Tiinnggg !!!
Suara bell pintu berbunyi menandakan ada seseorang yang masuk. Berderet-deret buku tersusun rapi. Penjaga menyambutnya dengan ramah.
"Selamat datang. Eh eneng udah lama gak kesini neng."
"Iya nih kang, baru sempet kesini aja."
"Wihh kayaknya sibuk amat neng."
"Hmm." Balasnya sambil tersenyum sedikit. "Kang itu orang baru? Aku gak pernah lihat" menunjuk orang yang sedang asik membaca buku disudut meja.
"Oh iya neng udah semingguan kesini terus."
"Oo." Ucapnya tak terlalu peduli.
Zya berjalan sambil melihat-lihat buku yang akan ia baca nantinya. Sesaat melirik pemuda yang ia lihat tadi. "Sepertinya tidak asing." Batin Zya sebelum akhirnya pemuda itu berdiri dan berjalan melewati Zya begitu saja.
----*----
"Zya, disini!!" Teriak Stella dan Violet
Zya yang baru saja turun dari motornya langsung melambaikan tangannya kepada kedua sahabatnya itu. Dan ya memang hanya kedua sahabatnya itu yang dia punya, teman-temannya yang lainnya tidak terlalu akrab dengan Zya karna Zya tipe pendiam disekolahnya.
Ketika Zya hendak menghampiri kedua sahabatnya, tiba-tiba ada sebuah mobil dengan kecepatan tinggi melewatinya begitu saja dan hampir mengenainya.
"Awas Zya!!" Teriak kedua sahabatnya dari seberang. Kejadiannya begitu cepat, tetapi Zya tidak terjatuh atau terluka. Dia hanya kaget. Zya memerhatikan mobil itu sampai seseorang keluar dari mobil. Dia?
"Zya lo gak papa?" Violet menghampirinya. Sementara Stella menghampiri cowok yang baru saja turun dari mobilnya.
"Lo gak liat ada temen gue disitu? Kalau dia kena tabrak gimana? Kalau dia jatuh? Luka? Lo mau tanggung jawab?" Celoteh Stella.
Cowok itu membuka kacamatanya dan memperlihatkan matanya yang indah, banyak dikagumi para cewek-cewek, perpaduan warna mata coklatnya dan kulitnya yang putih susu serta tatapan yang dingin membuatnya terlihat dingin sedingin es.
"Lo liat temen lo. Dia aja santai, kenapa lo yang nyolot." Jawab cowok itu dengan tatapan dinginnya.
"Issh lo ya bener-bener ...."
"Udah La gak papa." Teriak Zya menghentikan perdebatan kecil sahabatnya.
Stella akhirnya mengalah menghampiri Zya. "Kenapa sih Zya, kok lo diem aja. Orang kayak gitu emang harus sedikit dikasih tau biar gak seenaknya aja." Ucap Stella protes.
"Udah lah biarin aja. Gue males liat lo berdebat sama dia. Lagian gue gak papa." Jawab Zya dengan enteng.
"Whatever lah." Kata Stella mengalah.
"Udah yuk, masuk kelas. Bentar lagi bell nih." Violet melihat jam ditangannya dan mengingatkan kedua sahabatnya agar tidak memperpanjang urusan ini.
----*----
"Zya sepulang sekolah lo ada acara?" Tanya Stella sembari membalikkan badannya kebelakang. Karna Zya duduk dibelakang Stella.
"Hmm. Nggak ada tuh." Ucap Zya berfikir sejenak.
"Yess. Temenin gue ya. Gue mau beli alat-alat makeup nih buat nambah koleksi di rumah." Ajak Stella.
"Cuss berangkat. La kalau boleh gue tanya, kenapa lo suka beli alat-alat makeup gitu? Padahal setau gue lo gak pakek semua makeup itu." Tanya Zya dengan rasa penasarannya.
"Gue pengen jadi perias Zya. Mama gue desainer tapi gue pengen jadi perias. Jadi gue belajar dari sekarang jadi perias handal." Jawab Stella dengan senyuman lebar di wajahnya.
"Oo kenapa lo gak ikut kursus aja?" Tanya Zya dengan hati-hati.
"Pengen sih. Tapi gue masih belum punya uang. Mama gue pengennya gue jadi desainer juga." Jawab Stella apa adanya.
"Hmm yang sabar ya, lo pasti bisa." Zya mencoba menyemangati kembali sahabatnya.
"Iya Zya." Jawab Stella.
Sepulang sekolah. Zya dan Stella melewati koridor sekolahnya yang perlahan sepi. Karena bell pulang sudah berbunyi sejak 5menit yang lalu, tidak banyak lagi murid-murid yang berlalu lalang. Zya memilih keluar dari kelasnya agak terlambat agar ia tidak bertemu dengan cowok dingin tadi pagi yang hampir saja menabraknya. Rasanya Zya tidak ingin mengingat-ingat kejadian itu lagi. Di samping itu tempat parkir motor Zya dan dia agak berdekatan, makanya Zya harap cowok itu sudah pulang sejak tadi.
Sesampainya Zya ditempat motornya, ia melihat mobil cowok es tadi masih ada. "Kok mobilnya masih ada?" Ucap Zya dengan pelan, namun Stella mendengarnya.
"Tadi gue lihat dia sama temen-temennya ada di kantin Zya. Kenapa? Lo mau labrak dia sekarang? Ayo gue bantuin." Ucap Stella asal.
Zya memutarkan bola matanya malas. "Temennya ada berapa?" Tanya Zya tiba-tiba.
"Hmm kira-kira 7orang." Ucap Stella sembari mengingat.
"Lo berani?" Tanya Zya kemudian.
"Hee kan ada lo." Stella cengengesan.
"Dasar!" Zya menepuk pipi Stella.
"Habisnya lo sendiri gak berani kan." Kata Stella yang tidak di gubris oleh Zya.
"Jadi gue temenin gak nih?" Zya kembali bertanya pada Stella.
Stella diam mngerunyutkan bibirnya. "Iya iya."
----*----
"Tadi gue lihat lo sama adek gue."
"Adek yang mana?"
"Yang tadi pagi hampir lo tabrak."
Suga mengingat-ingat kejadian tadi pagi. "Oh itu." "Itu adek lo?"
"Iya."
"Sorry ya, gue gak bermaksud buat celakain dia."
"Gak papa kali. Adek gue emang gitu disekolahnya. Aneh."
"Aneh?"
"Ya. Masa gue gak boleh nganggep dia adek gue kalau disekolah. Aneh kan? Padahal ya gue itu cowok tertampan disekolah ini. Masa dia gk mau jadi adek gue."
"Malu kali. Ntar yang ada adek lo di kejar-kejar sama cewek-cewek yang gak jelas minta no. lo." Timpal Jhope
"Hmm iya juga ya." Jin mengangguk setuju.
"Kok gue gak tau kalau lo punya adek?" Tanya Jungkook penasaran.
"Ya kan gue udah bilang. Dia gak mau disebarin kalau dia itu punya abang yang ganteng kayak gue." Jin dengan pedenya menyisir rambutnya kebelakang.
