NovelToon NovelToon

The Lazybones Get Dimensional Grup Chat ?

Chapter 1

POV Orang ke 3.

Hari Selasa, 03 / 03 / 2056

Indonesia, Jakarta.

Tepat diatas gedung terlihat ada seorang pria menggunakan setelan jas berumbai berwarna hitam dengan lengan baju yang diikat sampai siku dengan perban dikedua tangannya

Tentu ia juga memakai tudung dan juga topeng rubah berwarna merah untuk menutupi wajahnya.

Terlihat kalau pria itu sedang bersembunyi dengan santainya menunggu seseorang datang melewati gang yang ada didepannya saat ini.

Tentu ia memasang beberapa kamera pengintai disetiap ujung gang tersebut menggunakan robot yang menyerupai sebuah kadal dan juga lebah yang terlihat mirip seperti aslinya.

Bahkan pria rubah itu saat ini sedang mengintai melalui tablet miliknya sambil memasang amunisi pada senjata yang ada ditangannya saat ini.

Tentu senjatanya bukanlah pistol sembarangan melainkan sebuah senjata yang ia rakit agar bisa ia gunakan tanpa harus memegang pistol ataupun senjata berat yang akan menghambatnya nanti ketika kabur.

Selain menembakan peluru biasa, bahkan senjatanya juga mampu menembakan bom dan juga grappling hooks atau pengait dari senjata rakitan miliknya.

Namun ketika ia sedang mengecek seluruh persenjataannya tiba tiba saja ia mendapatkan telepon dari seseorang yang merupakan kliennya.

Tentu pria rubah itu langsung saja mengangkat teleponnya dan ketika dia sedang mengangkat teleponnya tiba tiba saja target dari pria itu mulai datang dan berjalan kedalam gang tersebut.

"Bagaimana dengan target yang aku berikan padamu" tanya seseorang yang sedang bertelepon dengan pria rubah itu, terdengar kalau yang menelepon dirinya itu adalah seorang pria yang cukup muda berdasarkan dari suaranya.

Tentu targetnya kali ini adalah seorang pria muda dengan setelan jas berwarna kuning dengan rambut berwarna merah terlihat kalau tujuan pria itu untuk bertemu dengan seseorang didalam gang tersebut.

"Saat ini target sudah masuk kedalam gang dan belum dieksekusi" balas pria rubah itu sambil melihat kearah jam tangan yang sempat ia atur untuk menghitung mundur waktu mengeliminasi targetnya saat ini.

Terlihat kalau waktu hitungan mundurnya saat ini yaitu 35 detik sebelum target menghilang dari tempat tersebut

"APA !! KENAPA KAMU BELUM MEMBUNUHNYA !!" teriak pria itu ketika mendengar penjelasan dari pria rubah itu.

"Ha ? kau menyuruhku untuk membunuhnya tapi kau belum membayarku apa kau gila ?" tanya pria rubah itu dengan sarkasnya ketika mendengar teriakan dari kliennya.

"Tch.. baiklah baiklah aku akan mengirimnya sekarang" ucap pria itu.

Sedangkan pria rubah yang saat ini mulai melihat ponselnya, terlihat kalau uang yang dikirim kliennya saat ini sebesar 15 miliar.

Tentu uang sebesar itu cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya selama 10 tahun lebih jika ia berhemat maka uang itu akan habis sampai ia tua nantinya, namun bagi pria rubah itu uang segitu sungguh sangatlah kurang.

"Kau tahu uang yang kau kirimkam itu tidaklah cukup" lanjut pria itu dengan nada malas.

"APA UANG SEBANYAK ITU MA-"

"Jika kau akan terus mengomel, maka targetmu akan hilang dalam waktu 15 detik" potong pria rubah itu ketika mendengar teriakan kliennya.

Tentu ia juga melihat kearah monitor miliknya sambil melihat kegiatan yang saat ini sedang melakukan salam pada penjaga pintu yang sedang berjaga dipintu belakang tempat pertemuan pria rambut merah itu.

"Tunggu tunggu.. aku sedang aku sedang mengirimnya" ucap pria yang ada ditelepon itu dengan panik sambil.

Tentu pria rubah yang mendengar ini segera melihat kearah jamnya kalau waktunya tinggal 5 detik lagi dan kebetulan diponselnya terdapat notif kalau uang sebesar 15 miliar mulai masuk lagi ke nomor rekening miliknya.

Melihat ini langsung saja pria rubah itu mulai mengarahkan senjata rakitannya kearah kanannya dan mulai menembaknya.

Tentu ia tidak asal menembak, ia memanfaatkan gaya pantulan dari peluru miliknya menuju targetnya, terlihat kalau peluru itu mulai memantul secara teratur sesuai keinginan pria rubah itu.

Sedangkan pria berambut merah yang sudah selesai melakukan salam dengan penjaga itu mula masuk kedalam pintu tersebut.

Tentu peluru yang pria rubah itu tembakkan sebelumnya mulai melesat kearah pria rambut merah itu, tepat ketika pintu akan tertutup peluru itu langsung melesat dengan cepat dan mulai menembus kepala pria rambut merah itu hingga terjatuh.

Ketika sudah menghabisi targetnya, tentu waktu yang ia atur sebelumnya sudah habis tepat di angka 0 ketika targetnya sudah kehilangan nyawanya.

