NovelToon NovelToon

Mengejar Cinta Satu Malam

Prolog

Suara musik terdengar berdentum. Tidak terlalu keras. Musiknya terdengar selaras, bergerak seirama dengan hentakan kaki para model yang bergerak penuh energi. Terkadang mereka bergerak penuh energi. Terkadang penuh keanggunan. Penuh kelembutan. Semua disesuaikan dengan busana yang mereka gunakan.

Kredit google.com

Seorang gadis berwajah oriental nampak berdiri di belakang panggung. Ikut mengawasi para model yang keluar masuk, menuju runaway. Kadang ia turut merapikan penampilan para model. Sebelum keluar berlenggak lenggok di atas runaway.

Kredit google.com

Sejenak dia menarik nafasnya dalam.

"Thank you ya mbak Tania atas bantuannya. Nggak tahu deh apa jadinya jika nggak ada mbak Tania" ucap Sandra seorang manager yang ikut bertugas pada fashoin show saat itu.

"Bantuan apa Miss? Saya hanya ikut mengawasi saja" jawab Tania.

"Pokoknya terima kasih. Tanpa bantuan kamu. Saya pasti kalang kabut. Mengurus fashion show kali ini. Tahu sendiri Miss Catherine itu ribet banget orangnya" ujar Sandra.

"Sama-sama Miss. Ya sudah saya kembali ke belakang ya. Mau bantu-bantu lagi. Siapa tahu masih ada yang membutuhkan saya" ucap Tania langsung undur diri dari hadapan Sandra.

Tania berjalan menuju ke belakang panggung. Suara tepukan tangan terdengar bergemuruh. Menandakan kalau fashion show itu sukses digelar. Dari tempatnya berdiri. Tania bisa melihat. Seorang wanita tampak tersenyum bahagia. Menerima berbagai buket bunga yang diberikan kepadanya.

Dialah Catherine, designer yang malam itu, karya-karyanya diperagakan oleh para model.

"Suatu saat nanti Mbak Tania juga bisa berdiri disana" ucap Vera yang tiba-tiba sudah berdiri di sampingnya.

"Aku tidak berharap untuk sampai di tahap itu. Mereka akan menemukanku jika keberadaanku terekspose media" jawab Tania.

Ada nada rindu ketika Tania menyebut kata "mereka".

Vera hanya diam mendengar ucapan bosnya itu.

"Bahkan sekarang pun Tuan Kai sudah tahu keberadaan Ibu" batin Vera.

Vera menarik nafasnya lantas ikut masuk menyusul Tania. Beberapa orang menganggukkan kepalanya saat bertemu Vera. Yang dibalas senyuman oleh Vera.

Semua orang tahu siapa Vera. Pemilik Tania and Co. Sebuah butik yang cukup terkenal di Surabaya.

"Halo, ya Bry. Ada apa?" tanya Tania ketika dia menjawab panggilan ponselnya.

"Aku ada urusan. Tidak bisa menjemput kamu. Kamu bisa kan pulang sendiri" ucap seorang pria diujung sana.

"Tidak apa-apa. Aku bisa pulang sendiri" jawab Tania.

Menutup panggilan dari ponselnya. Itu adalah Bryan Aditama. Sang kekasih. Kekasih? Entahlah. Tania pikir apa hubungan mereka layak disebut hubungan sepasang kekasih.

"Kenapa?" tanya Vera.

"Biasa"

"Dia nggak bisa jemput Mbak Tania lagi?"

Tania mengagguk. Vera menarik nafasnya pelan. Tidak ingin berkomentar terlalu banyak soal urusan cinta Tania. Dia cukup mengawasi saja. Meski tidak dipungkiri jika Vera lebih suka kalau Tania memutuskan hubungan mereka. Karena menurutnya Bryan kurang baik untuk Tania. Atau ada alasan lain di balik itu.

"Ya, Sean? Oh belum. Kenapa?" tanya Tania.

Lagi-lagi Vera tahu siapa yang menghubungi Tania.

"..."

"Nanti merepotkanmu"

"..."

"Baiklah kalau begitu. Sepuluh menit lagi aku keluar" ucap Tania lagi.

"Sean?" tanya Vera.

Tania mengangguk. Vera kembali menarik nafasnya pelan. Dia pikir hubungan Tania sangat rumit. Punya kekasih tapi tidak pernah perhatian. Sedangkan temannya yang satu ini care-nya kebangetan.

