya.

Dia membawaku ke sebuah rumah yang amat lusuh dan terpencil. Banyak tikus berkeliaran dan bau sampah yang menusuk hidungku.

Di rumah kecil itu dia memberiku makan dan kamar yang tak berisi apa-apa, benar-benar kosong.

Paman itu menanyakan tentang Quirk yang ku miliki, dan lagi apa itu Quirk aku tak mengerti. Paman itu lantas menjelaskan apa yang ia maksud dengan Quirk lalu menunjukkan Quirk miliknya. Dari tangannya keluar semacam jaring lengket menempel ke tembok-tembok, ini pertama kalinya aku melihat hal semacam itu.

"Paman, aku tidak tau apa Quirk ku. Aku juga tidak tau siapa Orang tuaku" ucapku lirih.

"Lalu apa yang bisa kau lakukan untuk mencari uang? Kau tidak bisa tinggal disini dengan gratis"

"Aku tidak tahu"

"Kalau begitu, mencuri saja. Rampas uang mereka atau barang berharga mereka, lalu berikan padaku. Itu mudah kan?" Ucapnya dengan senyum menyeringai.

Setelah itu ia membawaku ke tengah kota dan menjelaskan bagaimana aku harus bekerja.

Ambil lalu lari kencang, itu yang ia katakan. Aku berjalan di antara kerumunan orang, aku mengambil sebuah dompet yang ada di saku seorang pria yang sibuk menelpon.

Dengan hati-hati aku kabur dan bersembunyi tuk menemui paman itu. Paman itu terlihat senang dengan pekerjaan pertamaku, ia membelai kepalaku.

Membuatku merasa senang, tangan besar paman ingin kurasakan lagi tuk membelai kepalaku. Aku akan bekerja lebih keras agar paman senang, lagi pula dia sudah memberi tempat tinggal dan makanan untukku.

*

*

*

*

Beberapa hari berlalu aku sering mendapat banyak dompet, setelah bekerja aku selalu di beri makan dan aku tidur di lantai kayu.

Setiap hari aku terus mencuri dan mengambil barang orang lain. Hingga suatu hari, aku melihat paman itu pulang dengan sempoyongan.

Ia terus mengeluh kalau uangnya habis. Padahal aku baru saja mendapatkannya dengan susah payah.

Aku pun meminta makan pada paman itu karena sejak kemarin malam ia tidak memberiku apapun. Tapi dia malah membentak ku dan memintaku untuk mencuri lagi.

Aku merasa takut, aku tak dapat berfikir lagi lalu berlari menuruti pintanya. Aku melihat orang sekelilingku, ternyata di kerumunan itu sudah ada polisi yang tampak berjaga.

Namun, aku tidak bisa menolak permintaan paman. Akhirnya aku melihat seorang wanita paruh baya yang lengah dengan dompetnya, perlahan aku mengambilnya namun sayangnya wanita itu cepat menyadari kalau dompetnya menghilang. Aku bergegas lari dari tempatku berada namun aku malah menabrak seseorang.

Aku mendongakkan kepalaku melihat polisi yang berdiri tempat di depanku. Wanita itu berteriak "itu dompetku!".

Aku tak lagi peduli dengan dompetnya dari berlari, mereka ternyata mengejar ku. Pikiranku benar-benar kacau dan aku berlari ke rumah paman.

Aku menggedor pintu sembari berteriak meminta tolong. Pintu itu terbuka dan paman terlihat berwajah kesal karena saat itu juga polisi sudah datang sambil menyodorkan pistol.

Aku melihat wajah paman yang ketakutan dan hal yang membuatku syok adalah ia berkata kalau dia tak mengenalku sama sekali. Dia mendorongku hingga membuatku terjatuh. Lagi-lagi aku dibuang ya.

Bersambung

Aku Yura

Suara sirine mobil berkeliaran di perkotaan, jeritan para warga membuat kepalaku pening.

Aku berjalan dengan kaki yang gemetar, aku juga merasa mual karena aku tidak tahu bagaimana tapi paman dan polisi yang tadi mengepungku tewas dengan tubuh yang hancur.

Saat aku berlari meminta tolong, aku meraih tangan seorang wanita. Tapi saat aku memegangnya, ia malah menjerit kesakitan dan perlahan matanya menjadi putih. Wanita itu jatuh ke tanah, apa yang terjadi.

Semua orang disana ada yang menjauh dariku,  tapi ada juga yang berusaha mendekatiku. Saat mereka berhasil menggapai ku, mereka bernasib sama seperti mereka yang sudah tewas.

