Seorang wanita cantik menunggu temannya di sebuah kafe. Tiba-tiba, dia melihat kekasihnya duduk bermesraan dengan wanita lain. Dia marah dan melabrak kekasihnya.
"Kamu selingkuh yah?"
pria terlihat keget mendengar teriakan. beberapa orang menoleh ke arah mereka.
"Sayang, aku bisa jelasin"
"Jelasin? ini sudah jelas"
"Dia ini teman aku"
"Teman, gandengan tangan, pegang wajah, itu namanya teman?"
"Lea bukan begitu"
"Lalu bagaimana? Aku minta kita putus sekarang"
Lea berlari sejauh mungkin dari kekasihnya. Banyak orang yang menyaksikan adegan putus mereka di kafe.
Lea menangis sejadi-jadinya ketika mengendarai mobilnya. Lea tidak menyangka bagaimana bisa Alex kekasihnya bermain api di belakangnya. Dia sudah 5 tahun pacaran dan ingin melanjutkannya ke jenjang pernikahan.
Drett...Dreet...Dreet....
Telepon lea berdering.
"Halo?"
"Lea kamu dimana? Aku sudah sampai di kafe"
"Maaf Fita, aku tidak bisa datang"
"Kena-" Lea menutup teleponnya dan terus menangis.
Lea wanita karier sebagai model yang selalu tampil di setiap majalah. Banyak yang mengingikannya karena paras cantik dan sukses di usia mudanya. Yang jelas dia, is perfect women.
Sesampai di rumah, lea menangis dan memeluk bundanya.
"Lea, kamu kenapa nak?" Tanya bunda rani ketika melihat anaknya menangis.
Lea begitu manja dengan mamanya, setiap kali ingin sesuatu selalu di turutin. Meski begitu, lea berhasil jadi seorang model yang wajahnya terpajang di mana-mana. Itu membuat bundanya bangga dengan putrinya.
"Alex selingkuh...."
"Kamu yang sabar, dia bukan pria yang baik buat kamu. sekarang kamu mengerti, kenapa bunda tidak menyukainya?"
"Lea tidak menyangka Alex seperti itu"
"Jangan nangis anak bunda"
1 jam kemudian....
Lea tersadar dan melihat dirinya berada di sebuah kamar yang sangat asing baginya.
"Aku di mana ini? ini kamar siapa?" Guman lea.
Kamar yang sempit dan terlihat kotor. Tidak lama datang seorang wanita yang seusia lea. Mata cokelat, rambut panjang dan pendek. Dia tidak asing bagi lea, lea sepertinya pernah melihatnya.
"Ling wei, kamu sudah bangun?" Tanyanya dengan suara manis dan sopan.
"ling wei? siapa ling wei, kenapa dia memanggilku ling wei?" Guman lea.
"Ling wei..."
Lea kaget, ternyata benar anak ini memanggilnya dengan nama ling wei.
"Aku lea bukan ling wei"
"Lea? hehehe" Dia tertawa
"kenapa ketawa? ada yang lucu?"
"Ling wei, siapa lea? Kamu ling wei. Apa kepalamu terbentur tadi?" Dia memeriksa tubuh lea.
"Aku lea bukan ling wei" Teriak lea tidak mau mengalah. Dia memang lea, entah kenapa anak ini memanggilnya ling wei.
"Ling wei, kamu sudah bisa bicara kasar?" Tanyanya heran.
"Sebenarnya apa yang terjadi dengan semua ini? kenapa aku bisa ada di sini dan kenapa dia memanggilku ling wei" Guman lea.
"Ling wei, lihatlah dirimu"
Lea melihat dirinya dalam cermin, ini bukan dirinya. Wanita yang pendek, mata biru, dan rambut sejajar bahu.
"ini bukan aku. Siapa dia? apa cerminnya ajaib bisa mengubah penampilan seseorang?"
Lea semakin bingung, sebenarnya apa yang terjadi. Ketika dia bangun, lea berada di kamar asing dan orang asing.
"Apa aku diculik kemudian di bawa ke sini? Tapi aku pernah dengar nama ling wei. Dalam novel yang dikatakan fita. Ling wei, itu berarti aku berada dalam novel"
"Ling wei, cepat bersiap"
"Bersiap, kita mau kemana?"