"Aku balik dulu ya. Dah Vera" ucap Tania berlalu dari hadapan Vera.

Sebenarnya Tania dan Vera tinggal di apartemen yang sama tapi Vera harus pulang belakangan. Masih ada hal yang harus diurusnya.

Sementara itu,

Terminal kedatangan dalam negeri,

Juanda International Airport,

22.30 WIB

Seorang pria dengan wajah tampan dan tubuh proporsional. Nampak keluar dari area airport dengan wajah kesal luar biasa. Bagaimana tidak? Gara-gara kesalahan anak buahnya dia harus nongkrong di bandara Soetta seharian dan juga karena penerbangannya delay.

"Akan aku hajar dia. Bisa-bisanya membuatku nongki di Soetta seharian. Tahu gitu kan aku main dulu sama baby Lia" sungut pria itu yang tak lain adalah Lee Jae Kyung.

Adik kembar dari Lee Joon (Cinta Dua Dunia). Sedang baby Lia yang dia sebut adalah anak dari sang kakak Lee Joon yang juga kembar.

Rey, sang asisten hanya tersenyum smirk.

"Jangan ketawa! Orang lagi sebal juga" omelnya lagi.

"Astaga bos. Aku nggak ketawa. Cuma mesem" kekeh Rey dalam hati.

Ketahuan dia ngetawain bosnya yang lagi bad mood. Bisa-bisa dia ikutan dihajar nanti seperti rekannya gegara salah beli tiket.

"Pulang!" perintah Jae Kyung.

"Baik Bos" jawab Rey memilih jalan aman saja dia.

Mulai melajukan Toyota Rush-nya menuju salah satu kawasan apartement mewah di jantung kota Surabaya. The Grand Shamaya.

Ketika sampai di sebuah persimpangan jalan. Tanpa sengaja mata Jae Kyung menangkap wajah yang begitu ia cari selama ini.

"Fanny..." gumannya pelan namun masih bisa Rey dengar.

"Fanny? Ha..mana Bos? Mana?" tanya Rey ikut celingukan mencari sosok yang bernama Fanny.

Namun detik berikutnya sebuah mobil menghalangi pandangan Jae Kyung. Dan ketika mobil itu berlalu. Jae Kyung tidak melihat lagi wajah Fanny.

"Sial!!" umpatnya keras.

Jae Kyung pikir kenapa hari ini dirinya begitu sial.Sudah nongki seharian karena salah tiket. Bisa melihat Fanny tapi tidak bisa mengikutinya.

"Bagaimana ini Bos?"

"Kita pulang. Aku lelah sekali" perintah Jae Kyung.

***

"Terima kasih, Sean. Sudah mengantarku" ucap Tania pada seorang pria berwajah tampan dengan aksen oriental.

Pria itu tersenyum menambah kadar ketampanan wajahnya.

"Tidak masalah Tania. Aku baru balik dari kantor kebetulan lewat tempatmu jadi sekalian tak antar" ucap pria yang dipanggil Sean itu.

"Maaf selalu merepotkan" ucap Tania.

"Tidak. Aku senang melakukannya. Tidak merasa direpotkan.Masuklah sudah malam. Aku langsung balik. Bye" ucap Sean.

Perlahan melajukan Honda CRV miliknya menjauh dari kawasan apartement Tania.

Begitu Sean menjauh, Tania menarik nafasnya dalam.

"Kau jangan terlalu baik padaku, Sean. Aku tidak sebaik yang kau pikir" bisik Tania lirih.

Gadis itu sudah berada di dalam apartementnya. Di lantai 23 dia bisa melihat pemandangan malam sebagian kota Surabaya.

Setahun sudah berlalu. Tapi semua masih jelas di ingatan Tania atau Fanny nama sebenarnya. Bagaimana dia begitu patah hati ketika pria yang dicintainya memilih meninggalkannya di altar pernikahan. Lebih memilih sang kakak dibanding dirinya.

Tania menarik nafasnya dalam. Semua memang salahnya. Salah jatuh cinta pada kakak angkatnya Kaizo Aditya yang jelas-jelas mencintai kakak tirinya Natasya Arianna.

