Cerita ini tidak di tujukan untuk siapapun, melainkan ditulis hanya untuk menghibur diri saya sendiri dengan omong kosong di luar logika. Saya tidak peduli siapapun itu yang membaca ide konyol saya, entah kalimat atau tanggapan apa yang akan di berikan seseorang, saya tidak akan peduli karena saya secara sengaja menciptakan semua cerita ini dari setetes ingatan mimpi yang bercampur dengan imajinasi lelucon untuk mengukir sedikit senyuman di wajah saya. Saya tertarik dengan kepribadian saya yang lain, atau gangguan mental saya sendiri. Maka dari itu, saya akan menulis segalanya disini.
Selebihnya, seseorang boleh bertanya pada saya di grup diskusi RAATDL, atau mungkin seseorang juga boleh bertanya dan mengirim pesan secara pribadi pada saya jika dia memiliki keprivasian dan alasan yang tak pasti soal pertanyaannya. Saya menggunakan akun Mangatoon dan Noveltoon yang sama dengan nama pena Gayuh Mahardika atau dengan menghubungi Instagram pribadi saya @gayuhmahardikaa19.
Ilustrasi Haumea Scarlet
Ilustrasi Razel Vialova
Namaku adalah Aiden Leonore...
Aku adalah seorang siswa kelas dua SMA, tetapi usiaku baru saja memasuki enam belas pada sembilan Agustus kemarin.
Aku seorang anak yang mengagumi sihir dan sosok raja iblis yang kuat.
Terkadang, kebanyakan protagonis seperti pahlawan akan selalu menang, dimana keberadaan mereka dipuja-puja oleh siapapun, berbanding terbalik dengan iblis dimana keberadaan mereka selalu di takuti, di benci, dan di anggap membawa bencana bagi manusia.
Aku berpikir, mungkin ada juga iblis-iblis yang baik. Mereka tidak sejahat dan seburuk yang ada di film-film itu.
Atau mungkinkah ada gadis iblis yang cantik?
Emm, juga baik hati ... mungkin menarik.
Aku adalah Kai, baiklah menambak huruf K di awalan nama ku tidak berlebihan sepertinya, dan aku menghilangkan sisa nya.
Kaiden sang raja iblis hahaha...
Lupakan nama itu.
Rasanya terlalu cringe.
Pahlawan, kalian semua benar-benar salah paham tentangku sampai jauh-jauh datang kemari.
Aku bukanlah sosok raja iblis yang jahat
Aku hanyalah sang penguasa alam iblis yang terhormat, dengan ini, aku akan membuat seluruh dunia tau seperti apa kekuatanku.
Aku mengarahkan tanganku ke seluruh langit dimana langit-langit akan terbelah dan setiap retakan akan ada di setiap dunia sampai ke ujung-ujung nya. Aku akan membiarkan semuanya menyaksikan betapa hebatnya diriku.
Berhenti mengusik hidupku.
Suara langit bergemuruh dan retak seperti akan hancur, aku akan membuat seluruh dunia menyaksikan saja sebagian dari mereka hancur olehku.
Lalu, aku menjentikkan jariku dimana setiap dunia yang ada akan hancur setengah nya, aku tidak akan melenyapkan mereka semua, mereka akan tau kekuatan iblis sebenarnya, para pahlawan ini mengusik dan benar-benar menganggu sebelumnya.
Tak lama kemudian, Aku sang raja iblis yang luar biasa sedang menghancurkan setiap setengah dari dunia yang ada hanya dalam satu petikan jariku, dan aku berhasil di kalahkan oleh seseorang, dia begitu kuat!
Hanya menggunakan buku tipis yang di gulung-gulung lalu memukul kepalaku, kepala sang raja iblis.
PLAKK!
Aku terjatuh dan kekuatanku segera menghilang tiba-tiba, dia sepertinya seorang lelaki, apakah dia pahlawan?
"Aiden, berhenti lah mengkhayal lagi, tugas akan segera di kumpulkan"
Baiklah, dia berhasil mengalahkan ku, dan itulah teman kelasku, dia membuatku sadar dari ilusi tak berujung ini dimana aku selalu berkhayal sebagai raja iblis.
Aku begitu malu terkadang ketika orang-orang tahu bahwa aku sedang berkhayal, selain berkhayal, yang lebih memalukan lagi adalah ketika aku tertidur di meja kelas ku sambil memimpikan hal itu dengan kata-kata yang ku ucapkan, sial! Itu begitu memalukan.
Aku sadar kembali, dan pemandangan hebat tadi ternyata hanyalah pemandangan kelasku lagi.
Aku terlalu banyak mengagumi kartun atau anime, bahkan aku selalu ingin menjadi seperti mereka, seperti iblis di manga yang sedang duduk di kursi nya sambil menyilang kan kakinya. Itu begitu keren bagiku, tidak bagi semua teman-teman ku yang menganggap aku stress.
Buku akan di kumpul, sekolah hari ini akan selesai lagi.
Entah kenapa, aku tidak begitu pandai bergaul di sekolah, tampaknya aku seperti anak suram yang kecanduan kartun bagi mereka.
Lalu, aku selalu merasa keren seperti karakter anime yang duduk di bangku belakang dan berada tepat di jendela.
Tidak masalah, itu kesukaanku, mereka tidak berhak mengaturku.
KRING...
Lalu bel sekolah berbunyi, itu adalah bel terakhir dimana kebanyakan murid selalu menganggap suara bel terakhir adalah yang terbaik dari yang ada sampai pagi, karena yang terakhir adalah tanda dimana mereka akan mengakhiri kebosanan mereka di sekolah.
Rumah adalah surga.
