NovelToon NovelToon

Super Mega Game [War Of K-M-DGsp-M4221] Locked OSO.0

[B-0] Prolog

Baku tembak Energy Bullet yang ditembakkan dari berbagai senapan laras panjang, senapan mesin, serta beberapa rudal/misil canggih pun terus diluncurkan oleh kedua sisi Kelompok Batalion Umat Manusia.

Ledakan - Ledakan Besar Energi di atas langit―yang berarti salah satu Kelompok Batalion Umat Manusia telah menyerang menggunakan berbagai: “data”, “Data”, maupun ‘Data’ milik Pemimpin Kelompok Batalion mereka masing-masing.

Energy berupa ‘Data’ yang hanya bisa diluncurkan oleh Pemimpin Kelompok Batalion Umat Manusia di sisi lain pun, langsung ditembakkan tanpa ragu oleh-nya.

Dalam setiap satu sisi Kelompok Besar Batalion Umat Manusia terbagi menjadi beberapa Party.

Seluruh Party yang beranggotakan kecil hanya bisa bersembunyi di berbagai Barak Party mereka masing-masing.

Berbagai ukuran Barak Party tersebar di seluruh penjuru hamparan pasir Medan Pertempuran.

Dan di hamparan pasir ini terdapat tiga sisi Kelompok Besar yang bertujuan untuk mendapatkan Energi Inti Langka―berupa cahaya besar nan terang di tengah-tengah Medan Pertempuran.

Namun, kedua sisi Kelompok Batalion Umat Manusia terlalu serakah untuk mendapatkan Energy itu. Yang menjadikan salah satu sisi Kelompok Besar lainnya―merupakan lawan dari seluruh Umat Manusia itu sendiri, yakni: ‘mereka’, terlalu leluasa bergerak serta terus mengganggu jalanannya pertempuran antar sesama Umat Manusia.

Entah apa ‘mereka’ itu, tetapi, di atas gelapnya angkasa di luar Kubah Langit terdapat satu bulatan Kepala Makhluk sangat besar bermata hitam pekat kosong―ia seperti goblin namun ini bukanlah sebuah cerita fantasi. Mau dibilang fiksi pun semua Umat Manusia serta ‘mereka’ yang sedang menginjakkan kaki di atas Medan Pertempuran ini memiliki perasaan terlalu nyata.

Tidak ada yang tahu di mana, bagaimana, dan kapan seseorang akan mati di Medan Pertempuran ini. Mereka semua hanya bisa terus saling menyerang satu sama lain dengan menembakkan isi Energy Bullet dari senjata canggih mereka masing-masing.

Setiap Kelompok Besar di Medan Pertempuran ini pun terus saling menahan Kelompok Lawan mereka masing-masing agar tidak mendekati Energi Inti Langka itu.

Sialnya, dua Kelompok Batalion Umat Manusia yang masih tersisa, sama sekali tidak mencoba bekerja sama untuk menahan ‘mereka’.

Dan benar saja sesuatu akhirnya terjadi, di mana dua mata hitam pekat berbentuk almon di luar Kubah Langit secara tiba-tiba mengumpulkan Energy Big Cannon yang diarahkan tepat ke permukaan tanah.

Ia pun langsung ditembakkan dan langsung menghempaskan satu Barak Party di salah satu sisi Kelompok Batalion Umat Manusia.

Kepala Besar itu tiba-tiba menjauhi permukaan Medan Pertempuran―ia malah menjauh ke angkasa. Bagaimanapun, ini menandakan Makhluk Besar itu sedang mengangkat Kaki Besar-nya untuk melancarkan serangan berikutnya.

Dan dengan satu hentakkan Kaki Besar-nya, ia menghempaskan seluruh Party Kelompok Batalion Umat Manusia.

Tetapi tidak semua Party di kedua sisi Kelompok Batalion Umat Manusia langsung terhempas dan menjadi abu begitu saja. Salah satu sisi Kelompok Batalion Umat Manusia menggunakan Energy Shields Komandan Party mereka untuk melindungi seluruh Barak Party-nya.

Terbentuknya berbagai ukuran Energy Shields jika digabungkan akan menjadi Kubah Besar Energi Biru yang hampir menutupi setengah Medan Pertempuran.

Dan ia semua pun berhasil menghalau serangan Kaki Besar di atas-nya.

Makhluk Besar di luar lapisan Kubah Energi itu terjatuh perlahan ke belakang seraya menggetarkan Medan Pertempuran dengan sangat kuat.