"Target sudah dieliminasi, terima kasih sudah menggunakan jasa Fox" sahut pria rubah itu lalu mematikan ponselnya.

Ketika pria rubah itu sudah mematikan ponselnya langsung saja ia mengeluarkan sebuah tombol dibalik jasnya dan mulai menekannya.

BOOMMMM !!

Terlihat sebuah ledakan sejauh 10 kilometer dari sini, tentu pria rubah itu meledakkan kliennya yang ada disana tanpa merasa bersalah sama sekali.

Langsung saja pria rubah itu mulai mengemasi barangnya dan pergi dari tempat itu dengan cepatnya, bahkan ia menggunakan grappling hooks miliknya untuk mempercepat perjalanannya.

***

Setelah pria rubah itu sudah menjauh dari TKP segera ia mulai menyandarkan tubuhnya tepat digang yang lumayan sempit sembari melepas topeng rubahnya yang ia gunakan.

Terlihat kalau wajahnya terdapat 3 bekas luka dari sayatan pedang tepat diwajahnya secara horizontal 2 diatas keningnya 1 dibawah matanya.

Bahkan ketika pria itu menurunkan tudungnya terlihat kalau rambutnya berwarna putih, jika orang orang melihatnya mungkin orang itu akan ketakutan akan wajahnya yang terlihat menyeramkan itu.

Meskipun begitu ia terlihat menyeramkan, namun sebenarnya ia memiliki umur yaitu 23 tahun bisa dibilang kalau dia saat ini masih muda.

Bahkan jika ia masih terlihat muda, namun jangan salah paham mengenai keahliannya, bisa dibilang kalau ia merupakan seorang Pembunuh Bayaran no 1 di dunia ini.

Bukan hanya itu saja ia bahkan berhasil menyelesaikan misinya dengan peluang 99%, ketika ia menerima misi dari kliennya sesulit apapun itu.

Lalu bagaimana dengan luka yang ada diwajahnya ? tentu luka itu ia dapatkan dari misi yang ia ambil yaitu membunuh pembunuh bayaran no 1 didunia sebelum dirinya dan tentu ia berhasil meraih kemenangan tersebut dengan 3 luka tersebut.

"Ha.. akhirnya misi terakhir dari pembunuh bayaran Fox telah berakhir.. dengan begini akhirnya aku bisa bermalas malasan dirumah sambil menonton anime dengan tenangnya" ucap pria berambut putih itu sambil menghela nafas lega.

Tentu dinilai dari penampilannya sebenarnya ia adalah seorang otaku namun hanya stadium rendah, tidak seperti kebanyakan otaku yang lainnya yang menilai anime dengan tingginya.

"Yup.. kehidupan damai aku datang" ucap pria itu yang mulai berdiri dari tempat duduknya.

Namun tepat ketika ia berdiri tiba tiba saja tubuhnya mulai terserap oleh sebuah retakan yang secara tiba tiba muncul tepat dimana ia berdiri saat itu juga.

Dan disinilah cerita Fox sang Assassin No 1 dunia meninggal ataupun menghilang dari peradabannya tanpa diketahui seluruh orang didunia ini.

***

"Ha ? dimana ini ?" tanya pria rambut putih itu sambil melihat sekelilingnya yang terasa asing bagi pandangannya.

Terlihat kalau dia saat ini sedang berada diruangan berwarna hitam, bahkan tidak ada cahaya yang masuk dalam ruangan gelap ini.

"Sial ini gelap sekali, tapi setidaknya aku masih membawa peralat-"

Namun sebelum ia memeriksa peralatannya tiba tiba saja ia terkejut karena semua persenjataan telah menghilang ketika ia berada diruangan ini.

"YANG BENAR SAJA !!" teriak pria rambut putih itu dengan panik mencoba untuk memeriksa setiap saku celananya.

Ketika ia sedang memeriksa langsung saja ia mengeluarkan barang yang ada disakunya atau lebih tepatnya smartphone miliknya.

"Ha.. syukurlah kalau smartphone ku masih ada.. karena tidak ada siapa siapa disini, mungkin aku akan menonton Fate/Kaleid Liner Prism Ilya The Movie nya saja" gumam pria rambut putih itu dengan leganya.

"Lagi pula tidak akan ada sesuatu yang terjadi disini, kan ?" lanjut pria itu dan mulai duduk diruangan gelap itu sambil menonton anime yang ada di smartphonenya saat ini.

***

1 jam 30 menit telah berlalu setelah pria muda itu menonton anime di smartphone nya, tepat setelah ia menyelesaikan animenya tiba tiba saja ia berpindah keruangan berwarna putih.

Tentu hal ini membuatnya terkejut dan mulai memasukkan smartphone nya lalu segera berdiri sambil mengambil ancang ancang bertarung ala pendekar pencak silat.

"Ahh.. akhirnya kami menemukanmu Rian-Kun" ucap seseorang yang memanggil nama pria rambut putih itu.

Tentu pria yang dipanggil Rian itu mulai berbalik sambil melompat menjauhi sumber suara itu dan mulai menatap kearah 3 orang yang ada didepannya saat ini.

Ada seorang kakek tua dengan janggut putih panjang sambil menggunakan kacamata, lalu ada seorang perempuan berambut merah muda jika dilihat dari umurnya mungkin perempuan itu berumur 25 tahun.