Hingga membuatnya begitu putus asa. Sekali waktu membuatnya nekad meminum alkohol hingga dirinya mabuk. Saat mabuk itulah dia tidak sadar telah menghabiskan satu malam panas bersama seorang pria asing yang belakangan dia tahu bernama Lee Joon. Dari pemberitaan yang beredar.

Tanpa dia tahu kalau yang bersamanya saat itu adalah Lee Jae Kyung, kembaran dari Lee Joon. Karena paras mereka yang memang sama persis.

Selama ini dia menutup rapat mulutnya. Tidak pernah menceritakan ihwal hal panas yang pernah yang terjadi padanya. Karena memang itu adalah kesalahannya. Bahkan Vera pun tidak tahu kalau dirinya saat ini sudah tidak virgin lagi.

Dan beruntungnya lagi kejadian itu tidak membuat dirinya hamil. Tanpa Tania tahu kalau Lee Jae Kyung sengaja tidak menumpahkan benihnya di dalam rahim Tania. Pria itu masih cukup sadar untuk membuang semuanya di luar.

Saat ini Tania tengah menjalin kasih dengan Bryan Aditama. Seorang pemilik agency modeling ternama di kota Surabaya. Entah kenapa saat pria itu memintanya Tania menjadi kekasihnya dirinya tidak menolak. Karena Bryan seorang pria yang baik. Penuh perhatian padanya kala itu. Berulangkali menyatakan cinta padanya.

Membuat Tania memutuskan untuk menerima Bryan menjadi kekasihnya. Dia ingin mencoba lembaran baru dalam hidupnya. Termasuk dalam kehidupan cintanya.

Tapi setelah enam bulan berlalu. Hatinya tetap saja tidak bisa menerima Bryan. Meski di luar mereka terlihat mesra. Tapi dalam hati. Tania merasa ada yang tidak kena. Ada wajah seseorang yang sering terlintas dipikirannya.

Bukan, bukan wajah sang kakak angkat Kaizo yang selalu membayanginya. Tapi wajah pria yang pernah menghabiskan malam dengannya.

"Ahhhh. Aku pasti sudah gila memikirkan suami orang" rutuknya sambil mengetuk-ngetukkan kepalanya ke jendela kaca apartementnya.

Jelas dia membelalakkan matanya ketika melihat pemberitaan online mengenai kelahiran penerus LJ GROUP. Yang tak lain adalah putra Lee Joon dan Karenina Putri. Beserta sebuah foto yang menampilkan foto pernikahan Lee Joon dan sang istri.

"Oh bodohnya aku sudah tidur suami orang" gumannya lagi.

Di lain sisi dia begitu rindu dengan sang kakak. Natasya dan Nadya. Namun dia begitu takut untuk pulang atau sekedar menghubungi mereka. Tania berpikir kalau mereka pastilah sangat membenci dirinya.

****

Halo readers, karya baru sudah terbit. Mohon dukungannya ya.

Love you all,

Muach 😘😘😘

***

Biang Kerok Tampan

Di sisi lain, seorang pria juga nampak tengah memandang view kota Surabaya dari jendela kaca apartement mewahnya. Dialah Jayden Lee nama lain dari Lee Jae Kyung. Pria itu masih mengenakan pakaian yang sama dengan yang tadi ia pakai. Belum mengganti bajunya.

Kredir google.com

Jayden Lee mendesah pelan. Dia teringat tadi saat sekilas melihat wajah Fanny.

"Itu benar-benar kamu, Baby" gumannya lirih.

"Aku baru sekali bertemu denganmu tapi aku yakin itu adalah kamu. Ahhh dimana sih kamu sebenarnya. Bahkan Lee Joon pun tidak bisa menemukanmu di Surabaya ini" kesalnya.

Pria itu menjambak kasar rambutnya. Frustrasi. Dia benar-benar dibuat kelimpungan oleh seorang wanita bernama Fanny yang kini mengubah identitasnya menjadi Tania.

"Bagaimana Rey?" tanya Jayden melalui ponselnya.

Sejenak hening.

"Jangan kamu bilang tidak bisa menemukannya lagi!!" bentak Jayden.

Yang diujung langsung menjauhkan ponselnya. Takut kupingnya auto budeg mendengar bentakan bosnya.

"He he sorry Bos. Seperti biasa dia kayak jalangkung. Datang dan pergi sesuka hati" jawab Rey mencoba bercanda. Meski ia tahu akibatnya.

