NovelToon NovelToon

MADUMU MERACUNIKU

*Episode 1. Cinta butuh diperjuangkan

Mungkin orang lain melihatku adalah sosok yang tegar dan tabah menjalani hidup, tapi kenyataannya tidak begitu aku hanyalah wanita biasa yang juga bisa rapuh hatinya.

Segalanya aku punya, harta melimpah, rumah dan mobil mewah, usaha yang mapan status sosial tinggi, keluarga yang mencintaiku dan selalu mendukungku, di hormati orang-orang sekitar dan seorang suami yang tampan.

Bahagia, mungkin itu yang dipikirkan orang lain, tapi apakah aku benar-benar bahagia ?

Tiga puluh tahun aku menikah dengan Mas Harun tapi belum juga diberi amanah oleh Allah, karena aku divonis mandul oleh dokter.

Inilah yang menjadi alasan Mas Harun selalu mencari wanita lain, bukan hanya sekali dua kali Mas Harun berselingkuh, tapi berkali-kali.

Pernah aku dilabrak sepasang suami istri beserta anak gadisnya sekitar usia tujuh belas tahunan.

Dari penampilan mereka terlihat dari golongan menengah kebawah.

"Anda istri nya Harun ?" sang suami bertanya kepadaku.

"Iya pak, ada masalah apa ya ?"

"Mana Harun ? Dia harus mempertanggung jawabkan perbuatannya"

"Mas Harun keluar kota Pak"

" Keluar kota apanya ? Suamimu sudah bawa kabur anak saya tiga hari gak pulang, ini anak gadis saya dia baru dipulangkan malam tadi" lelaki itu berkata sambil menunjuk kearah anaknya, gadis itu hanya menunduk tanpa berani menatapku.

"Si Harun sudah meniduri anak saya, jadi saya akan laporkan suami kamu kepolisi karena membawa kabur anak dibawah umur"

Aku tertawa dalam hati wong suka sama suka kok dibilang dibawa kabur, memangnya

si Bapak gak tahu apa ? kalau anak perempuan jaman sekarang suka kencan sama Om-Om untuk mendapatkan materi yang tidak diperoleh dari orang tuanya.

Aku menyimpulkan kalau gadis ini mau berkencan dengan suamiku hanya karena uang saja.

"Lalu maksud Bapak apa ?" Aku bicara sesantai mungkin untuk meredam emosiku yang hampir memuncak dan menuntut untuk dilampiaskan. Pengen rasanya aku tampar pakai sandal mulut laki-laki didepanku ini.

"Kamu bayar denda seratus juta atau suamimu dipenjara !"

Benar dugaanku orang-orang ini hanya mau uang, aku yakin Bapak ini tahu anaknya kencan dengan suamiku, apalagi suamiku kaya dan royal pasti mereka mengincar uang kami. Dengan memanfaatkan Mas Harun

"Baik lah, saya akan memberi uang seperti yang anda minta tapi sebelumnya Bapak harus menandatangani surat pernyataan"

"Pernyataan apa ?"

"Pernyataan bahwa Bapak sudah menerima uang dari saya dan berjanji tidak akan mengganggu saya lagi, dan jangan lupa jaga anak Bapak agar tidak menggoda suami saya lagi."

"Atau saya laporkan kepolisi dengan tuduhan perzinahan dan pemerasan"

"Sebentar saya buatkan suratnya dulu" aku melangkah keluar menuju kantor suamiku yang terletak digarasi rumah.

Suamiku pengusaha rental yang garasi dan kantornya berada digarasi rumah kami, dengan alasan biar mudah dipantau.

Aku minta Anton sekretris suamiku untuk membuat surat pernyataan. Karyawan suamiku semuanya laki-laki karena watak suamiku yang mata keranjang.

"Ton buatkan surat pernyataan sama kayak yang dulu itu, oh ya kamu pegang uang kas kantor kan ? saya mau ambil seratus juta"

"Ada Bu tapi hari ini mau saya setor ke Bank buat bayar angsuran"

"Kamu bilang aja ke Bapak tentang kejadian yang sebenarnya, bagaimanapun juga berani berbuat harus berani bertanggung jawab" ucapku tegas.

Aku sodorkan kertas kepada lelaki itu, setelah dia menandatangani nya, aku serahkan uang seratus juta.

"Ini terakhir kali saya berusan dengan Anda !"