"Ke sekolah"
"Hah, kesekolah?"
"Iya. Cepatlah, nanti kita terlambat"
"Namamu siapa?" Tanya lea memberanikan diri.
"Kamu tidak mengenalku? kamu amnesia atau apa? Aku soo hee"
Di Sekolah....
"soo hee, ling wei" kata seorang pria seumuran dengan mereka memakai baju seragam.
"Jian...." Teriak soo hee berlari ke arahnya.
Ling wei mengikutinya.
"Entah apa lagi yang akan terjadi di panggung sebentar" Kata jian
"Kita hanyalah pemeran pendukung, tidak bisa berbuat apa-apa" Lanjut soo hee sambil menghela nafas panjang.
Panggung, pemeran pendukung, ling wei tidak mengerti dengan semua ini. Dimana dia sebenarnya.
Sebelum kejadian....
Lea merasa lega, dia tidak akan memikirkan Alex lagi. Bunda juga mengatakan untuk fokus dengan kariernya. Pintu rumahnya di ketuk...
"Fita...Ayo masuk"
"Maaf datang terlambat, aku mau memberikanmu novel yang kamu pesan"
"Makasih banyak, kamu teman terbaiku"
"Giliran ada maunya baru sadar. Tetapi Novel ini masih ada kelanjutannya jadi nanti setelah baca ini baru aku kasih"
Lea membuka sampul novel.
"Takdir dalam gengaman" Kata Lea membaca sampul Novel.
Fita pulang setelah memberikan novel pada lea. Lea berbaring sambil membacanya.
"Andai saja aku bisa seperti fui man, pacarnya perhatian dan setia. Dia tidak melirik perempuan lain" Guman Lea
Mata lea terasa berat, dia ingin sekali tertidur. Lea melepas bukunya dan memejamkan matanya.
Ting...Ting...Tong...Tong...
Suara bel terdengar di telinganya tetapi lea tidak bisa membuka matanya. Saat dia terbangun, dia berada di kamar asing dan berubah jadi ling wei.
"Ling wei, kamu tidak penasaran apa yang akan terjadi sebentar?" Tanya soo hee yang melihat ling wei melamun.
"Ling wei..."
Ling wei jadi sadar jika dirinya yang dipanggil soo hee.
"Aku?"
"Iya. Siapa lagi ling wei?"
"Mulai saat ini, namaku ling wei Bukan lea. Aku harus menjawab jika ada yang memanggil ling wei"
"Biasanya apa yang terjadi?" Tanya ling wei yang tidak mengerti apa yang dibicarakan temannya.
"Saat panggung dimulai, kita tidak bisa mengerakkan tubuh kita. Penulis yang melakukannya, jadi kita tunggu saja sampai adegannya bersambung baru bisa bergerak" jelas jiang.
"Apa maksudnya?"
"Ling wei, kita adalah pemeran pendukung. Setiap adegan, penulis yang mengarahkan. Kita hanya bisa pasrah saja" kali ini soo hee yang menjelaskan.
Tak...Tak...
Suara aneh datang entah dari mana. Terdengar jelas sekali di telinga ling wei.
"Suara apa itu?" Tanya ling wei tetapi tidak ada respon dari soo hee maupun jian. Mereka asik minum jusnya.
Pertengkaran terjadi di dekat ling wei. Dua pria yang saling memukul satu sama lain. Tetapi tunggu dulu, salah satu diantaranya ling wei kenal.
"Dia adalah woobin, pemeran utama dalam komik yang aku baca tadi. Tubuh tinggi, Tampan, dan....."
Soo hee dan jian berdiri memberi semangat kepada woobin.
"Woobin....Woobin...."
Yang lain juga mulai berteriak.
"Fao man....Fao man...."
Orang yang sama sekali tidak ling wei kenal. Fao man dan woobin.
Tak...Tak....
Suara yang tadi berbunyi lagi, soo hee dan jian terlihat kesal lalu duduk. Perkelahian belum juga berakhir, semakin banyak siswa datang menonton.
"Kalian berteriak tadi?"
"Penulis yang melakukannya" Kata jian dengan tatapan marah.
