#Bella
Hari ini adalah hari kelulusan SMA IDOLA di Jakarta. Seorang gadis cantik yang cerdas, berkulit putih, berambut lurus panjang sepinggang sedang asyik duduk di tangga sekolah dengan pemandangannya. Ya... dia adalah BELLA. Parasnya yang sangat mempesona membuat siapapun berdecak kagum. Dibalik sosoknya yang mempesona, selalu tersirat kesedihan dimatanya, bagaimana tidak, walaupun terlahir di keluarga yang memiliki beberapa Hotel berbintang di Indonesia, ia juga selalu dikekang oleh keluarganya. Terutama ayahnya yang sangat otoriter.
Bella adalah anak kedua di keluarga tersebut, hanya memiliki seorang kakak yang disayanginya bernama BILLI ( Bang Billi ) panggilan Bella. Bang Billi tinggal di Inggris sejak lulus SMA, sedangkan mami Bella sudah meninggal saat Bella umur 4 tahun karena penyakit kanker otak stadium akhir. Begitulah kenapa ayah Bella sangat otoriter terhadapnya.
Satu hari sebelum kelulusan sekolah, tepatnya saat Bella selesai sarapan di rumah bersama ayahnya.
"Besok setelah pengumuman kelulusan sekolah, langsung pulang, jangan melakukan hal yang tidak berguna seperti corat coret seragam, jika kau melanggar tiket Inggris menantimu" kata Papi Bella dengan suara tegas.
Bella hanya bisa mengangguk dan berkata "Iyaa...papi..."
Itulah ucapan ayahnya kemarin. Bella tak pernah berani membantah ucapan ayahnya yang selalu tegas dan menakutkan seperti itu.
Dan hari ini, tepatnya di hari kelulusan sekolahnya, ia hanya bisa duduk dibawah tangga sekolah sambil memperhatikan teman temannya bercanda ria mencorat coret seragam mereka.
Mili, Anyelir dan Tika adalah sahabat terbaik Bella selama di sekolah. Mereka hanya memandang ke arah Bella dengan tatapan iba. ketiga sahabatnya sangat mengerti bagaimana galaknya ayah Bella.
"Aaaaaahhhhhh...!" teriak Bella dengan keras.
Seketika itu juga wajah Bella berubah menjadi merah antara ingin marah dan menangis...
Mendengar teriakan Bella, ketiga sahabatnya segera menghampiri Bella.
"Ada apa Bell...?" tanya Mili.
Sedangkan Anyelir dan Tika hanya bisa melongo dengan mulut mereka yang terbuka lebar. Akhirnya ketiganya menyadari apa penyebab dari teriakan Bella saat melihat seragam Bella.
"Apa yang harus aku lakukan Mil...?" tanya Bella, air matanya pun mulai merebak keluar.
"Siapa yang melakukan ini?" kata Anyelir.
Dan Tika pun ikut sedih melihat keadaan Bella.
Bella hanya menggelengkan kepala sebagai jawaban Anyelir.
"Mereka laki laki..." kata Bella makin terisak.
Teriakan Bella tadi karena siswa laki laki turun dari tangga sambil tertawa terbahak bahak. Bella mulai menyadari tatapan aneh padanya dan dia mulai mencium bau cat warna atau pilox pada tubuhnya.
"Bawa baju cadangan?" tanya Tika.
Bella menggeleng kembali disertai tangis yang semakin keras.
"Ssssstttt.... jangan menangis Bell," Mili memeluk dan menenangkan Bella.
"Iya Bell, jangan nangis lagi," Anyelir dan Tika ikut menenangkan.
"Aku tidak mau ke Inggris," tangis Bella semakin meledak setelah berkata itu.
Ketiga sahabatnya kaget mendengar ucapan Bella, karena memang Bella belum menceritakan kepada sahabatnya perihal kata kata ayahnya.
"Inggris...???" tanya ketiga sahabatnya bersamaan.
"Apa maksudmu Bell?" sambung Mili.
"Papiku... kemarin memperingatkan aku, kalau sampai aku melakukan corat coret setelah pengumuman kelulusan, aku akan dikirim ke Inggris menemui Bang Billi," kata Bella masih terisak.