Itu bukan yang pertama dan terakhir, aku pernah melabrak Mas Harun di rumah seorang janda muda, dan berakhir aku harus memberi satu set perhiasan emas agar wanita itu mau meninghalkan Mas Harun.

Mas Harun tidak belajar dari kesalahannya, berkali-kali aku harus membayar wanita-wanita selingkuhan suamiku.

Mungkin karena aku selalu memaafkan dan menerimanya kembali jadi membuat Mas Harun gak sadar-sadar.

Aku melakukan semuanya bukan karena cinta mati sama Mas Harun bukan juga karena aku bucin, aku sadar tidak bisa memberi dia keturunan.

Juga karena aku menjaga harga diriku yang gak mau di kalahkan sama pelakor, ulat bulu, atau ulat keket apapun sebutannya.

Aku juga tidak mau merusak nama baik keluarga, semua kejadian ini keluargaku dan keluarga Mas Harun tahu. Tapi semua memberi dukungan apapun yang aku lakukan.

Apakah setelah semua kejadian itu membuat Mas Harun sadar ? tentu saja tidak, Mas Harun tetaplah mata keranjang yang suka berganti-ganti perempuan.

Padahal semua perempuan itu hanya mau uang Mas Harun, hanya aku satu-satunya wanita yang tetap bertahan disisinya apapun yang terjadi.

Aku menikah dengan Mas Harun dalam usia yang sangat muda delapan belas tahun. Kami memulai semunya dari nol Mas harun mulai bertingkah saat perekonomian kami membaik.

Dan tingkahnya semakin menjadi ketika usahanya mengelami peningkatan yang pesat.

Aku punya usaha sendiri, aku membuka butik sebelum menikah waktu itu masih ngontrak ruko kecil dipusat pertokoan dan kini sudah berdiri megah ditanah sendiri.

Aku memang bukan anak orang kaya tapi orang tuaku cukup berada. Bahkan usaha rental Mas Harum aku yang memodali.

Sebenarnya aku sakit hati melihat kelakuan Mas Harun, sudah banyak cara aku lakukan untuk menyadarkannya tapi watak memang bukan watuk (batuk) yang bisa diobati. Mas Harun tetap saja berulah meski usia tak lagi muda.

Sebagai wanita aku sangat menjaga penampilan pakaianku selalu modis bahkan saat dirumah. Wajah dan tubuhku terawat aku bahkan terlihat sepuluh tahun lebih muda dari usiaku. Aku tidak pernah melahirkan jadi bentuk tubuhku masih seperti saat gadis dulu.

Saat diranjangpun aku selalu memberikan service terbaikku, bahkan aku selalu meng upgride gaya bercintaku biar Mas Harun gak bosan.

Tapi semua itu tidak membuat Mas Harun merasa puas dan berhenti berpetualang. Kadang aku merasa lelah dan ingin mengakhiri segalanya aku ingin membahagiakan diriku sendiri.

Saat usia perkawinan kami berusia tujuh tahun, aku mengdopsi keponakanku anak dari kakak perempuanku Johan namanya, saat itu kakakku hamil lagi padahal anak pertamanya berusia dua tahun dan Johan baru berumur delapan bulan aku kasihan melihat kakakku yang kerepotan mengurus anak.

Johan sudah menikah dan punya satu anak perempuan, mereka tinggal dirumahku sehingga membuatku tidak kesepian.

Kadang aku malu sama mantuku karena kelakuan Bapak mertuanya.

Sabar tidak berbatas, tapi sabarku kini sudah tandas, saat kuterima pesan WA digawaiku. sebuah foto dimana seorang perempuan sedang bersandar mesra didada suamiku yang sedang tidak memakai baju dan tubuh mereka tertutup selimut.

Sepertinya mereka kelelahan setelah melakukan pertempuran hebat, perempuan itu menulis pesan.

["Laki-laki hebat"]

Hatiku terbakar amarah selama ini selingkuhan suamiku tidak berani padaku, hanya menunduk saat menemuiku tapi ini berani-beraninya dia mengirim foto menjijikan .

Nantang ngajakin perang perempuan itu.

Bersambung dulu ya say.....

like, komen, dan krisannya ditunggu.

*Episode 2 : Teror

Aku mengabaikan foto dan pesan yang dikirim perempuan itu, buat apa diladeni hanya buang-buang waktu dan energiku saja.

Aku jalani hari-hariku seperti biasa, aku tak perduli lagi apapun yang Mas harun lakukan. Seperti hari ini dia baru pulang jam sepuluh malam.