"Sa ae lu bang." Celetuk Jimin. "Eh tapi kapan-kapan kenalin gue ke adek lo ya." Lanjutnya ikutan penasaran.
"Hmm bisa diatur itu mah. Asalkan lo bantu-bantu dirumah gue."
"Weehh apaan." Jimin mngernyitkan sebelah matanya, menandakan ketidaksetujuannya.
"Udah ah. Kok malah jadi bahas cewek." Ucap Suga yang sudah mulai jenuh mendengar percakapan mereka.
Jin mengeluarkan ponselnya. Ada beberapa pesan.
Ia terdiam agak lama, memerhatikan layar ponselnya yang sudah mati sejak awal. Melihat hal itu temannya saling melirik satu sama lain. Menunggu Jin membuka suaranya. Mereka sadar bahwa Namjoon dan V sedang tidak ada disini. Bisa saja itu pesan dari mereka.
"Siapa yang kirim pesan?" Tanya Suga tak sabar melihat kelakuan Jin.
"Bukan siapa-siapa. Eh iya Namjoon ada acara katanya."
"Lah tumben gak ngajak-ngajak kita." Timpal Jimin.
"Lah kalau acaranya sama cewek. Bisa-bisa ditikung sama lo." Jhope buka suara.
"Ya nggak kali. Gini-gini gue setia kawan." Bela Jimin.
Teman-temannya menyeringai setuju. Dikarenakan Jimin suka menggoda dan godaannya memang patut diacungi jempol. Akan tetapi sampai sekarang Jimin masih belum pernah berpacaran. Katanya masih belum ada yang cocok.
"Gue pulang duluan ya." Jin bangun dari tempat duduknya. Melihat makanan-makanan nya sudah habis dan ingin bergegas pulang.
"Kalau gitu kita pulang smua deh. Bentar lagi gerbang juga bakal ditutup sama Pak Mamang."
Semuanya setuju untuk kembali kerumah masing-masing. Lagipun masih ada hari esok untuk nongkrong bareng lagi.
----*----
Jin telah sampai didepan rumahnya dan bersiap untuk memarkirkan mobilnya. Dari kaca mobilnya ia melihat adiknya yang sedang memantaunya dari atas. Jin keluar dari mobilnya dan bergegas masuk.
Ia ingat kalau adiknya mengajaknya pergi ke supermarket tadi.
Jin bergegas masuk kekamarnya agar ia segera bisa rebahan dan nanti akan mengantarkan adiknya ke supermarket.
"Bang pesanku dibaca kan?" Terdengar suara yang tak asing baginya.
"Iya." Jawab Jin singkat.
"Jangan lupa."
"Iya."
"Abang kenapa dah kok jawabnya singkat gitu."
Hhh Jin mengeluarkan napasnya dengan keras. "Lo bawel banget sih." celetuk Jin asal.
"Ok. jam 8 ya." Zya tidak menghiraukan kata bawel untuknya.
Jin diam dan terus berjalan menuju kamarnya.
Jam besar didinding ruang depan sudh menunjukkan pukul 8 malam. Zya keluar dari dalam kamarnya menuju ruang tengah (ruang keluarga). Disana sudah ada kedua orangtuanya yang selama ini mengasuhnya dengan baik.
"Mom Dad, abang belum keluat dari kamarnya?" Tanya Zya tergesa-gesa.
"Belum honey, kenapa?"
"Gak papa." Zya tersenyum manis.
"Bangg ayo buru." Tiba-tiba senyumannya tergantikan dengan suaranya yang keras agar bang Jin mendengar instruksi itu.
"Bentar." Sahutan Jin dari dalam kamarnya.
"Kalian mau kemana?" Tanya Mom penasaran.
"Mau ke supermarket mom. Zya mau beli sesuatu."
"Ohh hati-hati dijalan ya. Nanti bawa mobilnya bang Jin aja ya, biar gak kedinginan."
"hehe siap mom." Zya mengacungkan tangannya didekat kepalanya seperti memberi hormat.
"Abang lama amat sii." Teriak Zya lagi-lagi memanggil Jin
Jin membuka pintu kamarnya dan bergegas turun dari tangga. "Iya-iya bawel amat."
"Kunci mobil lo mana?" Kata Zya cepat sebelum Jin selesai menuruni anak tangga itu.
"Cck" Jin menepuk jidatnya dan bergegas naik lagi ke atas untuk mengambil kunci mobilnya.
"Mom Dad aku berangkat dulu ya. Aku tungguin abang dibawah deh."
"Ya udh. Jangan malam-malam ya pulangnya."
"Okey." Zya mengacungkan jempol tangannya dengan mantap.
----*----
Jalanan yang terlihat tidak terlalu ramai kendaraan dan pohon-pohon yang seakan berjalan mundur setelah dilewatinya dapat terlihat dari samping kaca mobil melaju dengan kecepatan sedang.
"Dek lo mau beli apaan sih?" Tanya Jin seraya memecahkan keheningan.
"Gue mau beli kebutuhan gue lah."
"Tumben lo ngajak gue, biasanya juga gak mau ngajak. Takut ketemu temen lo lah. Takut ketemu temen gue lah. Ketemu guru lo lah. bla bla bla."
"Ish lagian ini juga udah malem. Gak mungkin kan masih berkeliaran diluar."
Jin diam memfokuskan diri untuk menyetir.
"Eh iya bang. Tadi pagi gue hampir kena tabrak sama kakak kelas."
"Iya gue tau."
"Kok tau?" Zya mengernyitkan keningnya curiga.
"Ya iya lah. Gue kan ada disitu. Gue liat kali."
"Hmm."
"Itu temen gue. Suga namanya."
"Adek gak nanyak."
"Hhhh terserah lo deh. Tuh dah nyampek. Lo mau turun sendiri apa gue temenin nih?"
"Temenin dong." Ucap Zya sedikit manja. "Bantu bayarin juga." Zya merayu Jin dengan menaikkan kedua alisnya membuat gadis ini terlihat makin cantik.
"hhh udah gue duga. Ini anak ada maunya."
"Ayo bang!" Ucap Zya semangat.
Zya membuka pintu mobilnya dan berjalan riang menuju supermarket. Zya membeli kebutuhan pribadinya seperti lotion, sabun mandi, sampo, sikat gigi, dll dan tak lupa juga membeli beberapa kebutuhan perutnya yang akan ia konsumsi ketika santai maupun belajar.
"Buset dah. Lo beli kebutuhan lo apa mau buka warung."
"Sekalian bang, kan abang yang bayarin." Zya hanya bisa nyengir melihat ekspresi wajah abangnya yang kaget melihat belanjaan Zya yang penuh 1keranjang.
"Udah nih. Segini aja." Jin memastikan tidak ada yang kurang.
"Kurasa begitu. Ini buat Mom dan ini buat Dad." Zya menunjuk salah satu barang di keranjangnya yang akan ia berikan kepada Mom dan Dad nya.
"Abang mana?"
"Abang mau?"
Melihat kepolosan Zya, Jin dengan cepat berkata. "Nggak deh."
"Kenapa bang?" Tanya Zya tidak enak.
