Elsa duduk termenung di kursi nya, pandangan nya lurus ke luar jendela pesawat. Ia memandangi perumahan, laut dan sebagai nya yang terlihat seperti semut dari atas sini. Kecil, tak berarti dan mungkin terlihat seperti bukan apa apa namun sebenarnya juga merupakan sebuah pemandangan yang sangat indah.
Elsa merenungi hidup yang ia jalani selama ini, hidup yang menurut nya indah dan penuh perjuangan. Elsa tahu, diri nya adalah seorang yang ambisius dan Elsa bangga dengan hal itu. Karena ia percaya bahwa menjadi orang yang ambisius sangat bagus untuk apapun yang di inginkan dalam hidup. Namun Elsa baru sadar, Seseorang yang hanya bisa terus berambisi terkadang akan lupa mensyukuri apa yang mereka punya, mereka selalu ingin lebih dan lebih sehingga mereka bisa saja kehilangan apa yang sudah mereka miliki hanya dalam hitungan detik. Dan itulah yang Elsa alami selama ini.
Elsa sangat suka dunia modeling, Elsa selalu bermimpi ingin menjadi model yang go internasional dan Elsa siap melakukan apapun untuk itu, termasuk meninggalkan calon suami nya di hari pernikahan nya.
Tapi lihat yang Elsa dapatkan?
Ia kehilangan pujaan hati yang telah mencintai nya dan sangat ia cintai selama 8 tahun ini, yang membuat nya sangat sakit, sekarang sang pujaan di miliki adik kandung nya dan mereka sekarang saling mencintai. Memiliki rumah tangga yang harmonis yang selalu di impikan Elsa bersama sang pujaan, dan sekarang ia hanya masa lalu dari sang pujaan.
Apakah rasa nya sakit?
Elsa tersenyum membayangkan rasa sakit yang ia rasakan saat mengetahui sang pujaan menikahi adik nya. Elsa sempat menyalahkan adik nya dan dan semua orang yang membiarkan mereka menikah, dan mereka justru balik menyalahkan Elsa. Mengatakan Elsa begitu egois, apakah mengejar mimpi yang ingin ia raih itu egois?
Namun, kehilangan calon suami yang sangat di cintai nya ternyata tak lantas membuat Elsa kehilangan mimpi nya untuk menjadi model. Dan keinginan itu membuat nya bertemu dengan pria brengsek seperti Jimmy, yang begitu manis, gantle, namun buaya. Yang bahkan mengambil kesucian Elsa di saat Elsa mabuk. Namun Elsa juga tahu, ia tak dapat menyalahkan Jimmy karena Jimmy tak kan melakukan hal itu jika Elsa menjaga diri. Yah, seperti yang di peringatkan oleh adik kecil nya. Tapi Elsa terlalu sombong untuk membenarkan adik nya saat itu.
Tak hanya hal itu yang menghancurkan hidup Elsa, rasa iri dan cemburu pada adik nya juga membuat hidup nya semakin suram, di penuhi kebencian dan segala penyakit hati bersarang di hati nya, dan ia bahkan hampir membunuh sang adik yang sedang mengandung dan itu juga membuat Elsa merasakan dingin nya penjara, betapa mencekam nya tinggal di penjara dan betapa mengerikan nya orang orang yang ada di sana.
Elsa tidak tahu bagaimana ia akan melanjutkan hidup nanti nya, semua nya sudah berakhir.
Dan sekarang ia sedang dalam perjalanan pulang kampung. Karena mantan tunangan nya yang kini menjadi adik ipar nya membebaskan Elsa dari penjara dengan syarat Elsa harus menjauhi keluarga kecil mereka.
Hati Elsa begitu sakit, ia seperti penyakit menular yang harus di jauhkan dari orang yang sebenarnya ia sayang, yaitu adik nya sendiri. Walaupun begitu, Elsa sadar bahwa selama ini ia telah menyakiti adik nya dan Elsa pantas mendapatkan karma nya sekarang.