Lalu yang terakhir perempuan berambut kuning dengan penutup mata berwarna putih yang terlihat seumuran dengan Rian.

"Jadi siapa kalian..? apa kalian yang mengirimku kesini..?" tanya Rian dengan nada dingin terhadap ketiga orang itu.

"Ara.. betapa dinginnya.." ucap perempuan rambut merah muda itu sambil memegang pipinya.

Sedangkan gadis penutup mata itu mulai bersembunyi dibelakang kakek tua itu karena ketakutan akan tatapan Rian saat ini, tapi sepertinya bukan itu yang ia takutkan.

"Hohoho.. tenanglah Rian-Kun, kami disini ingin berbicara denganmu itu saja" ucap kakek tua itu sambil mengosok janggutnya.

Tentu Rian yang mendengar ini mulai tenang dan segera berjalan kearah mereka secara perlahan.

Setelah mendekat langsung saja kakek tua itu mulai menjentikkan jarinya hingga muncul meja dan juga bantal duduk dihadapannya.

Melihat ini tentu Rian terkejut sebab meja tiba tiba muncul tepat dihadapannya ketika ia sedang berjalan kearah mereka.

Langsung saja ia mulai mengucek matanya, tentu apa yang dia lihat saat ini adalah sebuah kebenaran bukan ilusi.

"Ara.. Rian-Kun tunggu apa lagi mari duduk" sahut perempuan rambut merah muda itu yang mulai duduk disana bersama dengan yang lainnya.

Sedangkan Rian yang mendengar ini langsung saja ia duduk sambil memegang meja itu yang benar benar nyata bukan ilusi semata, bahkan ia mengetuk ngetuk meja itu berkali kali.

"Bir atau Teh ?" tanya kakek tua itu ketika melihat kelakuan Rian saat ini.

Sedangkan Rian yang mendengar ini tentu saja ia mulai mengembalikan kesadarannya dari meja itu dan mulai menjawab pertanyaan kakek tua itu dengan malu.

"Uhuk.. t.. teh saja sudah cukup"

"Baiklah" balas kakek tua itu dan mulai menjentikkan jarinya lalu muncul segelas teh diatas meja itu.

Tentu Rian kembali terkejut ketika melihat segelas teh muncul diatas meja itu dan mulai mengambil gelas itu lalu mengeceknya.

Mereka yang melihat Rian begitu waspada hanya membiarkannya saja dan segera meminum teh milik mereka sendiri, setelah memastikan aman Rian segera meminumnya.

"Hmm.. ini enak" gumam Rian yang merasakan tehnya saat ini.

"Hohoho.. syukurlah kalau kau menyukainya Rian-Kun" sahut kakek tua itu sambil menggosok janggutnya dengan senang.

Mendengar ini tentu saja ia mulai menaruh tehnya dan segera bertanya pada kakek tua itu.

"Jadi.. siapa kalian ?"

Chapter 2

"Jadi.. siapa kalian ?" tanya Rian yang bingung dengan keadaannya saat ini.

"Ehmm.. kalau begitu perkenalkan aku Dewa Pencipta namun kebanyakan orang orang memanggilku Kami-Sama" sahut Kami-Sama yang memperkenal dirinya pada Rian.

"Lalu disebelah kiriku yaitu putri pertamaku Dewi Kegelapan, Irene" sahut Kami-Sama yang memperkenalkan perempuan berambut merah muda itu pada Rian.

"Lalu disebelah kananku yaitu putri keduaku Dewi Cahaya, Lucy" lanjut Kami-Sama yang memperkenalkan gadis penutup mata itu pada Rian.

Melihat ini tentu saja Rian mulai menganggukkan kepalanya ketika mendengar perkenalan ke 3 orang yang ada dihadapannya dengan tenang.

"Lalu kenapa aku berada disini ?" tanya Rian kembali ketika mengingat dirinya sedang berada disini.

"Ara.. tentu saja kami disini untuk meminta maaf kepadamu" balas Irene dengan begitu tenangnya.

"Ha ? untuk apa ?" tanya Rian dengan bingung apa maksud dari perkataan Irene sebelumnya.

"Iya .. kami disini ingin meminta maaf padamu mengenai kecerobohan putri kami Lucy karena sembarangan membuka riak Void untuk membunuh Assassin yang bisa berubah wujud menjadi sebuah hewan kecil seperti lebah" ucap Kami-Sama dengan nada menyesal akan kecerobohan putrinya karena membunuh Rian tanpa sebab.

"Lebah ? kalau tidak salah memang ada lebah waktu itu disana" gumam Rian yang mengingat tentang kejadian terakhir sebelum ia berada disana.

"Benar dan lebah itu adalah adalah pembunuh bayaran no 2 yang ingin membunuhmu disana ketika melihat dirimu lengah waktu itu" lanjut Irene dengan nada menyesal.

"Ahh.. The Wasp kah.. aku kira wanita tua tak berguna itu akan menggunakan lebah untuk mengendalikannya.. awalnya aku sedikit curiga karena lebah itu memancarkan niat membunuh kearahku" gumam Rian yang mengingat tentang pembunuh bayaran no 2 itu.

