Halo semuaaaa...
Selamat datang di cerita baru aku.
Semoga kalian suka dan jangan lupa langsung masukin ke favorit yaaa 🤗😉
🌹HAPPY READING🌹
Aludra memandang sendu anak dan suaminya yang kini tidur dengan saling berpelukan. Sudah satu bulan sejak kesalahpahaman yang terjadi antara dia dan suaminya. Sejak saat itu, Zergan, suami aludra bersikap dingin kepada wanita itu kecuali di depan anaknya. Zergan akan bersikap biasa jika mereka sedang bersama Zayyan. Buah hati Aludra dan Zergan yang kini berusia tiga tahun.
Aludra Rumaisha Bailey, seorang gadis cantik dengan segala kebaikan hatinya mampu membuat Zergan Raskha Bailey jatuh cinta. Kebaikan hati dan ketulusan Aludra membuat Zergan tidak memikirkan hal lain selain ingin memiliki Aludra. Hingga dengan segala usaha meyakinkan keluarga besar Bailey, Zergan mendapat restu untuk menikahi Aludra empat tahun lalu yang merupakan seorang yatim piatu.
Selama empat tahun pernikahan mereka, semua berjalan dengan sangat baik dan bahagia. Ditambah dengan kehadiran buah hati mereka Zayyan Luzer Bailey. Aludra dijadikan ratu oleh sang suami, hingga dua lupa bagaimana rasanya menangis karena sebuah kesedihan.
Tapi satu bulan lalu, air mata Aludra kembali jatuh karena luka hati yang dia terima. Kesedihan yang dia terima karena sebuah kesalahpahaman yang membuat hubungannya dengan sang suami menjadi renggang.
Zergan yang awalnya memperlakukan Aludra bagai seorang ratu, kini hanya menganggap Aludra sebagai patung dalam rumah tangganya.
Aludra berjalan mendekati ranjang. "Selamat tidur suamiku," ucap Aludra lembut dan memberi kecupan singkat di dahi Zergan. Setelah itu Aludra beralih pada Zayyan dan melakukan hal yang sama pada anaknya
Tidak ingin membuat suami dan anaknya terganggu, Aludra merebahkan dirinya di sofa dengan selimut yang sudah dia ambil dari lemari. Matanya tak henti menatap sendu Zergan dan Zayyan yang tidur di atas ranjang.
.....
Aludra berkutat di dapur untuk menyiapkan sarapan. Saat sedang menata makanan di atas meja makan, suara langkah terdengar dari atas tangga. Aludra tersenyum melihat Zergan dan Zayyan yang turun dari lantai dua. Ayah dan anak itu nampak seperti duplikat. Zayyan adalah Zergan saat kecil, dan Zergan adalah gambaran Zayyan saat dewasa nanti.
"Selamat pagi, Mama," ucap Zayyan ceria.
"Selamat pagi anak Mama. Sudah mandi dan wangi ya," ucap Aludra menciumi tubuh Zayyan yang kini sudah duduk di kursi.
"Udah dong. Mandi sama Papa tadi," ucapnya riang sambil melirik Zergan yang kini juga sudah duduk di kursi meja makan.
"Anak pinter. Zayyan mau makan apa?" tanya Aludra.
"Mau seleal," jawab Zayyan semangat menunjuk sereal miliknya yang memang sudah disediakan oleh Aludra.
"Baiklah. Ini khusus untuk Tuan muda," ucap Aludra memberikan sereal itu pada Zayyan. Zayyan memang anak yang pintar. Diusianya yang sekarang, anak itu sudah bisa membaca dan menguasai beberapa bahasa asing, terutama bahasa Inggris. Hanya saja, jika menyebutkan huru R, anak itu masih sedikit belum bisa.
"Mas," panggil Aludra lembut beralih pada Zergan yang sejak tadi hanya diam memperhatikan.
"Aku makan ini saja," ucap Zergan menunjuk nasi goreng yang sudah ada di depannya. Biasanya, lelaki itu akan minta tambah sosis atau nugget pada nasi gorengnya, tapi sejak satu bulan ini, Zergan hanya makan nasi goreng tanpa teman-temannnya.
"Aku udah siapkan sosis sama nugget kesukaan kamu, Mas," ucap Aludra menyodorkan piring yang berisi sosis dan nugget pada Zergan.