"Mah, belum tidur ?" halah basa-basi, aku hanya tersenyum menanggapinya.

"Maaf pulang kemalaman tadi ada pertemuan dengan klien" tuh kan bohong lagi, suamiku memang ahlinya berbohong.

"Ketemuan dihotel Kencana ya Mas ? Klienmu perempuan kan ?" tanyaku dengan datar, seolah tidak terjadi apa-apa.

"Kok mama tahu ?" Aku tahu kalau mereka berada dihotel kencana dari selimut yang menutupi tubuh mereka bertulis 'Kencana Hotel'.

wajah Mas Harun terlihat sedikit memucat. Mas Harun memang takut kalau perselingkuhannya kuketahui.

Biasanya dia akan meninggalkan selingkuhannya setelah ketahuan dan akan bersikap manis kepadaku.

Tapi itu tak akan lama paling sebulan dua bulan dia akan selingkuh dengan perempuan yang lain lagi.

Ntah hoby entah kecanduan kalo gak selingkuh Mas Harun bisa sakau.

"Iya, klien itu tadi WA mama, kalo kalian sedang bersama, aku juga heran dari mana klienmu itu dapat nomerku ?"

"WA Mama ?" melihat ekspresi terkejutnya membuatku pengen nampol wajah Mas Harun pakai sandal bakiak.

"Nih ! " aku menyodorkan gawaiku yang berisi fotonya dengan ulat bulu itu.

"Mah ini bisa dijelaskan" ucapnya seperti ketakutan.

"Siapa dia mas ? umurnya berapa ? lumayan cantik dia" aku berkata dengan menatap tajam kearah nya.

"Eh...Bukan, maksudku...aku...anu..." ha...ha...aku tertawa dalam hati, tukang selingkuh kok takut ketahuan.

"Jawab aja Mas, gak usah mbulat mbulet gitu"

"Na...namanya Diana ma, dua puluh lima tahun"

"Masih muda juga ya ? masih kuliah apa sudah kerja ?"

"Kerja Ma, kasir Indosemar janda anak satu"

"Oooh janda to ? pantesan gatel, sudah berapa lama kalian pacaran ? berapa kali main kuda-kudaan ?"

Mendengar pertanyaanku Mas Harun menundukan kepala, seperti anak kecil yang dimarahin Ibunya karena ketahuan mencuri permen.

"Kok diam aja Mas...kan enak main sama janda muda"

"Dua bulanan ini Mah, Tapi baru sekali ini kok Ma, bobok bareng nya, maaf ya ma...jangan marah, Aku janji ini yang terakhir Aku ketemu Diana"

Rasanya perutku mual mendengar pengakuannya, dan pengen memuntahkannya di muka Mas Harun.

"Halah ! janji palsu ! kalau nggak ketemu Diana ya cari diana yang lain, iya kan Mas ?"

"Beneran janji, habis ini aku tinggalkan Diana"

"Basi ! dan satu lagi, bilang sama gundikmu itu jangan pernah hubungi aku lagi !"

Mas Harun hanya mengangguk seperti sapi ompong saja.

------------------------------------------------------------------------

Setelah kejadian malam itu Mas Harun lebih banyak dirumah, dia jadi sering menemaniku kebutik. Dia keluar hanya untuk mengantarku kemana saja atau ada acara penting saja.

Apakah dia sudah insaf ? semoga saja. Karena ini bukan pertama kali dia ketahuan selingkuh.

Sebenarnya aku berharap Mas Harun berubah, usianya sudah tidak muda lagi, bukankah lebih baik mendekatkan diri kepada Tuhan.

Keinginanku sederhana, hanya ingin menua bersama, menikmati usia senja dengan tentram dan damai tanpa ada batu sandungan apalagi badai perselingkuhan.

Meski tanpa anak toh ada Johan yang sudah seperti anak kami sendiri, dan sudah memberi cucu cantik yang lucu.

Kami sudah punya segalanya apalagi yang mau dicari. Yang kutakutkan saat maut menjemput Mas Harun belum bertobat.

Aku tidak tahu apa yang akan terjadi, biar saja kunikmati hari-hari damai ini, semoga Mas Harun benar-benar sudah tobat dan berhenti berselingkuh.

Ternyata Ketenanganku tidak berlangsung lama belum sampai satu minggu, ulet bulu itu mulai menebar teror lagi.

Beberapa kali aku lihat Mas Harun mendapat telfon, dia bicara berbisik sepertinya takut kepergok aku.