Dan benar saja sejurus kemudian dia lagi-lagi menjauhkan ponselnya. Daripada dia harus kehilangan indera pendengarannya gara-gara amukan sang bos.

"Ya Tuhan bolehkan aku berdoa padamu. Semoga bosku ini segera bertemu pawangnya. Sudah tobat aku menghadapinya setahun ini" batin Rey sambil menengadahkan kepalanya memandang langit malam.

Seolah benar-benar berdoa. Dia masih berdiri di pinggir jalan persimpangan tempat bosnya mengatakan kalau melihat Fanny. Mencoba mengutak-atik CCTV tapi gagal menemukan apapun.

Dua bulan berlalu,

Tania & Co,

Tania dan Vera baru saja kembali dari meeting dengan salah satu instansi swasta yang berencana merombak seluruh seragam dinas pegawainya. Meminta butik Tania untuk mendesain sekaligus memproduksinya.

Tania & Co memang sebuah butik. Tapi mereka juga mempunyai perusahaan konveksi. Jika klien mereka meminta produksi massal. Tania bisa memenuhinya. Jadi meski konveksi tapi Tania dan Vera berani menjamin jika produksi konveksi mereka kualitasnya sama dengan kualitas butiknya.

"Sepertinya kita akan sibuk dalam beberapa waktu ke depan" ucap Vera.

"Baguslah. Aku suka sibuk" jawab Tania yang mulai mencoret-coret kertas designnya.

Mulai mencoba menggambar sketsa untuk seragam klien mereka.

"Lalu rencanamu ke Sarangan gimana?" tanya Vera.

"Itu gampang bisa aku pending dulu"

"Oh ya bagaimana dengan pesanan untuk pemkot?" tanya Tania lagi.

"Sudah delapan puluh persen. Semua on schedule. Jadi kita bisa masuk ke pesanan yang dari pemda setelah mereka meng-acc desain kamu" jelas Vera.

"Tetap perhatikan kualitasnya, Ra. Jangan sampai mengecewakan klien" Tania mengingatkan.

"Siap Bos" ucap Vera mantap.

Tania tersenyum melihat tingkah Vera. Satu-satunya orang yang berada di sampingnya ketika dia benar-benar terpuruk. Dan sampai sekarang masih seperti itu. Tidak berubah. Tania benar-benar beruntung bertemu Vera.

"Saya besok akan cek ke pabrik" tambah Vera.

"Biar aku saja. Besok kamu ada meeting dengan klien dari dinas pariwisata kan?" tanya Tania.

"Tapi Mbak kenapa harus aku? Kan mbak Tania bosnya" keluh Vera.

"Aku bos kamu kalau cuma kita berdua. Atau kalau ada di kantor. Tapi di luar you're the boss" jawab Tania santai.

Membuat Vera mendengus kesal. Membuat Tania tersenyum.

"Rugi dong aku nggaji kamu setara gaji direktur kalau kerjaan kamu kerjaan asisten" oceh Tania.

"Iiihh tahu gitu aku mending terima gaji asisten. Mbak tu tahu kan aku minderan kalau ketemu orang"

"Lah nyatanya setahun ini kamu sukses menggaet banyak klien untuk pesan seragam ke kita. Kamu tu punya kemampuan tapi kamu nggak percaya diri"

"Itu kan karena sebelumnya mbak Tania sudah mendoktrin kepala aku. Jadi aku tinggal mempresentasikannya"

"Tapi kalau kamu nggak punya kemampuan. Kamu tidak akan bisa mempresentasikannya dengan baik Nona.."

"Tapi Mbak....

Perdebatan mereka berhenti karena suara ketukan pintu.

"Ya, Nita ada apa?" tanya Tania.

"Itu Pak Bryan ada di depan. Mau ketemu Bu Tania"

"Biarkan saja dia masuk" jawab Vera.

Nita mengangguk. Selepas Nita sang asisten keluar. Vera juga ikut keluar.

"Ngapain kamu keluar?"

"Ogah jadi obat nyamuk"

Tania tertawa. Di luar pintu Vera bertemu Bryan. Kekasih Tania. Vera sedikit melirik Bryan, yang juga menatap dirinya.

"Siang Bu Bos. Mau ngapelin pacar boleh ya" ucap Bryan santai.