"Apa kau tidak mendengar kata-kataku?" tanya Zergan menatap datar Aludra.
"Ah baiklah, Mas," jawab Aludra menurut. Meskipun hatinya ngilu melihat tatapan dingin yang diberikan oleh Zergan padanya, tapi Aludra harus bisa menahan diri untuk tidak menangis lagi. Dia tidak mau Zayyan melihat dirinya menangis dan sedih hanya karena hal kecil begini.
.....
"Mas," panggil Aludra saat dia memasuki kamar. Hari ini adalah hari libur. Bagaimanapun keadaannya, Zergan akan tetap berada dirumah saat hari libur bersama keluarganya.
Zergan hanya diam dan tetap sibuk dengan ponselnya. Aludra yang melihat itu semakin berjalan mendekati ranjang.
"Mas," panggil Aludra lagi setelah mendudukkan dirinya di ujung ranjang.
"Ada apa?" tanya Zergan dingin.
"Mas, jangan begini," ucap Aludra lirih dengan suara bergetar.
"Jangan begini? Apa maksudmu? Aku memang begini dari dulunya," jawab Zergan datar.
"Suamiku tidak mendiamkan istrinya begini," ucap Aludra lagi.
"Dan istriku tidak berkhianat dibelakang suaminya!" ucap Zergan menatap Aludra tajam.
"Aku tidak melakukan itu, Mas. Sungguh," ucap Aludra dengan suara bergetar meyakinkan Zergan.
"Semua yang keluar dari mulutmu adalah bohong, Aludra! Dulu aku sangat percaya dan mencintaimu, tapi apa? Kau mengkhianati ketulusanku, Aludra!" ucap Zergan.
"Aku berani bersumpah, Mas. Aku tidak melakukan apapun. Bukan aku yang-"
"CUKUP!" bentak Zergan yang tak mau mendengar perkataan Aludra lagi. Semakin Aludra bicara, semakin membuat Zergan teringat akan sakit hatinya.
"Sekarang keluarlah, Aludra. Keluar sebelum aku melakukan yang tidak-tidak padamu," ucap Zergan menunjuk pintu kamar mereka.
Aludra menggeleng. "Aku tidak akan keluar sebelum kamu percaya, Mas," jawab Aludra kekeuh dengan pendiriannya.
"Keluar Aludra!" desisi Zergan tajam.
Aludra tetap menggeleng. "Hanya karena satu salah paham, jangan sampai merusak hubungan yang sudah kita bangun empat tahun ini, Mas. Jangan mengotori rumah tangga kita dengan pertengkaran tak beralasan ini," ucap Aludra menatap lembut Zergan.
"Tak beralasan kau bilang? Kamu penyebab semua ini terjadi, Aludra. Andaikan aku tidak menikahi mu, mungkin aku tidak akan menerima sakit hati seperti ini!" bentak Zergan.
Air mata Aludra jatuh begitu saja mendengar perkataan Zergan. Bukan suara Zergan yang tinggi membuatnya sakit, tapi perkataan Zergan yang langsung menusuk tepat ulu hatinya. Lidah memang tak bertulang, tapi jika dalam melukai, lidah adalah rajanya.
"Jangan pernah katakan itu, Mas. Jangan," ucap Aludra dengan suara bergetar menahan tangis.
"Perbuatan mu benar-benar membuat semua perjuanganku selama ini sia-sia, Aludra. Rasanya sia-sia aku berjuang agar kau diterima dalam keluarga Bailey. Kau membuktikan bahwa kau memang tak pantas menjadi bagian dari kami," ucap Zergan dengan suara melemah menahan sesaknya.
"Apa kedatanganku dalam kehidupanmu adalah sebuah kesalahan, Mas?" tanya Aludra sendu.
"Kedatangan mu tidak salah. Rasaku yang salah karena mencintaimu dengan sangat tidak masuk akal, Aludra," jawab Zergan dengan tatapan kosong ke depan.
"Aku harus apa agar kamu percaya, Mas? Bukan aku yang melakukannya," ucap Aludra frustasi. Wanita itu bangun dan berjongkok di depan bagian kasur yang diduduki oleh Zergan. "Katakan aku harus apa, Mas?" tanya Aludra lirih.
"Keluar Aludra!" ucap Zergan pelan namun tegas.