"Aku harus ikut Bang Billi, kuliah disana dan mungkin tidak bisa kembali lagi. Kalian kan tahu, bang Billi ke Inggris atas kemauannya sendiri. Tapi aku tidak mau. Aku sayang kalian, aku tidak mau meninggalkan Indonesia," lanjut Bella sambil sesegukan.
Ketiga sahabatnya hanya bisa menenangkan sambil memandang iba keadaan Bella sekarang.
"Dimanapun kamu kuliah dan tinggal Bell, kami akan selalu menjadi sahabatmu," kata Anyelir.
Dan keempatnya saling berpelukan sedih saling menenangkan satu sama lain. Walaupun sahabat Bella bersedih jika ingin berpisah dengan Bella, namun mereka juga tentu saja tidak bisa berbuat apapun.
*****
#Bryan
Seorang laki laki tampan yang kaya raya bertubuh tinggi, menyukai kebersihan, selalu berpenampilan keren walau memakai seragam sekolah sedang asyik menyesap minuman bersoda di kantin sekolah.
Selalu dipandang kagum oleh setiap gadis di sekolahnya. Laki laki terkenal playboy karena beberapa kali terlihat bersama seorang gadis yang berbeda di sekolahnya.
Dia adalah Bryan atau akrab disapa Brey oleh teman temannya. Walaupun ia banyak bergaul dan terkenal angkuh tapi ia tidak menyukai teman temannya yang berlaku kekanak kanakan seperti mencorat coret baju seragam sekolah setelah pengumuman kelulusan. Ia lebih memilih tempat nongkrong favoritnya yaitu kantin sekolah mbak Ida.
"Brooo... astaga dodol banget loe... orang asyik corat coret, loe malah nongrong disini," kata Amir teman Brey.
"Iya nih... loe gak asyik banget jadi orang," sambung Rafa teman Brey juga.
"Reseh banget sih loe orang ini..." jawab Brey
"Paling gak asyik tu loe orang, yang kurang kerjaan banget ngotorin baju, gak banget gue," lanjut Brey.
Amir dan Rafa pun hanya bisa menggeleng gelengkan kepalanya dan ikut bergabung memesan minuman bersoda sama mbak Ida pemilik kantin sekolah.
"Abis ini rencana kita mau kemana bro...?" tanya Amir.
"Iya jangan langsung pulang dong... gak asyik tau nggak," sambung Rafa.
"Terserah loe orang aja mau kemana, gue ikut aja... gak usah mikirin dompet... dompet gue masih tebel..." jawab Brey.
"Wah mantap, loe emang selalu keren..." kata Amir dan Rafa bersamaan sambil tos tangan kegirangan.
"Ada maunya aja loe orang bilang gitu," ucap Brey membuat mereka semua tertawa.
Dan mereka pun menyusun rencana merayakan kelulusan di sebuah Pub DIGGER'S yang sering mereka kunjungi, Pub itu tidak melarang anak dibawah umur khusus pelanggan VVIP. Apalagi sekarang umur mereka sudah 17-18 tahun. Sambil bersenda gurau, itulah yang mereka lakukan saat mengobrol.
Setelah menyusun rencana dengan matang, mereka pun menghabiskan minumannya dan segera bergegas menuju tempat yang mereka rencanakan.
*****
Ini novel pertama Miss You... Sepertinya masih banyak kekurangan... Yang sudah pernah membaca, silahkan dibaca ulang ya, karena Miss You akan mulai mengedit setiap bab nya untuk memperbaiki kata kata yang terdapat di novel ini.
Terima kasih...
Happy Reading All...
Setelah Bella berusaha menenangkan diri dan menguatkan hati jika pulang nanti, ketiga sahabatnya mengajak Bella ke kantin sekolah.
"Ayolah Bell, sekali ini saja... kau tidak akan mati kok kalau makan makanan di kantin," ujar Mili terlihat kesal.
"Iya Bell... papi mu tidak akan tahu kalau kamu ke kantin sekolah. Percaya deh sama aku," sambung Anyelir
"Kita beli yang sehat sehat saja di kantin, lagian mbak Ida itu orangnya sangat bersih kok," timpal Tika.
