Anna menyaksikan dengan tatapan sinis suaminya di depan sana. Duduk berdampingan dengan seorang wanita yang entah siapa. Terlihat begitu dekat dan sangat intim.
Malam ini adalah malam penyambutannya sebagai dokter bedah umum di rumah sakit Medistra. Sebuah pesta kecil diadakan untuk dia di salah satu cafe di dekat rumah sakit.
Memiliki pendidikan yang tinggi dan direkomendasi langsung oleh guru besar universitas ternama membuat para rekan kerja barunya menyambut dengan hangat.
Mereka semua merasa jika memiliki hubungan yang baik dengan Anna akan memberikan dampak yang baik.
Alam yang menjabat sebagai Direktur Utama rumah sakit pun menyempatkan diri untuk datang, memberi sambutan hangat pada dokter bedah umum baru di rumah sakitnya, Anna.
Tidak ada satupun orang yang tahu jika Anna dan Alam adalah sepasang suami istri. Bahkan mereka sudah menikah 10 tahun lamanya.
Pernikahan Anna Walker dan Alamsyah Dude adalah pernikahan dua keluarga besar, sesama pendiri rumah sakit ternama di kota A, Rumah sakit Medistra dan rumah sakit Royal Dude . Saat Anna berusia 20 tahun, keluarganya mengalami kecelakaan mobil dasyat hingga menewaskan seluruh keluarganya, kedua orang tua dan dua adiknya sekaligus. Anna menyaksikan sendiri kematian seluruh keluarganya yang bersimbah darah.
Dihembusan nafasnya yang terakhir, Ayah Anna mengatakan padanya untuk ikut dengan keluarga Dude.
Dan setelah 40 hari meninggalnya seluruh keluarga besar Walker, Anna menikah dengan Alam. Pria yang usianya 8 tahun lebih tua dari dia. Dengan pernikahan itu, membuat Alam memilki hak untuk mengurus rumah sakit Medistra.
Sementara Anna melanjutkan pendidikan hingga dia mampu menggantikan Alam.
10 tahun mereka menikah dan tidak pernah sekalipun bertemu, karena Anna menjalani pendidikannya di LN.
Dan setelah 10 tahun mengenyam pendidikan akhirnya Anna kembali, identitasnya harus disembunyikan sebagai keturunan terakhir Walker dan istri dari Alam. Semua itu dilakukan agar dia bisa benar-benar menjadi pemimpin rumah sakit yang sesungguhnya. Mengerti tentang manajemen dan orang-orang yang bekerja di dalamnya secara langsung.
Dan Malam ini adalah pertemuan pertama kalinya Anna dan Alam.
Tapi Alam tidak datang sendiri, dia sampai di cafe ini bersama dengan Maura.
Kedatangan Alam dan Muara pun sontak menjadi pusat perhatian. Yang harusnya pesta untuk menyambut Anna, malah jadi pesta untuk Alam dan Muara.
Anna mengeram kesal, hingga tanpa sadar dia meneguk segelas minuman keras yang tersaji diatas meja.
"Iissh, minuman ini pahit sekali," keluh Anna.
Tissa yang merupakan sahabat Anna dan merupakan salah satu perawat di rumah sakit Medistra pun langsung mendelik. Tidak menyangka jika Anna akan meminum minuman keras itu dalam sekali tegukan.
"Ya ampun Anna! kenapa minuman itu kamu minum," desis Tissa, protes dengan suaranya yang begitu pelan.
"Minuman apa itu? pahit sekali."
"Itu Alkohol milik dokter Anton, kenapa kamu minum."
"Huwek! mana aku tau."
Anna ingin memuntahkan minuman itu, namun tidak bisa karena sudah masuk sempurna ke dalam perut.
Malam semakin larut dan pandangan mata Anna semakin memudar, seumur hidupnya dia tidak pernah meneguk alkohol. Dan satu gelas alkohol tadi sudah berhasil membuatnya mabuk.
Bukan hanya Anna yang hilang kesadaran, beberapa dokter pria pun mengalaminya.
"Dokter Anna sepertinya mabuk, biar saya yang mengantarnya pulang," ucap Anton, merasa bertanggung jawab karena Anna meneguk minumannya.
"Tidak perlu Dokter Anton, biar saya saja, lagipula dokter Anton kan tidak tahu dimana rumah Anna." jelas Tissa.
"Kalau begitu ayo kita pulang bertiga, aku juga akan mengantar mu," balas Anton lagi.
Kini mereka semua sudah berada di luar cafe, siap masuk ke mobil mereka masing-masing, sementara Tissa masih menunggu taksi dengan tubuhnya yang memapah Anna.
"Aku bisa pulang sendiriii," rancau Anna yang sudah tidak sadar, sesekali dia bahkan tertawa entah menertawakan apa.
"Biar aku bantu membawa dokter Anna," tawar Anton.
Dia hendak menyentuh Anna namun urung saat tangannya tiba-tiba dicekal oleh Alam.