"Aku tidak akan pergi sebelum kamu percaya, Mas," jawab Aludra kekeuh.
Geram dengan tingkah Aludra yang keras kepala, Zergan bangun dan menyeret kuat lengan Aludra keluar dari kamar. "Aku masih berbaik hati untuk tidak menceraikan mu, Aludra."
................
Terimakasih sudah mampir di cerita baru ini, semoga kalian suka dan bermanfaat 🤗😉
Jangan lupa like, komen dan kasih hadiah juga vote yaaa 🤗
Kalian bisa follow Instagram aku @yus_kiz buat lihat visual yang berkaitan dengan novel ini 😉🤗
🌹HAPPY READING🌹
"Keluar Aludra!" ucap Zergan pelan namun tegas.
"Aku tidak akan pergi sebelum kamu percaya, Mas," jawab Aludra kekeuh.
Geram dengan tingkah Aludra yang keras kepala, Zergan bangun dan menyeret kuat lengan Aludra keluar dari kamar. "Aku masih berbaik hati untuk tidak menceraikan mu, Aludra," ucap Zergan tegas menatap tajam Aludra.
Aludra menggeleng mendengar perkataan Zergan. "Jangan lagi katakan itu, Mas. Jatuh talak sang suami jika sudah mengatakan cerai dengan istrinya," ucap Aludra menatap Zergan dengan mata sayu yang sudah berkaca-kaca.
Zergan memalingkan wajahnya menghindari tatapan Aludra. Lelaki itu berbalik untuk memasuki kamar dan menutup pintu dengan kasar.
Aludra memejamkan matanya saat pintu itu tertutup sempurna dan hampir mengenai wajahnya jika dia tidak mundur.
Sentuhan lembut ditangan Aludra membuat wanita itu menoleh. "Zayn disini?" tanya Aludra menyamakan tinggi badannya dengan Zayyan yang berdiri menengadah menatap wanita itu.
Zayn mengangguk. "Papa marah ya, Ma?" tanya Zayn.
Aludra tersenyum dan menggeleng. "Papa tidak marah, Nak. Mama tadi nakal, jadi Papa kasih nasehat. Sama kayak Zayn yang bakal dinasehati Papa kalau nakal," ucap Aludra dengan lembut menjelaskan.
"Menasehati nggak halus banting pintu kan, Ma?" tanya Zayn lagi.
"Pintunya rusak, Nak. Jadi harus dibanting dulu buat nutupnya," ucap Aludra beralasan.
Anak lelaki itu memandang lekat wajah ibunya. Dia melihat bekas air mata di pipi Aludra.
Mama bohong. Mama habis menangis. Batin Zayn berkata.
"Ma," panggil Zayn pelan.
"Iya Nak," jawab Aludra tersenyum lembut.
"Jika nanti Mama pelgi, bawa Zayn, ya. Pak ustad bilang, sulga itu di telapak kaki ibu. Jadi Zayn halus sama Mama telus agal bisa menjaga surganya Zayn," ucap anak itu bijak.
Aludra terdiam mendengar perkataan anaknya karena terkejut. Bagaimana bisa anak usia tiga tahun lebih itu bisa bicara seperti itu?
Aludra tersenyum. Tangan wanita itu terangkat mengusap lembut pipi Zayn. "Mama nggak akan kemana-mana, Nak. Mama akan tetap disini sama kamu dan Papa," ucap Aludra.
"Zayn hanya menganggap kalau Mama pelgi ke pasal atau jalan-jalan, bukannya pelgi jauh, Mama," ucap Zayn yang berhasil membuat Aludra mati kutu. Anaknya ini memang sangat hebat dalam menjebak dengan kata-kata.
Zayn memandangi wajah Mamanya yang nampak bingung dan sendu. Mama benal-benal bohong. Semoga malahnya Papa cepat leda. Batin Zayn berharap.
.....
Malam ini, suasana ruang keluarga nampak heboh karena suara dari aplikasi merah. Zergan dan Zayn nampak asik dengan tontonan pertandingan sepak bola. Tapi tidak bagi Aludra. Wanita itu nampak termenung sambil melihat Zayn dan Zergan yang tiduran di karpet bulu. Sedangkan dia memilih untuk duduk di sofa.