Vera hanya diam. Dalam hati dia berdebar kala menatap wajah Bryan.

"Ciih dasar playboy" gumannya lirih.

Entahlah Vera sendiri tidak tahu dengan apa yang dirasakannya. Dia sedikit tidak suka dengan Bryan karena beberapa rumor yang beredar mengatakan kalau Bryan itu playboy. Dan parahnya Vera sendiri pernah melihat pria itu bercumbu dengan seorang model di sebuah fashion show beberapa waktu lalu.

Namun yang aneh. Dirinya selalu berdebar-debar setiap melihat wajah Bryan. Bahkan kadang sedikit tidak senang ketika melihat Tania dan Bryan berduaan atau berkencan.

"Apa aku sudah tidak waras. Masak iya aku menyukai pacar bosku" guman Vera lirih sambil memasuki ruang kerjanya.

***

"Bagaimana kalian ini bekerja? Masa kalian tidak bisa memilih outfit untuk pemotretan dengan baik" bentak Jayden.

Dia melemparkan semua kertas yang tadi di pegangnya ke arah salah seorang staffnya. Yang bertugas di bagian wardrobe untuk keperluan photoshoot mereka.

"Cari butik yang kompeten. Yang design-nya lain dari lain. Ini semua biasa saja. Tidak ada yang istimewa dengan design ini!" bentak Jayden lagi.

Semua staff hanya bisa diam. Menundukkan kepala mereka. Benar-benar takut dengan kemarahan bos barunya.

Sejenak Jayden terdiam. Berusaha mengatur nafasnya. Meredakan emosinya.

"Pergi kalian!" ucap Jayden pada akhirnya.

Membuat semua staffnya menganggukkan kepalanya. Lantas secepat kilat kabur dari hadapan Jayden. Sebelum pria itu mengamuk lagi.

Bersamaan dengan staffnya keluar. Rey masuk membawa sebuah map.

"Jangan galak-galak pada mereka" ucap Rey yang langsung mendapat tatapan tajam dari Jayden.

"Wait, wait, jangan marah-marah lagi. Coba lihat ini. Aku rasa kau akan cocok dengan yang ini" ucap Rey lagi sambil menyerahkan map itu kepada bosnya.

"Tania & Co" guman Jayden.

"Brand itu agak naik daun akhir-akhir"

"Rey mereka perusahaan konveksi"

"Betul Bos. Tapi designer-nya juga punya rancangan yang bagus. Meski dia sangat jarang mengikutsertakan di fashion show. Dia hanya membuatnya eksklusif. Bukankah itu bagus jika kita bisa mengontraknya"

Jayden sedikit berpikir. Sembari tangannya membuka lembar demi lembar isi map itu. Satu jarinya mengelus dagunya. Lantas detik berikutnya Jayden meraih lapotpnya. Mengetik sesuatu disana. Dan selanjutnya kedua bola mata tajamnya membulat. Membuat Rey tersenyum puas. Dia tahu benar selera bosnya.

"Bisa kau aturkan janji dengan perwakilan dari Tania & Co. Akan lebih bagus jika aku bisa bertemu dengan designer-nya langsung" ucapnya sambil terus menatap ke layar laptopnya.

"Entahlah designer-nya sangat rahasia. Biasanya hanya Bosnya yang bertemu klien-nya atau kadang asistennya"

"Siapa nama Bosnya? Jadi Bosnya bukan designer-nya?" tanya Jayden Lee.

"Bosnya bernama Altania Vera dan asistenya bernama Tania Adelia.

"Aah patut mereka memberi nama Tania & Co. Bos sama asisten sama namanya" seloroh Rey.

"Buatkan janji temu secepatnya" perintah Jayden.

"Siap Bos"

***

Tania dan Bryan baru saja kembali dari makan siang mereka. Keduanya terlihat mesra. Sesekali saling melempar senyum. Mereka berjalan sambil bergandengan tangan.

Mereka baru saja masuk ke lobbi kantor ketika langkah mereka terhenti.

"Ngapain biang kerok itu ada di sini?" tanya Bryan yang terlihat emosi.

Melihat seorang pria tampan tampak duduk manis di sofa lobi kantor Tania.

"Siapa sih?" tanya Tania.

"Tu.." tunjuk Bryan dengan dagunya.

"Kamu janjian dengannya?" tanya Bryan lagi.

