TAHAP REVISI🙏 JANGAN DIBACA JIKA TAK INGIN MENYESAL DENGAN ALUR YANG AMBURADUL
Heera yang tidak memakai apapun di tubuhnya terlihat memegang erat selimutnya.
Dua orang pelayan hotel memperhatikan Heera dan seorang laki-laki yang masih tidur di sampingnya.
Heera sungguh bingung, terakhir yang Ia ingat. Ia sedang makan di kontrakan orang yang kini tidur di sebelahnya. Namun, Heera tidak mengerti, mengapa dia malah ada di hotel dan dalam keadaan tidak memakai pakaian.
Brak
Seseorang yang tak lain paman Heera, yaitu Baron, membuka kasar pintu itu.
"Heera!! Apa yang kau lakukan!!?" bentak Baron. Anne terkejut dengan keadaan Heera dan laki-laki itu yang sama-sama telanjang.
Heera terkesiap, pun bingung dengan kemarahan Baron. Orang yang tidur di samping Heera terbangun karena suara bentakan Baron. Ia mengucek matanya, bingung dengan yang terjadi.
"Me-me memangnya, apa yang Heera lakukan Paman?" tanya Heera takut.
"Kau! apa yang kau lakukan dengan laki-laki ini, hah!!?" bentak Baron lagi.
Baron memaksa laki-laki itu bangun.
Plak
Baron men*mpar laki-laki itu. "Apa yang kau lakukan dengan keponakan ku, hah!?" bentak Baron.
"Si*l" umpat laki-laki itu.
"Kenapa menamparku, hah!?" bentak laki-laki itu.
"Tuan, Anda bisa bicarakan ini di luar hotel!Jangan membuat ribut di sini!" Manager menengahi. Baron mendengkus pelan, lantas menatap nyalang pada sang keponakan.
"Kau! Pakai, pakaianmu! dan ikut denganku!!" perintah Baron, lantas keluar dari kamar itu.
Laki-laki itu masih bingung, hingga ia melihat Heera yang menangis dan memegangi selimut.
Apa wanita itu, menjebakku?Dasar! mura*an! Ucap laki-laki itu dalam hati.
Dua pelayan dan Manager itu keluar dari sana. Anne membawa Heera ke kamar mandi, tentu saja dengan Heera menutup tubuhnya menggunakan selimut.
laki-laki itu memakai pakaiannya dan segera keluar dari sana, tetapi Baron malah menyeretnya.
Semua tamu memandang heran pada Baron yang menyeret seorang laki-laki. Bagaimana tak heran? Hari ini adalah hari pernikahan Heera dengan Nathan, tetapi Nathan malah menikah dengan Angra--sepupu Heera dan sekarang? Mereka melihat Baron menyeret seorang pria?
"Pah, laki-laki itu, itu--"
"Diamlah, Mom!" Lionel memotong ucapan istrinya itu. Ia memandang tajam Baron dan laki-laki yang diseretnya.
"Kau, harus menikahi keponakanku!" ucap Paman Baron dihadapan semua orang.
Tamu wanita yang tidak seberapa itu saling berbisik melihat pemuda itu.
Cih! paman dan Keponakan sama saja, apa kalian ingin menjebakku untuk menikah? Cibir laki-laki itu dalam hati
"Kalau saya tidak mau?" tolak laki-laki itu.
Bugh
Paman Baron tak menjawab dan malah me*ukul laki-laki itu.
Beberapa tamu wanita di sana menjerit.
Bertepatan dengan itu, Heera dan tante Anne datang. Tamu kembali berbisik melihat tampilan Heera yang acak-acakan.
Si*l umpat laki-laki itu, sudah dua kali Ia harus terkena b*gem mentah.
"Apa Heera dan laki-laki itu melakukan hal terlarang saat Heera akan melakukan pernikahan dengan Nathan?"
"Entahlah, aku juga tidak tahu"
"Ada-ada saja! sudah buruk rupa selingkuh pula!"
"Iyah,nggak tahu diuntung!"
Begitulah kira-kira yang mereka bisikan.
