NovelToon NovelToon

Overpowered Unknown Hero

Chapter 1 - Siapa Aku?

"Agh.." terbangun dari tidurnya. Dalam posisi mengantuk ia mematikan alarm berisik yg membangunkannya. Tubuh mengantuk lemas perlahan mulai bangkit dari tidurnya. Namun tak lama ia kembali berbaring. Sembari membuka HP nya ia pun mengecek tanggal.

"Hm.. tanggal berapa ini..? Hoam, udah tanggal segini kah..?" Dengan mengantuk.

Bima, Bima Angkasa. Seorang pemuda berusia 15 tahun yg merupakan anak jenius dengan IQ perkiraan 228 ini merupakan anak terpintar di sekolahannya. SMP Jaya Raya, salah satu Sekolah Menengah Pertama terbaik di seluruh dunia. Di sekolah tersebut ia selalu menempati posisi antara 11 sampai 21 dari 121 siswa angkatannya. Ia dikatakan anak terpintar bukan karena rankingnya, namun kepintarannya dalam melakukan segala suatu, memperkirakan segala suatu, keputusan mengambil suatu tindakan, perhitungan logis yg luar biasa, kemampuan berpikir diatas siswa SMP, SMA, bahkan Mahasiswa sekalipun, menjadikannyan siswa SMP dengan predikat paling jenius sepanjang Sejarah.

Namun, dibalik segala keunggulannya ia selalu merasa malas dan bosan dengan segala kelebihannya. Hingga suatu ketika..

"Ah.. sudah tanggal 21 April, Aku harus bersiap sekolah.." dengan penuu kemalasan.

"Baring sejenak tak apa kali ya.. masih jam ½6 juga.."

"Bima! Bimaa! Bangun Bima!" Teriak Ibunya dari lantai bawah.

"He'eh.. 5 menit lagi.." jawabnya

Ibunya pun mulai menaiki tangga..

Lalu ketika masuk ke kamar Bima,

"Bima! Ayo bangun! Kesiangan nanti kamu, Nak!" Teriak lembut ibunya

"Bima.. Ayo bangun, Nak.. jangan sembunyi di dalam selimut.." lanjut Ibunya sembari akan membuka selimut tersebut.

"Bima.. bang-" sembari terkejut

"Bima! Di mana kamu Nak?! Bima dengan panik

Beberapa saat berlalu..

"Aghhh.." mulai terbangun dari tidurnya

"Sudah jam berapa ini..?" sembari mencari HP

"Tunggu.. sensasi ini.. ini bukan meja maupun kasur.. ini-?!" tersentak kaget langsung iapun terbangun dari tidurnya

"Di-dimana.. di mana Aku....?" dengan shock dan tak percaya

Pandangan kebingungan yg menyelimuti dirinya terpampang dengan sangat jelas. Tatapan yang melebihi kertas kosong itu pun hanya dapat melihat dengan ketidakpercayaan dan ketakutan.

"Tidak.. tidak mungkin.. ini pasti hanya mimpi.."

"A-aku.. Aku pasti masih bermimpi.."

Mulai mencubit diri

"Aduh! Mi-mi-mimpi yg sungguh aneh.. mungkin ini kurang sakit kan ya...?"

Mulai memukul diri sendiri

"Agh! Agh! Aghh! Kenapa.. kenapa rasanya sungguh sakit?!" dengan ketakutan dan kebingungan

"Ku-ku-ku kurasa Aku harus tenang.. Aku.. Aku.. siapa Aku?!" semakin bingung dan ketakutan

"A-a-a-a-a-a-a-a-a Aku ini siapaa....???"

"Huaagghhhhh!!!!!!!" teriak kebingungan, amarah, panik, segala emosinya bercampur menjadi satu.

Setelah teriakan tersebut, burung burung yg hinggap di atas pohon yg ia tiduri pun berguguran layaknya daun kering di musim gugur. Rumput yg tadinya hijau mulai menghitam. Hewan hewan disekitarnya seperti kelinci, kambing, kuda, dan sapi pun berjatuhan layaknya terkena obat bius. Dan Bima pun, terjatuh dalam tidurnya.

Setelah tidur cukup lama ia pun terbangun.

"Agh.. berapa lama Aku tertidur.."

"Tunggu! Tadi Aku bermimpi aneh.. hahaha untunglah itu cuma.. mim.. pi...." tersentak kaget kembali

"Apa.. apa yg terjadi dengan pemandangan tadi..? Kemana pemandangan indah tadi..?" semakin ia pikirkan semakin ia kebingungan.

Tak lama setelah ia melihat keadaan sekitar, dengan tanpa sadar ia pun mulai meneteskan air mata.

"A-apa ini..? Apa yg sebenarnya terjadi..?" sembari menangis

"Ibu.. ayah.."

"APA YANG TELAH TERJADIIII ??!!"

Chapter 2 - Senyuman Hangat Desa Gradi

"Heh.. heh.. heh.." dengan nafas terengah engah

"Apa.. apa.. yang harus Aku lakukan..?" dengan kebingunan

"Di tengah kegelapan ini, mengapa ini bisa terjadi..? Bukankah tadi di sekitar sini adalah pemandangan yang indah..?"