Sejurus Tania langsung mengarahkan pandangannya mengikuti arah pandangan Bryan.

"Oh hai Sean, sudah lama menunggu?" tanya Tania ramah. Membuat Bryan semakin marah.

"Sayang kamu ini pacar aku. Kenapa begitu ramah pada pria lain" protes Bryan.

"Mas, dia temanku. Jauh sebelum aku kenal kamu. Aku sudah mengenalnya lebih dulu. Lagipula memangnya Sean pernah mengganggu kita. Tidakkan?" lerai Tania.

Karena dua pria itu sudah saling berhadapan. Yang satu terlihat sangat tenang. Sedang yang satu terlihat begitu marah.

"Aku baru saja tiba Tania. Hanya ingin mengantarkan ini" ucap Sean santai.

Tania menerima sebuah undangan.

"Fashion Show di ... wah tempat ini bagus sekali. Ada danau di belakang venue-nya" ucap Tania antusias.

"Pastikan kamu datang jika kamu suka. Oke? Bye Tania" ucap Sean sedikit mengedipkan matanya. Sengaja membuat panas Bryan.

"Dasar biang kerok!" umpat Bryan.

"Tapi dia biang kerok tampan lo" seloroh Vera yang kebetulan lewat. Ikut membuat Bryan bertambah panas.

****

I Am Here For You

Jayden Lee tampak keluar dari lift di apartementnya. Tiba di lobi Grand Samaya yang memang luar biasa. Beberapa kali Rey menggumankan kalimat itu.

"Kayak belum pernah lihat yang seperti ini kamu Rey" ledek Jayden.

"Nggak tahu ya Bos. Perasaan tiap kali lewat selalu saja mau bilang "wow" jawab Rey.

"Dasar udik" ledek Jayden.

"Baru tahu ya Bos. Lah kan situ lama di luar negeri jadi biasalah lihat yang beginian. La saya pol mentok muterin Jakarta" kilah Rey.

"Terserahlah. Yang penting jangan malu-maluin aku saja" Jayden mengingatkan.

"Siap Pak Bos" jawab Rey.

Dan kata "wow" kembali keluar dari bibir Rey ketika mereka keluar dari lobi.

Kredit google.com

"Bagaimana dengan permintaanku soal pertemuan dengan pihak Tania & Co?" tanya Jayden.

"Mereka masih mencari waktunya. Kedua bosnya terlihat sibuk akhir-akhir ini" jawab Rey sambil menjalankan mobilnya menuju kantor LJ Fashion Magazine.

Jayden menarik nafasnya. Entah kenapa dia begitu penasaran dengan perusahaan konveksi itu. Eh, entah perusahaannya atau pemiliknya.

"Oh ya Bos, ada undangan FS di daerah Tunjungan akhir minggu depan. Bos bisa datang sambil cuci mata" info Rey.

Jayden mendengus kesal.

"Bukan aku yang cuci mata. Tapi mereka" kesal Jayden.

Rey terkekeh. Karena omongan bosnya itu benar adanya. Banyak yang mencoba menarik perhatian Bosnya. Dari yang halus caranya. Sampai yang ekstrim caranya.

Seperti minggu lalu. Saat mereka menghadiri sebuah meeting dengan klien yang diadakan di sebuah klub malam. Heran ya, meeting di klub malam. Tapi memang ada yang seperti itu. Awalnya Jayden oke-oke saja. Hingga kemudian dia berbisik pada Rey.

"Jangan kau minum whiskeymu. Atau kau ingin dirudapaksa oleh mereka" bisik Jayden sambil melirik ke beberapa wanita berpakaian sek** yang menatap lapar ke arah mereka.

Seketika Rey langsung meletakkan kembali whiskey-nya. Dengan dalih kalau ia harus menyetir malam ini. Dan hari itu mereka selamat dari terkaman para wanita malam yang sengaja disediakan oleh klien mereka.

"Memangnya itu tadi apa Bos?" tanya Rey.

"Afrodisiak" jawab Jayden enteng.

"Astaga. Untung aku tidak meminumnya"

"Alah, kalau kamu minum palingan juga aku tinggalin kamu disana. Biar jadi makanan para wanita tadi. Daripada kamu nerkam aku. Iiiihh ogah" Jayden bergidik ngeri.