Angra dan Nathan menyeringai, karena rencana mereka berhasil.
"Nikahi Heera! atau ku jebloskan kau ke penjara!!" Paman Baron memegang kerah kaos yang dipakai laki-laki itu.
Mobil melaju pelan, candaan di dalam mobil terdengar membuat gelak tawa penghuninya. Satu orang gadis terlihat menggelengkan kepalanya melihat kelakuan sang ayah yang terus menggoda ibunya.
"Papi, sudahlah! Kenapa menggoda Mami terus? Lihatlah pipinya sudah begitu merah karena malu," ucap si gadis.
"Haha, susah, Nak. Ayah sanga--"
"Ayah! Awasss...!"
Si gadis berteriak sangat kencang begitu matanya melihat sebuah truk melaju kencang ke arah mereka. Terkejut, si ayah membanting stir.
Tiga orang yang ada di dalam mobil merasakan guncangan hebat, sampai entah bagaimana mobil mereka bisa terbalik.
Si gadis yang setengah sadar, mendengar suara berisik, matanya yang berkabut menatap seseorang sampai semuanya gelap.
"Mami ... papi ...." Seorang gadis bergerak gelisah dalam tidurnya. Keringat mengucur di kening, bahkan di badannya terlihat dari baju tidurnya yang basah.
"Mami ... papi ...." Dia masih saja gelisah, kepalanya bergerak ke kanan dan ke kiri.
"Non...? Non Heera...?" Asisten gadis tersebut berusaha membangunkan sang majikan.
"Mami ... papi ...."
"Non ... Nona Heera...!!!" Khawatir, membuat di asisten membangunkan sang majikan lebih keras.
"Maaamii... papiii...."
Seketika si gadis terbangun, nafasnya memburu, matanya memerah.
"Nona tak apa?" tanya sang asisten.
Gadis yang tak lain Heera itu menatap sang asisten dengan seksama. Perlahan, air mata luruh dari kedua mata, sampai akhirnya tangisan yang berusaha dia tahan, pecah juga.
"Ninaaaa, aku memimpikannya lagi. Aku kembali melihat mereka meninggal, Ninaaaa," ucap Heera yang lekas memeluk Nina, asisten pribadinya.
"Itu hanya mimpi, Nona. Orang tua Anda sudah tenang di sana," sahut Nina sembari membalas pelukan Heera. Nina mengusap punggung Heera yang bergetar, gadis bertubuh subur dengan bekas luka di wajahnya ini tengah lemah.
Dia kembali mengingat kecelakaan yang menewaskan kedua orang tuanya. Kecelakaan itu pula yang menyisakan bekas luka di wajahnya, bekas luka yang tak kunjung dioperasi, padahal sudah hampir dua tahun semenjak kejadian itu.
"Nona, ayo bersiap! Hari ini, bukankah Nona akan melakukan fitting baju pengantin? Bukankah Nona sudah tak sabar menunggu hari ini?" Nina melepaskan pelukannya dan menatap lembut pada majikannya yang mana, di usianya yang sudah menginjak dua puluh empat tahun, masih saja bertingkah manja layaknya remaja.
Heera lekas menyusut air matanya, benar juga. Dia harus segera bersiap.
"Kau benar, baiklah. Aku akan bersiap."
Nina tersenyum melihat punggung Heera yang perlahan menghilang tertutup pintu kamar mandi.
*
*
*
"Nina, apa semua keperluan sudah siap?" tanya Heera setelah selesai menyiapkan diri.
"Sudah, Nona." Pelayan itu berkata sambil membungkuk.
Heera menganggukkan kepalanya, setelah itu melangkah keluar dari kamar.
"Heera, sarapan dulu!" ucap sang Tante,Anne.
Tantenya-lah yang mengurus rumah setelah kedua orang tua Heera pergi, begitu pun perusahaan peninggalan ayahnya diurus oleh paman Baron, adik tiri ayahnya yang merupakan suami tante Anne.