"Abang diet." Celetuk Jin asal.
"Cielah.. abang gue gak perlu diet kali. Tuh cewek-cewek udah banyak yang antri mau dikemanain. Sok-sokan pakek diet segala."
"Berisik lo." Jin sedikit geli mendengar perkataan adiknya yang mengungkit cewek-cewek ganjen yang sering ia temui.
Zya dan Jin keluar dari supermarket membawa beberapa tas belanjaannya. Zya berjalan didepan siap-siap membukakan pintu bagasi untuk menaruh belanjaannya disitu. Sementara Jin membawanya agar sampai dibagasi.
"Bang mau beli martabak gak?" Celetuk Zya tiba-tiba.
Jin melihat adiknya sebentar. "Ayo."
Jin memutarkan mobilnya, mencari-cari penjual martabak yang tadi terlewat olehnya ketika hendak ke supermarket.
"Abang aja yang turun ya." Izin Jin kepada adiknya dan di balas anggukan oleh adiknya.
Ketika Jin sudah memesan martabak pesenan adiknya, tiba-tiba ia melihat Jhope dan V sedang berjalan kearahnya. Jin segera memberi kode pada Zya yang ada didalam mobil. Beruntungnya Zya menyadari kode itu.
"Eh lo ngapain disini?" Tanya V mengagetkan Jin.
"Eh e nggak. Ini lagi nunggu martabak."
"Oh lo sendiri?" Tanya Jhope.
"Oh ee iya."
"Kok lo gugup gitu sih." Jhope merasakan ada yang aneh dengan Jin.
"Ee nggak kok." Jin melirik kemobilnya. Syukurlah Zya tidak kelihatan. Tapi kemana adek gue?
"Hey." Ucap V seraya menepuk pundak Jin dan mengagetkannya. "Lo gak lagi kesambet apa-apa kan?" tanya V memastikan.
Jin menggeleng. Ia berpikir bagaimana caranya mengusir dua temannya ini sebelum mereka tau kalau Jin sedang bersama Zya, adiknya. Tiba-tiba ponsel Jhope berbunyi. Jhope mengecek hp nya.
"Oh Jin kita buru-buru. Kita tinggal dulu ya."
"Kalian mau kemana?" Tanya Jin penasaran.
"Gue mau ke supermarket beli minum. Kebetulan gue sama anak-anak lagi mabar dan kita butuh minum sekarang. Ya kan V?"
"Iya nih. Gue haus banget dari tadi gak sempet minum gara-gara mau ngalahin si Suga." V menceritakan kisahnya.
"Oh ya udah kalau gitu." Jin lega mendengarnya. Yang artinya dia tidak usah repot-repot mengusir mereka dari sini.
"Kita duluan ya." Jhope pamit sekali lagi.
"Okey." Jin melambaikan tangannya menandakan setuju.
Huh akhirnya. Jin mengelus dadanya yang sedari tadi terasa sesak baginya. Setelah mendapatkan martabak pesanan adiknya, Jin segera pergi ke mobilnya dan mendapati adiknya sedang mengutak-atik ponselnya dibawah.Jin membuka pintu mobil.
"Ish abang bikin Zya kaget aja." Zya kaget dengan suara pintu mobil yang terbuka.
"Lo pikir gue pencuri." Protes Jin yang dibuat susah tadi.
"Hee nggak juga bang. Temen lo udah pergi?"
"Udah noh."
Tiba-tiba terdengar suara ketukan jendela mobil dari luar. Jin segera mendorong Zya kebawah lagi karena temennya tadi datang lagi. Jin membuka kaca mobilnya.
"Ada apa?" Tanya Jin tanpa basa-basi.
"Lo didalem mobil gak ada ac apa? kok keringetan gitu." Ucap V sedikit mengintimidasi.
"Ah nggak. Ini gue cuma..." Jin diam memikirkan perkataannya.
"Lo gak mau ikutan mabar bang?" Tanya Jhope langsung mencairkan suasana.
"Oh hmm nggak deh. Soalnya gue harus pulang sekarang. Mom sama Dad nungguin martabak dirumah." Jin tersenyum kecut.
"Oh ya udah deh. Kalau gitu gue duluan ya." Jhope berkata langsung menarik gasnya dan perlahan makin menjauh dari mobil yang Jin pakai.
Huhhh. Jin benapas lega begitu juga Zya.
"Dek kenapa sih lo gak mau jadi adek gue disekolah?" Ucap Jin kesal sambil menjalankan mobilnya.
"Gak papa. Belum saatnya aja." Zya tidak terlalu menanggapinya.
"Mau sampek kapan?"
'Sampe gue ketemu orang tua gue sebenarnya' Ucap Zya dalam hatinya.
Malam yang begitu dingin membuat kebanyakan orang lebih memilih berdiam didalam rumahnya atau hanya sekedar mencari kehangatan gorengan yang di jajakan dipinggir-pinggir jalan.
*AUTHOR*
Hai readers mimin mau minta maaf ya kalau mimin pakek nama-nama nya salah satu boy band korea BTS. Disini mimin cuma pakek namanya aja ya.. Bukan bermaksud yang lainnya. Mimin harap kalian mengerti 🥺
So, lanjut ke cerita ....
😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍
Jhope memandang kaca besar yang ada tepat didepannya yang membuat dirinya bisa melihat dirinya sendiri dari atas sampai bawah. Jhope mulai menggerakkan seluruh badannya menciptakan tarian dance yang indah. Ia mengeluarkan semua kemampuannya yang tidak semua orang punya. Disinilah Jhope menjadi dirinya sendiri. Mencari kenyamanan dan ketenangan.
Diakhir gerakan yang ia rasa sudah cukup, Jhope menjatuhkan dirinya sendiri kelantai yang dingin. Hingga dinginnya lantai itu terasa sampai ke tulang-tulang. Jhope sadar, banyak beban yang ia pikul sendiri. Walaupun teman-temannya selalu ada untuknya. Namun, ia terlalu pintar menyembunyikan bebannya sendiri dibalik senyumnya yang selalu ia tampakkan. Seakan tidak terjadi apa-apa. Yah itulah dia.
Jhope melirik jam yang ada diatas dinding dekat pintu masuk ruangannya. Seharusnya ini sudah jam istirahat kan. Dan benar saja bell istirahat berbunyi nyaring. Jhope sengaja pergi dari kelasnya lebih awal 5 menit sebelum bel istirahat itu berbunyi. Ini sudah menjadi kebiasaannya jika pelajaran saat itu sedang rumit-rumitnya.
Jhope mengangkat tangannya ke kepalanya sehingga menutupi matanya. Ia membiarkan telinganya yang fokus mendengarkan setiap langkah dan candaan-candaan orang yang lewat. Jhope tahu betul suara teman-temannya dan langkah-langkahnya. Setelah ia rasa teman-temannya akan datang, Jhope menyingkirkan tangannya dari kepalanya. Ia melihat kepintu. Dan benar saja mereka datang. Jhope memandanginya satu persatu. Jungkook, adik kelas yang lebih bnyak penggemarnya itu membawakannya air minum.