Bella menghela nafasnya, lalu menatap ketiga sahabat, "baiklah," jawabnya pasrah.
Mereka akhirnya tersenyum karena berhasil memaksa Bella untuk ke kantin. Dan keempatnya pun berjalan menuju kantin sekolah.
*****
Rundingan tentang perayaan kelulusan di Pub pun sudah selesai. Mereka bertiga asyik menikmati minuman bersoda dan sudah bersiap siap untuk berangkat. Namun sebelum mereka pergi, ketiganya tiba tiba saja membahas bunga sekolah yang tidak lain adalah Bella.
"Bro... loe tau gak cewek tercantik di sekolah kita ini, jarang terlihat tapi namanya terkenal banget..." Amir mengusik lamunan Brey.
"Loe kira ini cewek hantu sekolah apa, jarang terlihat... hadeh..." jawab Brey malas.
"Serius bro... gue denger nih cewek gak mau keluar kelas, gak mau ke kantin, gak mau gaul pokoknya, tapi katanya pinter dan cantik banget. Masa loe gak pernah denger sih," sambung Rafa.
"Loe orang pernah liat anaknya apa, yakin banget tercantik di sekolah, sapa tau ia sembunyi karena mukanya kayak itik buruk rupa. Gue bukannya gak pernah denger, tapi emang gak yakin kalau gosip itu bener, lagian 3 tahun sekolah masa iya gak ada yang pernah liat," celetuk Brey sambil melepaskan tawanya membuat teman temannya pun terkekeh geli.
"Gimana mau liat gue... orang gak pernah keluar kelas...jurusan IPA itu dijaga ketat banget, gak boleh anak jurusan laen maen kesana. Tapi gue denger sih, ada beberapa orang yang pernah liat kalau cewek itu pulang sekolah, tapi entahlah bener apa gak," sambung Amir kesal.
"Tapi besok kan apel pengumuman nilai terbaik, kita liat aja antara loe ma cewek itu siapa yang paling terbaik nilainya, karna cewek itu terkenal cerdas juga, dan loe juga selain ganteng dan playboy, loe juga cerdas banget diantara anak IPS. Walaupun gue masih bingung kenapa loe milih IPS dibanding IPA...?" kata Rafa penasaran.
"Loe orang kebanyakan ngehayal sih...
Gue gak peduli banget sama cewek yang loe orang omongin. Dan soal jurusan, jurusan apapun menurut gue bagus. Penentu akhirnya setelah loe lulus kuliah. Mau dibawa kemana keterampilan loe, udah yuk kita bubar ganti baju dan ketemu di Pub jam 7 malem..." jawab Brey panjang lebar.
Ketika Brey dan kedua temannya ingin pergi. Brey tidak sengaja menabrak tubuh seseorang, hingga terdengar suara jatuh yang lumayan keras terdengar.
"Aduuuuh...!!!" teriak Bella kesakitan.
Brey terkejut melihat seorang perempuan yang terjatuh tersebut. Bukannya pria itu menolongnya, justru Brey termangu melihatnya. Bahkan mulutnya ternganga lebar tanpa sadar.
"(Bidadari darimana ini)..." pikir Brey melayang.
"Wooooyyy.... gila loe ya..." teriak Mili membuyarkan lamunan Brey.
Ketiga temannya membantu Bella bangun. Brey mengulurkan tangan untuk ikut membantu perempuan tersebut namun seketika ditepis oleh Mili.
"Sorry... sorry... gue bener bener gak sengaja," kata Brey tanpa mengalihkan tatapannya pada Bella.
"Loe gak punya mata ya? Kalau jalan liat liat dong," sambung Mili.
"Bukannya nolongin malah melongo," sambung Anyelir.
"Sok kegantengan sih, walaupun emang ganteng sih," sambar Tika seraya terkekeh.
Seketika Mili memukul kepala Tika dengan kesal.
"Sudah, sudah teman teman... aku tidak apa apa kok, aku baik baik saja..." kata Bella dengan lembut.
"Astaga suaranya gila lembut banget, bahasanya juga santun banget," pikir Brey.