"Kita pemeran pendukung, kita hanya bisa berteriak saat panggung dimulai" Lanjut Soo hee
"Hanya berteriak?" Tanya ling wei bingung.
"Kamu tidak berteriak ling wei? Bagaimana bisa? setiap panggung dimulai, kita hanya bisa berteriak"
"Aku tidak mengerti maksud kalian"
"Ling wei, kamu tidak merasa badanmu di bergerak sendiri mendengar bunyi lonceng?"
Jangan lupa like, komen dan vote sebanyak-banyaknya agar penulis semakin semangat🤗
"Kamu tidak berteriak ling wei? Bagaimana bisa? setiap panggung dimulai, kita hanya bisa berteriak"
"Aku tidak mengerti maksud kalian"
"Ling wei, kamu tidak merasa badanmu di bergerak sendiri mendengar bunyi lonceng?"
Ling wei mengerti, bunyi lonceng yang didengarnya.
Perkelahian semakin seru, woobin terluka.
"Stop..." Teriak seorang gadis dengan wajah panik.
"Siapa dia?" Tanya ling wei melihat gadis tersebut membantu woobin berdiri.
"Fui man, adik fao man"
"Dia pemeran utama" lanjut soo hee.
"Fui man, mata yang unik, tinggi dan postur tubuh model. Dia pemeran utama, aku harus mengingatnya" guman ling wei.
"Kakak, berhenti melukai woobin"
"Dia sudah menyakitimu kemarin"
"Tidak. Dia tidak melakukannya"
"Dia meninggalkanmu di tengah jalan, dia membiarkanmu jalan sendiri tengah malam. Orang yang tidak punya rasa kasihan" Kata fao man dengan mengapalkan telapat tangannya, bersiap memberi pukulan pada woobin tetapi berhasil di tahan oleh fui man.
"Cukup kak, aku membencimu" Teriak fui man menhempas tangan kakakknya.
Ling wei tidak mengerti, sebagai seorang kakak fao man tidak salah. Dia ingin adiknya diperlakukan dengan baik, tetapi fui man menghalanginya.
"Adegan kedua akan segera di mulai" Kata jian menepuk pundak ling wei.
"Kita harus mengambil bunga mawar untuk pemeran utama" Lanjutnya dengan senyum manisnya.
"Kita yang melakukannya?" Tanya ling wei yang merasa jika pemeran pendukung melakukan semua persiapan.
"Ling wei, jika kita tidak menuruti mau penulis, kita akan di singkirkan. Sudah banyak pemeran pendukung yang hilang. Kita harus melakukan dengan baik" Kata soo hee memberi semangat.
Ling wei dan teman-temannya mengambil bunga mawar di taman. Ada danau yang luas dekat taman. Ling wei takjub dengan pemandangan di sini.
"Kamu tahu, setiap bunga mawar mengandung permohonan. Setiap hari kami memetiknya dan membuat permohonan. ling wei selalu mengatakan agar nasibnya bisa berubah, tetapi mustahil. pemeran pendukung tetaplah pemeran pendukung" Kata soo hee dengan tatapan sedih.
Ling wei merasa kasihan dengannya. penulis tidak adil pada ling wei dan soo hee. Tinggal di rumah sempit dan harus melakukan semuanya.
"Kenapa tidak menjadi pemeran utama saja?" Tanya ling wei.
Belum sempat soo hee menjawab pertanyaan ling wei, dia tercebur ke danau.
Tak...Tak....
Suara aneh muncul lagi. Adegan sedang berlangsung. Ling wei ingin menolong tetapi badanya tidak bisa bergerak. Ini yang dimaksud soo hee padanya. Setiap adegan di tentukan penulis.
"Kenapa kalian mendorong soo hee?" Tanya ling wei tetapi bukan itu yang ingin dilakukannya sekarang.
Ling wei ingin menyelamatkan soo hee tetapi mulutnya bergerak sendiri. Dia hanya bisa berdiri mematung.
"Kamu tidak terima?" Tanya fui man dengan tersenyum merendahkan diri ling wei.
"Dia pemeran utama tetapi bersikap jahat, bagaimana bisa penulis memilih pemeran utama seperti ini" Guman ling wei yang heran dengan tingkah jahat fui man.