"Hampir saja terlambat Tante. Apa kak Angra sudah menunggu?" Heera tidak menjawab ucapan tantenya itu dan malah bertanya di mana sepupunya itu berada.
Nafasnya naik turun, karena kecapekan. Maklum tubuhnya yang sekarang lebar itu menyulitkan Heera dalam bergerak.
"Angra tadi pergi karena ada urusan mendadak. Angra pesan sama tante kalau fitting bajunya di undur satu jam lagi," jelas Anne membuat Heera meniup poninya
Huh! Kalau gitu percuma dong aku sudah buru-buru ucap Heera dalam hati.
Heera duduk di kursi meja makan, karena perut nya sudah lapar lagi pula orang yang Heera sangka sudah menunggu nya ternyata tidak ada.
Tante Anne menyiapkan sarapan untuk Heera dan dirinya.Kemudian pergi ke dapur dan mencampur sesuatu di susu yang akan diberikan kepada Heera, tetapi Heera tak menyadarinya.
"Heera minumlah ini!" perintah Anne.
Heera malah mengerucutkan bibirnya, karena sebenarnya ia tidak suka susu. Namun, entah kenapa semenjak orang tuanya tak ada, Tante Anne selalu memberinya susu.
"Tante, nggak mau!" tolak Heera
"Heera? Cepat minum!" Anne memaksa.
"Tapi, Tan! Heera nggak mau!" rengek Heera, itulah Heera gadis yang manja.
Anne terlihat mengatur nafasnya untuk tahan dengan sikap Heera, sudah setahun ini Ia berpura-pura menjadi tante yang baik, hanya demi mendapatkan kepercayaan Heera. Ia tak mau merusaknya begitu saja, susah payah ia menahan amarahnya karena sikap Heera yang manja itu.
Untung aku masih membutuhkan dirimu, untuk mengambil semua harta orang tuamu. Jika tidak sudah kuhabisi kau sejak dulu. Ucap Bi Anne dalam hatinya.
"Kamu nggak sayang sama tante?"
Merasa bersalah, Heera terpaksa meminum susu tersebut.
Setelah menyelesaikan acara makannya, Heera dengan diantar supir dan Nina lekas pergi ke sebuah butik ternama. Rose's Collection, butik yang dikelola oleh mantan model terkenal di zamannya, nyonya Rose.
Butik tersebut dipilih oleh Heera dan tunangannya--Nathan, sebab dibandingkan butik-butik lain, Rose's Collection menyediakan pelayanan yang luar biasa, yah meski harga satu pakaian di butik tersebut juga tidak dibandrol dengan harga murah.
Heera melangkahkan kakinya masuk ke dalam butik, beberapa pasang mata sontak menatap ke arahnya. Meski dengan pakaian mahal, tetap saja tak menutupi kekurangan yang ada pada tubuh Heera.
Tubuh gemuk, dengan bekas luka yang lumayan besar di pipi, membuat orang menatap jijik padanya.
Malu, Heera lantas menutupi bekas lukanya itu dengan rambut. Heera lekas meneruskan langkahnya lagi. Nina yang berada di belakangnya, lekas melirik sinis pada orang-orang itu, membuat mereka menunduk mengalihkan pandang.
Sampai di tempat fitting, Heera tertegun melihat Nathan sang tunangan sudah ada di sana, begitu pula dengan ... Angra, sepupunya.
Mungkin, sehabis kerja membuat mereka bersama di sini. Bukankah Kak Angra adalah sepupu kak Nathan? Batin Heera mencoba menepis rasa cemburu dan curiganya.
"Akhirnya, kau datang juga, Heera. Kemarilah! Coba bajumu, pasti akan sangat cantik jika sudah kau pakai," ucap Angra dengan senyum manisnya.
Nina terlihat sedikit memalingkan wajah. Heera lekas mendekat pada sang sepupu. Nyonya Rose juga ada di sana dan lekas membantu Heera mencoba bajunya.
Namun, sayang. Pakaiannya tak muat di tubuh Heera, bahkan nyonya Rose harus dibantu asistennya hanya untuk menarik gaun sampai ke bawah.