Sembari kebingungan ia pun memutuskan untuk mulai berkelana. Dengan perut kelaparan, hati penuh ketakutan, dan pikiran yang berantakan ia pun mulai mencari jawaban. Setelah berjalan cukup lama, ia pun menemukan bahwa bagian yang gelap hanya daerah sekitarannya saja. Ia pun keluar dari sisi gelap dan mulai menginjakkan kakinya di tanah yang hijau.

Setelah ia keluar dari sisi gelap tanah yg ia pijak, ia pun mulai memperkirakan seberapa luas tanah gelap tersebut. Setelah ia memperkirakan dari jauhnya ia berjalan, serta mengetahui bahwa sisi gelap tersebut memiliki bentuk lingkaran, ia mengetahui bahwa kurang lebih luas sisi gelap tanah tersebut adalah 12,6 KM. Ia pun cukup terkejut mengetahui hasil perhitungannya. Ia pun kembali memastikannya dengan menghitung sekali lagi namun hasilnya tetaplah sama. Ia pun mulai berjalan menjauh setelah cukup yakin akan luas sisi gelap tersebut.

Ia berjalan dengan terengah engah layaknya orang yang kelaparan. Setelah cukup lama berjalan ia pun melihat sebuah desa. Ia pun memasuki desa tersebut. Penduduk desa tersebut melihatnya dengan penuh keheranan. kecurigaan. dan ketakutan. Lalu Ia tiba tiba terjatuh dan pingsan di tempat.

"Agh.." mulai membuka mata

"Di-di mana ini..?"

"Ah! Kamu sudah bangun ya?!" tanya seorang wanita

"Hm? Si-si-siapa kamu?" dengan kebingunan dan ketakutan serta ke pojok kasur

"Eh-eh.. tenang saja sih.." sahut wanita tersebut

"Namaku Liliana, salah seorang warga di desa ini."

"O-oh.. maafkan aku.. apakah kau yang telah menolongku..?" dengan malu dan bersalah

"Hahaha.. tak usah malu malu begitu. Hm.. jikalau hanya aku mungkin itu tidak begitu tepat. Para penduduk di sinilah yang menolongmu." jawabnya dengan senyum yg indah.

"Ba-baiklah.." jawabnya lagi

Setelah bercengkrama cukup lama, ia pun mengetahui bahwa nama desa tersebut adalah Gradi. Penduduk di desa tersebut melihatnya dengan curiga dan ketakutan karena adanya bencana kegelapan yang membuat daerah bukit menjadi penuh kegelapan. Dalam hatinya ia merasa cukup bersalah karena kemungkinan besar ia lah yang menyebabkan bencana tersebut terjadi. Meskipun hanya perkiraan dan penuh dengan keraguan.

"Oh ya.. ngomong ngomong, nama mu siapa?" tanya sang wanita

"Na-nama? Namaku kah..? Nama.." ia pun mulai kebingunan

"A-ah.. mungkin tidak sopan ya menanyakan nama orang yang baru dikenal.." sambung sang wanita

"Ti-ti-tidak.. bukan begitu.. hanya saja.. aku.. lupa.. tidak aku tidak tahu apakah aku.. punya sebuah nama." dengan kesedihan

"Oh.. tak apa.. suatu saat nanti kau pasti akan menemukan nama yang tepat untukmu!" jawab sang wanita dengan upaya menyemangati

"Ya.. Terima Kasih.." dengan senyum yang belum pernah ia tunjukkan di Dunia ini sebelumnya

Setelah berbincang sekitar 10 menit, ia dan sang wanita berjalan keluar rumah untuk menyapa penduduk lain. Dan pandangan tak mengenakkan sebelumnya pun menghilang dari mata para penduduk. Sambutan hangat akan keselamatannya serta pesta menyambutnya dilaksanakan di desa tersebut.

Terpampanglah wajah ceria, senyuman hangat, dan kebahagiaan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Ia pun sadar bahwa pasti ada suatu alasan mengapa ia dipanggil ke dunia ini. Meskipun ia masih merasakan traumanya dahulu akan kesendirian, ia merasa bahwa di desa ini, ia tidak mungkin akan sendirian lagi. Ia yakin bahwa di desa tersebut ia akan menemukan jawaban atas semua pertanyaannya.

Chapter 3 - Apakah Hidup itu Indah ?

"Yahoo! Ah sedapnya minuman ini!" kata salah seorang penduduk

"Ahhh!! benar sekali. Ini sungguh nikmat!" jawab penduduk lainnya

"Sudah lama sekali kita tidak berpestaa!!" sahut penduduk lainnya

Layaknya tak pernah berpesta, penduduk penduduk itu merayakannya dengan sangat meriah. Pesta tersebut selain untuk merayakan kesembuhannya, dilaksanakan pula untuk merayakan hasil panen pertama kalinya setelah 3 tahun tak pernah panen. Mendengar hal tersebut sang remaja tersebut kemudian bertanya kepada Liliana.

