Ava Kairos de Clenoir adalah putri semata wayang Duke of Clenoir. Dia amat dimanja dan disayang hingga Ava tumbuh menjadi gadis pemboros yang suka berfoya-foya.
Ava selalu berprinsip bahwa diri nya harus mendapatkan apa yang dia mau. Bahkan, Ava merengek pada Duke Clenoir agar mengabulkan keinginan nya untuk dinikahkan dengan Pangeran Mahkota Leonardo de Chania.
Duke dengan senang hati memberi permintaan Ava. Dia datang ke istana dan mengajukan tunangan pada Pangeran Leonardo. Raja menyetujui dengan hangat. Tetapi sayang nya, Raja tidak mengetahui bahwa Leonardo telah memiliki pujaan hati nya sendiri bernama Xara, seorang gadis desa biasa.Alhasil, dia menolak mentah-mentah pertunangan itu.
Pada dasarnya, Raja adalah yang paling berkuasa di Kerajaan. Dengan perintah nya, Raja bisa membunuh Xara jika Leonardo tidak menerima pertunangan dengan Ava.
Dengan berat hati Leonardo menerima pertunangan itu.
Cerita tidak berakhir sampai disana. Dengan sifat jahat yang dimiliki Ava, dia rela membakar tempat tinggal Xara hingga bersisa abu. Jasad Xara tidak ditemukan. Leonardo sangat marah, ia langsung mengiris leher Ava tanpa basa basi.
Itu adalah cerita di novel yang berjudul 'Xara, Sang Permata'. Novel kuno milik Mendiang nenek ku. Sayang nya, aku tidak tau ending cerita nya karena beberapa halaman terakhir telah dirobek.
Dan sekarang, aku, Vivian Hendrick, seorang arsitek telah memasuki novel tersebut dan menjadi Ava.
Akan kuubah takdir Ava!
***
Ava mengerjap beberapa kali sebelum akhir nya membuka mata. Pemandangan asing langsung terpampang di pengelihatan. Seorang gadis berpakaian pelayan juga terus memanggil nama seseorang. Ah, jika dia terus menangis kepala Ava bisa pecah.
" Nona, akhirnya Anda hiks bangun juga." Isak gadis itu. Nama nya adalah Ira. Dia tepat berada di samping Ava.
Ava ingat betul bahwa diri nya tidak pernah menyewa seorang pelayan dan ia keluarga nya telah tewas semua. Jadi, gadis berpenampilan pelayan ini mungkin salah orang.
" Siapa yang Anda panggil sebagai Nona, gadis kecil?" Tanya Ava. Badan nya terasa remuk saat ia coba untuk gerakan.
Tepat setelah gadis berambut merah muda mengucapkan kalimat tersebut, Ira si pelayan malah tambah meraung keras. Hei, apa salah Ava. " Gadis kecil, bisakah kau diam ? Kepalaku pusing." Tegas Ava dengan memijit pelipis.
" Ma-maaf kan saya, Nona." Lontar gadis kecil itu. Ia mulai mengelap cairan bening yang memenuhi wajah nya.
" Jangan panggil aku Nona terus. Dan sebenarnya kau siapa ? Aku tidak merasa pernah bertemu dengan mu." Ava mulai meneliti gadis kecil itu dengan intens. Aneh, gaun nya tidak kekinian. Terkesan kuno. Wajah nya polos tanpa hiasan. Pikir Ava.
Gadis pelayan berambut keriting itu tercengang. Nyaris tidak bernafas. Kali ini apa lagi. Gadis itu membuat Ava bingung.
" Nona melupakan saya?" Tanya gadis itu. Tatapan nya sendu , membuat Ava merasa bersalah.
" Melupakan? Aku bahkan tidak mengenalmu." Jawab Ava sekenanya. Kemudian, gadis itu menunjuk diri nya sendiri. " Anda benar-benar sudah melupakan saya ?" Ia kembali memastikan.
Ava hanya menggeleng samar. Ira nampak terkejut setengah mati. Detik berikutnya, dia menunjuk tanda lahir yang menempel di leher nya. " Ini, apa Nona ingat dengan ini?" Tanya nya. " Ini luka bakar atas kesetiaan saya pada Nona. Anda mengingatnya kan?" Sambung Ira membuat Ava tidak bisa berkata-kata.
Apa apaan ! Ternyata itu ialah luka bakar dan bukan tanda lahir! Ava amat tercengang.
" Baiklah gadis kecil, katakan siapa nama mu?" Ava menunjuk ke arah luka bakar milik Ira. " Bisakah kau tidak menampilkan itu lagi." Pinta nya.
Ira kemudian menggangguk, sembari menutup leher nya dengan rambut keriting nya, gadis itu membalas. " Nama saya Ira Bell, pelayan pribadi Anda." Ujar Ira dengan antuasias dan menepuk dada nya agak keras.
Mata Ava melotot lebar. Ira Bell adalah salah satu nama tokoh pelayan yang pernah ia baca di novel kuno milik Mendiang Nenek. Novel tersebut bertajuk 'Xara, Sang Permata'. Ira Bell sendiri merupakan pelayan pribadi dari Ava Kairos de Clenoir. Ia hampir membenci Ira karena selalu membantu Ava untuk mencelakai Xara, sang pemeran utama. Dan sekarang, orang itu ada di hadapan, Ira juga memanggil nya dengan sebutan 'Nona'.
" Ira Bell, apakah benar namaku Ava Kairos de Clenoir?" Tanya gadis berambut merah muda itu penuh selidik. Ia berdoa semoga Ira bilang tidak.