"Iisshh jahat bener si Bos ini. Ngebiarin anak buahnya jadi santapan mereka"

"Alah kamu juga nanti akan menikmatinya aku jamin itu"

"Tapi nggak pakai begituan kali"

Jayden tersenyum mengejek kepada Rey. Sebagai orang yang berpengalaman keluar masuk klub malam dan mantan penikmat ONS. Jayden tentu hafal dengan gerak-gerik orang yang ada di klub malam.

Baik mereka yang memang baik. Atau berpura-pura baik. Sebenarnya dia cukup tidak suka dengan cara kliennya yang mencoba menjebak dirinya ataupun Rey. Tapi ucapan seorang wanita di masa lalu. Membuatnya semakin berhati-hati dalam mengambil keputusan. Ikutkan hati ingin sekali dia menghajar kliennya itu dengan krav maga yang dia punya.

"Jangan gegabah dalam mengambil keputusan di dunia bisnis. Cukup kamu bisa mengendalikan dirimu. Dan semua akan baik-baik saja" ucap wanita itu.

Jayden tiba di kantornya ketika sang sekretaris memberitahu kalau rapat akan segera dimulai. Akhir-akhir ini lobi kantornya sering didatangi para pemburu berita. Yang ingin mencari bahan pemberitaan soal dirinya.

Soal identitasnya yang mulai tercium oleh publik. Soal dirinya yang juga salah satu penerus dari LJ Group milik sang ayah.

"Kenapa jadi tambah parah begini sih?" gerutu Jayden Lee.

"Apa kita perlu menambah sekuritinya Bos?" tanya Rey.

"Tunggulah beberapa hari lagi. Kalau tambah parah tambah sekuritinya. Apa dulu kakakku juga mengalami hal ini" tanya Jayden.

"Iya, dulu tuan Lee Joon menempatkan bodyguard di seluruh area lobi kantor. Jadi para paparazi dan fans beratnya tidak sampai menembus lobi kantor" jelas Rey.

"Apa aku juga harus melakukan itu" guman Jayden.

Sambil memakai maskernya lantas perlahan keluar dari mobilnya. Bersamaan dengan taksi Tania yang juga berhenti di kawasan gedung perkantoran itu.

Dirinya ada meeting di salah satu restoran di kawasan itu. Sedikit mengerutkan dahi. Ketika melihat banyaknya wartawan di depan bangunan yang akan ia masuki.

"Apa ada artis yang datang" guman Tania. Dia tahu ada kantor majalah fashion di gedung itu. Jadi dia pikir mungkin ada artis terkenal yang datang untuk melakukan photoshoot di majalah fashion itu.

Sedikit berjinjit untuk melihat keadaan di depan sana. Meski dirinya tidaklah pendek tapi dia jelas tidak akan bisa melihat jauh ke depan sana. Melihat banyaknya pemburu berita yang ada di depannya. Tepat ketika dia berjinjit bersamaan dengan Jayden yang juga berbalik menatap ke arah para pemburu berita.

Yang langsung mengambil gambar Jayden meski pria itu memakai masker. Sesaat mata Jayden bersirobok dengan mata Tania. Yang membuat keduanya sesaat mengunci pandangan mereka. Sejenak Jayden membeku.

"Dia...."

Dengan cepat Jayden kembali mengangkat wajahnya yang sempat tertunduk akibat kilatan blitz dari kamera para pemburu berita yang membuatnya sedikit silau.

Namun ketika dia mencari sosok itu. Keberadaannya tidak dapat dia temukan.

"Ada apa Bos?" tanya Rey yang melihat Bosnya seperti orang yang tengah mencari sesuatu.

"Dia disana Rey. Dia disana...." guman Jayden.

"Siapa Bos?" tanya Rey bingung.

"Fanny. Dia ada disini. Aku melihatnya" ucap Jayden tidak bergeming dari tempatnya.

"Yang bener Bos. Bos tidak sedang berhalusinasi-kan" jawab Rey sambil mengeja kata-katanya. Takut salah.

"Kamu pikir aku lagi mabuk atau sakau apa? Aku yakin itu dia" ucap Jayden lagi.

"Ya ya nanti kita cek CCTV. Sekarang masuk dulu. Kesenangan tu wartawan dapat foto Bos banyak banget. Untung besar mereka" ucap Rey. Menarik sang Bos untuk berlalu dari sana.