Aku harus bagaimana? Apa aku harus minta bantuan pada Wira? Batin Aludra menerka-nerka jalan apa yang akan dia ambil untuk membuktikan bahwa dia tidak bersalah dalam hal ini. Dia harus meminta bantuan Wira, sekretaris sekaligus asisten pribadi Zergan. Karena dengan begitu, Aludra akan mudah untuk mencari bukti di perusahaan Zergan.
Saat asik dengan kegiatan masing-masing, sebuah suara yang terdengar dari pintu utama mengalihkan pandangan mereka semua.
Zayyan yang melihat kedatangan orang yang dia sayang langsung memeluk wanita itu. "Aunty Lea," teriak Zayyan senang dan langsung berlari memeluk lutut wanita dengan tinggi 183 senti meter itu, tinggi sekali.
Larea Nuria Bailey. Adik kesayangan Zergan yang sangat dijaga oleh lelaki itu. Satu-satunya cucu perempuan keluarga Bailey. Memiliki paras cantik, tubuh idaman bagi semua perempuan, dan rambut yang bergelombang dengan warna kecoklatan. Karena Zayn yang belum bisa menyebut R, jadilah dia memanggil Rea dengan sebutan Lea.
"Ponakan Aunty berat sekali ternyata," ucap Rea menggendong Zayn.
Zayn terkekeh geli saat Rea menggelitik perutnya. "Zayn belat kalena gizi yang cukup dali Mama, Aunty," jawab anak itu sambil menjauhkan tangan Rea dari tubuhnya.
"Baiklah-baiklah. Ini Aunty bawa mainan buat Zayn. Zayn buka di kamar, ya," ucap Rea menurunkan Zayn dan memberikan sebuah paper bag pada anak itu.
Dengan semangat Zayn mengangguk dan langsung berlari menaiki tangga.
"Zayn pelan-pelan, Nak!" teriak Aludra memperingati Zayn.
"Siap Mama!" jawab Zayn dan langsung memperlambat langkah kakinya dan menaiki tangga satu persatu menuju kamarnya.
"Abang," ucap Rea girang memeluk Zergan yang kini sudah duduk di sofa.
Zergan tersenyum lembut dan mengusap lembut rambut Rea. "Tumben kamu kesini? Ada apa? Biasanya kamu tidak mau meninggalkan Mama dan Papa berdua dirumah karena takut punya adik," ucap Zergan yang membuat Rea terkekeh pelan.
"Kangen Abang," cicitnya pelan.
"Tiap hari kita ketemu, Dek. Kamu kerja di kantor Abang kalau lupa," ucap Zergan.
"Oiya, hehe lupa," jawab Rea cengengesan memperlihatkan gigi rapinya pada Zergan.
Kedua orang itu asik bercerita tanpa memperdulikan seorang wanita yang sejak tadi menahan sesak melihat interaksi kedua manusia itu.
Hingga pada akhirnya, Aludra yang harus mengalah. Aludra berdehem menyadarkan kedua orang itu.
"Eh, Kak Alu. Maaf ya Rea manja sama Abang," ucap Rea tak enak dan melepaskan pelukannya pada Zergan.
Aludra tersenyum lembut dan mengangguk. "Rea mau minum apa?" tanya Aludra menawarkan.
"Biar Rea buat sendiri, Kak," ucap wanita itu langsung bangun dan langsung berjalan menuju dapur.
Kini diruang keluarga itu hanya tinggal Zergan dan Aludra yang sama-sama diam.
"Mas," panggil Aludra lembut.
"Diamlah! Jangan bicara yang tidak-tidak tentang adikku!" ucap Zergan tajam.
Aludra hanya tersenyum sedih dan mengangguk. Wanita itu mengalihkan pandangannya untuk menghalau air mata yang siap jatuh.
Lima menit, Rea datang dengan dua gelas jus ditangannya. "Ini buat Abang," ucap Rea memberikan segala jus jeruk kesukaan Zergan. Sedangkan dia meminum jus apel kesukaannya.
"Maaf ya, Kak. Aku nggak tahu kakak suka minuman apa," ucap Rea tak enak pada Aludra.
Aludra hanya mengangguk dan memaksakan senyumnya. Sudah biasa baginya seperti ini. Keluarga Bailey memang menerimanya, tapi tidak dengan sikap keluarga itu yang selalu bersikap dingin padanya. Kecuali sang kepala keluarga Bailey, Adam Bailey yang sangat menyayangi menantunya itu.