Namun sayang sekali, getaran dan hempasan pasir di seluruh penjuru Medan Pertempuran langsung menghancurkan Kubah Besar Energi Biru yang baru saja terbentuk.

Energi Besar pada Kubah Biru tersebut langsung hancur berkeping-keping, lalu menjadi partikel-partikel poligon biru terang yang melayang ke angkasa dan lenyap begitu saja.

Tetapi tidak seperti halnya Energi Kubah Biru yang langsung menghilang, guncangan besar di permukaan tanah Medan Pertempuran terus berlangsung seperti halnya gempa bumi besar sedang terjadi. Serta menyertainya juga yaitu berbagai warna Energi Cahaya, menghiasi pertempuran darat dan langit Medan Pertempuran.

Pada saat Umat Manusia saling menyerang dan menahan satu sama lain seperti ini―dengan secara total juga mengabaikan musuh utama mereka sendiri, ‘mereka’ pun datang.

Dari salah satu Barak Party yang telah dihancurkan-nya, tiba-tiba tumbuh sebuah Pohon Hitam Besar dengan sangat cepat.

Sesampainya pertumbuhan Pohon Hitam tersebut menyentuh Kubah Langit, cabang-cabang serta ranting-rantingnya menumbuhkan berbagai jenis bunga dan dilanjutkan dengan tumbuhnya buah-buah yang langsung membesar dan matang.

Buah - Buah yang telah matang sempurna langsung berjatuhan ke tanah.

Dan kemudian, mencuat keluar tangan-tangan kecil berwarna abu dari dalam Buah - Buah yang berserakan di sekitar Pohon Hitam Besar itu. Tangan-tangan tersebut pun melubangi Buah – Buah tersebut dari dalam-nya, lalu menghembuskan asap abu-abu ke sekitarnya.

Asap-asap abu itu langsung menyebar ke sekitar Pohon Hitam Besar, sampai-sampai menutupi seluruh Wilayah Tengah Medan Pertempuran.

Dalam situasi yang sangat berbahaya nan genting ini, aku hanya terpaku saat melihat tumbuhnya Pohon Hitam Besar di tengah-tengah Medan Pertempuran dengan pertumbuhan yang tak masuk akal! Dan aku diperintahkan menembaki-nya seraya terus meyakinkan diriku sendiri untuk tetap tenang.

Ini, pikirku, dengan panik terus menatap ke depan, I-ini hanya ....

Berbagai ukuran Alien Roswell keluar dari gumpalan asap abu dan menyebar ke kedua sisi Kelompok Batalion Umat Manusia―dan beberapa dari ‘mereka’ pun sepertinya akan menyerang Barak Party-ku.

Aku secara refleks langsung mengalihkan target Senapan-ku dari Pohon Hitam Besar ke ‘mereka’ yang dengan sangat cepat menerjang dan mendekatiku.

Tetapi, ‘mereka’ pun dengan mudahnya menghilang menjadi abu dan muncul kembali membentuk tubuh-nya hanya untuk menghindari semua seranganku.

Sekalipun aku, Anggota Party di sekitarku, serta para Komandan Party kami sangat frustrasi, kami semua hanya bisa terus menyerang ‘mereka’ yang mempercepat laju terjangan-nya ke arah Barak Party kami.

Dan dalam situasi frustrasi ini, tiba-tiba sebuah kobaran api oranye membakar dan menghentikan pertumbuhan Pohon Hitam Besar yang berada sangat jauh dari Barak Party-ku.

Aku pun bisa mengambil napas sejenak dan mengalihkan fokus penuhku untuk menembaki ‘mereka’ yang masih berusaha menyerangku.

Namun sayang sekali untukku, guncangan permukaan tanah pijakanku tiba-tiba berhenti akibat distorsi Energi Aneh dari luar retakan Kubah Langit. Ia yang tadinya telah terdorong mundur oleh Kubah Energi salah satu sisi Kelompok Batalion Umat Manusia, mulai berdiri kembali.

Satu Kaki Besar-nya pun dengan leluasa memasuki retakan Kubah Langit, dan ia langsung menyedot orang-orang yang berada di Garis Depan Medan Pertempuran.

Distorsi Energi Aneh itu langsung menyelimuti seluruh penjuru Medan Pertempuran. Lalu ia secara tiba-tiba membuat semua orang terlempar, terpelanting, dan melayang tak karuan di udara.

Pertempuran pun semakin memanas.

Kami, yang hanya: ‘prajurit biasa’, sama sekali tidak bisa bernapas saat Distorsi Energi Aneh ini berlangsung.