Sementara Tania jelas terkejut ketika seseoranģ menarik tangannya. Menjauh dari kerumunan pencari berita itu.

"Loh Sean kamu juga disini?" tanya Tania ketika melihat pria yang menarik dirinya adalah Sean. Sang teman karib.

"Aku ada meeting juga dengan klien di atas" jawab Sean.

Masih menggenggam erat tangan Tania.

"Sama dong" jawab Tania tidak sadar jika tangannya berada dalam genggaman Sean.

"Oh ya aku tadi lihat Bryan di resto atas. Sepertinya dia juga ada meeting di sini" ucap Sean.

"Beneran di mana?" tanya Tania antusias.

"Kayaknya resto lantai lima deh. Mau aku antar. Siapa tahu masih bisa ketemu buat makan siang bareng mungkin" ucap Sean.

Membuat Tania mengangguk. Dia pikir waktunya masih banyak. Karena dia sengaja datang lebih awal. Siapa tahu dia terjebak macet. Takut terlambat.

Lantas Tania mulai mengikuti langkah Sean. Menuju lantai lima dimana menurut Sean. Bryan sang kekasih berada di sana.

Sejenak mencari, ketika kemudian mata Tania membulat. Terkejut melihat Bryan tengah berciuman mesra dengan seorang wanita.

Tania reflek memundurkan langkahnya. Membuat Sean terkejut. Karena punggung Tania menabrak dada bidangnya.

"Ada apa?" tanya Sean.

Tania tidak menjawab. Matanya menatap lurus ke depan. Membuat Sean mengikuti arah pandangan Tania. Bukannya ikut terkejut. Sean justru tersenyum smirk.

"Ahhh aku tidak perlu menunjukkan belangmu. Kau sendiri yang menunjukkan belangmu" batin Sean.

Menatap jijik pada Bryan yang dengan tidak tahu malunya berciuman di tempat terbuka. Bahkan mulai terlihat kalau ciuman mereka semakin panas.

"Perlu aku menghajarnya" tanya Sean. Pria itu sudah mulai mendekati Bryan.

"Tidak. Tidak usah. Akan aku selesaikan nanti. Ini tempat umum. Tidak baik membuat keributan"ucap Tania mencekal tangan Sean.

Sejenak Sean terdiam. Menatap dalam wajah Tania yang mulai memerah. Menahan kecewa atau marah. Atau entah apa yang tengah gadis itu rasakan. Sean tidak paham. Hanya saja Sean jelas melihat kalau mata Tania mulai berkaca-kaca.

"Are you okay?"

"Am I look like that?"

Sean terdiam.

"Come on"

Ajak Sean berlalu dari tempat itu. Meninggalkan Bryan yang masih asyik berciuman tanpa sadar jika ada yang memergoki aksinya.

***

Sean nampak menunggu Tania menyelesaikan meetingnya. Hampir satu jam menunggu. Hingga akhirnya dia melihat klien Tania mulai keluar dari ruang VVIP tempat meeting mereka berlangsung.

Cukup lama Sean menunggu. Namun gadis itu belum keluar dari tempat meetingnya. Hingga Sean memutuskan menyusul Tania.

Laporan anak buah Sean mengatakan kalau Bryan dan perempuan itu masuk ke hotel di sekitar gedung itu. Membuat Sean geram. Meski bukan pertama kali dia mendapat laporan seperti itu. Tapi baru kali ini Sean melihat dengan mata kepalanya sendiri. Kelakuan bejat dari pacar Tania itu.

"Tania...Tania apa kamu sudah selesai meet....." ucapan Sean tergantung.

Melihat Tania yang nampak meletakkan kepalanya di atas meja. Tatapannya kosong. Tapi ada air mata di sudut mata cantiknya.

"Tania...."panggil Sean.

Tania terdiam.

"Tania...do you hear me?" panggil Sean lagi.

Tania mendongak menatap wajah Sean yang tepat berada di depan wajahnya. Sedetik kemudian tangis Tania pecah. Membuat Sean langsung memeluk gadis itu.

"It's okay. Menangislah jika kamu ingin menangis. I'm here for you" ucap Sean sambil menepuk-nepuk pelan punggung Tania

Membiarkan gadis itu menumpahkan segala rasa sedih dan kecewa di hatinya.

***''''

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!