Aku bergegas mengambil tas ku dari kursi, membawa nya di pundak ku dan berjalan keluar dari sekolah yang membosankan ini.
Aku memang mengenal banyak orang, begitu juga mereka mengenalku, tapi tidak ada satupun orang yang berbicara akrab denganku.
Bahkan mereka tidak berbicara lebih dari sepuluh kata padaku.
Kenapa orang lain bisa menemukan teman dengan begitu mudah? Aku bahkan seperti enggan dan malu-malu untuk lebih dulu mengajak orang berbicara.
Itu memang sulit, jika aku terlalu susah dan malu untuk berkomunikasi.
Walau aku bukanlah murid dengan kecerdasan di bawah standar, semua pelajaran itu sebenarnya cukup mudah dan aku sebaliknya harus mengejar nilai yang selalu stabil berada di tengah, itu adalah posisi 70 sampai 80 di atas nilai standar.
Tapi ... Semenjak kelas terakhir, aku terlalu sering berdiam diri di dalam rumah, menjadi pemuja fiksi raja iblis, dan yang terburuk adalah, kedua orang tuaku selalu mengomel tentang nilai ku. Aku benar-benar mendapatkan nilai semester satu dan dua yang begitu buruk, bahkan hingga ke nilai raport yang hanya mencapai angka 32.
Terlebih lagi, aku terlambat untuk urusan sekolah dan lain sebagainya, yeah, aku bisa saja mendapatkan nilai tinggi, hanya saja aku adalah seorang yang pemalas sampai-sampai aku tidak pernah mencari sedikitpun info selanjutnya untuk mendaftar kuliah. Yeah, yeah, hujan omelan dari ibuku akan terus datang.
Orang tuaku bahkan sering memarahiku, terus berdiam diri di kamar tanpa melakukan satupun pekerjaan, dari pagi hingga malam. Piring kotor bertumpuk, cucian bajuku pun begitu, di tambah lagi kondisi rumah yang begitu kotor. Aku benar-benar terlalu malas untuk mengerjakan sesuatu bahkan berdiri dari tempat tidurku.
Terkadang, guru menyukai anak-anak yang pintar dan sering bergaul dengan mereka, guru dan murid, murid dan guru. Aku tidak terlalu suka itu. Biasanya, ketika guru memberi pertanyaan, dia akan melontarkan pertanyaan kepada dua hal.
Yang pertama adalah siswa bodoh yang tidak akan bisa menjawab dimana mereka hanya akan melipat lidah mereka, lalu yang kedua adalah murid pintar, teladan, baik hati, penurut, anak sok keren dan yeah, tentu saja mereka semua itu selalu berada di posisi meja paling depan.
Aku tidak pernah mau menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, walau aku bisa menjawabnya, rasanya benar-benar malas untuk merespon.
Untuk itu, aku selalu menjaga nilai ku berada di tengah-tengah saja, dimana aku akan di kenal sebagai orang yang biasa saja.
Bahkan terkadang beberapa teman di kelasku melupakan namaku, karena mereka begitu jarang berinteraksi denganku.
Setiap orang sebenarnya berbicara begitu normal saja, hanya saja aku yang kesulitan dan malu untuk bersosialisasi.
Ketimbang kerja kelompok, aku lebih suka mengerjakan semuanya sendirian, aku pergi ke kantin sendirian. Itu benar-benar menyedihkan.
Apakah karena rambutku yang panjang? Aku mungkin terlihat seperti orang yang suram.
Tapi, aku tidak peduli penampilanku, dan seperti apa orang menilai diriku.
Aku sampai di rumah...
Seperti biasa, ibuku tidak memasak, semua nya begitu sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing.
Itu sebabnya biasanya aku akan menghemat sedikit uangku sampai waktu pulang sekolah tiba ketika aku harus membelanjakan lembaran terakhir untuk membeli mi gelas, atau bisanya di sebut dengan pop mie, sebuah mi instan yang hanya cukup menuangkan bumbu dan air panas saja di sana, lalu menunggu tiga menit.
Orang tuaku selalu menegurku soal makanan mi ini, mereka selalu berkata bahwa ini adalah makanan yang tidak sehat, lalu dengan berkata aku bisa terkena penyakit ginjal tersumbat karena makan mi.
Aku memang cukup sering makan mi, itu juga karena aku malas memasak. Aku tidak memiliki seorang kakak atau seorang adik perempuan, andai saja mereka itu ada, mungkin aku sudah seperti anak lainnya, makanan mereka juga di buatkan oleh ibu dan kakak mereka.
Percuma saja jika aku terus menghayal.
Aku masuk lagi ke kamarku sambil membuka kancing bajuku satu persatu. Tunggu, aku melihat ada yang aneh dari suasana kamarku.
Aku tidak tau apa yang aneh, tapi rasanya hanya aneh.
Aku kembali membuka bajuku dan mengganti nya dengan pakaian rumah yang begitu sejuk. Menyalakan kipas dan AC secara bersamaan, lalu aku akan bermalas-malasan lagi dengan ponsel ku.
Baiklah, kursi sofa pribadi yang menyenangkan ... kita bertemu lagi dan akan segera menyatu.
Tapi pandanganku tiba-tiba mengarah ke sebuah kotak yang seperti amplop.
"Tunggu, darimana ini berasal?"
Di dalam nya ada sebuah kertas, mungkin surat.
"Apakah ini untukku?"
Berpikir sejenak...
....
"Jika berada di kamarku, kalau begitu ini untukku, semoga saja bukan surat teguran atau apalah yang berasal dari sekolah"
aku membuka lipatannya dan isinya kosong.
"Hah? kosong? Apa gunanya ini??"