"JYEEE HOOOPPPEEEEEEEEE!!!!!" Jhope bangun dan memberinya senyuman termanis yang ia punya.
"Lo maen kabur aja tadi, gue udah ngira sih ni anak pasti kesini." ucap V
"Ga, makasih ya lo udah bikin ruangan ini untuk kita-kita. Jadi gue bisa kabur dari pelajaran membosankan itu." Suga membalasnya dengan anggukan.
Ayah Suga adalah pemilik sekolah ini. Jadi Suga bisa mendapatkan ruangan khusus untuknya dan teman-temannya. Suga juga terkenal anak yang pintar disekolah ini. Suga juga mendapat julukan ice boy karena sikapnya yang cuek dan sedingin es. Namun dibalik itu semua dia sangat peduli dengan teman-temannya.
"Bang lo haus gak? Ini gue bawa minum buat lo." Jungkook mengulurkan tangannya yang memegang botol minum kepada Jhope.
"Makasih ya. Lo emang adek gue yang best." Jhope meminumnya hingga seperempat botol. Ia memang sedikit haus. Karena tadi dikelas tidak sempat minum. Pelajaran sangat padat tadi.
"Jadi kita kekantin?" Tanya Jin yang sudah mulai ada panggilan alam untuknya.
"Ayo!" jawab mereka serentak.
Mereka melewati koridor sekolah menuju kantin yang sudah ramai dengan siswa-siswi yang lainnya. Ada yang sudah selesai membeli makanan untuk dimakan dan memilih keluar dari kantin mencari tempat duduk diluar. Ada juga yang menikmati makanannya didalam kantin yang sudah disediakan tempat duduk. Tidak banyak, tapi itu berguna.
"Busyett, rame banget dah." Ucap V meringis.
"Hmm gimana kalau kita gak masuk semua. 2orang aja yang masuk, gimana? gue sama siapa?"
"Sama gue." Ucap Jhope cepat.
Akhirnya mereka menitipkan daftar makanannya kepada Jimin dan Jhope. Mereka berdua memang lihai dalam memesan makanan disaat ramai orang begini.
"Kita mau duduk mana?" Tanya Namjoon sembari menunggu kedua temannya.
"Gimana kalau belakang kelas aja. Disana kan ada pohon besar tuh, yah lumayan lah biar kita gak kepanasan duduk dibawahnya." Jungkook menjelaskan tempat yang ia maksud.
"Ya udah deh kalian pergi aja dulu, gue nungguin Jimin dan Jhope disini. Nantik nyusul kesana." ucap Jin langsung membuat Namjoon, Suga, V, dan Jungkook meng-iyakan dan pergi ketempat itu.
"Aahh akhirnya nyampeknya juga." Ucap V lega dan segera duduk. Karena ia kecapekan dan ingin duduk sedari tadi.
Rindangnya pohon dan lebatnya pohon itu mampu melindungi ke tujuh laki-laki ini yang sedang menikmati makanannya masing-masing dari sinar matahari yang menyengat dikala itu.
Namjoon memesan pentol dan es teh untuknya.
Suga memesan batagor dan es semangka.
V juga memesan batagor yang dicampur dengan sosis dan minumannya ia memilih air putih dan es jeruk.
Jungkook memesan 1 roti, sosis, dan mie dan untuk minumnya ia suka air putih dan 2botol susu sebagai pemanis.
Jhope memilih nasi goreng untuknya dan 1 botol air putih + es teh
Jimin membeli mie kesukaannya dan juga roti, untuk minumnya ia membeli es teh.
Jin memesan pentol dan mie yang diberi nasi, minumnya ia memilih pop ice coklat.
Ada pemandangan seru didepan mereka, tepatnya diseberang sana. Disana juga ada pohon yang agak rindang, cukup untuk melindungi ketiganya. Mereka adalah Zya, Stella, dan Violet. Mereka terlihat senang dan sedang bercanda riang. Jhope memperhatikan ketiganya. Ada satu yang sepertinya tidak asing dimatanya. Jhope mengingat-ingat siapa cewek yang berada disana.
FLASHBACK JHOPE
Teman-temannya sedang asik mabar ditempat Jhope. Jhope pergi kebelakang untuk melihat stok minuman yang selalu ada di kulkasnya. 'Kosong. Sepertinya aku harus pergi kesupermarket.' Batin Jhope. Jhope kembali lagi kedepan menemui teman-temannya.
"Stok kulkas gue kosong nih. Ada yang mau ikut ke supermarket gak?" Tanya Jhope kepada teman-temannya yang sedang mabar. Tidak ada sautan, Jhope akan melangkahkan kakinya.
"Yessss.Gue ikut Hop!!" Teriak V, yang kemudian beranjak dari tempat duduknya. Ia sangat senang karena telah mengalahkan Suga sebagai lawannya.
"Oke, ayo." Jhope sudah bersiap dengan kunci motornya di tangan.
Dijalan Jhope melihat Jin yang sedang duduk didekat gerobak martabak. Jhope menghampirinya sebentar lalu pergi lagi kesupermarket untuk membeli kebutuhan teman-temannya selama ada ditempatnya itu. Setelah pulang dari supermarket Jhope masih melihat mobil jin yang terparkir tidak jauh dari tukang martabak tadi.
"Eh Jin, belum pulang ya. Gimana kalau kita tawari dia join aja. Pasti lebih seru." Usul V
"Boleh juga." Jhope membalasnya sambil tersenyum.
Jhope mengetuk kaca mobil Jin, agar dia membukanya. Setelah dibuka Jhope melihat seperti Jin yang sedang menahan sesuatu dibawahnya. Jhope tidak melihatnya dengan jelas, yang pasti ia sedikit terlihat. Jhope tidak mau mengganggu Jin lama-lama, karna mungkin ia sedang tidak ada waktu sekarang.
"Oke Jin, kalau gitu gue duluan ya." Jhope menarik gasnya sekencang mungkin, agar ia cepat sampai ditempatnya.
FLASHBACK SEKOLAH
Jhope ingat. Sepertinya perempuan itu mirip dengan orang yang Jhope lihat di mobil Jin malam itu. Jhope menatap Jin, ragu untuk menanyainya.
"Kenapa?" Jin yang sadar akan tatapan Jhope bertanya.
"Oh ee hmm gak papa." Ucap Jhope gagap. Ia bingung, apakah ini waktu yang tepat untuk bertanya.
"Eh iya Hop nanti kita mabar lagi yuk." Ucap V kepada Jhope yang sedikit melamun
"Oh boleh aja."
"Tapi lo kan janji bakal ikut gue Hop ke toko buku." Suga mengingatkan janji mereka.
"Oh iya gue lupa." Jhope cengengesan sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal. Suga terlihat kesal dimukanya.
"Iya iya. Jangan ngambek dong. Iya gue temenin." Jhope menjepit kepala Suga agak keras, membuat Suga sedikit tertawa.
"Yahhh gak jadi dong." V menggembungkan pipinya, sehingga terlihat lucu.
"Idih sok imut banget lo V. Pakek digituin segala tuh pipi." Ucap Jimin Julid.
"Biarin aja." Ucap V masih dengan expresi yang sama.