Tubuhku gemetar dan kepalaku terasa berputar. Mereka pun berlari menjauhiku, ada yang sampai tersandung dan jatuh.

Aku mencoba mengejar mereka berharap sekali lagi mereka mau mencoba menolongku, tapi siapapun yang ku sentuh semua tewas seketika.

Nafasku menjadi sesak rasanya seperti tercekik, aku yang tak mampu berdiri lantas terduduk di jalan dengan di kelilingi mobil polisi dan ambulance

Mereka menodongkan pistol padaku, aku tak sanggup lagi. Perlahan mataku tertutup dan hanya kegelapan yang aku lihat.

*

*

*

*

Aku membuka mataku yang terasa berat, cahayanya sangat silau. Bola mataku melihat sekeliling, aku berada di dalam ruangan isolasi yang di penuhi warna putih.

Ada sebuah kaca besar yang memperlihatkan orang-orang berseragam dan seorang berbadan tegap dan tinggi dengan rambut kuning.

Samar-samar aku mendengar perbincangan mereka "makhluk berbahaya" itulah yang terdengar, apakah yang mereka maksud adalah aku?

Beberapa hari berlalu, aku terus berada di ruang isolasi itu dengan tangan yang tersegel dengan besi yang amat keras dsn tebal.

Mereka yang datang mengambil sample darahku selaku memakai APD untuk berjaga-jaga. Ada waktu dimana mereka juga mengajariku cara membaca dan menulis, menjelaskan segala hal tentang dunia.

Aku yang tidak ingat apapun, tidak tahu siapa jati diriku. Mereka yang mengajariku dan terus memberiku semangat untuk tetap hidup, memangnya hidup itu seperti apa? Aku hidup untuk selalu dibuang.

Jika hidupku punya arti harusnya orang yang melahirkan aku tidak meninggalkanku kan?

*

*

*

*

-10 Tahun Kemudian-

Pintu isolasi terbuka untukku, aku berjalan keluar dengan di sambut orang tinggi tegap berambut kuning itu disertai senyum lebarnya.

Tapi kelihatannya dia lebih pucat dari pertama kali aku melihatnya dalam ingatan samar. Dia memperkenalkan diri sebagai All Might. "Apa alasanmu hidup? Apakah kamu belum mendapat jawabannya? Datanglah ke Yuuei kami akan menyambut kehadiranmu" ucapnya

"Kau yakin? Aku sudah membunuh orang banyak. Ku dengar Yuuei adalah SMA pelatihan untuk menjadi pahlawan. Pahlawan itu tidak ada, aku tidak bisa jadi pahlawan dengan riwayat hidupku yang sudah membunuh banyak orang"

"Tidak apa-apa! Karena apa? Karena aku sudah ada disini! Semua orang punya masa lalu dan semua orang punya masa depan. Berikan kesempatan sekali lagi untuk dirimu sendiri, bagaimana mas depanmu itu tergantung pilihanmu" setelah mengatakannya ia tertawa keras dengan penuh percaya diri.

Menurutku itu adalah kata motivasi yang terlalu bagus untukku. Lagi pula hidupku tak begitu berarti, sampai umurku saat ini bahkan aku tak bisa melupakan bagaimana ekspresi ketakutan mereka yang telah ku bunuh. Apakah mereka membenciku di alam baka sana? Harusnya memang begitu kan.

Para orang-orang berjas itu mengatakan kalau aku perlu identitas agar bisa tinggal berdampingan dengan masyarakat.

Yah, selama ini mereka menyebutku objek 01. Dan sekarang aku harus menjadi sosok manusia seperti yang lain? Ketika mereka sibuk memikirkan nama apa yang harus ku pakai. Mulutku bergerak sendirinya menyerukan nama "Yura" dengan wajah datar.

All Might langsung menyetujui nama tersebut, ia berharap nama itu mendorongku menuju masa depanku. Persetan dengan masa depan, aku muak sekali membahasnya.

Tak perlu waktu lama karena akses untuk mendapat identitas di permudah oleh pemerintahan.

Sudah 10 tahun berlalu, mereka merasa bahwa tak akan ada yang mengingat wajahku sehingga mereka memberiku rumah sederhana yang akan ku tinggali sendiri.

Beginilah hidupku saat ini. Setelah mereka mengantarku ke rumah milikku, mereka memberiku beberapa buku yang perlu aku pelajari agar bisa masuk ke Yuuei.

Aku menerimanya dengan pasrah. Aku berkeliling melihat seisi rumah, ternyata mereka menyediakan semuanya agar aku bisa merasa nyaman.