Aku merasa sedang tercekik tidak jelas, jadi aku melempar Senapan-ku ke samping―Ah!? Semua Anggota Party-ku pun ternyata merasakan hal yang sama sepertiku.

Beberapa dari mereka berlutut di tanah dan ada juga yang mulai melayang di udara.

Aku seperti berada di Ruang Angkasa yang sama sekali tidak adanya udara dan gravitasi. Senapan yang kulempar pun langsung melayang dan berputar-putar tidak jelas di udara.

Namun, beberapa dari kami―termasuk aku masih bisa menitikberatkan Energi Inti-ku ke permukaan tanah pijakanku, serta memasang kuda-kuda kuat agar tidak terlempar atau melayang tidak jelas seperti Senapan-ku.

Di saat aku tersiksa dan Energi Inti-ku hampir terkuras habis, seluruh Jenderal Batalion Umat Manusia melesat terbang ke udara untuk menyatukan Energy mereka.

Pada akhirnya, aku bisa melihat keempat Jenderal Tertinggi dari masing-masing Kelompok Batalion Umat Manusia melesat terbang ke angkasa dan membentuk persegi di keempat penjuru mata angin.

Mereka semua mengitari seluruh Barak Party yang masih tersisa.

Para Jenderal Tertinggi itu memberi napas para prajuritnya sejenak―termasuk aku yang juga hanya seorang Anggota Party biasa.

Walaupun aku berada di Garis Menengah sambil menggenggam sebuah Senapan Laras Panjang sangat langka―yang baru kudapat entah dari mana, namun, aku tetap gugup saat menghadapi situasi panasnya pertempuran ini.

“Tenang Ate ....” Menghembuskan napas beratku, aku mencoba meyakinkan diriku sendiri untuk tetap tenang. “Tenanglah: Aku!! Man ... Ini hanya, i-ini, hanya sebuah―Gim ...!?”

Dan tanpa menunggu diriku untuk tenang, satu hentakkan Kaki Besar di luar Kubah Langit langsung mengguncangkan permukaan tanah pijakanku kembali.

Ia seolah mengintipkan mata almon hitam besar-nya padaku, dan mata hitam kosong nan super besar-nya itu pun langsung kembali menyala terang.

Sial. Aku mendongakkan kepalaku dan melihat dengan jelas Gelombang Energy Big Cannon dari kedua mata hitam-nya itu hampir terkumpul sempurna!

Hanya Gelombang ke-2 tembakkan Energy Big Cannon ini saja membuat tubuhku bergetar dan sangat ketakutan. Walau begitu, aku serta seluruh Anggota Party-ku mengangkat Senapan kami dan menembaki-nya.

Seluruh tembakkan serta ditambah satu “data” dari Komandan Party kami pun melesat cepat ke angkasa. Ia semua mengarah tepat ke arah Gelombang Energy Big Cannon di atas gelapnya angkasa.

Namun sayang sekali, serangan kami semua langsung tertelan oleh-nya dan lenyap begitu saja.

Tenang, Ate ... Diriku! Tenanglah!! Man, demikian pikirku, seraya terus berteriak di dalam hati untuk mencoba menenangkan diriku yang mulai panik ini.

Pun sekarang ini aku tak berhenti menembaki-nya satu napas pun.

“Tenanglah, man, Ate!!! Kau masih punya ‘sk’ yang sangat―”***

[B1-1] Dipecat Dari Pekerjaan Utama Karena Menjalankan ‘Perintah-Nya’!?

“―Sangat bodoh, kau, Nyàtu ...!!” teriak Orang Tua ber-rambut putih, yang sedari tadi terus memarahiku.

Entah mengapa, aku hanya bisa terdiam dan sedikit membungkukkan tubuhku.

“Nyàtu, kau ... kenapa ... kenapa kau sangat bodoh!!” bentaknya padaku.

Dia―beliau maksudku, mungkin tidak sengaja membentakku dengan name-shaming seperti itu. Penggunaan aksen disertai bahasa kasar suatu Daerah Bumi Lampau yang sangat menyayat hatiku.

“Kenapa kau jadi sangat bodoh seperti ini?! Pikirkanlah dulu mana prioritasmu! Kau itu bekerja di sini!! Jangan bertindak bodoh hanya karena embel-embel Kekuasaan dan Keagungan tidak jelas-Nya!!!” ujarnya padaku kemudian.

