...Happy Reading...
...~•~•~•<~•~>•~•~•~...
Di ruangan yang luas yang di dominasi warna abu-abu putih terlihat seorang perempuan sedang berkutat dengan tumpukan kertas dibalik meja kerja. Sesekali dia melihat ke arah komputer di atas mejanya lalu kembali ke kertas dihadapannya.
Hanya terdengar suara gesekan antar kertas dan beberapa kali suara ketikan dari keyboard dan juga mouse.
Dia Felicia Hikaru, seorang CEO sebuah perusahaan yang bergerak di segala bidang dan yang paling utamanya adalah di bidang fashion, baik perhiasan maupun busana.
Dia adalah gadis yang hidup sendiri sedari kedua orang tuannya meninggal karena kecelakaan pesawat saat mereka pergi keluar negeri untuk keperluan bisnis, dia saat itu masih berusia 15 tahun. Kedua orang tuanya meninggalkannya sendiri dengan sebuah perusahaan yang sedang berkembang.
Dia anak tunggal jadi dialah pewaris nya. Oleh karena itu banyak yang ingin mengambil alih perusahaan keluarganya termasuk para tante dan om nya. Dengan kecerdasan dan kecerdikannya dia mengetahui niat mereka. Dengan alasan Felicia masih sangat muda dan mereka akan mengurusi perusahaan keluarganya sampai Felicia dewasa akan tetapi niat mereka sebenarnya adalah menguasainya.
Dengan kecerdasan serta kecerdikannya, Felicia dapat mempertahankan perusahaan keluarganya itu sampai sekarang umurnya 25 tahun dia dapat membuat perusahaan nya itu menjadi salah satu perusahaan terbesar di dunia.
"Arghh," teriak Felicia frustasi sambil mengacak rambutnya yang sudah acak-acakan.
Sifatnya saat dia sendiri dan saat di sekitar orang banyak berbeda 180 derajat.
Kalau saat sendiri dia apa adanya, dengan tingkah khas gadis pada umumnya. Berpakaian asal, asalkan nyaman dipakai, katanya. Suka membaca novel di waktu luang, nonton TV juga, bahkan tontonannya kebanyakan hanya kartun anak kecil.
Sedangkan kalau di hadapan orang banyak, sikapnya akan berubah dingin dengan wajah datar khas seorang CEO. Itu dilakukannya karena tuntutan pekerjaannya sebagian seorang CEO, kalau tidak begitu dia akan diremehkan orang-orang dan sulit mempertahankan peruahaannya bahkan mengembangknnya menjadi besar seperti sekarang.
"Kapan semua pekerjaan ini selesai ya Tuhann! Belum lagi masalah percintaanku yang selalu gagal, ini lagi..." keluhnya sambil menatap tumpukan berkas lelah.
Benar! Memang dia jenius di segala bidang, akan tetapi dia selalu gagal dalam hal asmara.
Paling lama hanya satu bulan hubungan percintaannya bertahan. Dan kali ini alasan hubungan nya berakhir karena si pria berkata.
"Aku merasa rendah saat berdiri di sampingmu Fe. Kau tahu aku merasa tak pantas bersanding denganmu, jadi mari kita akhiri hubungan ini dengan baik-baik," ucap Pria itu kemudian pergi meninggalkan Felicia yang melongo tak percaya, tapi tetap dengan wajah datarnya.
"Hahhhh," Felicia mendesah lelah mengingat hal itu.
"Ha.. haha.. merasa tak pantas? Atau apakah ada gebetan baru?" Ucapnya.
Felicia yang juga ahli dalam bidang meretas, dia sebelum bertemu dengan pacar terakhirnya sudah meretas ponsel pria itu saat terakhir bertemu dan saat sikap pria itu terhadapnya berubah.
Dia bukan perempuan seperti pada umumnya akan diam saja atau melabrak pria itu minta penjelasan mengenai perubahan sikapnya, tapi dia memilih memeriksa diam-diam, dan itulah gayanya. Oleh sebab itu setiap kali hubungannya berakhir dia hanya diam dan tidak mempermasalahkannya karena dia tidak dirugikan.
Tapi memang pada dasarnya pria tidak akan tahan bersama dengan perempuan berwajah datar.