" Benar , Nona." Duar. Rasa nya seperti tersambar petir. Oh tidak, dugaan Ava terbukti. Rasa nya seperti meminum kopi tanpa gula. Pahit.
" Kalau begitu, bisakah kau ceritakan kenapa kau tadi menangis." Ava berusaha menghalau segala ketakutan. Tidak ada guna nya terus mengelak, yang terpenting sekarang, dia masih hidup.
Ira berdehem dan membenarkan nada suara nya yang masih serak. " Nona, tadi Anda tidak sengaja tergelincir ke sungai saat akan buru-buru ke istana untuk menemui Pangeran Mahkota Leonardo, calon tunangan Anda." Terang Ira dengan wajah cemas.
Oh. Si Leonardo itu. Tokoh yang sangat membenci Ava di dalam novel. Kalau begitu , Ava bertekad akan menjauhi tokoh yang menjadi penyebab kematian nya dan akan terus hidup sebagai putri duke yang kaya raya. Ini terlihat mudah. Pikir Ava.
***
Brak
Pintu dengan ukiran rumit itu tiba-tiba dibanting oleh seorang lelaki paruh baya dengan setelan mewah. " Putriku , apa luka mu parah? Kau tidak patah tulang kan? Aku sudah panggilkan dokter." Cerocos lelaki yang merupakan Duke of Clenoir. Tanpa seizin Ava, dokter utusan Duke of Clenoir itu langsung memeriksa pergelangan kaki nya yang terkilir.
" Bagaimana kau bisa sangat ceroboh heh? Kau tau betapa khawatirnya ayah saat mendengar bahwa kau tergelincir? Ayah tidak mau tau, mulai saat ini , kau harus dikawal oleh sepuluh pengawal setiap akan keluar mansion!" Celetuk Duke of Clenoir.
Gadis berambut merah muda itu menghela nafas ringan. Ia membalas. " Ayah, kau tidak perlu khawatir, aku hanya terkilir dan akan sembuh setelah dokter memberi ku obat." Ujar Ava menenangkan.
Duke of Clenoir tertegun. Memperhatikan perkataan putri nya yang semakin dewasa, ia tersenyum tenang. " Kalau begitu, syukurlah." Balas nya sembari mengelus puncak kepala Ava.
" Nona Clenoir , apa kaki Anda masih terasa sakit?" Tanya dokter dengan membenarkan kaca mata kotak nya.
Ava mengangguk. " Iya, masih terasa tidak nyaman." Sahut nya jujur.
Dokter itu menengok ke arah Duke dengan wajah mengerikan " Saya mohon izin untuk disiapkan es batu." Ujar nya pada Duke. Lelaki yang merupakan ayah Ava itu menyetujui permohonan sang dokter. Duke of Clenoir meminta Ira untuk membawakan es.
Selang beberapa waktu, Ira datang dengan es yang dilapisi kain.
Dokter bernama Mr. T itu mendekat ke arah ranjang dan memperhatikan kaki jenjang Ava yang membiru. Dengan dilapisi sapu tangan, Mr. T mulai memegang kaki Ava dan mengompres nya menggunakan es batu berlapis kain.
" Permisi Lord Clenoir , saya akan keluar dan membeli obat serta tongkat jalan untuk Nona Clenoir." Lelaki berjas putih hitam itu menginformasi kan pada Duke of Clenoir. Ia masih mengompres kaki Ava dengan telaten. " Bisakah, Anda menggantikan ku untuk mengompres ini, Nona?" Tanya Mr. T pada Ira.
Ira mengalunkan kepala nya ke atas dan bawah. " Dengan senang hati, Mr. T." Ujar Ira. Ia segera duduk di samping Ava dan mengompres kaki Ava sesuai prosedur.
" Saya izin pamit , Lord Clenoir." Mr. T membungkukan badan. Duke of Clenoir berdehem. " Jangan lupa, kau harus cepat pulang kemari dengan obat-obatan. Mengerti?" Tekan lelaki berambut pirang sebahu itu.
Mr. T menatap Duke sekilas. " Baik, Lord." Balas nya. Ia keluar dari ruangan.
" Putriku, karena kau sangat mencintai Pangeran Mahkota, maka, ayah sudah mengirim surat agar dia datang kemari. Kau pasti senang kan?" Duke berkata lembut. Mata nya mengeluarkan binar harapan.
Aduh duh, kenapa Anda memanggil Pangeran Kematian kemari, Duke. Batin Ava tidak karuan.
Ava ingin menentang keputusan Duke, namun, gadis itu meneliti setiap inci wajah Duke yang dari tadi terus memandang nya dengan tatapan bersinar. Ava kikuk. Seperti nya Duke ingin sekali dipuji oleh nya.
" Wah, ayah pengertian sekali." Ujar Ava berbohong. Ia tersenyum lebar hingga pipi nya kaku.
Mendengar apresiasi itu, wajah Duke of Clenoir memerah. Ia berdehem. " Ayah selalu mengerti apa keinginan mu, Ava." Lelaki itu memalingkan wajah nya ke arah jendela.
Aaaaaa ini pertama kali nya Ava memuji ku setelah sekian lama. Kedepan nya, aku akan sering memanggil calon menantu ku kemari. Pikir Duke of Clenoir bangga.
Kuharap kau tidak melakukan apa yang kau pikirkan , Duke. Batin Ava. Ia mengeluarkan wajah tercanggung nya.
***
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!