"Biar aku yang antar dokter Anna pulang, aku mengenal keluarganya," pungkas Alam dan tidak ada yang berani melawan.
Bukan hanya Maura, bahkan semua orang melihat heran atas apa yang dilakukan oleh direktur utama mereka.
Alam yang dikenal dingin dan begitu acuh dengan segala hal, kini begitu peduli pada dokter bedah umum itu.
Cih, batin Maura. Dia terus menyaksikan mobil Alam yang mulai menjauh.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Selamat datang di cerita terbaru ku, ikuti terus kisah Anna dan Alam ya 💕
Jangan lupa untuk selalu memberikan dukungan, Like komen hadiah dan juga Vote 🌹
Salam cinta, author Lunoxs 👩💻
"Siapa kamu? hem siapa kamu? kenapa wajahmu mirip sekali dengan pria menyebalkan itu?" rancau Anna. Dia bergelayut di tubuh pria asing ini, mengamati baik-baik wajahnya yang begitu mirip denga Alam, suaminya.
Dengan mata yang terasa berat itu Anna terus memperhatikan, bahkan hingga membuat jarak mereka begitu dekat. Sementara Alam hanya diam, membiarkan wanita mabuk ini berbuat semaunya.
"Hahahaha, ya ampun, wajahmu mirip sekali dengan kanebo kering itu," celetuk Anna lagi, kemudian dia tertawa dan memukuli dada Alam.
Sumpah, Anna mabuk dan dia tidak akan ingat apa yang sudah terjadi malam ini.
"Ha? jangan-jangan kamu memang benar Alam? iya kan? kamu Alam kan?" Anna menangkup wajah Alam menggunakan kedua tangan dan kembali memperhatikan.
"Tidak mungkin, kamu bukan Alam! kemarin saja pria itu tidak menyambut ku di bandara, lalu untuk apa dia disini, hahaha iya, sepertinya mataku sudah rusak ..."
"Na na na na na, matakuuu rusak, na na na na na, mataku rusak."
Sang supir yang mendengar nyanyian istri Tuannya itu pun mengulum senyum, susah payah menahan agar tidak jadi tawa.
Sedangkan Alam sudah pusing sendiri dibuatnya.
"Gunakan jalan pintas," titah Alam pada sang supir. Dia ingin mereka segera sampai di rumah.
"Maaf Tuan, kita pulang kemana? ke rumah Tuan, ke apartemen Nyonya Anna atau pulang ke rumah utama?" tanya supir itu, rumah utama adalah rumah keluarga besar Dude. Disana tinggal kedua orang tua Alam dan 3 adik-adiknya.
Alam tidak langsung menjawab, dia memikirkan bagaimana baiknya.
"Pulang ke rumah ku," putus Alam kemudian dan sang supir menganggukkan kepalanya patuh.
15 menit perjalanan dan akhirnya mereka sampai. Alam segera memapah tubuh Anna dan membawanya masuk ke dalam rumah.
"Tubuhmu harum sekali sayang, hem aku ingin menciumnya," rancau Anna, dia menghentikan langkah Alam dan menciumi leher pria ini begitu saja. Membuat Alam meremang dan kemudian menggendong Anna tidak terlalu banyak ulah.
"Aw! kenapa menggendong ku? ini seperti adegan pengantin baru! hahaha Iya ini pengantin baru," ucap Anna, padahal dia digendong seperti karung beras.
Alam membawa Anna untuk masuk ke dalam kamarnya. Tanpa sadar Alam membawanya kesini, padahal niat awalnya dia akan menidurkan Anna di ruang tamu.
"Aw!" pekik Anna, saat Alam melemparnya diatas ranjang.
"Sayang, apakah malam ini kita akan melakukannya?" tanya Anna dengan suaranya yang menggoda, dia bangkit dan mulai melepas bajunya sendiri. Entah apa yang sudah ada di dalam otaknya.
Namun kesadarannya yang hilang membuat dia seperti orang lain. Anna terus membuka bajunya hingga menyisahkan sebuah bra berwarna merah maroon.
"Astaga Anna! apa yang kamu lakukan!" kesal Alam. Kini Anna kembali menerjangnya dan mulai membuka kasar jas yang di kenakan oleh Alam.
"Malam ini panas sekali kan? ayo lepaskan baju mu sayang."
"Apa yang ini selalu kamu lakukan di luar negeri? menggoda pria asing?" tanya alam dengan suaranya yang dingin.
"Hii, suaramu mengerikan sekali, kamu sangat mirip dengan Alam," bisik Anna, takut ucapannya didengar oleh pria yang namanya dia sebut.
Sementara Alam langsung mengeram kesal, dia mencekal kedua tangan Anna yang kini sudah mulai melepaskan kancing bajunya.
"Aw sakit sayang, kamu menyakiti aku," rancau Anna.
"Sadarlah An! jangan jadi Jalaang."
"Hahahaha, aku jalaang, aku jalaaang mu Sayang."