Felicia tetap berwajah datar di hadapan pacarnya karena dirinya ingin mencari seseorang yang tepat untuk mengetahui sifat aslinya, menerima dirinya apa adanya dan sampai sekarang dia masih belum menemukannya.
Tersadar dari lamunannya, Felicia menatap jam tangannya. Disana menunjukkan jam 12 malam, itu berarti saat ini jam sudah menunjukkan tengah malam dan dirinya masih berada di kantornya.
"Uhuk uhuk,... Hahh tenggorokan ku rasanya perih!" Gumam Felicia seraya bangkit dari posisi duduknya.
Berjalan ke arah dimana biasa dia mengambil air, dia pun langsung membuka penutup botol air kemasan dan menegaknya.
Gluk
Gluk
Gluk
Sambil berjalan kembali ke arah meja kerjanya tanpa sengaja kakinya tersandung kaki sofa dan...
Brak
Bugh
Dia terjatuh dan kepalanya terbentur ujung meja yang terbuat dari kaca.
"A-awww...S-sakitnya," ucapnya terbata.
"Ngantuknya, kalau begitu aku tidur saja!" Felicia pun menutup kedua matanya dan perlahan cairan berwarna merah merambat ke lantai keramik berwarna putih itu.
...~•~•<•>•~•~...
Uhuk uhuk uhuk
Felicia terbatuk-batuk karena paru-parunya di penuhi dengan air. "Huuu, dingin!" Ucap Felicia seraya memeluk tubuhnya dengan kedua tangannya.
"Mengapa aku bisa berada di tengah kolam teratai seperti ini?!" Bingung nya sambil berjalan ketepian.
"Apakah aku tidur sambil berjalan? Hingga sampai tercebur di kolam teratai ini? Tidak mungkin! Lagipula mana ada kolam teratai di dekat apartment ku!" Ucap nya lagi setelah berhasil naik ke permukaan.
"Hah, baju apa ini? Seingatku aku.....(Dia mengingat-ingat apa yang terjadi sebelum dia berakhir di kolam Teratai).... Hah oh ya aku kan sebelum tidur sempat jatuh dan kepalaku kebentur ujung meja? Kok aku disini?" Ucapnya sambil melihat baju yang dia gunakan kemudian beralih menatap sekelilingnya.
"Kok kaya tempat wisata rumah China Kuno ya?" Gumam Felicia.
Dia berjalan mengelilingi rumah-rumah sedang, dan sampailah di rumah paling besar.
"Ini dimana sih? Kok gak ada orang sama sekali? Penjaga kek? Siapa kek?" Gumam Felicia kesal.
Dia sangat bingung dimana dia sekarang. Ingin bertanya tapi tidak ada satu orang pun, mau tanya pada siapa? Pohon? Gila kali dia.
Tap tap tap
Tap tap tap
Terdengar langkah kaki seperti berlari. Felicia mencari asal suara, tapi yang dia lihat hanya cahaya temarang.
"Ini Zaman apa sih? Kok masih pake obor untuk penerangan?" Gumam Felicia.
Dia kembali berjalan, tapi suara langkah lari itu masih terdengar, bahkan semakin mendekat.
"Nona?!" Panggil seseorang entah di tujukan kepada siapa.
Felicia tetap berjalan, mengabaikan panggilan entah untuk siapa itu.
"Nona!" Panggil orang itu lagi. Suara itu seperti suara seorang perempuan.
"Tunggu nona Xinxin!" Panggil nya lagi. Dan siapa Xinxin? Dia tidak melihat orang lain selain dirinya.
Felicia berhenti dan berbalik dan samar-samar terlihat seseorang mengarah padanya.
"Nona, kenapa nona mengabaikan panggillan saya? Nona dari mana saja? Saya khawatir terjadi apa-apa pada nona!" Ucapnya. Dia seorang gadis muda dan apa itu? Pakaiannya ala-ala pelayan pada zaman dinasti China yang sering dia lihat pada drama China?
Ada apa dengan semua orang? Apakah mereka sedang membuat film drama?
"Nona?" Panggil gadis itu sambil melambaikan tangan nya di muka Felicia.
"Hei hentikan! Siapa kamu? Bukankah kau memanggil siapa tadi? Nona Xinxin? Ya itu. Sedangkan aku bukan orang yang kau maksud," ucap Felicia.