"Gue bener bener minta maaf, gak liat banget, dan loe orang bertiga... temen loe aja gak apa apa, kenapa loe orang pada nyolot..." kata Brey angkuh sambil nunjuk ketiga sahabat Bella.
Sebelum keadaan semakin tidak terkendali, teman teman Brey memisahkan mereka, begitu juga dengan Bella yang tidak suka keributan sama sekali.
"Santai bro... calm... mereka ini cewek..." kata Amir.
"Iya sudah teman teman... aku benar benar tidak apa apa... tadi hanya kaget saja, makanya sampai terjatuh..." kata Bella menimpali.
Bella memandang ke arah Brey yang terus terpaku padanya, Bella mulai risih dipandangi seintens itu. Bella pun mulai menggeser tubuhnya agar sedikit menjauh dari pria tersebut.
"Gue Brey... cewek yang kayak bidadari ini datang darimana ya? Maaf banget udah bikin bidadari terjatuh," kata Brey sambil mengulurkan tangannya ke Bella.
Sebelum Bella mengulurkan tangan ke Brey, Mili menarik Bella mencari tempat duduk dan meninggalkan mereka.
"Jangan ganggu temen polos gue, dasar palyboy..." celetuk Mili sambil melangkahkan kakinya membawa Bella.
"Sialan...!" Gagal kenalan gara gara teman temannya yang galak galak itu," pikir Brey.
Brey masih memikirkan siapa gadis itu. Kenapa ia tidak pernah melihatnya sama sekali. Cantik sekali seperti bidadari menurutnya.
"Ditolak brooo..." ejek Amir membuyarkan lamunan Brey.
"Itu gara gara temen temennya yang galak itu," jawab Brey.
"kayaknya cewek itu yang gue sama Rafa maksud. Cewek tercantik dan pinter dari jurusan IPA deh..." imbuh Amir.
"Kayaknya sih emang gitu, ini pertama kalinya cewek itu keliatan kemari. Ada angin apaan yak," sahut Rafa.
"Siapapun cewek itu, jangan panggil gue BRYAN MAHARDIKA kalo gak bisa dapetin bidadari itu..." ucap Brey seraya tertawa dan teman temannya ikut tertawa.
Ketiganya pun mulai melangkahkan kakinya meninggalkan kantin mbak Ida. Namun Brey kembali menoleh ke belakang untuk melihat perempuan tadi. Tapi sayang sekali, ia tak kelihatan membuat Brey hanya bisa menghela nafasnya dan melanjutkan langkahnya.
*****
"Kau tidak apa apa kan Bell?" tanya Tika.
"Heeeem... aku tidak apa apa kok tik... terima kasih," jawab Bella.
"Dasar playboy kelas kakap, bisa bisanya mau godain kau Bel," sambung Mili yang kesal.
"Aku tahu banget tuh cowok...terkenal banget kalau suka mainin cewek di sekolah..." Anyelir menimpali.
"Tapi wajar sih, emang cowok itu ganteng banget," ujar Tika membuat Mili kembali memukulnya.
"Ssssstttt.... sudah ah gosipnya...aku tidak bisa lama lama disini...aku harus segera pulang... siap siap sama amukan papiku..." kata Bella seraya menghela nafasnya.
Ketiga sahabatnya menatap iba pada Bella. Namun mereka bingung harus bagaimana untuk membantunya.
"Kau mau makan apa Bel?" tanya Mili.
"Apa saja yang sehat," jawab Bella.
Mili menganggukkan kepalanya seraya memesan makanan pada mbak Ida. Keempatnya pun menikmati makanan kantin tersebut dengan santai, setelah selesai keempatnya berpisah untuk kembali ke rumah masing-masing.
*****
Happy Reading All...
Seperti biasa Mang Udin supir pribadi Bella, selalu menjemput Bella di sekolah. Bella pulang mengenakan jaket yang dipinjamkan oleh Mili, untungnya hanya baju bagian belakang saja yang terkena corat coret pilox, jadi Bella bisa menyembunyikannya kalau ayahnya ada di rumah. Tapi ia juga tak yakin bisa lolos dari kemarahan ayahnya tersebut.