["Aku sudah bilang jangan hubungi aku lagi"]

["Aku gak perduli !"]

["Terserah"!]

Hanya itu yang kudengar, dari nada bicaranya sepertinya Mas Harun marah. entah dengan siapa Mas Harun bicara ditelfon.

"Yang nelfon siapa mas ?" tanyaku

"Arman ma, dia minta kasbon lagi" Aku tahu Mas Harun Berbohong ada yang dia sembunyikan dariku.

"Oh" jawabku pendek.

Bukan itu saja, Aku pernah mendapati Mas Harun menerima telfon tengah malam saat kami sedang tidur berdua dikamar.

["Apalagi ? hubungan kita hanya sebatas suka sama suka, gak lebih"]

["Hei jaga ucapanmu, aku sudah punya istri, kamu harusnya tau resiko menjalin hubungan dengan pria beristri"]

["Kamu sudah mendapat apa yang kamu mau, uang, perhiasan mau apa lagi ?"]

["Kamu gila !"] Ada frustasi dalam nada suara Mas Harun.

Tut......Mas Harun mamatikan gawainya.

Aku duduk disisi ranjang menunggu Mas Harun bertelefon.

"Mas, sini" sambil kutepuk kasur agar dia duduk disebelahku. Dengan kasar Mas harus menghempaskan tubuhnya dan duduk.

"Mas jujur saja, tadi yang telfon siapa ? apa Diana ?"

"Iya Ma, Diana marah aku tak menemui dia akhir-akhir ini. Siang malam dia WA aku terus, kalau gak aku respon dia marah-marah"

Mas Harun menghela nafas, menjeda obrolannya.

"kemarin dia mengancam akan bunuh diri, dia juga mengancam akan menyebarkan foto-foto syur kami, tadi dia mengancam mau lapor polisi" Mas Harun menggenggam tanganku seperti mencari kekuatan.

"Katakan yang sebenarnya Mas ? Apa mas mencintai Diana ?" Mas Harun menggelengkan kepala.

"Berapa kali kalian bercinta ? aku tidak percaya kalau baru sekali itu"

"Maaf ma, Aku lupa berapa kali gak pernah ngitung" jawabnya sambil cengengesan.

Coba bayangkan bagaimana perasaanmu mendengar pengakuan suami seperti itu.

Sebenarnya itu bukan seratus persen kesalahan Mas Harun, sudah satu tahun ini aku tidak bisa melayaninya diranjang.

Aku menderita kanker serviks meski masih stadium awal, itu membuatku kehilangan gairah. Dan memang saran dokter aku tidak melakukan hubungan intim sampai benar-benar sembuh.

Beberapa tahun yang lalu Aku sudah menyarankan Mas Harun menikah lagi dengan siapapun terserah, dari pada zina terus.

Tapi Mas Harun menolak, karena aku minta cerai kalu dia mau menikah lagi. Aku tidak bisa berbagi suami apalagi melihatnya langsung didepan mataku, aku tidak sanggup.

"Tolong Aku ya mah...Diana neror terus" suaranya seperti orang tertekan.

"Asal Janji ini perselingkuhanmu yang terakhir, Aku akan bantu. Tapi kalau terulang lagi i'am sorry good bay Mas" kataku tegas.

Mulai malam ini aku mencoba berdamai dengan keadaan, mencoba untuk menuntun Mas Harun kembali kejalan yang benar.

Malam ini kami tidur dengan saling berpelukan, nyaman rasanya sudah lama sekali kami tidak melakukan.

Pagi menjelang kami berlima sarapan bersama diruang makan, Aku duduk bersebelahan dengan Mas Harun. Didepanku duduk Johan dan istrinya yang memangku cucu kami.

Sungguh pemandangan yang indah, kami jarang sekali punya waktu bersama, terutama Mas Harun. Aku bercengkrama sambil sesekali bercanda andai kehangatan ini selamanya.

Thing...thing gawaiku berbunyi ada WA masuk. Sebuah foto gambar tes pack dua garis dengan pesan "Harun junior".

Bersambung say....

jangan lupa vote biar author semangat...

* Episode 3 : Ketemu ulat bulu

Aku langsung memblokir no yang kunamai ulat bulu itu. Rupanya dia tidak kehabisan akal dengan menghubungiku, karena Mas Harun sudah memblokir nomor Diana lebih dulu.