Terlihat wajah syok dari gadis di depan nya ini dan tiba-tiba. "Ada apa dengan nona? Dan apa ini? Mengapa pakaian nona basah begini?" Ucapnya sambil membalik-balikkan badan Felicia.
"Hei hei berhenti, kau membuatku pusing!" Gadis itu berhenti dengan apa yang di lakukannya.
"Maafkan saya nona, tapi kenapa nona bisa basah begini dan apakah anda lupa dengan nama anda sendiri?" Tanya gadis itu.
"Oh tadi saat aku bangun, aku terbangun di danau penuh teratai disana dan mengapa aku bisa berada disana aku tidak tahu!" Jawab Felicia seadanya.
Tiba-tiba sesuatu seperti menghantam kepala Felicia, membuat dirinya berlutut. Kepalanya begitu berat dan dia tidak sanggup menahannya lagi dan diapun hilang kesadaran, dan ingatan terakhir sebelum dia benar-benar tak sadar adalah suara khawatir serta isakan tangis dari gadis yang tadi bicara dengan nya.
¤
¤
¤
I hope you like it...
...Happy Reading...
...~•~•~•<~•~>•~•~•~...
Tap
Tap
Tap
Sayup-sayup terdengar langkah kaki seseorang, mengusik tidur seorang gadis di ranjang nya. Apalagi sinar matahari yang masuk melalui sela-sela mengganggu matanya.
Matanya perlahan terbuka dan tangannya menghalau sinar matahari agar tidak mengganggu penglihatannya.
Berkedip bebebarapa kali sebelum matanya melihat sekitar dengan jelas.
Menelusuri setiap sudut ruangan berukuran 4 kali 4 meter itu, saat ini. dia berada di sudut kiri pojok sedang duduk di tepi ranjang kecil dengan keadaan alas yang keras.
Ada lemari kecil di seberang sana, dan samping lemari itu ada meja rias yang hanya terdiri dari cermin tembaga kecil.
Di samping meja rias itu ada jendela kayu yang masih tertutup dan dari pentilasi jendela tersebutlah cahaya matahari masuk.
Di samping kanannya ada sebuah meja yang di atasnya terdapat mangkuk yang isinya menyerupai lilin yang masih menyala, dan tak jauh dari meja ada sebuah pintu tak bercat hanya warna kayu yang terlihat yaitu coklat yang sudah usam.
"Ini dimana?" Gumam Felicia.
Kepala nya masih sedikit berdenyut. Dia ingat kejadian malam tadi, itu masih sangat jelas tercetak di ingatan nya.
Mulai dari dia tiba-tiba berada di kolam teratai, lalu melihat banyaknya rumah ala zaman China Kuno, dan terakhir bertemu seseorang yang memanggilnya nona Xinxin.
"Arghh, aku bingung dengan semua ini! Adakah yang bisa menjelaskannya?" Ucap Felicia di akhiri dengan teriakan.
Brakkk
"Nona! Apakah sesuatu terjadi? Saya mendengar teriakan nona dari luar!" Seorang gadis tiba-tiba mendobrak pintu membuat Felicia hampir terjungkal kebelakang.
Felicia mengelus dada sabar, dia masih belum tahu dirinya dimana Jadi dirinya tidak boleh emosi.
"Nona!" Panggil gadis itu lagi.
Felicia mendongak, menatap gadis yang sangat terlihat raut wajah khawatir. Hatinya sedikit tersentuh dengan perhatian gadis di depannya ini. Sudah 10 tahun dirinya tidak mendapatkan perhatian seperti ini.
"Aku tidak apa-apa! Tapi....," Felicia bingung harus mengatakan apa.
"Oh ya bisa kau ambilkan aku cermin itu?" Pinta Felicia dan di angguki oleh gadis itu. Dia pun mengambilkan apa yang di minta Felicia.
"Aku hanya ingin memastikan perkiraanku!" Gumam Felicia.
Gadis tadi datang membawakan cermin dan menyerahkannya kepada Felicia.
"Terimakasih!" Ucap Felicia.
"Sama-sama nona!" Ucap nya sambil tersenyum.
Dengan gugup Felicia mengarahkan cermin itu ke wajahnya dan...
Bang...
Benar saja apa yang dia pikirkan.