Ketika aku akan membuang kertas itu dan mengacak-acak nya, itu tiba-tiba saja bercahaya, benar-benar menyilaukan.
Cahaya nya sangat terang.
Keluar memancar pada segala arah dari surat itu, memenuhi seluruh ruangan kamarku hingga semuanya menjadi putih tanpa ada apapun. Benar-benar silau.
Aku harus mencari sesuatu untuk keluar.
Meraba-raba untuk menemukan gagang pintu adalah hal terbaik untuk keluar dari sana.
Aku terus berjalan dari kursi tadi, seharusnya ini sudah beberapa langkah dan aku cukup yakin dan hafal bahwa aku sudah pasti menabrak tembok atau pintu, itu harusnya terjadi.
"Kenapa ini?"
Aku mencoba berjalan lagi mencoba setidaknya empat atau lima langkah ke depan untuk memastikan bahwa aku sepertinya salah.
Tap...Tap...Tap...Tap...
Baiklah satu langkah lagi?
Tap.
"Hah? Kenapa? Kenapa tidak ada satupun objek yang bisa ku sentuh selain lantai?"
Semuanya putih terlalu terang, tidak ada apa-apa yang bisa terlihat.
Kalau begitu, aku akan mencoba berlari.
Namun, ketika aku berlari dengan benar, tidak ada apa-apa dan tidak menabrak apapun.
Aku terjebak, tidak mungkin kamarku seluas ini, ini sudah berjalan cukup jauh.
Aku berlari lagi ke kanan sejauh mungkin dan tiba-tiba cahaya putih yang membuatku tidak bisa melihat apa-apa hilang dalam sekejap.
Di depanku adalah langit biru dengan banyak bangunan yang tampaknya bukan seperti duniaku.
Apakah aku berkhayal lagi? Tidak mungkin! Aku sedang panik dalam keadaan begini, aku tersesat.
"apa yang terjadi!! Seseorang tolong aku!!"
Aku terus berteriak beberapa kali dan tidak ada seseorang yang menghampiri ku di luasnya padang rumput hijau dan di bawah birunya langit indah ini.
Yang datang di depanku tiba-tiba ada beberapa orang mengenakan pakaian putih dan celana hitam seperti baju orang kantoran.
Semua nya adalah lelaki yang terlihat seperti berumur sembilan sampai dua puluh tahun.
Ada empat orang yang menghampiriku dengan pakaian mereka yang sama, wajah mereka tidak sama, mereka semua adalah lelaki yang tampan dan tinggi.
Lalu, aku tiba-tiba berada disini, tanpa baju dan celana satupun, aku hanya di selimuti kain seperti selimut yang membungkus tubuhku, tangan kanan ku tidak terbungkus, entah kain apa ini, seperti sengaja terpasang untukku.
Keempat lelaki itu sampai tepat di hadapanku dan menghampiriku.
"Siapa! Siapa kalian?"
"Kami adalah pasukan restoran"
"Hah? Pasukan restoran? Apa-apaan? Dimana aku berada?"
"Ini dunia iblis, kamu berada disini sekarang, atas panggilan sebuah surat bukan?"
"Benar! Dari siapa itu?? Pulangkan aku! Alam iblis? Bicara apa kamu!"
Keduanya maju menghampiri ku dan memasangkan rantai besi di kedua tanganku agar tidak bisa bergerak.
"Apa yang kalian lakukan?"
"Kami akan membawa mu kepada kepala restoran"
Aku kemudian dia bawa bersama mereka dengan borgol rantai di kedua tanganku dan mereka melakukan sihir! apakah aku tidak bermimpi? ini dunia iblis dengan sihir nyata.
Tapi dia mengatakan "Kepala restoran"
Itu membingungkan.
Sihir yang mereka lakukan bersama seperti sebuah transformasi area teleportasi dan berwarna merah seperti tulisan-tulisan aneh yang tidak bisa ku baca, itu seperti sihir iblis.
Kami berpindah tiba-tiba ke sebuah restoran yang bersih dan tepat berada di dapur.
"Tunggu, apa? Kenapa kalian semua memakai baju koki?"
"Ketua, sepertinya yang anda minta, kami sudah menjemput orang acak ini"
"Baiklah kalau begitu"
Ada satu orang lagi yang memakai pakaian koki, dia seorang lelaki tua yang tampaknya berusia sekitar enam puluh tahun.
Dia mendekati Aiden dan menanyakan namanya.
"Siapa namamu?"
"Aiden Leonore"
"Hmm begitu yah, bisa ikut aku sebentar? Kalian, lepaskan rantai nya"
Kemudian mereka melepaskan rantai ini dari tanganku.
Aku mengikuti pria tua itu ke suatu ruangan yang bertuliskan Master Chef baiklah, aku cukup pandai dalam bahasa Inggris, tidak mungkin aku tidak bisa membaca itu, nilai bahasa Inggris ku delapan puluh delapan hingga sembilan puluh.
Kuhuhuhu...
Kami masuk ke sana dan pria tua itu hanya berdiri di ujung pintu setelah masuk dan membawaku.
"Yang mulia, kami sudah menemukan nya"
"Apakah ini orang nya?"
"Sesuai titik jemput nya, kami yakin dia berpindah sesuai lokasi yang di tentukan, anak-anak menjemputnya di sebuah ladang bagian barat"
Ada sebuah gadis cantik disini dengan rambutnya berwarna merah terang ketika terkena sinar cahaya.
"Apa yang kamu tunggu? Hanya berdiri di sana? Duduklah"
"Eh siapa? Aku?"
"Jika tidak mau, maka aku yang akan membuatmu duduk"
Gadis itu menjulurkan jarinya seperti menarik angin, namun tubuhku tertarik ke arahnya dan menuju ke kursi.