Kenapa susah sekali? Padahal satu bulan yang lalu, ini masih muat? ucap nyonya Rose dalam hati.
"Apakah maa--masih suu--sah?" tanya Heera yang merasa sesak.
Angra, terlihat menyikut pelan tubuh Nathan. Senyum sinis tersungging di bibirnya.
"Kau lihat itu? Calonmu begitu tebal, sampai-sampai baju yang sudah begitu kebesaran di diriku saja tak muat padanya, haha," bisik Angra terkekeh pelan.
Nathan terlihat mendengkus, sembari memalingkan muka.
"Dia bukan calonku, asal kau tau," sahut Nathan dengan tangan yang sengaja dia lingkarkan pada tubuh Angra.
"Hei? Apa yang kau lakukan?!" Angra mengeram, takut ketahuan. Melihat senyum sinis Nathan, membuat Angra mendorongnya dengan kuat.
Ssrrreeettt ....
Mata Angra membulat, suara robekan terdengar, tetapi bukan dari Nathan yang barusan dia dorong, melainkan dari baju yang coba dipaksakan muat di tubuh Heera.
"Prrttt--bwahahaha...."
Tawa Nathan dan Angra pecah seketika. Membuat pupil mata nyonya Rose dan Nina melebar, berbeda dengan Heera yang menunduk, malu.
Besok adalah akad nikah Heera dan Nathan. Mereka akan mengadakan resepsi seminggu setelah akad.
Akad nikah diadakan pukul dua siang di ballroom Azwa Hotel.Salah satu hotel bintang lima yang cukup terkenal.
Hari masih pagi, Heera sudah memulai beberapa persiapan. Ia ingin hari pernikahannya menjadi hari teristimewa yang akan dirinya ingat selama hidupnya.
"Heera, jangan bergerak mulu dong! Kamu 'kan pengantinnya, sayang!" ucap Tante Anne dengan begitu perhatian kepada Heera yang sejak tadi mengatur ini dan itu.
"Tapi, Tan! Heera ingin semuanya berjalan sempurna!" jawab Heera sambil tersenyum.
"Kan ada WO yang urus Sayang?" tante Anne mengusap kepala Heera lembut.
"Aku ingin tampil sangat cantik untuk hari pernikahan ku, Tan!" Tante Anne tersenyum,
"Tentu saja, Kau akan jadi ratunya Sayang!"
Yah! tentu saja jadi ratu. Tapi ratunya, ratu buruk rupa. Haha, bodoh! wajahmu yang buruk rupa itu mau diapain aja tetep aja bakal cacat dan jelek, keponakanku sayang. Lanjut Tante Anne dalam hati mencibir Heera.
"Yaudah, kalau gitu, lebih baik Kamu diam aja, 'yah! pengantin tuh, nggak boleh lakuin apa-apa! atau kalau kamu bosan, mungkin ada hal yang ingin kamu lakukan? tapi selain menyiapkan semua hal ini, tentunya!" ucap Tante Anne lagi dan seketika mengingatkan Heera tentang apa yang ingin dilakukannya.
"Oh, 'yah! ada hal yang mau Heera lakuin Tan! hampir aja Heera lupa. Heera ke kamar dulu yah!" Heera langsung pergi ke kamar setelah mendapat anggukan tante Anne.
Beberapa menit kemudian, Heera turun dari atas tangga dengan memakai celana legging warna hitam, kaos hitam serta jaket berwarna abu-abu.
"Lho? Heera mau kemana?" tanya Tante Anne menatap Heera heran.
Tante Anne sedikit menahan tawa melihat Heera seperti lemper. Lipatan lemak ditubuh Heera itu benar-benar dijepit sempurna oleh kaos dan legging itu, dan apalagi itu tas kecil dipunggung Heera, membuat tampilan Heera makin aneh dimata tante Anne.
"Heera mau pergi bentar, Tan!"Heera membetulkan letak tasnya.
" Eh, masa pengantin mau pergi-pergi?"Tante Anne pura-pura melarang, padahal aslinya Ia masa bodoh.