"Lo ikut gue aja." Namjoon menengahi.
"Kemana bang?" Tanya V penasaran.
"Kerumah Jin." Jawab Namjoon singkat yang membuat Jin kaget.
"Gue?" Jin bertanya memastikan. Namjoon menjawabnya dengan anggukan. "Kenapa?" Jin bingung.
"Katanya lo mau ngerjain PR bareng gue eee." Ucap Namjoon sambil memanjangkan kata-kata terakhirnya.
"Oh eee gak kerumah lo aja? Kan biar lo gak capek-capek gitu kerumah gue. Kan gue yang minta diajarin, masa lo yang kerumah gue." Ucap Jin mencari alasan.
"Nggak nggak." Namjoon mengangkat tangannya menandakan tidak. "Gue belum pernah kerumah lo, jadi gue aja yang kesana. Sekalian silaturahmi lah sama keluarga lo."
"Nah cakep." V menyetujuinya. "Selama ini kan gk ada yang pernah kerumah lo ni. Kita selalu ngumpul di tempat Jhope. Ya gak Hope?" Tanya V mencari dukungan.
"Iya bener." Jhope menyahutinya.
"Iya sih." Jin menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Jadi gak nih?" Tanya Namjoon sekali lagi pada Jin.
"Boleh deh." Jin tersenyum kecut. 'Gimana nasib adek gue nanti' Batin Jin.
"Sip, ada yang mau ikut lagi gak?" Namjoon bertanya kepada teman-temannya yang lain.
"Gue ikut dong Joon, kan jarang-jarang nilai gue bagus 😋." Ucap Jimin yang ingin mengikuti mereka. "Kebetulan gue udah pernah tuh kerumahnya si Jin, cuma waktu itu gak ada orang sama sekali. Cuma gue sama Jin aja." Jimin membagikan ceritanya dulu.
"Wah boleh tuh. Gue gak tau jalan soalnya." Namjoon baru ingat.
"Sip. Berarti Gue, Namjoon, Jimin kerumah Jin nih yak. Jungkook gak mau ikut?? Gue tau sih lo adek kelas, tapi apa salahnya ikut aja, biar seru." Ucap V yang teringat Jungkook
"Hmm gue bingung. Mau ikut lo apa Jhope ya."
"Lo mending ikut gue bareng Suga. Kita nanti mampir ke alun-alun kan Ga?"
"Iya. Gue sekalian mau beli jaket soalnya." Ucap Suga membenarkan.
"Iya deh Jungkook ikut Bang Jhope sama Bang Suga aja." ucap Jungkook menarik senyum.
"Aahh elo mah milihnya mau jalan-jalan." Ucap Jimin yang sudah menebak dari tadi.
"Hee tau aja." Jungkook tersenyum lebar.
----*---
Hari-hari disekolah memang sangat melelahkan., Pelajaran demi pelajaran telah dilalui nya dengan perasaan tak karuan. Disaat pelajaran yang membosankan, semuanya akan merasakan waktu berjalan begitu lambat. Namun, ketika pelajaran yang sedang berlangsung adalah pelajaran yang banyak disukai para murid, maka semuanya akan terasa cepat berlalu. Ada pula jamkos, yaitu jam kosong atau jam mata pelajaran yang sedang tidak ada gurunya. Entah sedang rapat atau tidak masuk kelas. Biasanya akan diberikan tugas sesuai dengan pelajaran apa saat itu juga. Kebanyakan yang menyukai saat-saat seperti ini dan ada pula yang merasa bosan karena waktu yang begitu lama baginya.
Begitupun yang Zya rasakan saat ini. Jamkos dikelasnya sudah berlangsung selama 1jam setengah. Setengah jam lagi, bel pulang akan berbunyi. Ia mencoba mengutak-atik ponselnya untuk menyingkirkan rasa bosannya. Teman-temannya pun sama. Ada yang membaca buku sejarah, itu karena terpaksa tidak ada buku lain lagi. Perpustakaan sekolah pun sudah tutup 1jam yang lalu. Zya dan teman-temannya sudah capek bercanda riang sejak tadi, jadi sekarang mereka ingin sekali rebahan ditempat tidurnya masing-masing. Zya melirik jam tangannya. Masih kurang 25menit lagi.
"Huuhh." Zya menghempuskan nafasnya kasar.
"Zya nanti jadi kan, temenin gue ke alun-alun."
"Iya jadi. Violet mau ikut?"
Violet yang sedang membaca buku sejarahnya, menutup buku itu pelan. "Boleh deh. Jam berapa emang?" Tanya Violet. Sebenarnya tadi ia sudah diajak, tapi ia masih pikir-pikir dulu.
"Jam 7 gimana?" Tanya Stella kepada kedua sahabatnya meminta persetujuan.
"Oke!!" Jawabnya serentak.
"Jangan lupa bawa uang ya La. Siapa tau lo ada yang mau dibeli nanti." ucap Zya mengingatkan. Karena Stella sendiri tidak terlalu berminat ke tempat itu.
"Iya iya. Mumpung gak ada kerjaan juga dirumah, jadi gue ikut kalian aja lah."
"Nah gitu dong. Lo sibuk terus kalau kita ajak jalan malem-malem." Ucap Violet, mengingat Stella jarang mau diajak jalan malem karena dia sibuk belajar.
"Kan gue sibuknya belajar." Kata Stella membela diri.
"Iya iya deh. Stella kan anak pintar disekolah ini. Ya gak Vi?" Kata Zya sedikit bercanda.
"Betul." Violet membenarkan ucapan Zya.
"Eh iya, nanti kita pakek jaket biru itu yuk. Biar kembaran." Usul Violet kepada kedua sahabatnya.
"Boleh tuh, jarang-jarang kan ada Stella juga. Jadi lengkap deh." Kata Zya senang.
"Oke." Stella menjawabnya dengan senyuman yang terukir diwajahnya.
Mereka masih asik bercengkrama membahas apa yang akan mereka lakukan nanti malam dialun-alun. Tiba-tiba bel berbunyi nyaring disekolahnya menandakan waktu pulang telah tiba.
"Nah yeessss akhirnya gue bisa pulang sekarang. Capek banget pengen rebahan." Kata Violet senang sambil meregangkan kedua tangannya kedepan.
"Iya udah yuk cepetan beres-beres bukunya." Ucap Zya memperingati.
Semua siswa-siswi sudah banyak yang berhamburan keluar menuju pintu gerbang sekolah. Didepan pintu gerbang juga sudah banyak yang berlalu lalang bercampur dengan kendaraan umum, masyarakat, dan mereka yang baru saja keluar dari gerbang sekolah.
Zya, Violet, dan Stella berjalan melewati kelas-kelas yang sebagian sudah kosong dan ada pula yang masih tersisa beberapa murid saja untuk membersihkan kelasnya. Dikantin sekolah pun masih terlihat ada beberapa siswa/siswi yang mampir kesana untuk sekedar membeli minuman atau yang lainnya. Zya memegang buku ditangannya yang ia dekap didadanya. Beberapa saat kemudian Zya tidak sengaja disenggol oleh seseorang dari arah yang berlawanan.