"Yang mulia, sebaiknya anda tidak berada disini."
"Begitukah? Aku sudah cukup lama sepertinya menunggu dia di ruangan ini."
"Baiklah, Ayo kita berbicara di rumahku."
Aku kemudian tiba-tiba berada di seperti ruangan gelap yang besar dan seperti sebuah istana, tidak salah lagi, ini sebuah istana.
Gadis itu kemudian mendekati ku dan berbisik.
"Tahan rasa sakit ini"
Ucapnya dengan mengingatkanku
Semua tangan dan tubuhku tiba-tiba terjatuh seperti bertekuk ke tanah dan dia mendekati ku.
Kuku nya tidak tajam, namun dia menggores lengan kanan ku dengan berbentuk bulat lalu lingkaran dan seperti sebuah tanda.
"Akhhgh!!!"
Sakit!! Sakit sekali!! Itu menusuk dalam ke kulitku dan merobek hingga membentuk sebuah simbol.
Setelah berdarah begitu banyak, darahku tiba-tiba menghilang dan bekas luka goresan besar itu menjadi simbol hitam yang aneh terukir di lenganku.
"Apa yang kamu lakukan?"
Ini terasa aneh, iblis sepertinya aku bertemu iblis nyata, apakah aku akan di bunuh? ah, mungkin ini akhir hidupku.
"Tahan sebentar, satu tanda lagi."
"Ah?"
Tiba-tiba dia menggores leherku dari kanan hingga memutar kebelakang melingkar sampai goresan itu bertemu di titik awal goresannya.
Akhhgh!!!
Aku berteriak dengan keras karena kesakitan.
Gadis itu mengukir sesuatu di leherku lagi.
Seperti sebuah garis melingkar ke seluruh lehernya dan berdarah begitu banyak. Tapi darah yang mengalir itu hilang dalam beberapa saat.
"Sudah selesai."
Ucapnya tiba-tiba
"Hah? Apa yang kamu lakukan??"
"Tidak ada, hanya sebuah tanda, kamu manusia kan? Aku akan menjadikanmu iblis"
Dengan nada santai.
"Apa?"
Tiba-tiba bagian kepalaku terasa pusing dan sakit, aku mulai menjerit kesakitan lagi dan menahan semua rasa sakit itu.
"Apa ini!! Seperti ada sesuatu di kepalaku"
CRREEAKKK!
Tanduk dari kanan dan kiri di kepalaku yang begitu panjang tumbuh dengan sedetik dari rasa sakit itu.
Akhh! Apa ini tanduk? Aku menjadi iblis.
"Apa maksudnya ini?"
"Kamu akan bekerja sebagai bawahan ku"
Kata gadis iblis itu.
"Aku tidak menjadi bawahan siapapun!"
"Diam lah! Berisik! Daritadi kamu mengoceh terus, mengoceh sekali lagi, aku akan membuat goresan di bagian lain tubuhmu, atau alat kelamin mu"
"Tidak! Jangan lakukan! Baiklah, bebaskan aku! Lakukan apa yang kamu mau, jangan menyakitiku"
"Berjanjilah?"
"Aku berjanji"
Kemudian simbol hitam melingkar di lengan dan leherku menyala sekejap berwarna merah lalu redup lagi dalam sekejap juga.
"Itu adalah sumpahmu, bahwa kamu akan setia menjalankan setiap perintahku, jika kamu berkhianat, kamu bahkan bisa mati dalam kondisi sadis"
Aku merasa takut dan berhenti berbicara lagi.
Iblis ternyata memang kejam, sesuai yang ada dalam cerita-cerita. Bahkan gadis cantik sekalipun ternyata bisa juga seorang iblis yang kejam.
Setelah menjadi iblis dan membuat sumpah melayani seorang gadis iblis, tandukku tiba-tiba mengecil dan menghilang lagi seperti masuk ke kepalaku.
"Aku akan mengirim mu kembali ke bawah, kamu bebas melakukan apapun di sana, jika aku memanggilmu, datanglah tepat waktu, akan ada hukuman setiap perintahku jika tidak di laksanakan."
Kemudian aku berada di tengah-tengah lingkaran-lingkaran merah yang menyala dan membawaku dalam sekejap ke sebuah rumah yang agak sedikit lebih besar dari rumahku.
Di bawa masuk ke depan pintu rumah itu di sambut dengan beberapa gadis berpakaian pelayan.
Aku bertanya-tanya dalam hati, apa yang terjadi padaku sejak tadi, aku terbawa ke sini tanpa alasan yang jelas.
"Tuan, kamu terlihat gelisah, tolong tenanglah"
Kata salah satu di antara kedua gadis berbaju pelayan yang pernah kulihat di banyak gambar web kesukaan ku.
Em tidak, maksudku jenis pakaiannya, aku tau ini jenis pakaian pelayan yang banyak kali kulihat sebelumnya, mereka ada banyak macam dan kebanyakan berwarna hitam dengan variasi kain kedua sebagai putih atau sebaliknya. Biasanya di ujung kainnya atau lengannya ada seperti sebuah kain yang di jahit di bagian perbatasan dengan motif bergelombang.
Gadis satunya matanya biru cerah dan kulitnya benar-benar putih bersinar, tapi kurasa dia cukup tinggi.
Hampir setara dengan tinggi ku.
Mungkin...
Tapi aku tetap lebih tinggi, sepertinya berbeda tujuh sentimeter.
Aku biasanya agak malu jika berbicara dengan seorang wanita yang lebih tinggi dariku.