Nekat juga perempuan, melakukan segala cara untuk mendekati Mas Harun lagi, hal ini membuat aku tidak yakin kalau dia hamil kalaupun benar dia hamil belum tentu itu anaknya Mas Harun.

Dia bisa tidur dengan suamiku bisa jadi dia juga tidur dengan laki-laki lain, bisa saja kan ?Aku tak mau ambil pusing dengan perempuan itu.

Selesai sarapan Johan yang ASN berangkat kerja dikantor PEMDA kota kami. Sedangkan istrinya sekarang ikut mengurusi Butikku.

Tapi kami berangkat agak siang, Sekarang istri Johan, Anita aku ajarin ngurus butik bagaimanapun juga harus ada yang melanjutkan usahaku.

Kami kebutik diantar Mas Harun, sesampainya dibutik aku sibuk menata baju yang sudah selesai dijahit karyawanku. Anita mengecek barang-barang yang dikirim para supliyerku.

Semantara Mas Harun bermain dengan loly cucu kami, Aku yang melihatnya tersenyum dalam hati. Mas harusnya kamu memang main sama cucu bukan main perempuan.

Suasana damai ini tak berlangsung lama, tiba-tiba gawaiku berbunyi nama Anto yang tertera dilayar.

"Assalamualikum bu..."

"waalaikum salam ada to ?"

"Mohon maaf Bu dirumah ada perempuan mencari Pak Harun, sudah saya bilang Bapak gak ada tapi dia ngeyel Bu, ini orangnya masih nunggu"

"Kamu tanya namanya siapa, maunya apa ?"

"Namanya Diana Bu, dia bilang mau bicara sama Bapak saja. saya harus bagaimana Bu ?"

Setiap ada perempuan yang mencari Mas Harun, Anto menelfonku karena hanya aku yang bisa mengatasi mereka.

"Ya sudah kamu jaga dia jangan sampai bikin rusuh sebentar lagi Aku pulang"

Rupanya perempuan sinting itu benar-benar nantangin ngajak perang.

"Anita nanti kamu pulangnya dijemput Johan aja ya, Mama sama Papa pulang dulu" Titahtu pada menantuku itu.

"Mama mau kemana ?"

"Pulang, Ada tamu nunggu dirumah"

Mas Harun menoleh kearahku keheranan.

"Kok pulang Ma ?" tanya Mas Harun.

"Ada Diana lagi nungguin kamu Mas"

"Diana ?"

"Udah ayo !" aku tarik tangan Mas Harun yang keheranan agar segera beranjak.

Sepanjang perjalanan kami hanya berdiam tanpa bicara, mungkin karena melihat ekspresi wajahku yang datar Mas Harun terlihat gelisah. Seperti pencuri yang tertangkap.

"Thin....thin...." bunyi klakson mobilku tak lama pintu gerbang terbuka.

Kami turun dari mobil Anto tergopoh-gopoh menghampiriku.

"Sudah saya suruh pulang Bu, tapi dia gak mau, malah mengitari rumah ini lihat-lihat"

"Sekarang dia dimana ?"

"Diruang tamu Bu dijagain, Bi Minah"

"Ya sudah kamu kembali kerja" Anto pun beranjak meninggalkanku.

Kulihat Mas Harun masih didepan kemudi, dia takut rupanya. Aku ketok pintu mobil. Kaca pintu didepanku diturunkan.

"Mas ! Ayo !"

"kok Malah bengong !"

Mas Harun turun dari mobil dengan malas.

Di ruang tamu Aku lihat bik Minah duduk berdampingan dengan perempuan muda yang memakai baju kurang bahan. Perempuan yang sama dengan foto yang dikirim ke WA ku.

Masih muda, Perempuan full make up itu sebenarnya tidak terlalu cantik tapi lekuk tubuhnya yang sengaja ditonjolkan itu memang menggoda hasrat pria, termasuk suamiku.

Perempuan itu tersenyum, melihatku dan Mas Harun yang berdiri disamping. Kami berdua duduk berdampingan disebrang perempuan itu.

"Saya pemisi dulu Bu " Dengan merundukan badan bik Minah meninggalkan kami bertiga.

"Mas Harun, Bu" perempuan tak tahu malu itu menyapa kami. Sedangkan Mas Harun hanya tersenyum kecut.

"Katakan apa maumu ?" Perempuan itu menatapku seperti tidak ada ketakutan sama sekali.

Perempuan itu mengeluarkan amplop coklat dari tasnya dan menyodorkannya kepadaku. Sebuah hasil foto USG.