Walaupun aku sedikit tidak setuju dengan nasehatnya itu, aku tetap mengatur tubuhku dengan posisi serendah mungkin selagi dimarahi olehnya.

Aku ingin membantah ujarannya, Profesor ....

Namun, aku hanya bisa membuka-tutup mulutku seperti ikan di dalam air.

Aku salah telah melewatkan tugasku meski hanya sebentar, tapi, Profesor, pikirku, masih saja suaraku tidak keluar, Aku juga sudah menyerahkan tanggung jawab tugas itu ke ....

Aku sangat ingin membantahnya, akan tetapi, ternyata suaraku sama sekali tidak bisa keluar. Tenggorokanku tercekat seperti ada sebuah benda di dalam-nya. Aku tidak bisa mengucapkan semua isi pemikiranku meski aku ingin.

“Kenapa kau sangat bodoh dan melakukan keteledoran di saat genting seperti ini, Ate.” Profesor terlihat mencoba menenangkan dirinya sendiri. Tetapi beliau tetap menautkan alisnya dan masih terlihat sangat marah padaku. “Kau pemimpin Divisi.3, bukan? Kami sudah memberikan tugas ini kepadamu! Kenapa kau malah dengan bodohnya memberi wanita bodoh itu―”

Well, ya, tidak semua salahku juga, Profesor, bantahku meski suaraku masih saja tidak bisa kukeluarkan, Tapi, aku juga salah, sih, karena memanfaatkan wewenangku untuk menjalankan ‘kewajiban’ku sebentar?

Aku kira Profesor mendengar bantahanku, tetapi ternyata tidak. Dia―Beliau maksudku, sedang menoleh ke belakangnya seolah mendengar sebuah suara decitan terbukanya pintu.

Dari arah pintu kaca yang tak jauh di hadapanku, seorang wanita mengenakan jubah putih berlari kecil menghampiriku dengan wajahnya menunjukkan ekspresi memelas―seperti ia ingin meminta maaf padaku.

Dan kemudian, Ia menggenggam ujung jubah putihku dengan erat.

Lalu tiba-tiba, Ia menempelkan tubuhnya padaku tetapi aku sama sekali tidak bisa mundur satu langkah pun. Harum bunga pada tubuhnya menggelitik hidungku dan membuat tubuhku merinding―sedikit ketakutan.

Hei, hei-hei, Nona! Tunggu, pikirku, yang mulai panik dan berkeringat dingin. Man! Nona?! Kita di hadapan Profesor!? Pemimpin Utama Divisi kita!?! Bisakah kita melakukan hal-hal menyenangkan ini nanti saja―

Namun tiba-tiba, ia berubah menjadi wanita jahat yang menamparku dan menginjak kacamata bulatku.

Aku secara perlahan―seperti di dalam air, terpelanting ke belakang lalu berlutut di hadapannya.

Guh, man, Nona―apa―ini―

Dan Profesor di hadapanku pun berubah menjadi wanita jahat lainnya yang menyeringai lebar padaku.

Juga entah mengapa, aku, sangat ketakutan saat melihat mereka―kedua pelacur ini maksudku―walaupun pelacur-pelacur ini memiliki tubuh sangat menakjubkan.

Aku ingin bangkit tetapi bahkan aku sama sekali tidak bisa menggerakkan ujung jariku. Aku hanya terpaku seraya berlutut dan semakin menunduk seperti akan menempelkan pipiku ke tanah.

Sialan―Aku dipecat karena―Dan kemudian aku harus berurusan dengan PSK-T?!! Aku pun menempelkan pipi kiriku di permukaan tanah dengan posisi bersujud. Apa-apaan situasi sialan ini, kenapa―

Kedua mata merahku tiba-tiba terbuka. Dan aku langsung sadar bahwa aku baru saja terbangun dari tidur panjangku.

Langit-langit Ruang Tidur berwarna putih yang kukenal, terlihat jelas di atasku.

“Uhh, man ... Aku berharap bisa mengucapkan: ‘Langit-langit Ruangan yang tidak kukenal, kah,’ saat baru bangun dari tidurku,” gumamku, seraya bangkit dari tempat tidur-ku, “Seperti di novel-novel fantasi itu.”

Suara smartphone di atas meja dengan nada dering ‘suatu panggilan halus’ seperti layaknya alarm, terus berdering memenuhi seluruh penjuru Kamar Tidur Apartemen-ku.

Dua mimpi dalam satu tidur REM, man, sial, apaan itu, pikirku, lalu kulanjutkan dengan menggumam, “Tenang, Ate, semua mimpi dalam tidur REM itu hanyalah ilusi halu semata,” untuk menenangkan diriku.