Yang satunya lagi berdiri tepat di pintu rumah,
Kuakui rumah ini besar, kutarik kembali ucapanku.
Ini adalah rumah yang dua kali lipat lebih besar dari rumah ku sebelumnya.
"Tuan..."
"Tuan..."
"Tuan?"
Aku terlalu lama mengkhayal dan memikirkan sesuatu, hingga tak sadar tiga panggilan barusan adalah untukku.
"Siapa? Aku?"
"Tentu kamu, kamu hanya berdiri saja di sana, masuklah dan istirahatkan dirimu"
Kata gadis satunya lagi.
Baju pelayannya lengan pendek, rok nya tidak sepanjang gadis yang satunya, rambutnya berwarna putih juga, mereka berdua berambut putih. Kulitnya tidak terlalu putih yang tadi, kurang lebih hampir sama denganku.
Yang ini agak pendek, sepertinya setara dengan bahuku atau mungkin lebih.
Dan terlebih lagi...
Pakaian pelayan satu ini cukup terbuka, sial! aku bisa melihat setengah bagian atas dadanya yang begitu menonjol.
"Tuan, kamu terus diam daritadi di sana, lalu kamu menatap sesuatu?"
"Ahh, ah, tidak, aku terlalu banyak pikiran"
Pikirannya segera agak malu, karena mungkin dia ketahuan sedang menatap dada wanita.
"Masuklah"
Aiden ikut masuk duluan karena dia benar-benar di suruh untuk masuk sambil kebingungan.
Setelah dia masuk di dalam, mereka berdua juga ikut masuk dan menutup kembali pintu itu.
"Tuan, tolong duduk, anda benar-benar seperti orang yang hilang ingatan"
"Hah? hilang ingatan apanya? Aku sedang kebingungan karena aku tiba-tiba melihat sebuah kertas, lalu aku membukanya, lalu ada cahaya, lalu aku berjalan, lalu aku berlari, lalu aku berlari ke kanan"
"Lalu... lalu... dan lalu, mau sampai kapan kamu berbicara dengan kata itu di setiap sambungan kalimat mu? Cepatlah duduk"
Kata gadis yang berpakaian pelayan terbuka, sambil mendorong ku untuk duduk ke sebuah sofa yang empuk.
"Kalian ini siapa? Pelayan? Untuk apa kalian memperlakukanku seperti ini? Aku bukan majikan kalian"
"Tuan, tolong dengarkan."
Ucap gadis yang pakaiannya panjang.
"Astaga!! Berhenti memanggilku dengan sebutan itu, itu benar-benar tidak menyenangkan, aku seperti merasa menjadi bos kaya raya yang memiliki segalanya, itu tidak menyenangkan"
"Baiklah, bagaimana jika kita semua saling berkenalan?" Saran dari gadis pelayan yang tidak terlalu tinggi.
Kupikir itu ide yang bagus dengan menyebut namaku, daripada kalian harus memanggil tuan dan tuan itu terus menerus.
"Baiklah kalau begitu dimulai dariku, salam kenal senang bertemu denganmu tuan, namaku Amory Eugene."
Kata gadis dengan dada besar itu.
"Tunggu, aku harus memanggil yang mana?"
"Eugene, E. U. G. E. N. E... di baca Yujin, kamu bisa memanggilku dengan itu."
Baiklah sudah kuketahui, selanjutnya kamu.
"Senang bertemu denganmu tuan, Wanda Alexavier, panggil saja Wanda, aku siap melayani Anda sesuai perintah."
Baiklah, karena aku sudah mengetahui nama kalian semua, tinggal namaku saja.
"Namaku Aiden, lengkapnya adalah Aiden Leonore, senang bertemu kalian"
Ih, (walau tidak terlalu senang dengan kondisi ku seperti ini tiba-tiba)
Sekarang biarkan aku bertanya, kenapa aku harus datang ke dunia ini seperti sebuah paket dan di bawa oleh gadis iblis lain bergaun merah, kemudian melukai dan mengancamku?
Lalu dia hanya mengirimkan kesini tanpa satu pun kata pengantar agar aku tidak kebingungan.
"Jadi seperti ini, kami berdua adalah pelayan yang sudah di perintahkan untuk menjaga dan melayani anda, kami di tugaskan agar menjaga anda dengan baik, anda tidak boleh melarikan diri dari sini."
"Hah? Untuk apa? Di tugaskan siapa?"
"Raja iblis."
"Raja iblis kami memerintahkan untuk menjaga anda dan membuat anda hidup senyaman mungkin, ini adalah bagian dari rencananya yang tidak dia beritahu walau kami sudah bertanya lebih dari dua kali."
"Jaminan apa yang akan ada jika aku terus hidup disini?"
"Kami tidak bisa menjamin, namun kami berdua akan berusaha membuat anda nyaman dan hidup disini selamnya dengan tenang."
"Apa? Selamanya? Jadi aku tidak bisa kembali?"
"Sepertinya begitu."
Ucap Wanda dengan meyakinkan ku agar pasrah.
"Akhh! Jadi aku sekarang adalah seorang iblis yah?"
"Humphh" Wanda mengangguk.
"Dan pertama-tama, kamu perlu mengganti pakaian mu, ini bukan lagi ritual perubahan iblis, kamu adalah iblis sekarang."
"Baiklah, aku seorang iblis, apakah ada guru iblis? Iblis berwujud kakek tua? Atau mungkin presiden iblis?"
"Hal seperti itu sebenarnya adalah hal biasa disini, semuanya baik-baik saja."
Nampaknya, dunia iblis yang di datangi Aiden tidak berbeda jauh dengan dunia manusia tempat dia berasal, mereka sama-sama berwujud seperti manusia juga, bertubuh, berkulit halus, berbicara, dan bertingkah layaknya manusia.