Aludra terus memperhatikan Rea dan Zergan yang saling bertukar cerita. Rea dengan nyaman duduk dipangkuan Abangnya. Sedangkan Zergan mengusap lembut rambut adiknya itu dengan sayang.
Aludra? Jangan ditanya lagi. Hatinya sudah sangat sakit terbakar cemburu. Biasanya Zergan tidak seperti ini. Tapi sekarang, lebih tepatnya sejak sebulan yang lalu, semua berubah. Karena Aludra yang sempat mengatakan pada Zergan bahwa Rea bukan wanita kecil lagi, dan tentu Zergan tidak terima itu. Dia semakin menunjukan sikap sayangnya pada Rea. Memperlakukan Rea layaknya anak kecil yang harus sangat disayangi. Apalagi sekarang posisi Aludra sekarang yang bagaikan seorang penjahat bagi Zergan.
Dua jam di kediaman Zergan, akhirnya Rea pamit untuk pulang. Wanita itu pulang setelah menidurkan Zayn yang tadi memang meminta untuk ditemani tidur oleh wanita itu.
Kini, Aludra dan Zergan sudah ada di kamar mereka.
"Mas," panggil Aludra menahan tangan Zergan yang akan pergi ke kamar mandi.
"Kenapa?" tanya Zergan singkat.
"Jagalah batasan ketika bersama Rea, Mas," ucap Aludra lembut.
"Kenapa? Dia adikku. Dan kamu tidak berhak melarang seorang Abang untuk menyayangi adiknya!" ucap Zergan tajam.
"Rea adalah wanita dewasa saat in, Mas. Dia bukan anak kecil lagi. Tidak pantas saja melihat kalian pangkuan seperti itu, Mas. Jangan sampai hal yang tidak-tidak terjadi nanti," ucap Aludra sendu.
"Jangan mengatur kasih sayangku pada adikku, Aludra. Dia lebih berharga dari kamu!" ucap Zergan tajam.
"Ingat Mas, Rea bukan adik kandungmu."
PLAK
"JAGA MULUTMU, ALUDRA!"
........................
Terimakasih sudah mampir di cerita baru ini, semoga kalian suka dan bermanfaat 🤗😉
Jangan lupa like, komen dan kasih hadiah juga vote yaaa 🤗
Kalian bisa follow Instagram aku @yus_kiz buat lihat visual yang berkaitan dengan novel ini 😉🤗
🌹HAPPY READING🌹
"Rea adalah wanita dewasa saat in, Mas. Dia bukan anak kecil lagi. Tidak pantas saja melihat kalian pangkuan seperti itu, Mas. Jangan sampai hal yang tidak-tidak terjadi nanti," ucap Aludra sendu.
"Jangan mengatur kasih sayangku pada adikku, Aludra. Dia lebih berharga dari kamu!" ucap Zergan tajam.
"Ingat Mas, Rea bukan adik kandungmu."
PLAK
"JAGA MULUTMU, ALUDRA!" bentak Zergan marah.
Air mata Aludra runtuh ketika rasa sakit menjalar di pipi dan sudut bibirnya. Aludra merasakan asin pada bibirnya. Aludra menggerakkan tangannya menyentuh bibirnya sendiri. Cairan merah. Itu berarti sudut bibir wanita itu mengeluarkan darah akibat tamparan keras dari Zergan.
Aludra terus menunduk. Setelah sama-sama terdiam, Aludra memutuskan untuk keluar dari kamar dan berjalan menuruni tangga. Wanita itu berjalan menuju kamar mandi yang ada di dapur untuk berkumur-kumur. Jika di kamar, Zergan bisa tahu jika mulutnya mengeluarkan darah. Dia tidak mau Zergan merasa bersalah karena luka kecil ini. Dia tidak mau membuat suaminya merasa tak nyaman karena cemburunya yang tak beralasan.
Aludra memejamkan mata dan mengambil nafas pelan. "Kamu yang salah Aludra, cemburumu tidak beralasan. Kamu sudah memfitnah putri kesayangan keluarga Bailey. Patut saja Mas Zergan memarahimu," gumam Aludra meyakinkan dirinya sendiri.