Ling wei kehilangan keseimbangan, fui man mendorongnya dan jatuh ke danau. Ling wei bisa berenang tetapi tangannya dan kakiknya tidak bisa di gerakkan. Ling wei pasrah sambil menutup matanya, menerima takdirnya.
Ting...Ting...Tong...Tong...
Suara terakhir yang didengar lea saat matanya tertutup.
2 jam kemudian....
Lea bangun ketika hampir kehilangan nafas. Matanya merah, tangan dan kakinya bergetar. Rasa takut menghantuinya.
Lea melihat pemandangan sekelilingnya, dia masih berada di ruang tamu dengan tangannya memegang komik yang diberika fita tadi.
"Apa aku bermimpi? mimpi terlihat sangat nyata"
Lea membuka isi komik dan mencari adegan ketika ling wei tercebur ke danau.
"ling wei tercebur kedanau..."
Lea menemukannya. ling wei tercebur ke danau dan soo hee menghilang entah kemana. Lea merasa ada yang aneh dengan komiknya. kelanjutan ceritanya tidak menampilkan adegan soo hee.
Malam telah datang, rembulan bersinar dengan purnamanya. Lea tidak bisa tidur memikirkan dirinya yang masuk ke dalam cerita komik sebagai ling wei. Lea membaca semua adegan di komik, dia merasa ada ganjal. Pemeran protagonis wanita, fui man. Dia teringat bagaimana sikap fui man yang mendorongnya ke danau bersama soo hee.
Dreet...Dreet....Dreet....
ponsel lea berdering.
"Lea kamu di mana sayang?" Suara bunda yang terdengar di telinga lea.
"Masih di rumah bunda"
"Bezok ada pemotretan, jangan lupa tidur lebih awal. jadwal penuh bezok"
"Iya bun...."
Lea menutup teleponnya. Dia berusaha untuk tidur tetapi matanya tidak bisa terlelap juga. Tidak lama, lea mendengar suara aneh muncul lagi...
Tak...Tak....
Membuka matanya, mencari sumber suara aneh itu. Tetapi tidak menemukannya.
"Adegan dimulai, tetapi badanku masih bisa digerakkan?" Tanya lea sambil memeriksa seluruh tubuhnya.
Tak...Tak...
Suaranya semakin keras seperti dilantai bawah. Lea menurungi tangga dengan perlahan memastikan asal suara aneh itu, tetapi tidak menemukannya.
"Tidak mungkin aku berhalusinasi, aku mendengar jelas suaranya berada di lantai bawah"
Karena tidak hati-hati, lea menabrak meja di depannya membuat dirinya terjatuh. Kepala lea mengenai lantai, darah mulai mengalir, perlahan penglihatan lea tidak jelas.
Ting....Ting....Tong...Tong...
Suara aneh datang yang membuat lea tidak bisa bergerak dan hilang kesadaran.
Beberapa saat kemudian....
Lea sadar, dia memegang kepalanya yang terasakan sakit disaat dirinya jatuh. Lea melihat sekeliling, dia masih berada di taman dan matahari masih bersinar.
"perasaan tadi malam, sekarang ada matahari. Apa gerhana bulan? aku masih ditaman"
Lea kaget dan berdiri, dia mencari keberadaan soo hee. Di komik yang di baca, soo hee sudah menghilang. Tetapi lea yakin jika soo hee tidak mungkin menghilang.
"Ling wei..." Suara yang tidak asing bagi lea..
"Jian, soo hee dimana?" Tanya lea sambil menepuk tangan jian. Berharap jika jian sudah membawa soo hee pulang.
"Soo hee....So hee menghilang"
Buk... Lea tidak menyangka akan seperti ini. Soo hee memberi tahunya, pemeran utama akan hilang jika melakukan kesalahan. Lalu apa kesalahan soo hee?
"Ling wei, kamu tidak berteriak tadi. Penulis mencatat sebagai kesalahan. Dia menghilangkan pemeran pendukung"
"Seharusnya aku yang hilang, bukan soo hee. Aku yang membuat kesalahan" Tangis ling wei pecah. Dia merasa sakit yang mendalam dengan hilangnya soo hee.