"Eh sorry sorry. Gue gak sengaja. Lo gak kenapa-kenapa kan?" Zya melihat laki-laki itu.
"Oh nggak gak papa." Zya tersenyum memberikan respon baik-baik saja.
"Maaf ya. Kalau gitu gue pergi dulu." Pamitnya.
"Iya gak papa."
Laki-laki itu membalikkan badannya dan segera pergi ke kantin. Zya memerhatikan sebentar. Ia ingat laki-laki itu adalah teman abangnya yang pernah kerumahnya sebelumnya. Saat itu Zya ada dikamarnya dan hendak pergi kedapur, untungnya Zya menyadari terlebih dahulu suara abangnya beserta temannya itu. Zya juga melihat teman abangnya itu dari atas.
"Zya lo gak papa kan." tanya Violet.
"Lo kayak gak tau Zya aja. Dia pasti gak papa. Cuma disenggol doang kan. Lo ingat Zya yang hampir kena tabrak, itu aja dia gak papa kok." Ucap Stella sedikit kesal melihat Zya yang tidak melakukan apa-apa terhadap laki-laki tadi padahal benturannya lumayan keras tadi. Zya hampir jatuh tapi dia mampu menopang tubuhnya sendiri.
"Iya gak papa. Ya udah yuk pulang. Gue pengen cepet sampai rumah nih." Respon Zya terhadap kedua sahabatnya. Dan dijawab anggukan oleh kedua sahabatnya itu.
Stella adalah sahabat Zya yang paling tidak suka kalau ada penindasan atau kekerasan yang terjadi pada sahabatnya. Zya sering mendapatkan perlakuan tidak baik dari salah seorang murid disekolahnya itu dan Stella selalu melindungi Zya dari siapapun yang menyakitinya. Itu sebabnya tidak akan ada yang berani macam-macam kepada Zya selagi Stella ada disampingnya.
Suasana ramai dikota ini memang sudah berlangsung sejak lama dari tahun ke tahun. Apalagi sekaranglah waktunya semua karyawan dari perusahaan, kantoran, pabrik, maupun pertokoan sudah banyak yang pulang. Dijalanan ramai sekali kendaraan berlalu lalang menyebabkan asap kendaraan yang sedikit terlihat diudara. Tidak sedikit mereka yang memakai mobil dan sepeda motor, ada pula yang bersepeda dan pejalan kaki. Awan yang semula cerah sedikit demi sedikit berganti awan jingga dan terus berganti malam yang gelap.
Jin keluar dari kamarnya dengan wajah yang segar serta handuk dipundaknya. Tangannya memegang handuk itu sembari mengacak-ngacak rambutnya agar kering. Ia turun kebawah menuju dapurnya, ingin mengambil minum. Sementara dipikirannya sedang mengingat-ingat apa yang sedari tadi mengganggu pikirannya itu. Ia terus jalan kedapur dan membuka kulkas nya. Mengambil sebotol air dingin untuk ia minum. Sembari minum, ia melihat adiknya sedang duduk disofa depan televisi. Televisi itu menayangkan sebuah drakor kesukaan adiknya. Tiba-tiba Jin teringat akan teman-temannya yang akan kemari. Jin segera menutup botol minumannya dan menaruhnya kembali ke dalam kulkas.
Jin menghampiri adiknya, duduk disebelahnya.
"Lo gak mau keluar?" Kata Jin memulai percakapan.
"Nggak tuh." Ucap Zya sambil memakan camilan yang ia rangkul dipangkuannya.
"Nggak ke alun-alun? Beli apa kek?" Jin coba mencari saran agar adiknya itu keluar rumah nantinya.
"Oh iya. Gue baru inget. Nanti jam 7 gue mau ke alun-alun bareng temen gue." Zya yang terperanjat akibat ucapan abangnya lalu mengingat sesuatu. "Kenapa bang? Tumben tanya-tanya." Ucap Zya merasa ada yang janggal.
"Iya, nanti temen gue mau kesini. Makanya gue tanya lo." Kata Jin menjelaskan.
"Tenang aja, nanti gue keluar kok. Berapa orang emang." Jin terlihat menghitung dengan jarinya.
"3 orang." Kata Jin sambil memperlihatkan angka tiga di jarinya.
"Jam berapa? Pulangnya jam berapa?" Zya panik, takut ketahuan nantinya. Jadi Zya bertanya lebih dulu.
"Mungkin jam 7 sampe jam 9." Ucap Jin mengira-ngira saja.
"Jadi gue pulang jam 10 dong. Gak kemaleman emang?"
"Hmm gini aja. Nanti lo kalau mau pulang, kabari gue dulu. Biar gue yang urus temen-temen gue nanti. Gimana?"
"Terserah deh." Kata Zya pasrah. "Emang ada apaan sih kok temen lo mau kesini." Tanya Zya yang akhirnya penasaran juga.
"Gak ada. Cuma ngerjain PR bareng aja." Kata Jin singkat.
"Dih tumben banget lo. Biasanya juga bodo amat, cuma ngandelin google."
"Tau dari mana lo. Jangan sok tau deh."
"Nyinyinyi. Lo pikir gue gak tau. Lo ngomong keras banget Ok Google bantu gue ngerjain PR gue." Zya pernah mendengarkan abangnya yang berbicara dengan google yang isinya pertanyaan PR nya.
"Hiisss jangan bilang-bilang ke Dady lo. Awas lo." Jin mengancam Zya agar ia takut sedikit.
"Lo pikir gue tukang ngadu. Wek." Zya menjulurkan lidahnya mengejek dan bangkit dari tempat duduknya menuju kamar mandi. Ia mandi segera dan bersiap-siap nantinya.
"Awas lo ya kalau sampai ngadu ke Mom atau Dad. Gue bakal kasih tau satu sekolah kalau lo adek gue." Teriak Jin yang kemudian menggema di rumahnya. Untung dirumahnya saat ini tidak ada siapa-siapa. Dad nya masih belum pulang dari kerjanya dan Mom nya sedang ada kumpulan arisan yang juga belum pulang sejak tadi, mungkin sebentar lagi mereka berdua akan datang.
Zya membiarkan abangnya berteriak dan tidak membalasnya. Zya tahu betul bahwa abangnya tidak benar-benar kesal hanya memperingatinya saja. Lagipun Zya tidak ada niat untuk memberitahu Mom dan Dad nya untuk masalah itu. Toh dia juga sering pakai bantuan google.
Zya masuk kedalam kamar nya. Warna putih bercampur dengan ungu yang membuat kamar ini menjadi lebih indah. Sprei kamar yang Zya pakai hari ini berwarna ungu keputih-putihan dan ada gambar bunga lili di setiap sudutnya. Selimut yang berwarna ungu dan bantal-bantal ungu bercorak bunga mawar yang tersusun rapi disana. Kelambu yang berwarna ungu muda juga ada disana terpajang. Menambah sensasi mewahnya kamar Zya. Meja rias dan meja belajar tersusun rapi disana. Lampu meja riasnya berwarna ungu cerah. Ada pula lampu yang ditempelkan di dinding-dinding nya berwarna ungu putih selang seling yang membuat kamar ini menjadi sangat menarik untuk dilihat. Cat temboknya mendominasi warnanya.