"Ini bukan wajahku! Berarti aku berpindah tubuh, waktu, bahkan zaman dan bahkan aku tidak tahu di mana tepatnya aku berada sekarang! Dan kemungkinan tubuh yang ku tempati ini adalah nona nya gadis di depannya ini, yang namanya Xinxin!" Batin Felicia yakin.
Terlihat wajah gadis yang dia tempati ini sangat cantik dan imut, akan tetapi sedikit kurus, mungkin kurang makan.
"Ada apa nona?" Tanya gadis yang Felicia masih belum tahu namanya.
Felicia beralih menatap gadis itu. "Namaku siapa?" Sekalian saja dia berakting lupa ingatan, toh memang benar dia tidak tahu siapa tubuh yang dia tempati ini.
Wajah gadis itu berubah panik, "Saya akan panggilkan tabib nona!" Bergegas dia berlari keluar tanpa menghiraukan panggillan Felicia.
"Huh, kenapa bisa jadi begini?" Keluh Felicia kemudian dia merebahkan dirinya.
Beberapa saat kemudian gadis tadi datang kembali bersama seorang pria tua berjenggot putih yang Felicia tebak dia adalah seorang Tabib.
Felicia mendudukan dirinya dengan wajah datarnya menunggu kedua orang berbeda usia itu sampai di hadapannya.
"Tolong periksa nona saya Tabib Han," pinta gadis itu.
Tabib Han pun mulai memeriksa urat nadi dipergelangan tangan Felicia dan sesekali menatap wajah tubuh yang di tempati Felicia dengan taut wajah berubah-ubah.
"Sudah pasti dia tidak bisa menebak penyakit tubuh ini, toh jiwa nya saja berbeda!" Batin Felicia.
Setelah beberapa saat Tabib Han selesai mengecek nadi Felicia dan bertanya kepada Felicia.
"Apakah kepala nona terbentur sesuatu saat terjatuh ke kolam teratai?" Tanya Tabib Han kepada Felicia.
Felicia menggeleng dan berkata. "Saya tidak tahu Tabib! Saat saya bangun tiba-tiba saja saya sudah berada di kolam teratai dan saya tidak ingat kenapa saya bisa ada disina!" Ucap Felicia. Memang dia tidak tahu sebab tubuh ini berakhir di kolam teratai, karena dia sendiri saja bingung mengapa dia bisa masuk ke dalam tubuh gadis ini dan apakah dirinya di dunianya sudah meninggal?
"Ku harap hasil kerja kerasku dulu tidak di salah gunakan oleh para orang serakah!" Batin Felicia.
Tabib Han manggut-manggut dan berkata. "Kemungkinan besar nya memang benar kepala nona Xin terbentur sesuatu saat di kolam teratai. Itu membuat kepala Nona pusing dan lupa ingatan. Tapi jangan khawatir, mungkin itu hanya sementara dan sebentar lagi ingatan nona Xin akan kembali," jelas Tabib Han panjang lebar kepada gadis di sampingnya yang masih Felicia belum tahu namanya.
Gadis itu mengangguk mengerti dan mereka pun berbicara mengenai sesuatu yang tidak dipedulikan oleh Felicia yang saat ini sedang melamun memikirkan...
"Lalu dimana jiwa dari tubuh ini?" Tanya Felicia pada dirinya sendiri.
"Lalu kenapa tidak ada satu ingatan pun yang masuk padaku? Kalau yang pernah ku baca di novel itu, akan ada ingatan pemilik tubuh yang masuk untuk memudahkan jiwa yang baru pada tubuh itu, tapi kenapa aku tidak?! Hah biarlah, anggap aku lupa ingatan beneran," lanjutnya membatin.
Saat dia sedang asik melamun, dia tidak sadar kapan Tabib Han dan gadis itu pergi dan tak berapa lama gadis tadi kembali.
"Apakah keadaan nona lebih baik? Saya sangat khawatir," ucap gadis itu sambil mengambilkan air untuk Felicia minum dan di tangannya ada bungkusan kecil.
"Aku lebih baik! Tapi masih sedikit pusing!" Jawab Felicia.
"Minum pil ini nona agar pusing anda berhenti!" Ucap gadis itu sambil menyerahkan satu butir pil yang masih terbungkus dan juga cangkir berisi air.