"Soo hee dan ling wei selalu bersama, ling wei merasa terpukul dengan kepergian soo hee. Aku bisa merasakan sakitnya" Guman lea.
"Siapa lagi selanjutnya yang akan hilang?" Tanya jian.
Tak...Tak...
Ling wei dan jian berada di kelas dengan bunga mawar di tangan ling wei. Bunga yang dipetik bersama soo hee tadi.
Banyak siswa di kelas, lea hanya mengenal woobin, fui man dan fao man. Lea berada di taman tadi dan sekarang berada di kelas, lea sama sekali tidak mengerti.
Ling wei dan jian berada di kelas dengan bunga mawar di tangan ling wei. Bunga yang dipetik bersama soo hee tadi.
Banyak siswa di kelas, lea hanya mengenal woobin, fui man dan fao man. Lea berada di taman tadi dan sekarang berada di kelas, lea sama sekali tidak mengerti.
Seorang datang dengan memakai kecamata dengan rambut sejajar bahu. Dia pengganti Soo hee, Raniya...
Ling wei menoleh takkala Raniya memberi bunga mawar kepada pemeran utama, Fui man.
"Maukah kau mengambil hadiah bunga mawar merahku padamu?" Kata Raniya sambil menjulurkan bunga mawar merahnya.
Ling wei sadar kenapa dirinya mengambil bunga mawar, untuk di berikan pada fui man.
"Aku ingin seribu tangkai bunga mawar putih dan merah yang baru di petik" Kata fui man melempar tangkai bunga mawar.
Semua siswa tertawa merendahkan raniya, raniya hanya menunduk malu. Ling wei tidak ingin diperlakukan seperti itu. Dia ingin mengubah nasib ling wei, demi soo hee dan ling wei sendiri. Dendam untuk sahabatnya yang hilang akan dia balaskan.
Ling wei mencoba mengerakkan tubuhnya, sepertinya tubuhnya terkendali olehnya kali ini.
"Ini kesempata untuk mengubah nasib ling wei, tidak ingin direndahkan hanya karena dirinya pemeran pendukung"Guman ling wei.
Ling wei melangkah dan memberika setangkai mawar merah pada fui man juga.
"Maukah kau menerima tangkai mawar yang baru aku petik untukmu?"
Hal yang sama dilakukan, fui man juga melempar tangkai bunganya. Ling wei sudah menebak jika fui man akan melemparnya.
"Aku mau seribu tangkai bunga mawar dan putih yang baru di petik ditaman" Kata fui man merendahkan ling wei.
"Kenapa bukan kamu saja mengambilnya?" Tanya Ling wei mengambil bunga mawarnya kembali kemudian melemparnya pada fui man.
Fui man terkejut dengan sikap kasar ling wei padanya, itu tidak seperti ling wei yang dia kenal. Ling wei yang selalu menuruti semua permintaannya kini balik melawan.
Bukannya hanya fui man yang terkejut, semua pandangan siswa mengarah pada ling wei berpikir jika ling wei sudah gila.
Woobin karakter utama dalam komik terkejut dengan perlakuan ling wei barusan. Tatapan tidak berhenti sampai ling wei keluar dari kelas.
"Dia pikir aku siapa, harus menuruti kemauannya, aku bukan ling wei yang lemah" Guman Ling wei.
"Ling wei..." Suara teriakan menghentikan langkah ling wei.
"Kamu mulai berani denganku?" Tanya fui man dengan membawa teman-temannya.
"Apa aku di hidupkan hanya untuk menuruti semua kemauanmu? walaupun aku pemeran pendukung, aku berhak mengatur hidup ling wei sendiri"
"Sejak kapan kamu mulai bersikap seperti orang gila?"
"Sejak kamu mendorongku ke danau bersama soo hee dan sekarang soo hee menghilang"
"Itulah tujuan hidup pemeran pendukung, akan dihilangkan ketika tidak di butuhkan lagi. Bezok mungkin kamu yang akan hilang menyusul sahabatmu, soo hee"
"Kenapa seperti itu?" Tanya ling wei yang heran, bagaimana bisa fui man mengetahuinya.
"Kamu sudah membuat kekacauan, waktunya kamu hilang juga" Kata fui man kemudian menabrak ling wei hinga jatuh.