Duduk di ujung tempat tidur-ku, aku menatap kosong pintu Kamar Mandi di hadapanku.

Mungkin ini akan menjadi cerita yang sangat klise dimana si tokoh utama bangun dari mimpi buruk-nya, lalu melakukan hal-hal klise lainnya seperti yang akan kulakukan ini.

Tapi ... shit, lah! About: ‘klise’, pikirku, kemudian aku menggerutu dan merasa sangat kesal pada diriku sendiri, “Just fucking do it!!”

Aku terus merepalkan rahangku saat berjalan menuju Kamar Mandi, dan terus memaksa diriku ini untuk bergerak walau pantatku terasa aneh.

Melihat kucuran air dari keran ke lantai Kamar Mandi, aku biasanya menyebut hal klise yang kulakukan ini-itu: ‘mencuci muka’. Namun sebenarnya, yang sedang kulakukan ini adalah suatu ‘ritual’ untuk melakukan ‘kewajiban’ku.

Semua hal yang disebut dengan ‘kewajiban’ memang sangat menyebalkan, menurutku―Apalagi harus dilakukan 5 kali sehari?! Atau, sebenarnya aku harus melakukan hal tersebut lebih dari 5 kali dalam satu hari?

Entahlah, sampai sekarang, tahun 2313 pun hanya 5 kali dalam sehari ‘kewajiban’ ini ditetapkan oleh-Nya untuk kami―para Umat Manusia jalankan.

Tidak ada yang berani dan bisa mengubah ‘kewajiban’ku ini, sekalipun itu: ‘mereka’, Sistem Dunia atau orang-orang idiot di luar sana?!

Tidak ada yang bisa menyentuh aturan-Nya ini.

Yang pastinya, aku pun tidak tahu.

Apa yang kuyakini selama ini hanyalah: Kewajiban itu tidak memerlukan alasan-alasan tidak jelas untuk menjalankannya.

“Jika dari dulu ini telah ditetapkan menjadi ‘kewajiban’ku sebagai Umat Manusia,” ucapku, yang entah mengapa merasa sangat geram dan jengah tidak jelas pada diriku sendiri, namun, aku masih berdiri tegap saat ini dan menghadap ke arah barat di atas hamparan kain persegi panjang, “Just fucking do it, now! Ate!!”

Waktu masih menunjukkan pukul 04.27.34 pagi hari, aku melipat kain persegi panjang yang sudah kupakai.

Pada waktu ini, biasanya semua penduduk Apartemen maupun Distrik―Area masih sedang beristirahat tenang. Tetapi aku malah duduk di atas kursi Ruang Tamu Apartemen-ku sembari membaca sebuah ‘buku tebal’.

Aku tidak mengerti dengan apa yang kubaca di ‘buku tebal’ ini, namun, aku terus membaca-nya berulang kali―dan setiap hari tanpa mengeluh satu kali pun. Karena disaat aku membaca-nya―walau terus-menerus dan kubaca berulang kali, entah mengapa, ia akan selalu membuat diriku tenang.

Aku bilang aku tidak mengerti, well, ya, memang aku sangat tidak mengerti dengan huruf-huruf yang sedang kubaca ini. Dan jika kubaca pun hanya akan menjadi syàir yang sama sekali tidak bisa diubah.

Kudengar dari para Ahli Teolog Negeri ini, bahwa konsep-konsep serta tentang hal-hal aneh―yang pasti tidak akan bisa dimengerti oleh penduduk pada Era Hiburan ini, semuanya tertulis di ‘buku tebal’ yang sedari tadi kubaca ini.

Memang sangat tidak bisa kumengerti, sih, hal-hal serta konsep-konsep aneh tersebut masih bisa dipertahankan oleh Umat Manusia sampai titik ini. Ia bahkan tidak terdistorsi sedikitpun oleh kekuasaan, kebebasan, kebaikan, ataupun kesetaraan yang telah dibuat dengan sangat sempurna olehNya.

Namun menurutku tidak akan kalah dariNya juga, Kuasa nan Agung-Nya pun akan selalu ada dan Umat Manusia pertahankan di ‘buku tebal’ku ini. Dan salah satu Umat Manusia yang masih mempertahankan dua hal tersebut, yakni: Aku!

Menyentuhkan permukaan sampul emas ‘buku tebal’ ke jidatku, tiba-tiba aku merasakan ketenangan yang sangat menakjubkan sampai-sampai merasuk ke inti terdalam diriku.