Felicia hanya menatap gadis ini bergantian dengan cangkir dan satu pil di tangannya.
"Ada apa nona?" Tanya gadis itu.
Felicia menggeleng dan menerima cangkir serta pil itu kemudian membuka bungkusnya dan menelannya dengan paksa.
Dia tidak tahu isi kandungan dari pil ini, dan ini sangat berbeda dengan obat-obatan di zaman modern, tapi biarlah dia coba.
Setelah tidak terjadi apa-apa Felicia pun berkata. "Terimakasih!" Ucap Felicia.
Bahkan pusing di kepalanya langsung hilang setelah dia menelan pil itu. "Sangat manjur!" Batin Felicia kagum dengan pil itu.
"Sama-sama nona!" Jawab gadis itu.
"Ekhem!" Dehem Felicia.
"Ada apa nona? Apakah tenggorokan nona sakit? Mau minum?" Tanya gadis itu khawatir.
"Eh eh tidak! Bukan itu! Aku mau tanya. Siapa namamu? Kau tahu bukan, kalau aku tidak mengingat apapun, namaku sendiri aku tidak ingat!" Mendengar pertanyaan Felicia, tiba-tiba raut gadis itu menjadi murung kemudian dia mendesah dan mulai bercerita.
"Baiklah! Kalau begitu pertama-tama perkenalkan nama saya Chici nona. Saya adalah seorang budak yang di bebaskan oleh tuan Fu. Awalnya saya adalah pelayan pribadi nona, tapi karena suatu alasan saya dihentikan melayani nona,"
"Tunggu!" Felicia mengangkat tangannya menyuruh Chici berhenti melanjutkan ceritanya.
"Ada apa nona?" Tanya Chici.
"Tidak, hanya saja kau bilang tadi seharusnya kau sudah bukan pelayan pribadiku bukan? Lalu kenapa kau masih bersamaku sekarang?" Tanya Xinxin.
Jadi sebenarnya Chici ini betugas sebagai apa? Kalau dari yang dia lihat dari malam terakhir sebelum dia pingsan Chici ini seperti pelayan pribadinya, tapi katanya sudah bukan! Lalu...
¤
¤
¤
Next...
.......
.......
.......
"Saya akan menceritakannya secara berurutan saja ya nona! Karena kalau tidak nanti akan ada yang terlewatkan," ucap Chici.
"Oh baiklah! Aku akan dengarkan, kau lanjut ceritanya," ucap Felicia.
"Baiklah saya akan melanjutkannya! Nama anda adalah Fu Xinxin umur nona akan menginjak 16 tahun. Anda anak kelima dari keluarga Fu yang mana tuan Fu adalah panglima pertahanan Kekaisaran Tengah ini dan beliau hanya memiliki satu istri yaitu ibu nona bernama Fang Jieru.
Nona memiliki 2 kakak laki-laki dan 2 kakak perempuan. Nama mereka adalah:
Anak pertama yaitu kakak laki-laki pertama anda bernama Fu Chyou.
Anak kedua yaitu kakak perempuan pertama anda bernama Fu Nuan.
Anak ketiga yaitu kakak laki-laki kedua anda bernama Fu Quon.
Anak keempat yaitu kakak perempuan kedua anda bernama Fu Niu.
Dan banyak lagi kerabat-kerabat anda dengan marga lainnya," Chici berhenti sejenak untuk menarik nafas.
"Kalau pertanyaan nona tentang kenapa saya masih melayani nona karena saya ingin. Meskipun saya memiliki banyak tugas seperti pelayan lainnya, tapi saya akan tetap melayani nona, meski saya di larang atau bahkan kena hukuman!" Ucap Chici dengan tegas.
Felicia terharu mendengar penuturan Chici. "Terimakasih! Terimakasih sudah bersamaku selama ini," Entah perasaan Xinxin asli atau bukan tapi Felicia merasa sangat tersentuh dengan ketulusan Chici.
"Sama-sama nona!" Jawab Chici.
Ada raut sedih di mata Chici dan itu tertangkap di mata Felicia.
Note: Dari sekarang kita akan panggil Felicia dengan nama Xinxin.
"Mengapa kau terlihat sedih seperti itu?" Tanya Xinxin.
Chici terlihat menyeka sudut matanya yang berair.