"Saya hamil Bu, dan itu anaknya Mas Harun" ucapnya yakin.

"Lalu ?" kutatap tajam wanita itu dia terlihat sedikit grogi.

"Saya mau Mas Harun bertanggung jawab, dia harus menikahi saya"

"Kamu yakin iyu anaknya Mas Harun, bisa jadi itu anak laki-laki lain yang tidur dengan kamu kan ?"

"Ibu jangan sembarangan ngomong ya, saya bukan perempuan murahan"

"Tidur dengan suami orang tanpa ikatan pernikahan, Kalo bukan perempuan murahan lalu apa namanya ?" Ucapku tajam.

"Mau disebut bidadari ?"

"Saya hanya tidur dengan Mas Harun, tidak ada laki-laki lain !" nada suaranya meninggi sepertinya dia mulai terbawa emosi.

"Ok, Mas Harun akan segera menikahimu setelah hasil tes DNA membuktikan kalau itu benar anak Mas Harun." Aku masih mencoba mengendalikan emosiku yang hampir meledak ini.

"Aku tidak mau menunggu, anak ini harus punya ayah sebelum lahir" Wanita itu berdiri dengan mata nyalang menatapku.

"Mas selesaikan urusanmu dengan wanita ini" Aku menoleh kearah Mas Harun yang dari tadi diam dengan menundukan kepala.

Aku beranjak dari sofa tamu dan berjalan menuju kamar, dia usia yang tak lagi muda ini aku masih saja direpotkan urusan perempuan-perempuan Mas Harun.

Entah apa yang dibicarakan Mas Harun dengan perempuan itu, aku tidak perduli dadaku sesak kepalaku pusing aku mau tidur.

Mataku sulit terpejam pikiranku melayang kemasa silam, awal-awal pernikahan kami kebahagiaan menyelimuti.

Mas Harun laki-laki sederhana itu membuatku jatuh cinta, sikapnya yang sopan dan sifatnya yang mengayomi membuatku menerima lamarannya meskipun dia tidak punya apa-apa.

Mas harun anak pertama dari lima bersaudara laki-laki satu-satunya, semua adiknya perempuan. Kehidupan Mas Harun boleh dibilang memprihatinkan.

Sejak Mas Harun bekerja dia ikut membantu menafkahi keluarganya, pun setelah menikah denganku.

Bahkan biaya pendidikan adik-adiknya Mas Harun yang menanggung, tentu saja dengan bantuanku yang lebih banyak karena Mas Harun hanya karyawan biasa sedangkan aku pengusaha.

Semua adiknya jadi sarjana berkat jasaku itulah kenapa setiap perselingkuhan Mas Harun terungkap adik-adiknya lebih membelaku.

Dalam kehidupan rumah tanggaku hampir tidak pernah terjadi perselisihan apalagi pertengkaran, Mas Harun yang lemah aku yang tegas sebenarnya kami pasangan yang saling melengkapi.

Badai selalu menghantam tak mampu menggoyang bahtera kami, tapi kali ini aku menghadapi perempuan nekat.

Suara handle pintu membuyarkan lamunanku, Mas Harun masuk dengan wajah tertekan.

"Bagaimana Mas ? Apa perempuan itu sudah pergi ?" kutatap wajah laki-laki yang sudah menemaniku selama tiga puluh tahun itu.

"Sudah Ma" Laki-laki disampingku menghela nafas.

"Ma, aku harus menikahi Diana, dia mengandung anakku." suara Mas Harun terdengar berat.

"Kamu yakin itu anakmu ? setelah tes DNA membuktikan kalo itu anakmu silahkan nikahi Diana."

"Diana hanya tidur denganku, anak itu hanya korban kesalahan orang tuanya kasihan kalo dia lahir tanpa ayah"

"Sejak awal sudah kukatakan, silahkan kamu menikahi siapapun tapi ceraikan aku !" ucapku emosi.

"Aku tidak akan menceraikanmu, sampai kapanpun aku tidak akan menceraikanmu !"

Ucap Mas Harun tak kalah emosi.

"Kalau kamu tidak mau menceraikanku, aku yang akan menggugatmu !"

Mas Harun keluar kamar dan membanting pintu dengan keras.

sepeninggalnya aku hanya termenung setelah tiga puluh tahun bertahan, apakah aku harus menyerah ?

Bersambung....

Like, komen, krisan, votenya dong....untuk mendukung karya author.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!