Seperti yang dia harapkan, ini benar-benar seperti yang ada di dalam fiksi-fiksi kesukaannya.
"Raja iblis ada?"
"Bukankah aku tadi sudah mengatakan kepada anda bahwa kami di perintahkan raja iblis untuk menjaga anda?"
"Hah? Atas dasar apakah itu?"
"Kami tidak tahu soal itu, kami hanya harus menuruti perintahnya." Ucap Eugene.
"Seperti apa rupanya?"
"Kami tidak tahu seperti apa rupanya, namun dia bisanya menggunakan wujud yang berbeda secara terus-menerus." Ucap mereka dengan sungguh-sungguh.
"Begitu yah?"
Kemudian yang satunya mulai mengantarku ke sebuah kamar dimana aku bisa tidur disana dan mengganti pakaian aneh ini.
"Oh ya, apakah ada hal lain lagi yang ingin kami lakukan?"
"Hal lain? Benar juga, aku tidak bisa diam saja dan terus berdiam di rumah ini sambil mengangkat kaki ku di sofa empuk itu."
"Kamu bebas menentukan."
Ucap gadis pelayan ini.
Pelayan Wanda ini duduk tepat di sampingku, di atas kasur besar ini.
Lalu yang satunya masuk dengan membawa dua gelas di atas plastik datar pelayan itu, sama seperti yang biasanya di gunakan di restoran ketika pelayan mereka membawa makanan minuman di atasnya.
Lalu, dia menawarkan keduanya pada Aiden.
"Teh? Atau Kopi? Silahkan di pilih.
"Teh."
Tentu saja aku akan memilih teh."
"Lalu, hal apa yang bisa kulakukan?"
"Mungkin hal seperti di dunia mu sebelumnya? apa yang pernah kamu lakukan?"
"Bermain video game, menonton anime, membaca manga, novel dan banyak lagi."
"Hah? Apa itu? Kami tidak pernah mendengarnya."
Keduanya binggung dengan semua benda yang di sebutkan Aiden.
"Apakah benda seperti itu ada disini?"
"Bisa jelaskan ciri-ciri nya?"
"Yah, itu adalah sebuah ponsel, berbentuk persegi, di gunakan untuk menelfon orang, tapi jaman sekarang di gunakan kebanyakan orang untuk bermain game dan sosial media."
....
Tidak ada respon sama sekali.
"Begitu yah, sepertinya hal seperti itu tidak ada disini, tidak apa-apa aku akan mencoba menahan diri beberapa waktu saja."
"Maaf, jika kami tidak bisa menemukan apa yang kamu inginkan." Ucap Wanda dengan nada seolah-olah dia kecewa.
"Tidak apa-apa, tenang saja, aku tidak menuntut akan hal ini, lagipula aku sedang memikirkan sesuatu yang menarik."
"Umm, kamu bisa sihir?"
"Ahh iya! Sihir! Itu adalah hal yang kulihat disini sebelumnya, tentu saja aku tidak bisa, bagaimana dengan kalian?"
"Kami bisa, tapi hanya beberapa hal kecil saja."
"Tunjukkan padaku."
Kemudian Wanda mulai menunjukan sihir dimana dia bisa membuat kedua gelas ini melayang.
"Waw! Luar biasa! Ada lagi?"
Kemudian Eugene mencabut sehelai rambut nya lalu menariknya menjadi sebuah sapu dari yang tadinya hanya sehelai rambut putih.
"Hebat! sihir ternyata nyata disini! walau tidak ada teknologi."
"Apa kamu menyukainya?"
"Lebih dari suka, aku selalu mengimpikan untuk menyaksikan sihir nyata langsung di depan mataku."
"Jadi kamu tidak bisa melakukan sihir sama sekali?"
"Ah, benar, sayang sekali."
"Tuan, emm ... maksudku Aiden, kamu bisa bersekolah saja dan mempelajari sihir."
"Hah? Ada yang seperti itu? Dimana! Aku ingin."
"Kamu bisa datang minggu depan tepat berada di kota, kebetulan itu adalah seluruh penerimaan angkatan baru."
"Bagus, aku akan mendaftar."
"Aku akan belajar sihir, dan menjadi raja iblis suatu hari nanti."
EKHEM... EKHEM...
"Hah? Kenapa kamu batuk begitu? Ah, pasti kamu mengejekku secara halus."
"Ah maaf, bukan seperti itu, itu tidak seperti kelihatannya, namun sebenarnya menjadi raja iblis adalah tugas yang sulit."
"Benarkah?"
"Benar, ada hal tertentu yang harus di capai untuk mendapatkan posisi setinggi itu, namun di sisi lain, dia harus melindungi seluruh umat iblis dari serangan hal lain di luar alam iblis."
Dengan itu, Aiden mulai memutuskan untuk bersekolah dan belajar sihir. Tanpa ada satupun sihir yang dia pahami.
Entah bagaimana caranya, dia harus bisa melakukannya, datang ke dunia ini adalah hal yang kebetulan bagus.
Tidak ada teknologi, walau dia tidak bisa lagi bertemu dengan keluarga nya. Dia benar-benar tidak peduli dengan kehidupannya sebelum kesini.
Pada akhirnya, sihir itu nyata, tidak ada lagi seseorang yang bisa menyangkal Khayalanku, sihir itu nyata! Berada di dunia lain.
Aku terbangun lagi dari tidurku...
Melihat beberapa cahaya yang masuk lalu menjadi cahaya yang besar. Ketika kubuka mataku, itu adalah Eugene pelayan yang membuka jendela kamarku, membiarkan cahaya itu masuk sedikit dan membangunkanku.