Zya menjatuhkan tubuhnya ke kasur empuknya. Berpikir sejenak OOTD apa yang akan ia pakai nanti. Ia melihat jam dinding yang terpajang, didalamnya ada gambar doraemon ungu didominasi dengan warna putih serta lingkaran jam yang berwarna putih. Zya bergegas mandi dan bersiap-siap untuk pergi nanti bersama teman-temannya.
----*----
"Zya ayo naik." Ucap Violet sembari membuka kaca mobil disampingnya agar Zya dapat melihatnya dengan jelas.
Zya membuka pintu mobil bagian belakang dengan terburu-buru. Zya langsung memerintahkan sahabatnya itu untuk langsung jalan.
"Kenapa sih Zya?" Tanya Violet heran.
"Oh gak papa." Ucap Zya sembari senyum.
Zya melihat jam diponselnya. Sudah mau jam 7 , untung saja Zya menyuruh sahabatnya ini untuk jalan lebih awal. Jadi Zya punya waktu untuk keluar rumah tanpa bertemu dengan teman-teman abangnya. Buy the way kedua sahabatnya Zya pun belum tau kalau Jin kakak kelasnya adalah kakaknya Zya. Selama ini mereka hanya tau kalau Zya punya kakak laki-laki dan tidak tau itu siapa.
Jalanan tampak ramai malam ini. Disisi lain ini adalah hari spesial bagi yang memiliki pasangan karena ini adalah malam minggu. Malam yang selalu dinanti-nanti oleh banyak pasangan untuk jalan-jalan atau sekedar bertemu disuatu tempat. Tapi ini tidak berlaku bagi Zya dan sahabat-sahabatnya, yaaa you know lah. Malam ini hanya seperti malam biasa-biasa saja bagi mereka. Violet melajukan mobilnya dengan kecepatan standart sehingga sahabatnya yang lain dapat melihat pemandangan indah dipinggir kota.
"Gue gak pernah keluar pas malem minggu sih. Rame banget ya." Kata Stella yang masih memandang jalanan dari balik kaca mobil.
"Makanya La lo sekali-sekali keluar dong. Refresing bareng kita. Biar lo gak suntuk terus." Kata Violet masih sambil menyetir. Didepan ada jalan bundaran yang indah. Ditengahnya ada bangunan pancuran air yang menjulang tinggi lalu jatuh kebawahnya. Disamping itu tersusun rapi tanaman rerumputan yang mengelilinya serta pagar putih yang indah melindunginya. Tak lupa pula lampu bulat berukuran sedang juga mengelilinginya, menambah keindahan tempat itu. Dan diseberangnya ada banyak orang yang sedang menikmati jalanan yang ramai ini, ada pula yang sedang berjualan disana.
"La lihat itu." Stella pun menoleh kearah Zya.
"Wah bagus ya." Kata Stella sembari memandang keluar kaca mobil.
"Lo kapan si terakhir kali keluar malem?" Tanya Zya penasaran.
"Hmm udah lama sih, sekitar 3tahunan mungkin." Stella mengira-ngira saja.
"Emang lo ngapain selama itu dirumah lo. Gak bosen apa?" Tanya Violet.
"Bosen sih tapi mau gimana lagi. Gue harus belajar biar bisa nerusin butik mama gue." Jelas Stella.
"Katanya lo mau jadi perias La?" Tanya Zya yang ingat ucapan Stella waktu itu.
"Ia gue curi-curi waktu aja buat belajar jadi perias."
"Lo itu udah enak. Mama lo punya butik, lo tinggal jadi penerusnya aja. Gak perlu susah-susah dari awal. Kenapa lo gak fokus aja ke butik mama lo." Violet memberikan saran untuk Stella yang sepertinya dilanda kebingungan.
"Udahlah Vi biarin aja. Stella emang pengen jadi perias kok. Mungkin nanti dia bisa sukses tanpa bantuan mamanya." Ucap Zya menengahi karena Stella tak kunjung menjawab pertanyaan Violet.
"Makasih Zya." Stella merasa senang Zya mendukungnya untuk apa yang selama ini Stella inginkan.
"Sama-sama." Ucap Zya tersenyum.
"Apapun yang lo cita-cita kan gue doain deh semoga nanti kedepannya terkabul dan lo bisa jadi orang sukses seperti yang dikatakan Zya." Violet berkata sambil menyimpulkan senyumannya. Ia tahu, mungkin pertanyaannya tadi tidak mengenakkan untuk Stella.
"Gaess udah nyampek." Violet memberi info kepada kedua sahabatnya itu. Ia langsung mencari tempat parkir untuk mobilnya.
"Rame banget. Vi lo nemu parkiran gak?" Tanya Zya khawatir tidak dapat tempat parkir kali ini.
"Ada kok didepan." Violet yang melihat lahan kosong langsung melajukan mobilnya kesana. Takut keburu diambil orang.
"Ini gak papa mobil lo diparkir disini." Tanya Stella meyakinkan.
"Iya gak papa. Yuk!!" Violet membuka sabuk pengamannya diikuti oleh Stella dan membuka pintu mobilnya. Mereka bertiga keluar dari mobil Violet dan berjalan menuju pintu masuk alun-alun. Mereka bergandengan tangan sehingga terlihat adik kakak yang akan bersenang-senang disini.
Stella mengenakan celana panjang kulot, baju kaos putih bertuliskan girl didepannya dan ditutupi oleh jaket biru jeans.
Violet mengenakan celana jeans berwarna hitam dan baju hitam polos serta jaket jeans biru.
Zya memakai celana baggy pant motif kotak-kotak berwarna hitam dan baju putih serta jaket biru jeansnya.
Kehadiran mereka berhasil membuat sebagian para pengunjung memerhatikannya. Kecantikan tiga gadis ini memang tidak perlu diragukan lagi, apalagi Violet yang suka dengan rambutnya yang terurai panjang menambah rona kecantikan diwajahnya dan Zya yang memilih untuk mengikat rambutnya dan menyisakan sedikit anak rambut disamping dekat kedua telinganya sehingga membuat wajahnya lebih bulat dan pipinya yang tembam itu terlihat sempurna. Sementara Stella lebih suka jika ia memakai topi berwarna hitam dikepalanya dan rambutnya yang tetap terurai, itu adalah ciri khas nya yang membuat dia terlihat menarik.
Mereka terus berjalan menjelajahi setiap toko atau jajanan-jajanan yang ada disana. Banyak yang datang bersama pasangannya kesini dan ada pula yang datang bersama teman, kerabat, saudara. Violet berjalan sambil melihat-lihat kekanan kekiri, seolah-olah ada yang dia cari disini.
"Zya, La. Kesana yuk." Violet menunjuk sebuah toko baju disana. Ia ingin membeli dress santai untuknya. Dsini banyak barang yang dijual termasuk import-import dari luar negeri dengan harga yang terjangkau, seperti baju, tas, jaket, topi, kacamata, accesoris, dan masih banyak lagi dan tak lupa pula jajanan-jajanan nya juga khas daerah sini.