Aku mengecek isi amplop coklat yang juga mereka berikan, isinya adalah kartu identitas, kartu-kartu transportasi, kartu ATM, dan juga ponsel.

Aku memandangi kartu identitasku yang hanya tertera nama Yura tanpa marga, sekilas aku teringat tentang anak laki-laki itu. Tapi seberapa keras aku mencoba, hanya senyumnya yang aku ingat.

Aku pun mulai mempelajari buku-buku itu, mereka bilang ujian masuknya akan dimulai tahun depan.

Kurasa itu waktu yang terlalu lama, aku bisa mempelajari semua ini dengan waktu singkat. Lalu akan ada tes praktik, tak banyak yang mereka katakan padaku. Tapi aku ingat siksaan yang aku rasakan saat aku di isolasi.

Mereka bilang saat ini tersisa 1 Quirk yang  bisa aku gunakan, maksudnya aku punya banyak Quirk lalu mereka menyedotnya keluar? Aku mencoba mengulurkan tanganku dan merasakan kekuatan yang mengalir.

Dari tanganku tersembur cairan lengket seperti jaring laba-laba, aku ingat Quirk yang berada di tubuhku ini adalah milik paman jahat itu. Kenapa harus miliknya? Aku muak sekali!

*

*

*

*

1 Tahun Kemudian

Aku mempersiapkan apapun yang perlu kubawa untuk ujian tertulis, mereka juga mengirimkan seragam sekolah agar tidak ada yang mencurigai ku.

Setelah itu aku pun keluar dan mengunci pintu rumah, aku berjalan sembari menggendong tas punggungku. Aku sudah belajar cara menaiki bis dan kereta, kareta seminggu sekali aku menyempatkan diri untuk keluar dan berbaur.

Sesampainya di tempat ujian, aku terus menyembunyikan tanganku ke dalam saku jas sekolahku.

Tempatnya sudah ramai oleh anak-anak seumuran ku. Aku merasa ini akan mudah untuk aku lalui.

Setelah selesai, aku tak akan pergi kemanapun dan ingin langsung pulang. Aku hanya perlu menunggu pengumuman ujian tertulisnya meski aku sudah tahu bagaimana hasilnya.

Bersambung.

Yura vs Endeavor

Aku merapikan rambut hitamku yang panjang sepinggang, aku berpikir ini sangat mengganggu saat ujian nanti.

Aku berinsiatif untuk mengikat rambutku, aku sedikit tidak menyadari warna mataku yang berwarna orange seperti jeruk.

Ini pertama kalinya aku menatap cermin, selama ini aku menutupnya dengan kain karena tidak mau melihat perawakan ku sendiri.

Ternyata aku tumbuh menjadi gadis berbadan setinggi 155 cm dan lumayan memiliki lekuk tubuh yang bagus.

Tanpa ku sadar aku tenggelam dalam rasa kagum ku di depan cermin. Aku bergegas mengambil tas dan berlari mengejar waktu yang sudah terbuang untuk berkaca.

Karena aku diperlakukan spesial oleh para pemerintah, aku diminta mengikuti tes praktik di tempat para murid jalur rekomendasi di uji.

Tak cukup banyak yang datang tapi aku merasa Quirk mereka sangat hebat.

Seorang petugas berjas datang menghampiriku, dia mengantarku ke pintu masuk yang berbeda.

Di jalan yang aku lalui aku melihat mereka yang masuk ke gedung itu.

Aku menaiki tangga menuju lantai 2, mataku tak henti memperhatikan para murid itu.

Hingga mataku ini tertuju pada seorang murid yang membuatku merasa rindu, langkahku terhenti "Bisakah aku melihat mereka sebentar saja?" Ucapnya tanpa melepas pandanganku.

"Apakah itu benar kamu? Kamu terlihat berbeda sekarang" ucapku lirih sambil menahan air mata yang hampir berlinang. Aku tak mau terlalu lama tenggelam dan lanjut berjalan.

Aku memasuki arena, ternyata pada ujian ini aku harus melawan pahlawan nomer 2 yaitu Endevour.

Tunggu, apakah ini terlalu berlebihan? Aku tak sebanding dengan sang nomer 2 yang terkenal sangat kuat.

Wajahnya juga terlihat mengerikan membuat kepalaku tertunduk.

"Harusnya sekarang aku melihat ujian anakku dibawah, tapi aku malah diminta untuk menguji mu.

Aku ingin semua selesai dengan cepat!" Ucapnya tegas. Aku baru tahu kalau dia punya anak seumuran ku.