Dan mengingat kampung halaman nya, hal itu membuat Elsa panas dingin. Semua orang tahu tentang keegoisan nya yang meninggalkan calon suami nya demi sebuah pemotretan dan meminta adik nya menggantikan nya di pelaminan, hal itu membuat Elsa menjadi bahan gunjingan para makhluk hidup di kompleks perumahan nya.
Belum lagi foto foto diri nya yang hanya berbikini saja sewaktu melakukan pemotretan di Jepang, sungguh membuat seluruh keluarga nya murka, dan itu juga menjadi santapan hangat bibir pada penghuni kompleks perumahan nya.
Sesungguh nya Elsa tak ingin kembali ke kampung halaman nya namun ia tak bisa lagi menolak perintah kedua orang tua nya, karena Elsa sudah kehilangan arah dalam hidup nya.
"Sa..."
Elsa terkesiap saat sang Ibu menyentuh pundak nya, tatapan yang sejak tadi kosong kini beralih menatap sang Ibu.
"Ya, Ma?" tanya nya.
"Kamu kenapa? Sejak tadi melamun terus?" tanya Mama nya khawatir, tentu saja ia khawatir dengan hal sekecil apapun karena Elsa adalah anak kesayangan nya.
"Tidak apa apa, Ma. Cuma kefikiran Elnaz, apa dia baik baik saja? Apa dia mau memaafkan ku?" lirih nya, Ibu nya menghela nafas panjang dan melirik suami nya yang duduk di samping nya.
"Adik mu itu orang baik..." kata Sang Ayah "Dia pasti akan memaafkan mu, dia juga pasti baik baik saja, Arfan pasti menjaga nya dan merawat nya dengan baik, apa lagi Arfan kan Dokter" tukas sang Ayah yang membuat Elsa tersenyum masam.
Arfan, nama mantan tunangan nya, sekaligus sepupu nya, yang sekarang menjadi adik ipar nya. Dia tampan, baik, sopan, dan yang pasti pasangan yang pasti di impikan oleh setiap wanita. Jangan lupakan juga selain tampan ia juga mapan, seorang Dokter bedah. Elsa memiliki begitu banyak mimpi bersama sang mantan tunangan, tapi ia sendiri yang menghempaskan mimpi itu menjauh dari nya.
Menyesal?
Hem, jangan tanya. Penyesalan terbesar dalam hidup Elsa adalah melepaskan pria seperti Arfan.
"Nak..." lagi lagi Elsa terkesiap saat Mama nya menyentuh pundak nya.
"Kenapa, Ma?" tanya nya dengan tatapan yang begitu sayu.
"Jangan melihat ke belakang, masa depan mu masih panjang. Kamu masih bisa meraih mimpi mu yang lain, kamu masih bisa mendapatkan kebahagiaan yang lain" ucap sang Ibu, Elsa hanya bisa tersenyum dan mengangguk pelan.
Mereka menikmati perjalanan pulang mereka dengan berbagai fikiran yang berkecamuk dalam benak mereka.
Tapi, masa lalu sudah berlalu. Hal yang buruk telah Elsa tinggalkan di belakang sana, tapi apakah hal buruk akan meninggalkan nya?
***Tbc...
...Visual After Darkness ...
Robin Sriwijaya***
Elsa Karina
Robin membereskan barang barang yang ada di kontrakan nya, ia memutuskan untuk pulang ke rumah nya setelah melihat kondisi Ibu nya yang semakin hari semakin parah.