Aludra mengusap matanya yang sedikit berembun. Hatinya merasa iba, tapi entah kenapa pikirannya menyalahkan dirinya sendiri. Setelah membersihkan bibirnya dan melihat merah di pipinya yang sudah memudar, Aludra kembali naik ke atas dan berjalan menuju kamar Zayn. Malam ini mungkin dia memutuskan untuk tidur dengan anaknya. Setidaknya, dia tidak akan ketahuan jika menangis di kamar Zayn.
.....
Zergan? Lelaki itu masih berdiri mematung di kamarnya. Setelah apa yang dia lakukan, Zergan memandangi telapak tangannya yang merah karena bertemu cukup keras dengan pipi Aludra.
Zergan menjambak rambutnya sendiri. Lelaki itu menyesal telah melakukan hal yang membuat istrinya terluka. Tidak seharusnya dia menampar Aludra. Semarah-marahnya Zergan, ini adalah pertama kali dia menampar Aludra selama pernikahan mereka.
Zergan berjalan keluar kamar untuk mencari Aludra. Lelaki itu langsung masuk ke kamar Zayn. Zergan tahu kebiasaan Aludra. Jika suasana hatinya sedang tidak baik, Aludra pasti akan tidur dengan memeluk Zergan. Karena biasanya, hanya Zergan yang akan memeluk Aludra. Tapi melihat hubungan mereka yang kurang baik, Zergan yakin jika Aludra pasti tidur bersama dengan anaknya.
Zergan membuka pintu kamar Zayn dengan perlahan. Benar dugaannya, dia melihat Aludra tidur dengan memeluk sang anak. Zergan berjalan pelan. Dia berdiri tepat di depan Aludra.
Tangan Zergan sedikit terangkat mengelus lembut pipi Aludra yang masih meninggalkan sedikit bekas merah.
Setelahnya, pandangan Zergan beralih pada sudut bibir Aludra yang sedikit memar dan ada bekas robekan.
Kau boleh marah, Zergan. Tapi tidak dengan memukul istrimu sendiri! Batin Zergan menghujat dirinya sendiri.
Aku mencintaimu, Aludra. Tapi semua pengkhianatan mu membuat hatiku hambar. Cintaku bersanding dengan rasa marah dan benci dalam waktu bersamaan. Kamu menjadi wanita yang aku cinta, sekaligus yang aku benci saat ini. Lanjut Zergan membatin memandangi wajah Aludra yang tidur dengan damai.
Setelah melihat Aludra, Zergan memutuskan untuk keluar dari kamar Zayn dan menuju kamarnya sendiri.
Aludra membuka mata setelah mendengar pintu tertutup. Wanita tadi belum tidur. Tapi mendengar ada yang masuk, Aludra berpura-pura tidur dengan memejamkan matanya. Dia tahu Zergan yang datang, karena tidak ada orang lain selain keluarga kecilnya.
"Bahkan kamu tidak mengecup pipiku, Mas," ucap Aludra sendu.
Tangan Aludra kembali terangkat menyentuh pipinya yang tadi juga disentuh oleh Zergan. "Bahkan kamu juga tidak merasa bersalah sama sekali, Mas. Sungguh sulit bagimu mengucapkan kata maaf saat ini," lanjut Aludra dengan mata berkaca-kaca, bahkan ada setetes air matanya yang membasahi pipi mulus wanita itu.
Tanpa Aludra sadari, air matanya jatuh mengenai pipi Zayn. Anak kecil itu membuka matanya dan melihat dari bawah jika ibunya sedang menangis. Saat Aludra akan melihatnya, Zayn kembali memejamkan mata. Seolah anak itu masih tidur dengan nyenyak.
"Mama sayang kamu, Nak," ucap Aludra sendu memeluk erat Zayn.
Zayn lebih sayang sama Mama. Batin Zayn membalas perkataan Aludra. Setelah itu, Zayn yang berpura-pura memejamkan mata kembali tertidur karena usapan lembut Aludra di kepalanya.
.....
Aludra masuk ke kamarnya saat adzan berkumandang. Wanita itu membuka pintu dengan perlahan agar tak menimbulkan suara yang dapat mengganggu tidur Zergan. Namun salah, pintu kamar sudah menyala. Itu artinya Zergan sudah bangun dari tidurnya.