"Nggak papa, Tan! cuman bentar aja! Heera pergi dulu yah! bye Tan! " Sebelum Tante Anne kembali menyahut, Heera buru-buru pergi.
"Hahhahaha." Begitu Heera pergi,tawa Tante Anne pecah seketika.
"Heera... Heera.... tubuhmu makin hari, makin buruk saja, Haha tapi itu bagus! dengan begitu, kau tidak akan menyaingi putriku lagi."
ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ
Heera mengendarai mobilnya menuju apartemen Nathan. 'Yah, tujuannya sekarang adalah apartemen Nathan. Heera ingin memastikan sesuatu.
Heera memarkirkan mobilnya dan keluar dari mobil dengan memakai topi dan masker.
"Penampilanku sudah seperti detektif dalam TV saja, Huh!"
Heera masuk ke apartemen Nathan dengan berhati-hati agar tak terlihat CCTV. Heera nekat datang ke apartemen Nathan sebelum akad, karena ada hal yang harus Ia pastikan. Beruntung dari ucapan Nathan, Heera yakin kalau Nathan ada di Rumah ayahnya.
Heera menekan passcode apartemen Nathan. Ia masuk ke ruang kerja Nathan. Heera mencari-cari sesuatu, semua laci diperiksa.
Hingga Heera menemukan apa yang dicarinya. Air matanya luruh seketika. Ia kecewa dan hancur.
"Apa, ini? a--apa ini benar?" Heera terbata, airmatanya terus mengalir.
Heera memutuskan pergi dari sana, tetapi sebelum ia benar-benar pergi. Ia mendengar suara-suara "aneh".
"Suara apa itu?" tanya Heera pada dirinya sendiri. Heera mengusap kasar air matanya.
Heera memutuskan mencari asal suara. Suara itu mengarahkannya pada kamar Nathan. Heera menempelkan telinganya pada daun pintu.
"Suara apa itu?" ucap Heera polos.
Heera mendengar suara orang yang dikenalnya.
"Kak Angra?" ucap Heera terkejut.
"Itu, suara Kak Angra dan Kak Nathan?" Buru-buru Ia membuka pintu yang ternyata tak terkunci.
Air mata yang tadi sempat mengering, kembali turun. Heera melihat dengan mata kepalanya sendiri, Nathan dan Angra melakukan hubungan suami istri.
"Kak Angra? Kak Nathan?" Ucapan Heera seketika membuat kedua orang tidak tahu malu itu terkejut.
"Heera benci kalian!! Heera akan laporin ini sama Tante dan Paman!!" Heera berlari keluar dari sana. Nathan hendak mengejar Heera, tetapi Angra menahannya.
Si*al umpat Nathan, sebelum ia menghempas tangan Angra dan menelpon seseorang.
"Kejar Heera! dapatkan dia hidup ataupun mati!" perintah Nathan pada orang di seberang.
Tut...
"Ini semua karenamu!!" bentak Nathan, Ia memandang Angra tajam.
"Oh, ayolah, Nathan! Kau pun menikmatinya, bukan? lebih baik menikahlah denganku! dan tinggalkan si buruk rupa itu!" Angra berbicara sambil kembali mendekat pada Nathan.
"Apa kau begitu mencintai wanita itu? " tanya Angra meraba dada Nathan, "jelas, Aku lebih baik!" ucap Angra masih menggoda Nathan. Yang ada dalam pikiran Angra hanyalah, ia ingin mendapatkan Nathan. Sudah cukup selama ini ia kalah dari Heera.
"Kau, tidak mengerti!! Semua rencanaku gagal! Aku tidak benar-benar mencintai nya! Aku hanya mempermainkannya dan Aku akan meninggalkan Dia saat akad akan berlangsung! Tapi, kau malah merusak semuanya!" Nathan dalam kemarahannya tak sadar telah mengungkapkan semua rencananya pada Angra.
Angra jelas terkejut dengan ucapan Nathan. Namun, kemudian ia menyeringai, ternyata bukan hanya dirinya yang membenci Heera tetapi ternyata, Nathan juga membencinya.