"Oleh karena itu tolong maafkan kesalahan putri kami yang ceroboh" sahut Kami-Sama yang mulai membungkukkan badannya pada Rian begitu juga dengan Irene dan Lucy.

"Ahh.. Kami-Sama kalian tidak perlu membungkukkan badanmu pada seorang pembunuh seperti saya" sahut Rian dengan panik ketika melihat para dewa membungkukkan badan padanya.

"Ara.. kau sungguh baik hati untuk seorang pembunuh, namun aku suka itu.. " balas Irene dengan senyum diwajahnya ketika mendengar perkataan Rian.

"Hohoho.. anak muda yang baik" gumam Kami-Sama yang senang dengan sikapnya Rian.

"Lupakan itu, lalu.. kenapa aku bisa berada di ruangan itu.. apa namanya ? Void ?" tanya Rian mengenai Void.

"Yahh.. kalau itu kami juga tidak tahu kalau kamu bisa ada disana, sebenarnya kami sudah mencarimu selama 1 triliun tahun di Void itu dan akhirnya menemukanmu setelah mendengar suara pertempuran ?" balas Kami-Sama dengan menyesal tentu hal ini membuat Rian terkejut ketika mendengarnya.

"APA !! 1 TRILIUN TAHUN !! PADAHAL AKU HANYA MENONTON 1 FILM SAJA DISANA !!"

"1 SAJA !!"

Rian yang berteriak soal keadaannya di Void sambil mengebrak meja hingga ia berdiri dari duduknya.

Sedangkan Kami-Sama dan Irene yang mendengar ini hanya menatap Rian dengan senyum diwajahnya saja, sedangkan Lucy hanya bisa menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.

Tentu Rian yang sadar akan sikapnya mulai kembali duduk dengan tenang lalu mencoba untuk bertanya lagi pada Kami-Sama dengan tenang.

"Ehm.. maaf lupakan soal itu.. lalu kenapa Lucy-Sama membuka riak Void itu kalau boleh saya tahu ?" tanya Rian pada Lucy dengan pandangan ingin tahu akan alasannya Lucy membukakan riak Void itu.

"Ahh.. a.. anu.. it.. itu.." ucap Lucy dengan gugup ketika mendengar pertanyaan Rian.

"???"

Tentu Rian yang mendengar ini mulai menatapnya dengan bingung, sedangkan Irene yang melihat tingkahnya Lucy hanya bisa menahan tawanya saja.

Karena tidak mendapatkan alasannya langsung saja Kami-Sama menjawab pertanyaan Rian dengan santainya.

"Hohoho.. kalau soal itu dia adalah penggemar beratmu" sahut Kami-Sama dengan senyum diwajahnya.

"Ha ?"

Rian yang mendengar ini seketika merasa bingung dengan penjelasan Kami-Sama padanya.

"Sebenarnya adikku ini Lucy sudah melihat setiap kegiatanmu ketika kau belum menjadi Assassin, kau tahu" ucap Irene dengan nada usil sambil menatap kearah Lucy dengan senyuman.

"NEE-SAN !!" teriak Lucy dengan malu ketika mendengar perkataan kakaknya.

Sedangkan Rian yang melihat kegiatan kakak adik itu hanya bisa menatap mereka dengan pandangan datarnya saja.

"Hohoho.. maafkan aku Rian-Kun atas sikap mereka berdua, sebenarnya aku menyuruh putriku Lucy untuk mengawasimu itu saja" balas Kami-Sama yang melihat kedua putrinya masih bertengkar saat ini.

"Ehmm.. Kami-Sama untuk apa Lucy-Sama mengawasiku ?" tanya Rian yang bingung kenapa Kami-Sama memerintahkan putrinya untuk mengawasi dirinya.

"Sebenarnya kehadiranmu didunia itu sudah terbilang cukup langka untuk seseorang yang dapat mengubah takdirnya, biasanya orang seperti itu seharusnya adalah seorang kultivator" sahut Kami-Sama dengan serius namun nadanya masih seperti biasa ketika berbicara dengan Rian.

"Mengubah takdir ? bukankah dari dulu aku memang seorang pembunuh ? dan lagi apa apaan dengan sebutan kultivator itu ?" tanya Rian.

"Kau tahu Rian-Kun, awalnya manusia didunia ini memiliki takdirnya sendiri ketika orang itu lahir pertama kalinya didunia ini termasuk kematian orang itu pun dikendalikan oleh takdir" ujar Kami-Sama.

"Namun kasus mu sungguh berbeda Rian-Kun, kau seharusnya sudah lama mati ketika kamu berumur 9 tahun didunia mu" lanjut Kami-Sama yang membuat Rian terdiam ketika mendengar penjelasannya.

"Kalau tidak salah waktu itu aku seharusnya mati karena kelaparan, namun karena aku melihat tikus yang hampir mati disana aku memakannya, itu bukan yang kau maksud, Kami-Sama ?" tanya Rian yang mencoba untuk mengkonfirmasikan perkataan Kami-Sama sembari menyentuh dagunya.

"Hmm.. benar, namun bukan itu saja kamu bahkan berhasil melawan takdir itu secara berkali kali hingga kami mengira kalau kau seorang kultivator" lanjut Kami-Sama yang mulai meminum tehnya kembali ketika sedang menjelaskan hal ini pada Rian.