"Mas," panggil Aludra lembut ketika melihat Zergan keluar dari kamar mandi.
"Kamu akan sholat?" tanya Aludra yang dibalas anggukan oleh Zergan.
"Tunggu aku ya. Kita sholat bareng-bareng. Aku akan ambil wudhu sebentar," ucap Aludra dan langsung berlari ke kamar mandi.
Zergan hanya diam tanpa menjawab perkataan Aludra.
Sepuluh menit kemudian, Aludra keluar dari kamar mandi. Wanita itu berdiri lemas ketika melihat Zergan yang sudah melakukan tasyahud akhir.
Bahkan kamu tidak bisa menunggu barang sebentar saja, Mas. Aku makmummu. Batin Aludra sendu.
Setelah selesai berdoa, Zergan berdiri sambil melipat sajadahnya. "Oh, kau sudah selesai berwudhu?" tanyanya tanpa rasa bersalah.
Aludra hanya mengangguk sambil memaksakan senyumnya. "Maaf aku lama, Mas. Aku tahu, kalau kamu menungguku nanti wudhu akan batal," ucap Aludra sebelum dia mendengar perkataan kasar Zergan padanya.
Zergan hanya mengangguk dan melanjutkan langkahnya menuju ruang ganti dan ruang pakaian untuk memilih baju kerjanya.
Hati Aludra sakit sekali. Tapi apa yang bisa dia lakukan sekarang hanya bersabar. Wanita itu sudah bertekad untuk mengumpulkan bukti bahwa dirinya tak bersalah. Setelah semua terbukti, maka dia akan kembali mendapat surga dari sang suami.
.....
"Katakan pada Zayn bahwa aku berangkat pagi ini tanpa membangunkannya. Ada meeting penting yang harus aku hadiri," ucap Zergan pada Aludra yang sedang menyiapkan sarapan mereka.
"Sarapan dulu, Mas," ucap Aludra mengajak Zergan.
"Aku buru-buru," ucap Zergan datar.
"Terlambat sedikit tidak akan kenapa-napa, Mas. Tapi jika magh mu kambuh, maka akan banyak pekerjaanmu yang terbengkalai," ucap Aludra lembut.
Zergan berpikir sebentar. Benar juga apa yang dikatakan oleh istrinya itu. "Masukan dalam kotak bekal. Aku akan sarapan di mobil," ucap Zergan menolak sarapan dirumah. Dari awal tujuan lelaki itu pergi cepat memang untuk mengindari makan berdua dengan Aludra.
"Kamu tidak mau makan dengan istrimu sendiri, Mas?" tanya Aludra sendu.
"Sudah aku bilang bahwa aku ada meeting penting. Jangan terlalu percaya diri bahwa apa yang aku lakukan semua karena mu," jawab Zergan.
Aludra ingin sekali membalas. Tapi dia tidak mau merusak mood Zergan pagi-pagi begini. Apalagi lelaki itu akan melakukan meeting penting pagi ini. Karena itu Aludra menurut dan segera menyiapkan bekal untuk Zergan.
"Ini Mas," ucap Aludra setelah memberikan sebuah rantang tiga tingkat dengan ukuran menengah pada Zergan.
"Terimakasih," jawab Zergan menerima dan langsung berbalik untuk hendak pergi.
"Mas," panggil Aludra menahan lengan Zergan.
Zergan hanya diam menatap Aludra dengan menaikan sebelah alisnya.
"Apa aku boleh izin keluar hari ini?" tanya Aludra takut.
"Kemana? Menemui dia?" tanya Zergan merendahkan.
Aludra menatap Zergan dan menggeleng. "Tidak Mas. Kalau tidak boleh aku tidak akan keluar," jawab Aludra lembut dengan senyum manis untuk suaminya. Meskipun dalam hati, banyak luka yang ternganga lebar meminta untuk di obati.
"Pergilah. Tapi jangan sampai membuat aku malu karena sikap rendah mu diluaran sana."
........................
Terimakasih sudah mampir di cerita baru ini, semoga kalian suka dan bermanfaat 🤗😉
Jangan lupa like, komen dan kasih hadiah juga vote yaaa 🤗
Kalian bisa follow Instagram aku @yus_kiz buat lihat visual dan segala perkataan indah yang berkaitan dengan novel ini 😉🤗
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!