"Aiden, kamu harus bangun, bukankah hari ini kamu ingin melakukan sesuatu?"
Tanya nya dengan mengingatkan sesuatu.
"Oh benar, aku akan pergi ke akademi itu."
Dia sudah mendaftarkan ku ke dalam akademi sihir terkenal di pusat kota, katanya di sana cukup banyak anak-anak dari iblis bangsawan.
Disini, Aiden sudah memiliki sepasang seragam nya yang di berikan setelah lulus pendaftaran masuk ke akademi.
Beberapa lainnya biasanya ada yang mendapatkan seragam berwarna merah dan variasi hitam, sedangkan punya nya dan banyak lainnya lagi adalah putih dengan variasi hitam.
Ketika hari itu sebelumnya dimana dia bertanya kepada kedua pelayannya yang mengantarkannya mendaftar di akademi, rupanya itu adalah seragam khusus, hitam merah adalah seragam untuk mereka yang merupakan anak dari keluarga bangsawan terkenal, cukup banyak yang memakainya.
Lalu yang putih sepertiku adalah murid lokal lainnya yang populasinya lebih banyak dari merah hitam.
Dia segera bergegas ke kamar mandi untuk mandi dan melakukan semua aktivitas pagi hari, keluar kembali mengenakan pakaiannya.
"Eh? Kamu daritadi berdiri disini? Kenapa kamu menunggu disini daritadi?"
"Aku memastikan keamananmu."
"Hah? Apa-apaan, kamu tidak perlu berdiri sampai selama itu. Aku hanya mandi, tidak ada yang perlu kamu tunggu atau jaga."
"Tapi itu merupakan hak mu."
Ah, apa-apaan dengan hak konyol itu.
Kemudian dia berjalan ke bawah diikuti dengan Eugene setelah mengenakan seragam ini untuk pertama kalinya.
"Baiklah, seragam yang cukup bagus, ringan, dan terasa seperti ada energi sihir mengalir padaku."
"Aiden, jangan terburu-buru, tolong makan dulu sebelum kamu pergi."
Seminggu sebelum hari ini datang, beberapa hari itu, dua pelayan ini sudah mulai mengerti apa yang di sukai Aiden dan apa yang tidak di sukanya, seperti tidak makan nasi atau yang lainnya di pagi hari, melainkan lebih suka dengan biskuit, wafer atau semacamnya dan teh.
Pagi ini, mereka sudah menyiampak.banyak biskuit dan roti, dan masih ada beberapa lagi.
Memiliki pelayan ini benar-benar menyenangkan, tapi aku punya dua.
"Aiden, kamu masih hafal jalan ke sana bukan?"
Tanya Eugene.
"Tentu saja, itu mudah."
"Baguslah kalau begitu."
Tapi...
...
"Akhh, kenapa kalian harus ikut mengantarku seperti ini? Ini agak memalukan."
"Kami hanya menjaga mu dalam perjalanan."
Untung saja mereka tidak memakai seragam pelayan itu, dan dengan pakaian lain, mereka agak sedikit berbeda.
Orang-orang akan menganggap nya seorang anak manja yang masih di antar ke sekolah.
Aiden kemudian bergegas masuk menuju pintu gerbang besar akademi ini. Yang bertuliskan Demonic Academy di bagian atasnya gerbang dengan besar.
Patung lelaki di depan itu sepertinya kepala sekolah, setelah memandang semua ini, suasananya sama seperti melihat ribuan murid dari dunia lamannya, berbedanya disini adalah, mereka seorang murid sihir di akademi sihir, bukan belajar ilmi pengetahuan lain sepertiku sebelumnya entah itu fisika, kimia, matematika dan banyak lagi.
Disini ada pelajaran seperti itu, namun hanya di sekolah biasa, sementara itu, sekolah sihir khusus juga ada.
"Aiden! Belajarlah dengan baik, jangan lupa dengan kotak makananmu."
"Akhh! Sial! Sangat memalukan! Kenapa harus diingatkan seperti itu?"
Banyak orang memandangku sekarang, itu memalukan.
Kemudian dia berjalan dengan sendiri memasuki gerbang yang di lewati oleh banyak murid baru sepertinya.
tujuh puluh lima persen adalah populasi dengan seragam putih, sementara sisanya adalah populasi mereka yang memakai seragam hitam.
Dia berharap ingin mendapatkan seragam hitam juga, hitam adalah pakaian kesukaannya, namun itulah kenyataan, dia hanya lah iblis yang bahkan bukan iblis murni, juga bukan darah bangsawan atau lainnya.
Sekarang baginya tidak apa-apa, selama dia bisa belajar sihir.
Kelasnya sangat banyak. Ketika melewati itu, seperti berjalan di koridor bioskop yang cukup bagus.
Ketika dia menemukan kelasnya, itu adalah kelas paling sudut di akhir koridor tepat berada di jalur jalan.
Pintu nya terbuka, beberapa murid sudah masuk ke sana lebih dulu. Dia adalah yang terakhir masuk ketika semua murid sudah berada di tempat duduk mereka masing-masing.
Seperti biasa, dia akan mengklaim tempat duduk paling belakang lagi, sama seperti kehidupan sekolahnya sebelumnya.
Ketika dia masuk, proporsi ruangannya berbeda. Kelasnya dua kali lipat lebih besar dari kelas di sekolah dunia manusia.
Lalu dari pintu masuk, lantai nya tidak datar, setiap anak tangga adalah barisan kursi ke kanan dan kiri dengan tangga di tengah.
Itu benar-benar terlihat seperti bioskop, bahkan ini memiliki meja di depannya, tampaknya benar-benar keren, belum pernah aku berada di kelas sekolah seperti ini.