Stella dan Zya mengikuti Violet yang menggandeng tangan mereka. Mereka masuk kepertokoan yang dimaksud Violet tadi. Violet memilih-milih dress yang akan ia beli nanti sambil meminta saran yang bagus dari kedua sahabatnya.
"Gaes ini bagus gak ya." Tanya Violet memegang satu buah dress.
"Hmm bagus kok." Ucap Zya. Sementara Stella juga ikut mencari.
"Vi ini cocok deh dengan lo." Terdengar Stella yang memanggil.
"Mana coba lihat. Gue coba dulu ya." Kata Violet senang. Ia sudah memegang tiga baju ditangannya.
"Lo gak mau nyari-nyari buat lo juga La?" Tanya Zya kepada Stella.
"Mau. Gue kebagian celana dulu ya." Ucap Stella kemudian pergi. Tempatnya agak jauh dari tempat Zya berdiri tapi tetap didalam satu pertokoan. Tak lama kemudian Violet terlihat muncul didepan Zya.
"Gimana Vi? Bagus?" Tanya Zya yang menyadari temannya itu datang.
"Bagus banget. Gue suka!!" Ucap Violet senang dan memutuskan untuk membeli dress-dress itu. "Eh Stella mana?" Tanya Violet sembari memegang baju yang digantung dengan asal.
"Oh dia nyari celana katanya." Zya memberitahu Violet.
"Oh. Lo udah mau yang itu?" Tanya Violet yang melihat Zya memegang dua baju ditangannya.
"Iya, gue coba dulu ya." Zya pergi dengan baju yang ia pegang ditangannya.
Setelah lama mereka mencari-cari dan sudah menemukan barang-barang yang mereka inginkan. Ini saatnya mereka untuk mengisi perut yang sudah berdemo sejak tadi. Violet berjalan didepan memimpin arah mereka, kemana mereka harus singgah untuk makan. Violet memiliki indra penciuman yang baik dan perasa yang bagus, tidak ada makanan yang tidak enak kalau Violet yang memilih.
"Vi kita mau kemana?" Tanya Zya yang sudah tidak sabar untuk makan.
"Udah kita ikutin aja. Chef Violet lagi nyari tempat yang makanannya enak nih. Dia gak bakal salah pilih." Ucap Stella menyabari Zya.
Dari banyaknya makanan yang dijajakan disini, membuat banyak pengunjung bingung akan memilih yang mana.
"Gaess disana aja. Ayo!!" Violet menarik tangan Zya yang kemudian Zya menarik tangan Stella. Setelah sampai ditempatnya, Violet langsung memilih tempat duduk disudut belakang dekat jendela. Tempat yang nyaman bagi ketiganya dan agak jauh dari keramaian. Mereka duduk setelah memesan makanan dan minuman. Zya memandang keluar jendela dengan lama.
"Huuhhh capek banget ya." Ucap Violet sambil mengipasi dirinya dengan tangannya.
"Iya." Kata Stella meng-iyakan. "Zya lo kenapa?" Stella memegang tangan Zya yang sejak tadi memperhatikan keluar. Zya terperanjat dengan lamunannya.
"A ah gak papa." Ucap Zya kaget. Stella melihat ke jendela luar. "Ooohh lo liat cowok itu?" Tanya Stella menebak.
"E eh nggak kok." Ucap Zya membantah.
"Lo tau dia siapa?" Tanya Stella lagi.
"Iya."
"Hah??" Kedua sahabatnya kaget dan lngsung meneriakinya.
"Eh maksud gue. Gue pernah ketemu dia di toko buku trus dia juga kan yang hampir nabrak gue waktu disekolah." Zya menjelaskan maksudnya, agar sahabatnya itu mengerti.
"Bagus deh kalau lo ingat." Kata Stella.
"Yang gue lihat bukan dia, tapi temennya." Kata Zya lanjut.
"Kenapa?" Tanya Violet penasaran.
"Kayaknya gue pernah lihat deh." Kata Zya sedikit ragu.
"Iya lo pernah lihat disekolah kalik. Kan dia satu sekolah juga sama kita." Ucap Violet sambil meminum minumannya yang sudah datang.
"Nggak. Gue ngerasa kenal deket gitu." Zya mencoba menjelaskan.
"Zya lo gak panas kan?" Stella menaruh tangannya ke jidat Zya.
"Apaan sih La. Nggak gue sehat." Zya mendengus kesal.
"Terus kenapa lo bilang kalau lo kenal deket sama dia?" Tanya Stella mulai penasaran.
"Gak tau deh. Mungkin cuma persaan aja."
"Jangan-jangan lo suka sama dia? Jatuh cinta pandangan pertama?" Violet menunjuk-nunjuk Zya dan memberikan senyuman jail padanya.
"Kenal juga nggak, malah jatuh cinta." Zya mengalihkan pandangannya ketika ia merasa cowok itu akan melihatnya dari luar. Mereka menyantap makanan yang sudah mereka pesan tadi.
"Eh udah jam berapa nih?" Zya ingat bahwa seharusnya ia pulang agak terlambat sedikit.
"Udah jam setengah 10. Mau pulang?" Tanya Violet yang sudah menghabiskan makanannya sejak tadi dan sudah puas juga bermain hp nya.
"Ya udah yuk." Ucap Stella cepat. Ia berjanji kepada mamanya bahwa akan pulang dibawah jam 10.
Mereka pun pergi dari tempat itu dan tak lupa juga untuk membayar makanan yang mereka pesan tadi. Suasana disini masih ramai tapi tak seramai tadi. Mereka jadi lebih leluasa untuk jalan berderet.
"La lo mau langsung pulang?" Tanya Violet kepada Stella.
"Iya Vi. Atarin gue dulu ya, soalnya gue udah bilang tadi ke mama kalau bakalan pulang dibawah jam 10." Ucap Stella sedikit khawatir. "Lo gak papa kan Zya?" Tanya Stella yang kurang enak mengambil jalan muter untuk kerumahnya dulu.
"Oh gak papa kok. Santai aja." Zya tersenyum agar sahabatnya ini lega.
"Ya udah kita muter ya berarti." Kata Violet memastikan.
"Iya." Ucap Zya dan Stella.
Karena rumah Stella tidak satu arah dengan rumah Zya, jadi mereka harus putar arah dulu. Zya sangat tidak keberatan karena ia sendiri ingin pulang terlambat. Ia ingin mencoba menghubungi abangnya, tetapi niat itu urung dilakukan. Stelah Violet mengantar Stella pulang, ia lanjut mengantar Zya pulang.
"Udah sampe Zya." Kata Violet tersenyum.
"Oh makasih ya. Lo gak papa sendirian malam-malam gini?" Tanya Zya melihat jalanan disini sudah lumayan sepi.
"Iya, gak papa. Gue udah terbiasa kok." Violet lagi-lagi tersenyum memberika tanda bahwa ia benar-benar tidak masalah."
"Oh ya udah, kalau gitu gue masuk dulu ya. Lo hati-hati dijalan."
"Oke."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!