"Tidak apa nona, hanya saja saya kecewa dengan tuan Fu yang saya anggap penolong saya memiliki sikap yang tidak jauh dari kebanyakan orang yang saya tahu," ucap Chici sedih.
"Maksud mu apa? Sikap seperti apa maksudnya?" Tanya Xinxin.
"Saya pikir beliau menolong saya dari kejamnya kehidupan perbudakan karena iba, tapi ternyata tidak! Beliau menolong saya karena saya memiliki elemen air dengan tingkat hijau. Meski tidak terlalu kuat, tapi itu cukup untuk mempermudah pekerjaan," ucap Chici sedih. Dia lebih berterimakasih kepada seseorang yang menolongnya karena kasihan daripada menolongnya karena ada maksud lain.
Seperti Tuan Fu yang mengambil dirinya sebagai pelayan untuk anak perempuannya, tapi sekarang dirinya bukanlah pelayan pribadi anak perempuan nya itu lagi karena tahu sendiri kalau barang tidak berguna lagi tidak perlu di jaga, itu pikir keluarga Fu ini.
"Darimana kau tahu kalau memang beliau seperti itu?" Tanya Xinxin.
"Itu....," Chici terlihat ragu-ragu mengatakan sesuatu sambil melirik gelisah Xinxin.
"Ada apa?" Tanya Xinxin. "Ceritakan saja!" Lanjutnya.
Chici pun menghela nafas. "Saya berasumsi sendiri karena kalau saya lihat dari perilaku beliau serta keluarga nona terhadap nona sudah pasti jika saya hanya manusia tanpa elemen, pastinya saya akan di abaikan. Dan juga yang saya dengar, leluhur terdahulu keluarga Fu sampai sekarang keturunan mereka pasti hanya empat dan dalam buku keluarga Fu jika salah satu keturunan mereka yang memiliki lima anak, maka anak tersebut adalah anak terhebat atau anak yang paling tak berguna, maksudnya seperti...," ucap Chici ragu mepanjutkan ucapannya.
"Seperti?" Xinxin.
"Oh iya seperti diriku yang tidak memiliki elemen apapun?" Tebak Xinxin, mengerti mengapa Chici ragu mengatakannya, karena takut Xinxin sedih.
"Ummm benar juga apa yang kau katakan. Karena dapat ku simpulkan aku ini adalah anak yang antara berkah atau bencana bagi keluarga ini, jadi setelah mereka tahu kalau aku hanya benalu, akhirnya aku diabaikan!" Lanjutnya biasa saja.
"Maaf nona," ucap Chici sambil menunduk sedih.
"Kenapa kau minta maaf? Kau tidak salah!" Ucap Xinxin membenarkan perkataan Chici yang menyalahkan dirinya.
"Sekarang aku akan berubah! Tidak memiliki elemen bukan berarti tidak ada tidak bisa di coba bukan? jadi aku akan mencoba memperkuat dirinya dengan cara lain," ucap Xinxin.
Dia berniat meperkuat fisik nya terlebih dahulu dan selanjutnya akan mencari tahu apakah memang tubuh yang ia tempati sangat payah? Tapi kalau dari cerita Chici mengenai sejarah leluhur keluarga Fu ini ada kemungkinan tubuh ini memiliki kekuatan hebat hanya saja masih belum terlihat pada umur dia mengecek kekuatan pada tubunnya atau bisa di katakan umur pengecekannya berbeda dengan anak lainnya.
Dan karena jiwa Felicia yang menempati tubuh ini sekarang jadi ia akan mencari tahu dulu dan kalau memang tubuh ini tidak memiliki elemen apapun maka dia akan mencari jalan lain untuk bertahan hidup di dunia ini. Karena dia sadar pemilik tubuh ini tak diharapkan kehadirannya.
Tapi bagaimana dia mencari tahu, sedangkan yang di maksud elemen dan dunia yang dia tempati saja dia tidak tahu.
Aha, kalau begitu dirinya belajar dari buku saja dulu.
"Chici, bisakah kau membawakanku buku-buku mengenai dunia ini serta buku-buku elemen dan lainnya?" Pinta Xinxin.
Awalnya Chici bingung, untuk apa buku-buku itu, tapi dia tidak bertanya, dirinya sadar dia tidak boleh bertanya tentang keinginan nonanya.