Sedangkan Rian yang mendengar ini langsung saja terdiam dengan mulut ternganga, ia segera melihat kearah bayangan dirinya yang berada didalam gelas teh itu dengan raut wajah rumit.

Tentu Kami-Sama yang melihat ini hanya membiarkan Rian untuk menenangkan pikirannya sambil menghiraukan kedua putrinya yang saat ini masih bertengkar.

"Baiklah aku mengerti.. lalu pertanyaan terakhir apakah aku akan dikirim ke surga atau neraka ?" tanya Rian dengan wajah serius ketika ia bertanya pada Kami-Sama.

Tentu pertanyaannya Rian membuat Kami-Sama terdiam, begitu juga dengan Irene dan Lucy dan mulai duduk kembali setelah bertengkar.

"Ehmm.. soal itu kau tidak akan dikirimkan di kedua tempat itu" balas Kami-Sama dengan santai meminum kembali teh miliknya.

"Ha ? apakah aku benar benar tidak diperbolehkan masuk ke 2 alam itu ?" tanya Rian yang kebingungan dengan perkataan Kami-Sama.

"Yahh.. tidak juga, namin sebagai kompensasi atas kesalahan putriku maka aku mereinkarnasikan dirimu sebagai karakter anime favoritmu" lanjut Kami-Sama denga senyum diwajahnya.

"Tunggu ap-"

"Baiklah kalau begitu semoga harimu menyenangkan Rian-Kun tidak Tanaka-Kun" potong Kami-Sama sambil menjentikkan jarinya.

"TU-" namun sebelum Rian menyelesaikan perkataannya tiba tiba saja dia menghilang dari pandangan ketiga dewa itu.

"Ara.. adikku sepertinya orang yang kamu suka sudah pergi dari sini" sahut Irene yang mulai menjahili Lucy sambil tersenyum menyeringai kearahnya.

"Mou.. Nee-San ini semua salah mu karena kamu aku tidak bisa berbicara dengannya" ucap Lucy sambil mengembungkan pipi dengan kesal.

"Hohoho.. sudahlah putriku Lucy, kali ini aku akan memberikan tugas baru lagi berikan ini pada Rian-Kun ketika dia sudah berumur 16 tahun" ucap Kami-Sama lalu menjentikkan jarinya, tiba tiba saja muncul sebuah kotak diatas meja tersebut ketika Kami-Sama menjentikkan jarinya.

"Baiklah Kami-Sama kalau begitu aku pergi dan terima kasih" ucap Lucy dengan senang mengambil kotak itu dan mulai membuka portal disebelah kanannya lalu memasuki portal itu dengan bahagia.

"Anak itu.. kalau begitu Kami-Sama aku juga pergi dulu, sungguh menyenangkan ketika melihat raut wajah Rian-Kun yang kebingungan itu" balas Irene yang melihat tingkah Lucy seperti anak kecil dan langsung saja Irene membungkukkan badannya pada Kami-Sama dan mulai pergi melalui portal yang ia buat saat ini.

"Hohoho.. sepertinya kedua putriku ini mulai menyukai Rian-Kun, aku harap Rian-Kun dapat menyelesaikan tugasnya dengan benar" gumam Kami-Sama yang mulai meminum tehnya dengan tenang.

***

Disisi lain disebuah apartemen atau lebih tepatnya disebuah kamar terdapat seorang anak kecil berumur 6 tahun sedang tidur disana.

Namun anak itu tiba tiba saja merasakan sakit kepala yang membuatnya terbangun sambil memegang kepalanya yang sakit itu.

Tentu anak itu tidak lain adalah Tanaka dari ACGN 'Tanaka-Kun wa Itsumo Kedaruge'

Selepas rasa sakit yang ada dikepalanya mulai mereda tiba tiba saja Tanaka segera membuka kedua matanya dan mulai melihat sekeliling kamarnya.

"Ha.. siapa yang menduga kalau Kami-Sama benar benar mengirimku sebagai karakter favoritku" ucap Rian yang melihat dirinya sendiri kalau dirinya adalah Tanaka versi anak kecil.

"Yahh.. dari pada itu mungkin aku akan kembali tidur lagi saja setelah menerima ingatan dari tubuh ini" gumam Tanaka yang mulai kembali tidur karena sebelumnya ia sedang tidur dengan nyenyaknya.

Namun sebelum Tanaka mulai tidur tiba tiba saja pintu terbuka dan menampilkan sosok gadis kecil yang terlihat mirip seperti dirinya mulai masuk kedalam kamarnya.

"Onii-Chan bangun bukankah kau berjanji akan kekuil bersamaku pagi ini" ucap gadis itu yang mulai menggoyangkan badannya Tanaka.

"Eghh.. Rino 5 menit lagi" gumam Tanaka yang baru saja tertidur mulai terbangun karena kelakuan adikknya.

"Tidak ayo kita pergi" ucap Rino yang mulai menarik tubuh kakaknya hingga terjatuh dari kasurnya.

***

Beberapa menit telah berlalu dan saat ini terlihat kalau Tanaka dan adiknya Rino sedang berjalan kearah kuil yang berada didepan mereka saat ini.

Ketika mereka berdua sudah sampai langsung saja Rino mulai melempar uang receh kedalam kotak persembahan yang ada didepannya dan mulai berdoa sambil memejamkan matanya.