"Tidak perlu khawatir! bukankah ini lebih baik? rasa sakit apalagi yang lebih menyakitkan ketika melihat calon suaminya malah berhubungan suami istri dengan sepupunya di saat akad akan dilakukan beberapa jam lagi?" Angra kembali menggoda Nathan. Mendengar ucapan Angra, Nathan seperti mendapat pencerahan.
................
Di sisi lain, Heera mengendari mobilnya dengan kecepatan tinggi, karena panik Heera malah memilih jalan yang sepi. Tujuannya adalah menemui Paman dan Tantenya.
Namun, sebuah mobil Sedan di belakangnya menabrakkan diri ke bagian belakang mobil Heera.
Duk
Heera yang berada dalam mobil sedikit terguncang, tubuhnya terhuyung ke depan.
Ia mempercepat laju mobilnya, karena dua Sedan lagi mengapit mobilnya di sisi kiri dan kanan.
Beruntung, meski polos dan manja, orang tuanya dulu pernah memberikan pelatihan khusus tentang menjalankan mobil dalam situasi seperti ini.
Mobil Heera berhasil keluar dari kurungan mobil-mobil Sedan itu.
Sebuah peluru mereka tembakan dan berhasil Heera hindari.
"Mami, Papi, Heera takut!" gumam Heera. Seluruh tubuhnya bergetar hebat. Meski punya keahlian, tetapi tetap saja latihan dan prakteknya langsung jelas berbeda. Apalagi untuk orang polos dan manja seperti Heera.Ketakutan selalu mengalahkan keahliannya.
Karena Heera bergelung dengan rasa takutnya,membuat Ia lengah dan ban mobil belakangnya terkena tembakan peluru. Mobil Heera diluar kendali dan menabrak tiang listrik.
"Kyaaa, Mamiiii..... Papi....." teriak Heera dari dalam mobil.
Heera mengatur nafasnya, hingga seseorang menariknya keluar dan membawanya pergi.
"Hei! lepaskan! siapa kamu?" Heera memukul-mukul lengan orang itu.
"Diam! apa kau mau selamat!?" bentak orang itu dan menatap tajam Heera. Heera mengangguk takut dengan bentakan orang itu.
"Naik!" Orang itu menyuruh Heera naik ke sepeda motor bututnya. Heera menurut dan naik.
Tepat saat orang itu menyalakan motornya, dari arah depan mereka, muncul orang suruhan Nathan.
"Berhenti disana! Serahkan wanita itu!" teriak salah satu dari mereka sambil menodongkan pistol.
"Bagaimana ini?" tanya Heera takut dan memeluk orang itu dengan sangat erat.
Dasar gendut! kalau nggak kasian, gue nggak akan bantu lo! Pengap banget gue dipeluk ni cewek Ucap orang itu dalam hati.
"Serahkan wanita itu!" teriak mereka lagi dan hendak menarik pelatuk.
Si*al umpat orang itu dan langsung memutar balik motornya.
peluru peluru itu ditembakkan kepada mereka, beruntung sepertinya orang tersebut handal dan bisa menghindari peluru-peluru itu.
Orang-orang Nathan tadi naik ke mobil mereka dan mengejar Heera dan orang itu.
mereka masih menembaki motor mereka. Beruntung orang tersebut bisa mengelak, namun itu tak berlangsung lama, karena Ia mulai kewalahan. Apalagi yang Ia bonceng adalah Heera gadis yang memiliki bobot 95 kg.
Orang itu memutar otaknya dan Ia mendapat sebuah ide.
Di sebuah pertigaan, Ia berbelok ke kiri. Di mana jalan yang Ia lalui itu menuju ke hutan, sepertinya orang itu benar-benar tahu daerah sana.
Setelah memasuki area hutan, pemuda itu menghentikan motornya dan menyuruh Heera turun.
"Ayo, turun!"
"nggak mau!" tolak Heera. Orang itu memejamkan mata karena Heera sangat bandel.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!