Sejak lulus SMA, Robin memang keluar dari rumah nya, dimana sebenarnya Robin berasal dari keluarga kaya dan terpandang. Keluarga nya memiliki sebuah hotel, restaurant dan perusahaan yang bergerak dalam dunia modeling. Namun Robin memiliki seorang Ayah bajingan, yang selalu selingkuh dengan para model model muda itu, tak memperdulikan istri nya yang sudah sakit sakitan. Dan hal itu membuat Robin sangat membenci Ayah nya dan ingin sekali membawa pergi Ibu nya yang bernama Anita Wijaya. Namun sayang nya, sang Ibu sakit sakitan dan hanya Ayah nya yang mampu membiayai pengobatan nya.
Dulu, Robin bertekad ingin menjadi sukses tanpa bantuan Ayah nya. Tapi itu dulu, sekarang ia mengubah rencana hidup nya dan itu semua gara gara wanita yang bernama Elsa Karina. Salah satu simpanan Ayah nya yang sangat Robin benci.
Bukan karena apa, tapi karena Elsa adalah satu satu nya wanita yang foto nya di bawa kerumah bahkan ke kamar nya oleh Ayah Robin. Padahal sebelum nya, sebanyak apapun Ayah nya selingkuh, dengan wanita mana pun Ayah nya melakukan hubungan **** bebas. Namun tak pernah sekalipun Ayah nya mengambil foto mereka apa lagi menyimpan nya, Robin tahu hal ini dari Joanna. Sekretaris Ayah nya.
Tapi Elsa?
Ayah nya membawa foto Elsa dan menyimpan nya yang akhir nya foto tak senonoh itu di temukan oleh Ibu nya, membuat Robin merasa Ayah nya mencintai Elsa. Membuat Robin semakin marah dan di kuasai kebencian dalam hati nya yang memang sudah tumbuh dengan rasa benci pada ayah nya.
Robin yang dulu sangat benci ayah nya dan sama sekali tidak berniat melanjutkan bisnis Ayah nya, kini sudah berubah fikiran. Robin ingin mengambil alih perusahaan yang bergerak di agensi model itu dan ingin menumbangkan Ayah, anggap saja sekarang sudah saat nya pria bernama Andrew Wijaya itu mendapatkan karma nya, pria yang paling Robin benci di dunia ini karena sudah menyakiti wanita yang paling Robin cintai di dunia itu, yaitu sang Ibu.
Robin sudah menyiapkan rencana yang sudah matang, ia lakukan sendiri dan dengan tekad yang begitu kuat.
Robin membuka sebuah jurnal, dimana sudah ada rencana yang ia susun. Rencana pertama, ia akan membuat Ayah nya lumpuh dan mengambil alih semua usaha ayah nya, sebuah restaurant, hotel dan yang paling penting adalah perusahaan agensi model nya.
Kejam?
Robin tersenyum sinis membayangkan rencana pertama nya yang siapa pun pasti akan bilang itu kejam, atau mungkin orang orang akan meneriaki nya 'anak durhaka'.
"Anak tidak akan durhaka jika orang tua nya tidak durhaka lebih dulu..." gumam Robin.
Rencana kedua, Robin akan memecat semua wanita yang pernah menjadi selingkuhan Ayah nya. Membuat hidup mereka sengsara, akan mem black list mereka dengan alasan wanita simpanan sehingga takkan ada yang mempekerjakan mereka.
Rencana ketiga, balas dendam pada wanita yang di cintai ayah nya.
"Akan aku buat kamu membayar rasa sakit Mama, Els.."
"Akan aku buat kamu kehabisan air mata karena terus menangis"
"Akan aku buat kamu kehilangan harga diri mu, sehingga kamu akan merasa menyesal telah di lahirkan ke dunia ini"
...
"Mama senang sekali kamu akhirnya mau tinggal bersama kami lagi, Rob..." ujar Bu Anita yang kini duduk di atas kursi roda. Wajah nya pucat dan keriput, tulang tulang tangan nya bahkan begitu menonjol di kulit nya yang sudah keriput.
"Mulai sekarang aku akan jagain Mama, 24 jam..." kata Robin sambil tersenyum.