Tawa dan candaan terdengar di telinga ling wei, mereka menerrawakan ling wei yang sudah kelewatan akan melawan fui man.
Ling wei berlari ke taman dimana dirinya dan soo hee memetik bunga mawar. Pikirannya melayang-layang. Bagaimana jika yang dikatakan fui man padanya benar. Ling wei akan menghilang selama-lamanya.
"Tidak, aku tidak akan biarkan. Aku harus tetap hidup agar bisa membalas dendam pada fui man. Kemarin aku membuat kesalahan, tetapi aku masih ada di sini. Ling wei ditakdirkan untuk tetap hidup sampai akhir cerita" Guman ling wei meyakinkan dirinya sendiri.
Ling wei duduk merenung di kelas sendirian, tidak lama datang raniya menghampirinya.
"Kamu ling wei, pemeran pendukung?"
Tidak ada sahutan dari ling wei. Ia mendengar tetapi enggang untuk bicara. perkataan Fui man masih menghantui pikirannya.
"Aku Raniya, pemeran pendukung juga. Kita bisa berteman" Kata Raniya menjulurkan tangannya pada ling wei.
"Terima kasih banyak Raniya" Kata ling wei membalas tangan Raniya.
"Ling wei, Fui man memanggilmu di gudang" Kata jian yang baru datang.
"Untuk apa dia memanggilku?"
"Tidak tahu juga, dia hanya mengatakannya ini berkaitan dengan soo hee"
Mendengar nama sahabatnya, Ling wei langsung menuju gudang bersama Raniya.
Fui man dan empat temannya berada di gudang, ketika melihat ling wei masuk ke gudang, mereka langsung menarik ling wei dan Raniya kemudian mendorongnya ke sudut gudang.
"Apa yang kalian lakukan?" Tanya ling wei berteriak tidak terima.
Sementara Raniya memegang kakinya yang sakit, sambil menangis.
"Pemeran pendukung harus hilang. Sebentar lagi, kalian berdua akan hilang dan hanya tinggal nama" Kata fui man berjalan meninggalkan Ling wei dan Raniya.
Ling wei berlari di saat fui man dan teman-temannya menutup pintu gudang, tetapi kekuatan Fui man jauh lebih kuat sehingga ling wei tidak bisa menahan pintunya.
Terdengar suara pintu di kunci dari luar, Ling wei berusaha membuka pintu gudang. Raniya membantu tetapi tidak berhasil juga.
"Kita akan hilang nanti, aku baru saja datang dan hilang sekarang juga" Kata raniya yang sudah pasrah dengan dirinya.
"Tidak, pasti masih ada jalan keluar. Ling wei kamu harus bertahan" Kata ling wei sambil mencari celah untuk keluar dari gudang.
Matanya tidak berhenti mencari sesuatu yang bisa digunakan untuk keluar dari gudang. Asap mengepul dari luar, ling wei dan Raniya menjauh dari pintu.
Fui man membakar gudang dari luar, dengan begini ling wei dan Raniya akan hilang untuj selama-lamanya. Pemeran pendukung hanyalah masalah bagi fui man. Bisa saja penulis mengangkat mereka jadi tokoh utama mengantikan dirinya, melihat sikap ling wei yang berani melawan.
"Sial, fui man membakar gudang" kata ling wei yang melihat asap mengepul masuk dan pintu sudah mulai terbakar.
"Kita tidak bisa kemana-mana, api ini akan membakar kita" kata Raniya ketakutan.
Ling wei tidak ingin berakhir seperti ini, apa yang dikatakan pada soo hee jika dirinya belum membalaskan dendamnya. Soo hee berharap sekali jika ling wei bisa mengubah nasibnya walau soo hee ragu dengan impian ling wei.
Api semakin membesar, asap mulai masuk ke hidung ling wei. Sulit mengambil nafas, Hanya suara batuk yang terdengar.
"lin..ling wei... aku...su..dah...ti..dak.. ta..han.. la..gi" kata Raniya terbata-bata.
"Kita harus bertahan" ujar ling wei tetapi raniya sudah pingsang.
Ling wei mencari kain untuk menutupi hidung dan mulutnya agar tidak sesak karena asap. Tidak ada kain, ling wei merobek bajunya sekolahnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!