Sedangkan Tanaka yang melihat ini hanya bisa menghela nafas sembari mengeluarkan uang recehan dan segera melemparkan uang tersebut pada kotak persembahan itu dan mulai berdoa sembari memejamkan matanya.

'Kami-Sama terima kasih sudah mereinkarnasikan diriku kemari dan semoga kehidupanku didunia ini berjalan dengan lancar' batin Tanaka yang berterima kasih pada Kami-Sama sambil berdoa kepadanya.

"Onii-Chan apa kau sudah selesai ?" tanya Rino yang melihat kakaknya sedang berdoa saat ini.

Tentu Tanaka yang mendengar ini segera membuka matanya lalu melihat kearah Rino yang saat ini sedang menatap dirinya dengan mata berbinar walau wajahnya datar.

Melihat langsung saja ia mulai menaruh tangannya tepat diatas kepalanya Rino sambil tersenyum lembut kearahnya.

"Hmm.. aku sudah selesai kalau begitu bagaimana kalau kita pulang sekarang saja, Rino ?" tanya Tanaka yang masih mengusap kepalanya.

Tentu Rino yang melihat kakaknya tersenyum awalnya terkejut lalu ia mulai membalas kakaknya dengan sebuah senyuman yang sama seperti kakaknya.

"Hmm.." balas Rino yang menganggukkan kepalanya lalu mulai menggenggam tangannya Tanaka, begitu juga sebaliknya.

Sedangkan Tanaka yang melihat ini langsung saja mulai kembali kerumah bersama adiknya Rino.

Namun yang ia tidak ketahui bahwa sebenarnya masalah baru akan datang mengganggu kehidupan damainya nanti dimasa depan.

Chapter 3

10 tahun kemudian setelah kejadian kuil itu.

Terlihat kalau ditaman tepat pukul 04:30 ada seorang pria berambut hitam sedang menggunakan jaket dan juga celana training berwarna merah dengan kaos berwarna hitam sambil menggunakan tudung yang ada dijaketnya.

Terlihat kalau pria itu sedang melakukan pull up pada palang secara mulus tanpa melakukan pergerakan yang salah sama sekali.

"97.. 98.. 99.. 100.." ucap pria itu dengan nafas teratur lalu segera turun dari palang itu lalu segera mengambil sebotol air yang ia beli sebelumnya ketika sedang berjalan menuju taman.

Langsung saja pria itu mulai meminum air itu hingga habis seakan akan pria itu tidak pernah minum air sebelumnya.

"Ha.. akhirnya selesai juga.. karena aku masih memiliki banyak waktu mungkin aku akan pulang melalui taman yang ada disebelah" gumam pria itu lalu segera membuang botol air tersebut pada tempat sampah yang berada didekatnya.

Tentu pria itu tidak lain adalah Tanaka selama 10 tahun ini ia menghabiskan waktu paginya mulai dari jam 4 sampai jam 6 untuk melatih tubuhnya.

Kenapa Tanaka melatih tubuhnya ? tentu saja ia melatih tubuhnya agar kejadian yang tidak diinginkan oleh Tanaka tidak terjadi seperi dianimenya.

Dan tentu selama 10 tahun belakangan ini Tanaka mulai mengasah kembali kemampuan assassin nya atau membunuhnya tanpa melakukan pembunuhan didunianya saat ini.

Lalu, bagaimana Tanaka mengasah kemampuannya tanpa harus membunuh seseorang ?

Tentu saja ia menggunakan boneka kayu dan juga menggunakan pistol dengan amunisi peluru karet dan melakukan pelatihannya dibelakang gunung yang tidak pernah dikunjungi oleh siapapun disana.

Meskipun itu pistol mainan, namun Tanaka masih tetap menggunakannya untuk berlatih.

Bahkan selama 10 tahun ini Tanaka mulai belajar kembali mengenai banyak hal seperti komputer dan juga skill hackernya pada kehidupan sebelumnya, walau itu terdengar percuma namun itu akan tetap berguna bila terjadi disaat yang tidak terduga nantinya.

Bukan hanya itu saja bahkan parkour pun ia mulai berlatih kembali, walau jarang karena didunianya ini atau lebih tepatnya dijepang ini tidak ada tempat yang bagus untuk melatih teknik parkournya.

Meskipun tidak ada tempat untuk melatih parkour nya, namun Tanaka masih tetap bisa melakukan back flip, dan front flip dengan lancar karena tubuhnya yang cukup lentur ini.

Namun hari ini sepertinya Tanaka cukup beruntung, karena hari ini tepat disebelah taman ini ada sebuah tempat khusus untuk melakukan parkour disana.

"Hmm.. mungkin aku akan berkunjung ketempat itu, lalu segera berlatih seni menembakku nanti di kaki gunung" gumam Tanaka lalu segera pergi dari taman ini untuk melihat tempat baru itu.

Terlihat kalau wajah yang Tanaka pasang terlihat datar namun jika dilihat dengan pasti kalau wajah Tanaka terlihat berseri ketika menyangkut pautkan hal yang baru.

***

30 menit kemudian.

Setelah Tanaka pulang dari tempat itu terlihat kalau wajahnya menunjukkan kebahagiaan ketika dia dapat berlatih parkour ditempat itu.