Anna berjinjit dan menjangkau bibir Alam. Tubuhnya sudah begitu panas, dia menginginkan sentuhan ini. Dan tangan Alam yang mencekal kedua tangan Anna seketika melemas, saat itu Anna mengambil kesempatan untuk meletakkan tangan Alam diatas kedua dadanya.
Alam hanyalah pria normal yang begitu sensitif dengan sentuhan. Tanpa menunggu lama dia meremaas dada sintal sang istri dan membalas ciuman Anna tak kalah kasarnya.
Anna sudah memancing kelelakiannya dan jangan harap bisa lepas.
"Awh!" Anna meringis mendapatkan sentuhan yang membabi buta. Kini bahkan tubuhnya sudah kembali berbaring di atas ranjang dan ditindih oleh Alam.
Sejenak Alam melepaskan pagutan mereka, menatap wajah Anna yang terlihat begitu merah. Entah panas karena pengaruh alkohol atau merona karena malu.
"Siapa aku An?" tanya Alam, sebuah pertanyaan yang membuat Anna terkekeh.
"Wajah mu sangat mirip dengan pria yang paling ku benci, tapi tidak mungkin kamu Alam kan? kamu hanyalah pria asing yang ku temui di cafe," balas Anna, lalu terkekeh malu-malu, menutupi dadanya yang sudah terbuka menggunakan kedua tangan. Menggeliat dibawah kungkungan Alam.
Sebuah gerakan yang semakin memancing biraahinya.
"Ya, aku hanyalah pria asing," balas Alam, setelahnya dia kembali membungkuk dan menjangkau bibir Anna. Melumaatnya begitu dalam hingga Anna kehabisan nafas.
"Pelan-pelan," lirih Anna, namun Alam tidak mau dengar. Dengan cepat dia membuat tubuh mereka sama-sama polos. Dan Alam mulai mencumbui istrinya seolah ini adalah malaam pertama mereka. Malam setelah 10 tahun pernikahan mereka.
Desahaan Anna mulai lolos saat wajah Alam bersemayam dibagian inti tubuhnya, membuatnya basah dan melayang untuk pertama kali.
Disaat masih menikmati getaran di tubuhnya, Alam menyatukan tubuh mereka. Anna meringis merasakan sakit yang tak terkira, begitu pedih dan dia ingin berhenti.
Namun Alam terus memberinya sentuhan, bahkan lampu temaram di dalam kamar ini membuatnya merasa semakin nyaman.
Alam mulai bergerak dengan tempo, membuat Anna hanyut dan ikut bergerak.
Malam itu untuk pertama kalinya mereka menyatu. Alam tahu dia adalah orang pertama, namun cukup menyedihkan baginya karena besok Anna tidak akan mengingat malam indah ini.
Sebuah kecupan Alam berikan diatas dahi Anna, saat wanitanya sudah tertidur pulas.
Jam 4 dini hari dia keluar dan meminta pelayan wanita untuk masuk.
"Jangan bangunkan Anna sampai dia bangun sendiri. Katakan padanya jika kamu yang mengganti baju dia."
"Baik Tuan."
Alam pergi dan pelayan itu masuk, duduk di sofa sana dan menunggu Anna untuk bangun.
Jam 6 pagi Anna mulai menggeliat, merasakan tubuhnya yang remuk redam. Sakit semua, terlebih intinya yang terasa begitu nyeri.
"Aw!" Ana coba membuka mata, namun malah pusing yang mendera.
"Nyonya, anda sudah bangun," sapa pelayan itu, mendengar sentuhan Anna dia pun mendekat. Kini membantu Anna untuk duduk.
"Dimana aku?" tanya Anna lirih, susah payah dia membuka mata dan melihat sekeliling, tempat ini nampak begitu asing.
"Anda berada di rumah tuan Alam Nyonya, dan ini kamar beliau."
"Ha?" Anna tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Coba mengingat yang terjadi semalam namun tidak berhasil menemukan ingatan apapun. Terakhir dia hanya ingat tentang percakapannya dengan Tissa di cafe, setelahnya dia seperti tertidur.
Anna meraba tubuhnya yang sudah berganti baju.
"Maaf Nyonya, semalam saya menggantikan baju Anda."
Anna hanya mengangguk.
"Bantu aku Bik, aku ingin mandi."
Pelayan itu membantu Anna untuk turun dari atas ranjang, bahkan memapah Anna pula hingga sampai di bawah shower kamar mandi.
Sementara seorang pria yang bertanggung jawab atas kondisi Anna kali ini sudah berada di ruangan kebesarannya, ruang Dirut RS Medistra. Selain menjabat sebagai Direktur Utama, Alam juga adalah seorang dokter bedah spesialis saraf.
Pagi ini dia ada operasi.
Alam menarik dan membuang nafasnya berat.
Sama seperti Anna yang tidak akan ingat apa-apa, Alam pun mencoba melupakan apa yang terjadi semalam.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!