"Lalu ujiannya seperti apa?"

"Kau bicara seakan bisa mengalahkan ku?!" Bentak Endeavor

"T-tidak, hanya saja aku tak pandai komunikasi jadi maaf sudah menyakitimu Tuan No. 2"

"Ini mudah, aku sudah di beritahu tentang Quirk yang ada di tubuhmu sekarang. Dan kau hanya perlu membuatku tidak bisa bergerak selama 10 detik"

Apa?! 10 detik?! Bahkan 3 detik saja aku rasa tidak mampu. Tapi, bukankah itu juga berarti dia sama sekali tak meremehkan aku? Bagaimanapun juga aku harus segera menyelesaikannya.

Pluit pun berbunyi keras, aku langsung menembakkan jaring ku ke sebuah bangunan dan bersembunyi.

Aku ingin dia berfikir kalau aku akan menyiapkan serangan dadakan padanya.

Namun ternyata Endeavor sudah menemukan lokasiku dan melancarkan tinju apinya ke arahku.

Aku dengan cepat kabur dengan jaring-jaring ku, namun ternyata dia malah mengejar ku.

Aku bergelantungan dari gedung ke gedung menghindari setiap serangannya. Tanpa ku sadari tanganku sudah tergores apinya, lumayan membuatku merasa kesakitan.

Aku tak punya banyak rencana sekarang tapi aku akan mencoba membuat jala dengan gedung-gedung yang rapat.

Aku menarik nafasku dan menahannya untuk bisa berkonsentrasi

Aku pun asal menembakkan jaring ke arahnya, lalu aku menyilangkan jari-jari tanganku dan mengeluarkan jaring lengket dari ujung jari.

Aku menembakkannya dengan penuh tenaga. Tak hanya sekali tapi berulang kali, meski aku tau jaring ku akan terbakar oleh apinya.

Tapi aku sudah memperkirakannya saat mencoba menembakkan jaringku secara asal.

1.. 2.. 3.. 4.. 5

6.. 7.. 8.. 9..

Pluit tanda berakhir berbunyi tepat saat itu juga, Endeavor berada dalam jarak 10 cm dariku. Aku yakin sudah gagal....

"Lulus." Ucap Endeavor sambil berjalan menjauh dariku.

Aku mulai menarik nafas kembali, aku melihat dia terhenti dan melihat ke arahku yang sedang mengambil nafas dengan sangat kencang.

"Kau menahan nafas selama itu untuk konsentrasi? Usahamu tidak buruk. Aku bilang 10 detik bukan berarti kalau aku harus benar-benar tidak bergerak selama 10 detik. Jalamu itu menahan ku selama 1 detik, dan kau menembakkan berkali-kali"

Tebakan Endeavor memang benar, ia lalu kembali berjalan pergi. Ini luar biasa karena aku bisa melawan No. 2, perasaan berdebar ini akan aku ingat.

*

*

*

*

Aku sekarang berbaring di kasur yang sudah setahun ku tempati untukku tidur. Hari ini aku mengalami hal yang mendebarkan, aku kembali teringat dengan dia.

Rasanya dia terlihat di penuhi kemarahan dan sedih, aku ingat dia orang yang hangat dan tak sedingin itu.

Apakah dia mengalami hal buruk? Atau itulah penampakkannya saat sedang bersemangat? Apa aku bisa bertemu dia lagi? Apa dia mengingatku?

Bagaimana kalau ia lupa? Bukankah hari itu dia bahkan tidak datang dan meninggalkanku.

Sesak rasanya hatiku karena mencoba menerka berbagai kemungkinan buruk, aku memang orang yang pesimis.

Aku sudah menyerah berharap pada orang lain, meski All Might memberitahuku untuk memberi kesempatan pada kehidupanku hal itu sama sekali tak berguna.

Akhirnya aku hanya hidup menuruti jalan yang para pemerintah itu gariskan.

Aku bangkir dari ranjang tidurku berjalan menuju meja yang ada di kamarku, sebuah lembaran tentang SMA Yuuei.

Memangnya apa bagusnya sekolah ini? Bukan karena All Might dan Endeavor yang menjadi alumni sekolah ini kan?

Baiklah kalau kalian memintaku untuk mencarinya disekolah ini, dan lagi aku sudah resmi lulus. Tanpa aku sangka kalau aku bisa lulus dengan kekuatan paman jahat itu.

Aku memandangi telapak tanganku yang terasa sedikit sakit, apa Quirk milikku yang sebenarnya? Apa aku tak akan di beritahu karena aku adalah monster dan pembunuh?

Bersambung

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!