"Ah.. Liliana.." tanya si remaja

"Ya? Ada apa?" jawabnya

"Aa.. kan katanya pesta ini juga untuk merayakan panen setelah 3 tahun lamanya tak panen, lantas mengapa begi-" belum selesai bicara sudah dipotong

"Hei anak muda, selama 3 tahun ini kita tak pernah panen dan ini barulah pertama kalinya. Setelah munculnya kegelapan tersebut kita tak pernah panen lagi. Lalu 1 minggu sebelum kamu datang, entah mengapa hasil panen yang tadinya rusak tiba tiba dapat berubah menjadi kualitas tinggi." potong si penduduk tua

"Yaa.. kamu datang setelah kami selesai memanen. Tadinya mau langsung kami rayakan setelah panen, tapi masa kami merayakan hasil panen sedangkan ada orang yang sekarat?" sambungnya

"HAHAHAHA !! Sudah lama sekali kami tak merasakan kebahagiaan seperti ini !"

"Liliana! Ayo berdansa denganku!" kata remaja sambil menarik Liliana

"Eh-ehhh??" Liliana terkejut dengan wajah merah

"Cuit cuittt~" kata salah satu penduduk desa

"Apakah ada remaja kasmaran?? HAHAHAHA" tawa bercanda para penduduk desa

"Moo.. kenapa kamu tiba tiba menarikku?" kata Liliana dengan malu sambil berbisik ke si remaja

"Hehehe.. entah mengapa tiba tiba aku ingin berdansa denganmu.. tak bolehkah..?"

"Y-ya mau gimana lagi.." jawab Liliana dengan wajah bertambah merah

Setelah mereka selesai berdansa, mereka lanjut makan siang bersama. Mereka makan dibawah pohon yang penuh dengan buah apel. Mereka dikelilingi oleh bunga bunga yang sangat indah, seolah bunga tersebut memang ditakdirkan untuk memperindah saat saat tersebut. Mereka berpegangan tangan dan tertawa bersama seolah dunia hanya milik mereka berdua. Senyuman manis dari Liliana sangatlah membekas di hati si remaja.

Mereka pun kembali ke desa yang mana saat itu desa tersebut masih berpesta.Kebahagiaan yang dirasakan penduduk membuat si remaja sadar bahwa perasaan yang sedang ia rasakan tidak akan pernah ia lupakan. Kebahagiaan yang tiada tara, senyuman dari para orang tua, kejar kejaran anak kecil, serta tawa yang terdengar dari segala penjuru yang baginya sudah seperti festival.

"Yah.. kebahagiaan ini.." kata si remaja

"Sungguh.. aku.. sangat bahagia.."

Ia pun menatap langit yang biru dengan burung burung yang lewat diatasnya.

"Sungguh.. ini sungguh indah sekali.." dan keluarlah air mata kebahagiaan yang tak pernah ia dapatkan sebelumnya

Matanya pun terpejam untuk beberapa saat. Dan kemudian...

"Uagh!" membuka mata dengan mengeluarkan darah

"A-apa yang terjadi..?" mulai bangun

"Me-mengapa.. mengapa aku terbangun dari posisi tengkurap di tanah..?" sambil coba mengangkat tubuhnya

"*mencium bau* Bau apa ini?!" terkejut dan langsung tersentak bangun

"I-ini.. apakah ini.."

Langit yang tadinya biru berubah menjadi hitam. Seolah tak ada cahaya matahari yang dapat menembusnya. Burung burung yang berterbangan berubah menjadi asap yang tak mengenakkan. Badan yang tak sanggup berdiri, hanya bisa terduduk jatuh. Ketidakpercayaan akan yang dilihatnya, air mata yang mengalir, mulut yang tak sanggup lagi berbicara. Desa Gradi, telah terbakar. Kobaran api yang membakar setiap rumah di desa tersebut. Orang orang yang terbakar dan berteriak pertolongan, serta isak tangis anak kecil terdengar di seluruh penjuru. Sang Remaja hanya dapat terduduk diam, dengan wajah yang penuh dengan luka, badan yang penuh dengan sayatan pedang dan tangan kiri yang terpotong.

Ceceran darah ada dimana mana. Ia masih tak percaya apa yang telah terjadi. Di manakah kebahagiaan yang sebelumnya? Mengapa kebahagiaan tersebut harus berubah menjadi kesedihan yang kelam. Mengapa ini semua bisa terjadi? Apa yang menyebabkan kebakaran ini? Dan yang terpenting... siapakah pelakunya?

"Huaghh! Hahhh!! Hahh!!! Tak mungkin kan ini.. tidak mungkin kan ini terjadi..? Mengapa.. mengapa ini semua harus terjadi.." dengan teriakan yang penuh dengan air mata

"Benar.. ini semua pasti hanyalah mimpi.. aku masih tertidur di kamar Liliana.." mencoba tetap tegar

"Liliana.. di mana kamu Liliana! Liliana !! LILIAN-" pandangannya terpaku pada satu hal

Mayat dari wanita yang telah menyelamatkannya. Mayat dari wanita yang dicintainya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!