Sepanjang jalan Bella berdoa kepada Tuhan agar papinya tidak ada di rumah. Setengah jam perjalanan dari sekolah ke rumahnya tetapi menjadi 2 jam perjalanan, karena ia pulang ke rumah tepat di jam pulang kerja setiap orang.
Akhirnya Bella sampai di rumahnya. Rumah mewah bak istana megah terpampang di depannya. Tapi tidak ada waktu untuk memanjakan mata Bella setiap kali bahagia melihat rumahnya sendiri.
"Bagaimana kalau papi benar benar ada di rumah?" pikir Bella takut.
Ketika gerbang pintu terbuka lebar, Bella terbelalak saat melihat mobil ayahnya tepat berada di garasi rumah.
"Tidak ada harapan lagi, Tuhan tidak berpihak padaku. Kali ini, habislah aku," pikir Bella lagi.
Bella turun dari mobilnya. Rasa takut dan keraguan untuk masuk ke dalam rumah menghantuinya. Langkah kakinya mulai lemah dan tubuhnya mulai berkeringat dingin. Pintu rumah tiba tiba terbuka, mbok Darmi (PRT) yang menyambut kedatangannya.
"Sore non... sudah pulang... pasti lelah... mbok sudah siapkan air hangat buat mandi, setelah itu makan malam ya non," kata mbok Darmi.
Bella menganggukkan kepalanya, "terima kasih mbok, Bella benar benar lelah, ingin langsung masuk kamar," kata Bella, "heeem... mbok... ada papi..." kata Bella nyaris berbisik ke mbok Darmi.
Mbok Darmi menganggukkan kepalanya, "dari tadi tuan menunggu di ruang tamu non, non pulang terlambat hari ini."
Bak petir menyambar di siang bolong, Bella semakin ketakutan untuk masuk ke dalam rumahnya sendiri. Dengan langkah yang semakin takut, Bella memaksakan diri untuk masuk ke dalam rumah. Benar saja, ayahnya sedang duduk menikmati kopi sore dan membaca majalah kesukaannya. Bella mendekati ayahnya dengan ragu ragu.
"Sore papi..." sapa Bella menghampiri ayahnya.
Ayah Bella mendongakkan kepalanya saat mendengar putri kesayangannya sudah pulang dan menyapanya. Tapi tatapannya tiba-tiba saja sangat tajam. Ayahnya melihat Bella dari atas sampai ujung kaki. Pria itu melihat ada yang berbeda pada penampilan putrinya tersebut.
"Jaket siapa yang kau kenakan nak, papi tahu itu bukan punyamu dan bukan seleramu..." kata papinya menyelidik.
Walaupun Bella merasa ayahnya yang otoriter sangat galak. Tapi kenyataannya, ayahnya sangat menyayangi Bella sampai sampai pakaian yang ia kenakan pun diketahui oleh ayahnya, mana yang miliknya dan mana yang bukan.
Bella menelan salivanya untuk membasahi tenggorokannya yang mulai tercekat, "Em... ini... jaket pi... eeeemmm...." jawab Bella gugup.
"Papi tahu itu jaket, yang papi tanya itu punya siapa dan kenapa kau mengenakannya," ayahnya mulai curiga.
"Punya Mili pi... teman Bella... tadi udara berangin diluar... jadi..."
"Buka jaketmu nak," potong pria itu, "papi ingin lihat apa yang kau sembunyikan dibalik jaket itu, kau pikir papi anak kecil yang bisa kau bohongi..." imbuhnya.
Sebelum Bella membuka jaketnya, Bella sudah mulai mengeluarkan air matanya. Ia terisak karena ketakutan seraya menundukkan kepalanya.
"Maaf papi... Ini bukan salahku... Aku tidak ingin ke Inggris... bukan Bella yang melakukan ini... Bella tidak tahu... Bella tidak salah..." jawab Bella semakin tersedu sedu.
"Buka...!" bentak ayahnya tanpa memperdulikan isakan putrinya.
Dengan tangan gemetaran, Bella membuka jaketnya.
"Berbaliklah Bell..." perintah ayahnya lagi.
Bella pun menuruti perintah ayahnya, ia berbalik dan menunjukan coretan di seragamnya.
"Kau..."