"Apakah nona ingin belajar?" Batin Chici.
Tidak ingin menyurutkan semangat nonanya yang ingin belajar meski dia tahu kalau itu percuma karena dia melihat sendiri saat nona nya belajar dengan para ahli yang di datangkan oleh tuan Fu, tetap saja energi alam menolak memasuki tubunnya.
"Baiklah nona! Saya akan segera mengantarkannya," ucap Chici yang langsung mengiyakan permintaan pertama nonanya dari sekian lama dia melayani nonanya ini.
Ya ini pertama kali bagi Chici menerima permintaan dari nonanya. Dulu nonanya tidak pernah mengeluh bahkan meminta sesuatu. Dirinya sempat sedih karena nonanya terus saja murung dan hanya dekat dengan dirinya yang sebagai pelayannya.
Dia berpikir bukan nonanya yang tidak mau berteman akan tetapi tidak ada yang mau berteman dengan nonanya.
"Mudah-mudahan Nona selalu seperti ini! Lebih banyak bicara dan ceria," gumam Chici kemudian meninggalkan rumah kecil terbelakang dari banyaknya rumah-ruamh mewah di kediaman keluarga Fu.
Sepeninggalan Chici, Xinxin terlihat termenung entah apa yang dia pikirkan dan tak lama dia memilih membaringkan dirinya dan masuk ke dalam mimpinya.
...~•~•<•>•~•~...
Tok
Tok
Tok
"Nona, apakah nona sudah bangun?" Tanya orang di balik pintu.
"Hmmm...Hoammmm, ya! Aku sudah bangun! Masuklah!" Ucap Xinxin dari dalam. Dia terbangun karena ketukan di pintu kamarnya, kalau tidak dia tidak akan bangun selama dia mampu tidak bangun.
"Pagi nona!" Sapanya Chici.
"Pagi Chici!" Sahut Xinxin.
Chici terlihat membawa baskom kecil dan Xinxin mengabaikannya, dia masih mengumpulkan nyawa nya yang masih melayang di alam mimpinya.
"Silahkan basuh wajah nona!" Ucap Chici.
Tanpa banyak tanya Xinxin mengikuti interuksi Chici dan setelah seluruh wajahnya dia basuh dia mengucapkan terimakasih.
"Terimakasih!" Ucap Xinxin dengan senyum.
"Sama-sama nona!" Jawab Chici di balas dengan senyuman juga.
"Oh iya buku," ucap Chici tiba-tiba kemudian dia bergegas keluar kamar.
Beberapa saat kemudian dia kembali ke dalam dengan tumpukan buku Di kedua tangannya.
Buk
Chici meletakkan buku-buku tersebut dan menghasilkan bunyi lumayan keras dan itu menandakan berapa banyak nya buku yang dia bawa.
"Wahh Chi, banyak sekali bukunya? Kau mengambil buku ini di mana?" Tanya Xinxin.
"Hehehe, karena saya pelayan, jadi saya tidak selalu di ijinkan untuk masuk ke ruang perpustakaan keluarga Fu, dan karena saya belum pernah masuk ke sana jadi saya mendapatkan ijin, sekalian saja saya pinjam banyak karena saya tidak tahu kapan saya di perbolehkan untuk masuk kesana lagi," ucap Chici.
"Ohhh, kalau aku bagaimana? Apakah aku juga tidak di perbolehkan sering-sering masuk ruang perpustakaan?" Tanya Xinxin.
"Emmm, saya tidak tahu nona, karena nona belum pernah masuk ke sana mulai dari umur nona 7 tahun bahkan nona tidak pernah keluar dari wilayah rumah anda ini," ucap Chici tak enak.
"Oh begitu! Nanti kita coba saja," ucap Xinxin seadanya, tapi tidak menurut Chici.
"Benarkah nona? Apakah nona benar-benar ingin keluar?" Tanya Chici dengan semangat.
"Hmm, iya... Aku ingin merubah cara hidupku mulai dari sekarang. Aku tidak ingin bersembunyi lagi, akan kutunjukkan bagaimana seorang Xinxin yang di abaikan hidup dengan baik," ucap Xinxin dengan semangat.
"Saya mendukung mu nona!" Ucap Chici menyemangati Xinxin.
¤
¤
¤
I hope you like it...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!