"Beneran?" tanya Mama nya dengan mata yang sudah berkaca kaca, tentu ia bahagia karena akhirnya bisa tinggal bersama lagi dengan putra semata wayang nya.
"Iya, Mama. Aku juga akan menyewa seorang perawat khusus yang akan merawat Mama selama 24 jam. Mama boleh memperlakukan dia seperti apapun yang Mama mau, dia akan jadi budak Mama" kata Robin yang membuat Bu Anita mengernyitkan dahi nya.
"Maksud nya?" tanya nya tak mengerti.
"Mama benci kan sama wanita yang ada dalam foto itu? Wanita yang bermesraan dengan Papa di atas ranjang..." seru Robin dan seketika wajah Mama nya langsung berubah muram, ia menunduk sedih.
Robin langsung berlutut di hadapan Ibu nya itu, ia menggenggam tangan keriput sang Ibunda.
"Mama jangan sedih, tatap mata ku, Ma..." tegas Robin. Mama nya pun memberanikan diri menatap Mata putra nya itu "Kita akan balas perbuatan Papa dan para gundik nya itu" geram Robin "Mama jangan khawatir, tidak akan ada lagi yang menyakiti Mama"
"Apa yang akan kamu lakukan, Rob?"
"Sesuatu yang tidak perlu Mama tahu, tapi aku pastikan ini baik buat aku dan Mama" Mama nya tentu masih terlihat bingung, namun ia hanya diam saja. Karena sudah tidak tahan juga diri nya di sakiti seperti ini oleh suami nya selama bertahun tahun.
"Sekarang aku mau pergi dulu, Ma. Ke restaurant. Mama istirahat saja di rumah, dan apapun berita yang akan Mama dapatkan tentang Papa nanti, Mama jangan panik. Karena aku akan mengatur semua nya"
....
Sementara itu, Pak Andrew saat ini sedang makan malam bersama salah satu wanita simpanan nya di restaurant milik nya. Namun belum selesai ia makan, tiba tiba ia kejang dan terjatuh ke lantai. Membuat para tamu yang datang dan juga para karyawan nya menjadi histeris.
Sementara Rion, yang seorang manager restaurant hendak memanggil ambulance namun Robin yang sejak tadi ada di sana mencegah nya.
"Bawa saja ke mobil ku, aku akan membawa Papa ke rumah sakit. Kalian tetap di sini...." perintah Robin pada Rion.
"Tapi, Pak. Seperti Pak Andrew terkena stroke, sebaiknya di bawa ke rumah sakit supaya di tangani dengan cepat dan tepat" kata Rion.
"Tentu saja, Rion. Dia ayah ku, aku tak ingin dia kenapa kenapa..." ujar Robin namun raut wajah nya menampilkan yang sebaliknya.
Ayah nya masing kejang kejang dengan mata melotot ke atas, tubuh nya juga mulai kaku. Beberapa karyawan laki laki membopong Pak Andrew ke mobil Robin.
"Apa perlu saya temani, Pak Robin?" tanya Rion.
"Tidak, kamu urus saja restaurant. Jangan sampai terjadi para pelanggan menjadi tidak nyaman" perintah Robin.
"Baik, Pak..." seru Rion.
Robin langsung menjalankan mobil nya, ia menuju ke rumah sakit namun dengan sangat pelan. Mobil nya berjalan seperti keong yang patah kaki nya, Robin melirik Ayah nya dari kaca spion dan ia tersenyum puas.
"Mulai sekarang, Papa tidak perlu lagi bekerja. Papa tinggal tiduran di kamar menemani Mama. Okey, Pa" ia berkata dengan senyum puas di bibir nya dan mata nya menyiratkan sesuatu yang sangat berbeda dengan Robin yang dulu.
Mungkin benar yang pepatah katakan, orang jahat adalah orang baik yang tersakiti.