"Ini bukan salah Bella pi, demi Tuhan Bella tidak melakukannya. Tiba tiba saja ada siswa yang menyemprotkan pilox saat Bella duduk di tangga sekolah. Bukan keinginan Bella pi, Bella mohon jangan marah padaku."
Ayah Bella menghela nafas panjang. Pria itu memejamkan matanya. Ia berniat mengirim putrinya ke Inggris sebenarnya karena ingin putrinya melanjutkan sekolahnya disana. Masalah corat coret sebenarnya hanya alasannya saja.
"Mandi dan ganti baju Bel. Dan kemasi semua barang barangmu. Bersiaplah ke Inggris, minggu depan kau berangkat tanpa tawar menawar..." kata ayahnya dingin tapi sangat menakutkan.
Bella melepaskan tangisannya dengan keras, walaupun ia sudah tahu itulah konsekuensi yang akan ia terima. Tapi ia masih berharap tetap berada di negaranya sendiri karena memang itu bukan kesalahannya. Bella berlari dengan cepat menuju kamarnya di lantai atas.
Ayah Bella hanya bisa menatap punggung putrinya dengan sedih.
"Maafkan papi sayang, inilah yang terbaik untukmu. Kau harus menjadi putriku yang luar biasa, aku mendidikmu dengan keras demi masa depanmu nak," pikir pria itu.
*****
Dua jam telah berlalu, namun Bella masih juga belum keluar dari kamarnya membuat ayah Bella semakin khawatir karena putrinya belum makan malam. Pria itu meminta pelayannya untuk memanggil Bella di kamarnya. Mbok Darmi pun mengikuti permintaan tuannya dan mengunjungi kamar Bella.
Tok... tok... tok...
Mbok Darmi mengetuk pintu kamar Bella berulang kali, namun masih saja tidak di buka. Mbok Darmi tahu apa yang terjadi karena ia mendengar perdebatan antara tuannya dan Bella tadi. Mbok Darmi sudah seperti ibunya sendiri, merawat Bella dari umur 4.tahun hingga sekarang.
Tok... tok... tok...
Mbok Darmi kembali mengetuk pintu kamar itu.
"Non... non... makan malam, ini sudah makin larut," ujar mbok Darmi lirih.
"Bella tidak mau makan mbok. Bella sudah kenyang. Bella mau tidur saja," terdengar sahutan Bella dari dalam kamarnya.
"Non Bella... tuan bakal semakin marah kalau non Bella tidak turun. Tuan sudah menunggu dari tadi di ruang makan," kata mbok Darmi lagi.
Dengan mata yang masih bengkak dan merah. Bella turun dari ranjang nyamannya, ia membuka pintu kamar dan menatap mbok Darmi.
"Aku tak ingin makan mbok," ujar Bella.
"Non kan tahu bagaimana sifat tuan, jika non tidak makan, maka tuan akan menarik non turun. Non harus makan, jika sakit semua akan repot."
Bella menekuk wajahnya, ia dengan kesal melewati tubuh mbok Darmi dan turun menuju ruang makan. Mbok Darmi hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat sikap Bella. Gadis itu tetap menjadi gadis yang penurut walaupun sedang kesal sekalipun.
Di ruang makan ayahnya memang sudah menunggu, pria itu terkenal dingin kalau sedang marah. Bella memaksakan makanan masuk ke mulutnya. Ingin rasanya memulai pembicaraan, tapi Bella tahu itu tidak sopan. Dan peraturan dirumahnya di larang berbicara saat di meja makan. Ayahnya sudah selesai makan, tanpa mengucapkan sepatah kata pun, pria itu pergi meninggalkan Bella sendirian di meja makan.
Hanya helaan nafas yang tertahan Bella yang keluar dari mulutnya. Bella pun kehilangan selera makannya, ia ikut meninggalkan ruang makan untuk langsung kembali ke kamarnya. Pikiran yang berkecamuk menjadi satu, ingin sekali ia berbicara lagi tapi ia masih takut pada kemarahan ayahnya. Bella menatap langit langit kamarnya, ia kembali terisak hingga akhirnya ia pun tertidur karena lelah.
*****
Happy Reading All...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!