Dengan dipenuhi Energy Positif nan aneh, aku berdiri dari kursi dan menuju Ruang Tidur Apartemen-ku kembali.

Melihat bungkusan obat deman jenis supositori tergeletak di lantai―Well. Sungguh. Aku cukup terkejut dan langsung berpikir bahwa ada sesuatu yang tidak beres.

Aku mengambil bungkusan obat tersebut dan mengerutkan keningku dengan sangat dalam.

Dan tak menunggu lama, sekelebat ingatan langsung masuk ke dalam kepalaku.

Si―Ah! Aku tiba-tiba mengingat dengan jelas semua kejadian yang telah kulalui kemarin.

Aku melihat smartphone-ku di atas meja.

“S-sial ...!? Ternyata kejadian di dalam mimpi-ku tadi bukan hanya mimpi halu semata?!” desahku, mulai merasa frustrasi.

Dan ternyata, dua kejadian di dalam mimpi-ku itu telah lewat seminggu yang lalu.

“Semua kejadian dalam mimpi-ku itu ... bukan hanya mimpi, man,” gumamku, “Tapi ....”

Aku berwajah gelap nan masam setelah mengingat dengan sangat jelas semua kejadian beberapa minggu lalu.

Apakah, aku pun bertanya pada diriku sendiri, Apakah benar Dia akan meninggalkanku seperti ini begitu saja ...!?***

[B1-2] Pengemis Adalah ‘Main Job’ Yang Sangat Sulit Untukku, Man! (1/2)

Menatap kosong sebuah pintu putih di hadapanku sedari tadi, aku hanya mendesah-desah frustrasi tidak jelas.

“Guh, man,” gumamku, menggelengkan kepala seraya bangkit dari tempat tidur-ku dan berjalan menuju pintu tersebut. “Ternyata seperti ini, ya?”

Aku berbalik lagi dan melemparkan tubuhku kembali ke kasur.

“.... Rasanya,” ucapku kemudian, “‘Menganggur’.”

Walaupun aku mengucapkan sesuatu hal yang sangat menakutkan seperti itu, aku mengingat dengan jelas di atas meja Ruang Kerja-ku terdapat berkas-berkas yang masih berserakan.

Namun untuk sekarang, berkas-berkas tersebut sama sekali tidak berguna untukku.

Aku merepalkan rahangku dan merasa jengah sendiri, “Guh, man, sial ...!!”

Seharian ini aku hanya menatap langit-langit berwarna putih di atasku dan terus terbaring di tempat tidur-ku, sama sekali tidak melakukan apa-apa.

Entah mengapa aku tiba-tiba merasa ketakutan sendiri.

Hari pertama merasakan rasanya menganggur setelah dipecat dari Pekerjaan Utama, aku merasa sangat bosan, kebingungan, serta sangat tidak percaya dengan keadaanku sekarang ini.

Jika kupikirkan lagi, masih ada 5 Pajak Penghasilan yang menunggu setiap awal bulan untuk terus kubayar beserta biaya tempat tinggal Apartemen-ku ini.

Aku melihat PC Kuno di sudut Kamar Tidur Apartemen-ku.

Meski ilegal, komputer itu kubeli dari seorang Gelandangan Informan di Distrik.5―Area.2 pada saat aku belum bekerja di Pekerjaan Utama-ku sebelumnya.

Dan untuk apa PC Kuno di Era Hiburan ini?! Ya. Pada dasarnya komputer itu hanya untuk hiburanku semata. Bagaimanapun, aku masih seorang manusia yang sesekali membutuhkan hiburan.

Saat itu, harga PC Kuno sangat murah dan aku bisa mengakses Internet dengan murah pula―meski ilegal―serta aku tidak bisa mengakses portal Terminal World manapun.

Aku hanya bisa mengakses suatu Forum di Internet dan memainkan

suatu hiburan ilegal-ku.

“Hiburan dengan mengakses Internet,” desahku, frustrasi, “Guh. Karena jelas ilegal, itu jadi pengeluaran Kredit tertinggi-ku sekarang.”

Karena hiburan di Internet selalu menghilang-muncul begitu saja, harga Kredit per-bulan untuk memainkan dan slot Forum di Internet-nya pun terus meningkat.

Dengan total penghasilan di Pekerjaan Utama-ku sebelumnya, aku bisa meng-cover pengeluaran Kredit tertinggi-ku itu sekalipun.