Tentu ia ingin mengunjungi tempat itu lagi karena tempat iu lumayan luas menurutnya, karena masih ada waktu 1 jam lagi maka ia memutuskan untuk pergi kebelakang gunung untuk melatih seni menembaknya dan juga lemparannya.

Memang memerlukan waktu 15 menit untuk sampai kebelakang gunung itu tanpa diketahui oleh seseorang kalau Tanaka sedang berkunjung ke gunung yang katanya cukup angker untuk didekati.

Tentu Tanaka yang mendengar ini memanfaatkan rumor itu untuk berlatih seni menembaknya disana dan hasilnya seperti yang ia harapkan selama 10 tahun belakangan ini tidak ada yang mendekati gunung itu.

Namun meskipun begitu Tanaka masih tetap harus berhati hati agar tidak ketahuan oleh orang orang nantinya.

Setelah Tanaka sampai dibelakang gunung tersebut dapat dilihat kalau ada beberapa boneka kayu dan juga beberapa target terpasang disana.

Bahkan sebagian pohon ditempat itu ada sepotong besi tipis yang menyelimuti pohon pohon itu, tentu tujuan Tanaka memasang potongan besi itu untuk melatih kembali seni menembaknya dengan memanfaatkan gaya pantulan terhadap peluru karetnya.

Bukan itu saja bahkan Tanaka sempat sempatnya memasang jebakan untuk melatih kewaspadaannya ketika dia sedang menembak targetnya nanti.

Setelah sampai langsung saja dia mengambil koper hitam yang dia sembunyikan didalam lubang pohon besar itu, dan langsung saja Tanaka mengambil koper itu lalu membukanya.

Terlihat kalau didalam koper itu ada senapan serbu G3 dengan grip dan juga scope ×6 dengan megazinenya yang dapat menampung hingga 40 peluru.

Lalu ada 2 pistol disana yaitu Glock 18 dengan megazinenya juga dan megazinenya itu dapat menampung hingga 24 peluru.

Tentu senjata senjata itu merupakan senjata favoritnya Tanaka ketika dia dulu masih manjadi pembunuh bayaran, lalu kenapa Tanaka memilih senjata itu sebagai senjata favoritnya ?

Tentu saja kerena senjata yang ada dilokernya merupakan senjata yang menurutnya cukup ringan untuk dibawa ketika dalam misi pembunuhannya.

Setelah membuka nya langsung saja Tanaka mulai mengambil senjata senjatanya dan mulai memasangkan megazinenya pada senjatanya.

"Hmm.. tinggal sedikit lagi mungkin aku akan membawa senjata senjata ini kerumah saja, takutnya ada seseorang yang mengambilnya nanti" gumam Tanaka yang melihat isi peluru megazine glock nya sudah hampir habis.

"Baiklah kalau begitu mari kita mulai" ucap Tanaka yang langsung menembak kearah atas pojok kanan untuk memotong tali jebakan yang sudah mau rusak itu.

Tentu Tanaka melakukan itu dengan sengaja sebab peluru yang ia gunakan hanya peluru karet berbentuk bundar, meskipun begitu peluru karet itu tetap saja masih bisa untuk memotong tali itu.

DORR !!

Setelah tali putus bisa dilihat kalau ada beberapa balok kayu yang diikat oleh tali mulai turun dan mulai berayun secara disemua tempat latihan itu.

Melihat ini langsung saja Tanaka mulai mengambil nafasnya lalu segera berlari kearah kayu berayun itu dan mulai menghindari balok balok kayu itu sambil menembaki targetnya dengan cepat.

DORR !! DORR !! DORR !! DORR !! DORR !! DORR !!DORR !! DORR !! DORR !! DORR !! DORR !! DORR !!

Tembakan tiap tembakan terus melesat kearah targetnya baik itu secara langsung maupun dengan cara memantulkan peluru peluru itu kearah papan besi yang ada di setiap pohon itu.

Terlihat kalau peluru yang Tanaka pantulkan itu mulai mengarah kearah targetnya baik itu 1 pantulan, 2 pantulan bahkan beberapa pantulan yang Tanaka perlukan untuk mencapai targetnya baik itu kepala maupun jantung boneka kayu itu.

Tentu Tanaka tetap menghindari balok balok kayu itu dengan sempurna baik itu melompat, berguling sampai melakukan beberapa parkour ketika menghindari balok kayu itu.

Setelah Tanaka sampai diujung terakhir perangkap itu langsung saja Tanaka mulai menghela nafas ringan lalu menyimpan kedua pistolnya pada sarung pistol itu.

Dan langsung mengambil senapan G3 nya dan mulai menembaki target sasaran yang ada didepannya.

DORR !! DORR !! DORR !! DORR !! DORR !! DORR !!

DORR !! DORR !! DORR !! DORR !! DORR !! DORR !!

Setiap peluru yang Tanaka tembaki tentu saja kena semua mulai dari jarak 50 meter, 100 meter, 150 meter sampai yang terjauh 250 meter.

DORR !!

Setelah Tanaka menyelesaikan tembakan terakhirnya langsung saja Tanaka mulai menghela nafas lega karena sudah menyelesaikan latihannya pagi ini.

Langsung saja Tanaka mulai memeriksa semua target mulai dari boneka kayunya dan juga target sasarannya, tentu semua target berhasil ditembaki oleh Tanaka dengan sempurna.