"Sa..." Bu Yuni masuk ke kamar Elsa dan ia mendapati putri sulung nya itu masih bergelut dengan selimut nya. Lingkaran hitam tercetak jelas di bawah mata nya yang menandakan ia benar benar lelah dan kurang tidur, tubuh nya juga terlihat lebih kurus.
"Makan dulu, Nak. Dari tadi malam kamu belum makan..." kata Bu Yuni sembari meletakkan piring yang berisi nasi lengkap dengan lauk pauk nya di atas nakas.
Elsa menggeliat malas dan duduk bersandar di kepala ranjang yang berukuran sedang itu.
"Aku tidak lapar, Ma. Nanti aku akan makan saat lapar..." kata Elsa.
Kini sudah seminggu ia berada di rumah nya dan Elsa tidak sekalipun keluar dari rumah nya, Elsa malu dengan tetangga dan teman teman nya karena terkadang mereka masih mengungkit masa lalu.
"Kamu mau sampai kapan begini terus, Sa?" tanya Bu Yuni lembut, ia merapikan rambut Elsa yang berantakan. Bu Yuni meringis akan perubahan Elsa, padahal dulu Elsa sangat perduli dengan penampilan nya meskipun hanya berada dalam rumah. Elsa selalu memakai make up dan memastikan ia selalu terlihat bersih dan cantik, sangat berbeda dengan seminggu terkahir ini. Dimana Elsa bahkan kadang tidak mandi selama dua hari, tidak makan kecuali ia sudah pusing karena kelaparan, tidak menyisir rambut nya meskipun sudah keramas.
Ponsel Elsa berdering, Elsa melirik nya dan tertera nama Elnaz di layar smartphone nya yang sudah menampilkan notifikasi batrei low. Elsa bahkan lupa kapan terakhir kali ia mengecas ponsel nya itu.
"Adik mu itu, angkat gih..." kata Bu Isna namun Elsa menggeleng. Sudah berkali kali Elnaz menghubungi nya namun Elsa tak berani menjawab panggilan dari adik kandung nya sendiri itu.
"Ya sudah, kamu makan ya. Mama khawatir sama kamu, Sa. Mama takut kamu jatuh sakit nanti..." bujuk nya lagi yang akhirnya membuat Elsa menganggukan kepala nya. Tangan nya terulur guna mengambil piring yang ada di atas nakas, Mama nya membantu nya.
"Makan yang banyak, kamu makin kurus..." ujar sang Mama lagi, Elsa hanya menanggapi nya dengan senyum samar.
Elsa tidak tahu bagaimana ia harus memulai hidup nya lagi, hidup nya sudah hancur saat ia meninggalkan Arfan, mantan tunangan nya di hari pernikahan mereka hanya demi sebuah kesempatan menjadi model yang tak pasti. Hidup nya semakin hancur saat ia memutuskan melakukan pemotretan dengan hanya memakai bikini, dan hidup nya benar benar hancur saat ia menjalin hubungan dengan Jimmy hanya untuk mengalihkan perasaan nya dari Arfan.
....
Bu Anita memandangi suami nya, yang dulu tampan dan gagah meskipun sudah berusia dan rambut nya sudah ada yang memutih. Kini, terbaring lemah tak berdaya di ranjang nya, di sisi nya, seperti yang di janjikan Robin. Ayah nya tak perlu lagi bekerja atau melakukan apapun, hanya cukup berbaring di sisi istri yang selama ini di abaikan nya.
"Suka, Mas? Di kamar setiap hari, tidak perlu lagi capek capek bekerja..." ucap Bu Anita sambil tersenyum tipis.
Dulu, Bu Anita wanita yang cantik dan mandiri. Dulu, ia juga seorang model. Bahkan setelah menikah dan memiliki anak, Bu Anita masih menjalankan profesi nya sebagai model. Namun ia memang punya kelainan pada jantung nya, apa lagi saat ia mendapati suami tercinta nya selingkuh dengan beberapa wanita muda yang sangat cantik. Membuat nya terkena serangan jantung, dia shock dan depresi, hingga ia sakit sakitan hingga sekarang.