Tetapi untuk bisa bekerja di Pekerjaan Utama-ku sebelumnya tidaklah mudah. Aku harus mengambil berbagai macam Pekerjaan Part Time lainnya terlebih dulu, sebelum mendapatkan Pekerjaan Utama-ku tersebut.

Aku curahkan semua jiwa, raga, dan waktu hidup-ku beserta kelima Pajak Penghasilan-ku hanya untuk bekerja di Pekerjaan Utama-ku itu.

Namun, di sinilah aku sekarang.

Tinggal di Wilayah Penduduk Kelas Menengah―tepatnya di Distrik.2―Area.3 membuat hidupku sangat berkecukupan.

Aku tertawa kosong nan sombong sendiri kemudian, “Hahaha.”

Walaupun berbagai pengeluaran Kredit bulanan serta biaya tinggal di Apartemen-ku ini masih harus kubayar, aku masih bisa tetap tinggal di Apartemen Distrik.2―Area.3 ini sekitar setahun lagi.

Tetapi tentu saja memuakkan juga, sih, untuk menganggur selama ini.

Apa aku, pikirku, kemudian tiba-tiba bangkit dan duduk tegap di tempat tidur-ku, “Mencari pekerjaan lain saja?!”

Aku mengambil smartphone-ku dan mengakses portal Terminal Mobile World Bank.

Saldo di rekening-ku tinggal tersisa: 50.023 Kredit.

“Uhh. Antara bertahan hidup di Wilayah Penduduk Kelas Menengah ini,” gumamku, lalu aku mendesah frustrasi saat memikirkan hal ini, “Atau aku turun klaster kependudukan saja ke Area.1? Man, tidak mungkin aku tidak menggunakan satu-satunya pengeluaran Kredit tertinggi-ku―yang telah kubayar penuh hanya untuk tinggal di sini!?”

Meski setiap bulan Sistem Dunia akan memberikan 600 Kredit untuk seluruh penduduk klaster menengah, itu masih jauh dari cukup untuk menutupi kelima Pajak Penghasilan-ku―Apalagi biaya apartemen dan pengeluaran Kredit-ku lainnya.

Aku menggerutu, “600 Kredit per-bulan, man! Dulu, aku sangat antusias dan senang saat mengetahui jumlah Kredit yang kudapat dariNya―saat itu aku baru menginjak masa dewasa, tepatnya. Tapi setelah aku kecanduan hiburan ilegal seperti Internet.”

Sangat berat rasanya untuk seorang yang sudah begitu lama berada di atas―kasta teratas yang pernah diraih sepanjang hidup-nya maksudku, serta hidup berkecukupan, untuk jatuh ke situasi atau kasta terendah dalam hidup-nya dan tidak mempunyai apa-apa lagi.

“Apa aku harus ....” Sebuah ide bagus tiba-tiba muncul di kepalaku, akan tetapi aku langsung menggelengkan kepalaku. “Guh, man ... Menjadi Bisnis-man tidak mungkin untukku, karena semua Pajak Penghasilan para pegawaiku kelak nanti akan masuk beberapa persen ke Pajak Penghasilan-ku dan ditambah lagi pajak-pajak yang tidak jelas lainnya?”

Membingungkan memang, di Era Hiburan ini segalanya serba sangat mudah, stabil serta aman untuk para penduduk maupun pekerja. Tetapi para Umat Manusia sendirilah yang menjadikannya ruwet.

”Orang-orang yang masih menjadi Bisnis-man di Era Hiburan ini, hebat bukan,” gumamku, merasa sangat kagum pada mereka yang masih bisa bertahan di Dunia Perbisnisan, “Dengan modal 50 Ribu Kredit-ku saja tak akan mungkin cukup. Ditambah lagi, aku sama sekali tidak mempunyai ilmunya. Sial.”

Aku kembali menatap kosong langit-langit Kamar Tidur Apartemen-ku seraya terus memikirkan pekerjaan apa yang cocok untukku. Aku berpikir terlebih dulu seperti ini, karena ini, adalah bukan zaman di mana kami―para Umat Manusia bisa seenaknya mencoba-coba begitu saja.

Tidak ada yang berani ceroboh dengan menggunakan istilah: ‘Mencoba-coba’ di Era Hiburan ini. Jika salah sedikit saja, aku bisa masuk penjara atau menjadi seorang budak saat kehabisan saldo Kredit-ku dalam rentang waktu tertentu.