"Yup.. mungkin hari ini aku akan berhenti latihan untuk sementara waktu" ucap Tanaka yang melihat hasil latihannya selama 10 tahun ini.

Langsung saja Tanaka mulai mengemasi seluruh senjatanya kedalam koper dan membawanya kopernya pulang bersamanya.

***

15 menit kemudian.

Setelah pulang dari gunung tersebut sambil membawa koper langsung saja Tanaka mulai membukakan pintu apartemennya.

Ketika Tanaka membukakan pintunya terlihat ada seorang gadis yang terlihat mirip seperti Tanaka sedang berdiri didepannya sambil memasang wajah seramnya pada Tanaka.

"Onii-Chan.. habis dari mana kau ?" tanya Rino dengan wajah datarnya ketika melihat Tanaka baru pulang sambil membawa koper.

"R.. Rino.." gumam Tanaka yang terkejut ketika melihat Rino berdiri tepat dihadapannya.

***

"Onii-Chan.. kau tahu aku sudah berteriak beberapa kali didepan kamarmu untuk sarapan namun Onii-Chan tidak ada dikamar, harusnya bilang dulu kalau kau mau olahraga dulu Onii-Chan.." ungkap Rino sembari menceramahi Tanaka.

Terlihat kalau ia yang saat ini sedang duduk ruang tamu sambil menarik pipinya.

"Mwaafkwan awku.. awku mewnyeswal" ucap Tanaka yang kesakitan karena pipinya ditarik oleh Rino.

"Hmm.. selama kau tidak mengulanginya lagi.. lalu apa koper itu isinya apa ?" tanya Rino yang melepas tangannya dari pipinya Tanaka lalu melihat kearah koper hitam yang Tanaka bawa sebelumnya.

"Ahh.. itu cuma senapan airsoft gun saja.. lalu bisakah kita sarapan Rino.. aku lapar.." balas Tanaka yang saat ini kelaparan setelah berolahraga.

'Sejak kapan Onii-Chan mempunyai airsoft gun ?' batin Rino dengan penasaran.

"Kalau begitu kita sarapan dulu.. setelah sarapan Onii-Chan langsung mandi.. kau bau" tanggap Rino yang mendengar kalau Tanaka lapar setelah olahraga namun tetap penasaran untuk apa kakaknya memiliki airsoft gun itu.

"Baiklah.." ucap Tanaka yang langsung pergi ke meja makan bersama adiknya untuk sarapan pagi bersama.

***

Beberapa menit telah berlalu setelah sarapan langsung, terlihat kalau saat ini Tanaka sudah selesai mandi dan sudah mengganti bajunya dengan baju sekolah.

Saat ini Tanaka sedang menunggu Rino menggunakan sepatunya sambil menguap karena bangun terlalu pagi hari ini.

"Rino.. apa kau sudah selesai ?" tanya Tanaka dengan wajah yang terlihat lelah.

Tepat setelah Tanaka bertanya pada Rino, tentu Rino sudah selesai mengunci pintunya lalu menjawab pertanyaan kakaknya dengan semangat walau tidak menunjukkannya tepat dihadapan Tanaka.

"Sudah.. ayo pergi.." balas Rino.

"Hmm.." balas Tanaka yang menganggukkan kepalanya sambil menguap.

***

Setelah cukup lama berjalan kesekolah bersama adiknya Rino dia mulai berpisah dengannya ditengah jalan karena arah sekolah mereka berbeda.

Langsung saja Tanaka mulai melanjutkan perjalanannya menuju sekolah dengan wajah datar yang biasa ia pakai menuju sekolah.

Sesudah sampai disekolah langsung saja Tanaka mulai berjalan kearah kelasnya dan mulai duduk dibelakang.

Namun sebelum Tanaka duduk tiba tiba saja seorang pria berambut pirang dengan kuncir rambut dibelakangnya datang kearahnya dan mulai menyapa.

"Yo.. Tanaka kau baru sampai.." sapa pria itu yang tidak lain adalah Ohta.

"Hmm.. aku baru sampai, sepertinya kau juga baru sampai Ohta" balas Tanaka yang melihat Ohta baru sampai juga dan mulai duduk dikursinya.

"Yah .. kau benar tapi tidak biasanya kau datang jam segini Tanaka" ucap Ohta yang mulai duduk didepannya sambil melihat kearah jam yang menunjukkan pukul 07.30 pagi.

"Kalau itu sepertinya aku habis diceramahi oleh adikku karena aku pergi olahraga pagi tanpa bilang padanya" sahut Tanaka sambil menyandarkan kepalanya pada tangannya.

"Ohh.. tidak terduga, ternyata kau juga olahraga pagi yahh, Tanaka" ucap Ohta yang kagum dengan kegiatan paginya Tanaka.

"Tentu saja aku melakukan itu karena aku tidak ingin badanku keram ketika aku tidur nanti" lanjut Tanaka dengan wajah berseri ketika menyangkut soal tidur pada Ohta.

"Sepertinya kau senang dengan tidurmu, namun itu tidak masalah selama kau senang" balas Ohta yang melihat tingkah Tanaka yang tidak pernah berubah ketika membicarakan soal kelesuannya.

Dan disinilah cerita Tanaka yang selalu lesu dimulai.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!