Itu berarti, murid paling belakang adalah posisi teratas, dan yang paling depan adalah posisi terbawah dimana mereka sudah menyentuh lantai bersamaan dengan guru dan objek pembelajarannya.
"Permisi, bolehkah aku duduk disini?"
Tiba-tiba suara seorang perempuan yang lembut terdengar dari sebelah kanan nya, membuat nya segera mengalihkan pandangan.
SING!
"Hah apa itu?"
Tiba-tiba perasaannya aneh, dia seperti buta dalam sedetik dan bisa melihat lagi, sebelum menoleh ke arah gadis itu.
"Tidak masalah, silahkan."
"Terima kasih."
"Mari kita berteman."
Kata gadis itu sambil menjulurkan tangan kanannya untuk menjabat denganku dan berkenalan, dia menggunakan seragam merah, baiklah, gadis yang merupakan anak seorang bangsawan ingin berkenalan denganku.
"Namaku, Kisaragi Marie, senang bisa bertemu denganmu."
Kemudian Aiden merespon untuk menjabat kembali tangannya, walaupun dia agak gugup dengan wanita.
"Aku, Aiden Leonore, terima kasih sudah mengajakku berteman."
"Tentu saja, kita akan menjadi sahabat."
Gadis ini baru bertemu denganku dan bertingkah sok akrab begitu. Bahkan mengatakan akan menjadi sahabat.
Di dunia sebelumnya, aku hanya memiliki teman, bukan sahabat, jangankan perempuan, lelaki pun jarang berbicara denganku di dunia sebelumnya.
Dia pikir dia agak terlambat dan masuk paling terakhir, rupanya Marie ini adalah yang terakhir masuk ke dalam kelas.
Hari ini di awali dengan pengenalan semua nama murid, dimana semua akan di panggil sesuai absen.
Aku memegang kartu awal dengan angka lima.
Baiklah itu urutan bagian-bagian awal, kurasa karena awalan namaku dengan abjad A, ini tidak berbeda dari absen sekolah di dunia manusia.
Kupikir semua iblis itu memiliki tubuh yang mengerikan di kenyataan dengan kulit mereka yang di penuhi darah dan api, lalu tanduk menyeramkan.
Ternyata, mereka semua adalah iblis berwujud yang sama saja seperti manusia normal, tingkah laku mereka.
Sedikit melebihi ekspektasi ku, ini benar-benar luar biasa.
Ketika guru mulai menyebutkan angka lima, itulah kesempatannya. Membuatnya harus berdiri dari kursi, turun ke depan dan memperkenalkan dirinya di hadapan tiga puluh murid.
Itu benar-benar membuatnya malu, ketika harus berada di depan banyak orang dan di tatap.
Dengan cepat dia harus mengatakan namanya dan segera duduk kembali ke tempatnya.
Pelajaran awal di hari pertama adalah dasar dari semuanya, bagaimana cara mengeluarkan energi sihir dari dalam diri kita, membuat aura kita sendiri, dan ada beberapa lagi.
"Mengumpulkan energi yang terasa berjalan-jalan di tubuhmu kemudian bayangkan sebuah api berdiri di jari telunjukmu."
Begitulah kata guru sambil mempraktikkan di depan semua murid, itu benar-benar keren, api keluar dari jarinya.
Aku sudah beberapa kali mencoba dan itu benar-benar sulit. Hampir tidak ada apapun yang terjadi.
Sebuah jari telunjuk dengan tangan yang cerah muncul tepat di hadapanku dengan api kecil yang berkobar di ujung telunjuknya hampir menyelimuti sebagian jari telunjuknya.
Aiden melihat pemilik jari di sampingnya yang di pamerkan untuknya, itu adalah gadis bernama Marie tadi, dia berhasil membuat api di jarinya.
"Hebat! Luar biasa! Bagaimana cara kamu melakukannya?"
"Aku tidak tahu, aku hanya mengikuti instruksi guru dengan benar."
"Ah, aku tetap tidak bisa, walau aku sudah mencoba."
"Cobalah terus, kamu pasti bisa."
Katanya sambil menyemangati ku.
Aku mencoba lagi dan merasakan aliran di ujung jariku seperti memercik sedikit.
"Hah?"
"Kamu hampir berhasil." Katanya.
"Rasakan alirannya, kemudian pusatkan semua energi itu hingga terasa mengalir membentuk ke dalam bagian ujung jarimu, sisanya tergantung imajinasimu dalam membuatnya."
"Baiklah aku akan mencoba lagi."
Tak lama kemudian...
"O-Ow."
"Ada apa?"
"Guru sudah menghampiri murid terdepan, lihatlah, sepertinya dia akan memeriksa kita satu persatu."
"Apa yang dia bawa?"
"Entahlah, mungkin buku kompetensi."
"Buku kompetensi? Kedengaran seperti buku nilai untuk siswa."
"Benar, guru akan menghampiri kita beberapa saat setelah mereka, itt akan mengisi nilai para murid."
"Gawat! aku belum bisa melakukannya! bagaimana ini?"
Dia sudah mencoba sesuai instruksi yang di jelaskan.
Semua murid bisa melakukannya dengan baik dan dengan cepat hanya dalam sekali dua kali percobaan.
Tapi, dia sudah mencoba lebih dari lima belas kali dalam menyalakan api di jarinya dan hanya sepercik yang keluar dan mati lagi.
"Aiden."
"Apa?"
"Guru itu mulai menghampiri kita."
"Akhh, habislah aku!"
Guru itu perlahan melewati jalan tengah yang bertangga ke atas menuju kami selanjutnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!