Ini sangat membingungkan, man, apa ya, suatu pekerjaan yang tidak terlalu membebani kelima Pajak Penghasilan-ku serta juga cukup untuk menutupi semua pengeluaran Kredit bulanan-ku, pikirku, lalu aku mendesah frustrasi, “Itu mungkin tidak ada juga, sih?”

Yang kulakukan sedari tadi hanya mengeluh dan berharap menemukan sebuah ide bagus serta cocok tentang pekerjaanku nanti.

Dan juga aku sudah terlalu tenggelam di Pekerjaan Utama-ku sebelumnya, sial, pikirku, dan anehnya aku mulai kembali merasa kesal sendiri.

Aku tiba-tiba mengingat kejadian seminggu yang lalu―kejadian setelah aku ditundukkan oleh dua wanita bertubuh menakjubkan, lebih tepatnya.

Tapi jika kupikirkan lagi orang bernama Alam?! Tunggu dia itu, bernama Jagat-Rat-Ret?!! Well, apapun namanya, pada saat itu dia benar-benar baik apa bodoh, ya? Obat apapun sekarang ini sangatlah mahal, tapi dia dengan mudahnya memberikan obat demam miliknya padaku?! Man! Aku sungguh sangat berterima kasih padamu Jagat meski itu obat deman jenis supositoria, uh, sial, pikirku, lagi-lagi aku mendesah frustrasi. “Guh, man, entah berapa kali dan mengapa aku selalu menggerutu dalam hati seperti ini.”

Aku menatap kembali ke sudut Kamar Tidur Apartemen-ku, tepatnya, ke PC Kuno yang tergeletak di lantai.

“Man ... apa aku ...?” Aku langsung menggelengkan kepalaku saat menolak sekelebat gagasanku sendiri. “Walaupun aku memang kecanduan sekali dengan hiburan itu. Masih belum saatnya, Ate! Man!! Tenanglah.”

Dan kemudian, aku tiba-tiba melebarkan mata merahku.

Aku mendapatkan sebuah ide dari PC Kuno yang tergeletak di lantai

itu.

Pekerjaan yang orang bodoh baru dipecat pun bisa melakukannya!? Aku berseru sendiri dengan penuh semangat, “Man! Itu pasti mengemis!! Menjadi seorang Pengemis Legal tidaklah buruk, menurutku?!”

Aku bangkit dari rebahan panjang-ku dan menuju ke pusat Area.3 yang merupakan wilayah penduduk kelas menengah di Distrik.2 ini.

...Panti Sosial...

Aku melihat plang kayu Gedung Besar bertuliskan seperti itu.

Dengan langkah berat, aku pun pada akhirnya memasuki Gedung Besar ini.

Aku pernah datang ke sini sekitar 21 tahun lalu untuk mencari Perkerjaan Part Time serta beberapa informasi tentang Pekerjaan Utama-ku sebelumnya.

Pemandangan Interior Bangunan Kumuh yang tak asing bagiku―masih sangat mirip dengan dulu―saat terakhir aku ke sini.

“Ruangan ini sama sekali tidak berubah, ya,” gumamku, dan aku menuju ke bagian resepsionis, “Hebat.”

Tepat tak jauh di hadapanku terdapat bagian resepsionis Panti Sosial ini, yakni seorang wanita cantik yang sama dengan saat terakhir aku ke sini 21 tahun lalu.

Dia mungkin sudah menikah di umur kepala tiga ini?

“Jika aku tidak salah, umur kita sama?” desahku, mulai kembali merasa frustrasi, “Tidak sepertiku yang masih menjomblo selama ini, man, sial.”

Aku menggerutu seperti itu sembari menekan suaraku supaya tidak terdengar oleh siapapun―walau tidak ada siapa-siapa di sekitarku selain si wanita resepsionis di hadapanku.

“Selamat datang, Tuan?”

Aku pun disambut olehnya dengan senyum kosong dan disertai tatapan mata yang sangat dingin.

Walau dia menatap kosong nan dingin padaku seraya memanggilku dengan sebutan: ‘Tuan’, wajahnya masih sedikit menunjukkan ekspresi seperti dia pernah bertemu denganku sebelumnya.

Memang, sih, dulu, aku sangat sering datang ke sini―jadi mungkin dia sedikit mengingatku?

“Permisi\, Bu―” Aku bingung harus memanggilnya: ‘Bu’\, atau seperti dulu saja aku memanggilnya: ’Nona’?! Tetapi yang kuingat\, dulu\, dia tidak sedingin ini?! “Jelasnya aku cuma mau mencari pekerjaan baru\, tolong.”***

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!