Sementara sang suami, entah apa yang Robin lakukan seminggu yang lalu, namun Dokter menyatakan bahwa Pak Andrew terkena stroke dan mungkin akan lumpuh sementara.
Sejak seminggu yang lalu juga, Pak Andrew hanya bisa berbaring di ranjang nya. Ia masih memiliki kesadaran secara penuh, namun sekali lagi, entah apa yang Robin lakukan pada ayah nya sendiri sehingga ayah nya benar benar lumpuh, untuk berbicara saja ia kesulitan padahal fakta nya, ia tak pernah mengidap penyakit stroke sebelum nya.
Sementara itu, Robin juga sudah mengambil alih semua perusahaan ayah nya dan itu membuat dia sangat sibuk, apa lagi sekarang ia harus melakukan sidang skripsi nya.
Dan ada satu tugas lagi yang masih harus Robin lakukan, yaitu menjemput calon pelayan Mama nya.
Saat ini, Robin sedang berada di kantor ayah nya, muda, tampan, pintar, dan sudah menguasai tiga usaha Ayah nya hanya dalam waktu satu minggu, itu hal yang luar biasa. Dan semua mata wanita, terutama para model model cantik nya tertuju pada nya. Namun sayang nya, Robin tak sedikit pun tertarik pada mereka.
Ah, jangan lupakan juga semua wanita yang pernah terlibat hubungan dengan Ayah nya sudah di pecat dengan sangat tidak hormat, tak hanya itu, Robin memberi mereka sebuah pelajaran yang lebih sadis dari itu, yaitu menyebarkan bahwa mereka juga bekerja menjadi seorang pelacur. Sehingga Robin enggan memperkerjakan wanita yang tak memiliki martabat. Sekarang, seluruh dunia akan selalu memandang mereka rendah.
Robin mengambil ponsel nya yang tergeletak di atas meja kerja nya. Ia mencari kontak Mama nya dan menekan tombol dial. Tak lama kemudian panggilan nya terjawab, dan terdengar suara wanita yang begitu lembut dari seberang telfon sana.
"Rob, bagaimana pekerjaan mu? Apakah susah menghandle bisnis Papa?"
"Tidak sama sekali, Mama. Aku menikmati nya" kata Robin dengan senyum sinis yang tercetak di bibir nya, bukan karena apa, melainkan karena ia sedang menatap foto Elsa, Robin melingkari nya dengan spidol merah kemudian memberi tanda X di wajah Elsa.
"Mama, malam ini aku tidak pulang. Mungkin besok siang aku akan pulang" kata Robin kemudian.
"Memang kamu mau kemana, Rob?"
"Aku ada pekerjaan penting..."
"Hem, baiklah. Jangan lupa makan ya..."
"Iya, Mama. Sudah dulu ya, aku harus pergi sekarang.."
Setelah selesai berbicara dengan Ibu nya, Robin menarik ransel milik nya. Dimana ada laptop dan beberapa buku kuliah nya di sana.
Kemudian Robin memeriksa tiket ke berangkatan nya ke Surabaya yang sudah di pesan nya sejam yang lalu.
Robin masih berpenampilan layak nya anak kuliahan, dan itu justru memunculkan Kharisma nya tersendiri.
"Joanna..." seru Robin pada sekretaris Ayah nya yang kini sudah menjadi sekretaris diri nya "Urus semua nya sampai besok sore, aku harus pergi ke luar kota" kata Robin pada sekretaris seksi nya itu.
"Memang sudah booking tiket pesawat dan hotel nya, Pak?" tanya Joanna heran, karena biasa nya jika Pak Andrew akan pergi ke luar kota maupun ke luar negeri, Joanna lah yang akan mengurus semua nya.
"Sudah" jawab Robin
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!