Fandi adalah seorang supir seorang artis yang lagi naik daun. Dia begitu bangga dengan pekerjaannya itu, karena setiap kamera menyorot majikannya, maka dia juga bakal kena. Membuatnya terkenal sedikit demi sedikit.
"Oh, itu si Fandi. Supir pribadinya Anya Falana."
Kira-kira begitu respon yang Fandi harapkan dari orang-orang.
Tapi, setiap orang punya rasa iri. Begitulah orang-orang yang berniat menyingkirkan Fandi.
Pada suatu ketika ....
Waktu itu majikannya, Anya ... tengah berpergian ke luar kota. Otomatis Fandi yang mengantarnya karena supir. Kenapa Anya yang seorang artis memilih jalur darat dengan kendaraan pribadi? Ya suka. Anya tak terlalu suka naik pesawat. Dia senang menikmati perjalanan yang panjang. Apalagi dengan Fandi, supir kepercayaannya.
Namun, sesuatu yang tak diinginkan terjadi. Saat melewati jalan alternatif. Mobil yang Fandi dan Anya tumpangi dihadang oleh mobil hitam misterius.
"Buka! Atau kami pecahkan kaca mobilnya!" ancam seseorang menggunakan topeng. Dia menodongkan sebuah linggis.
Anya ketakutan setengah mati.
"Tenang, Anya. Asal kita memberikan apa mereka inginkan kita akan selamat. Tapi, kamu harus rela kehilangan uang dan mobilnya." ucap Fandi berusaha menenangkan majikannya. Dia pun mengintruksi Anya untuk pelan-pelan keluar. Meladeni para pembegal itu.
"Apa yang kalian inginkan?" tanya Fandi tak gentar, malah seperti menantang. Tapi, siapa sangka dia mendapat respon yang tak terduga.
"Sudah, entikan aktingnya, bos! Percuma ... mari kita nikmati saja semua ini!" ucap orang dengan linggis itu. Anya yang mendengarnya pun kaget, dia langsung menatap supir pribadinya yang siap siaga berada di depannya guna melindungi.
"Fandi, apa maksudnya itu——hei, lepas, lepas!" ucap Anya lirih ketika dua orang menangkapnya dari belakang. Masing-masing membelenggu tangan Anya.
"Asal Mbak Anya tau. Supir kebanggaan Mbak Anya itulah bos kami, orang hebat yang telah merencanakan pembegalan ini. Sengaja memilih rute jalan yang sepi, haha ... Mbak Anya masih perawan, 'kan?" terang orang bertopeng yang membawa linggis itu. Menjilat lidah, memandang Anya penuh dengan nafsu.
"Fandi?! Apa-apaan kamu ini? Aku sudah percaya padamu. Tapi, kenapa kamu menghianatiku?" lirih Anya berlinang air mata. Kedua orang yang menahannya mulai memainkan tubuhnya.
"Bukan, aku tak seperti itu! Ini fitnah. Aku bahkan tak mengenal mereka. Hei, lepaskan, Anya ... Brengsek!"
Fandi hendak menonjok orang di hadapannya itu, tapi siapa sangka bahwa dia sangat kuat. Tinju Fandi ditahan.
"Sudahlah, bos! Hentikan aktingmu! Bos tak perlu mencari simpati dari Mbak Anya. Malam ini kita bakal menikmati tubuh masih segel Mbak Anya sampai pagi ... hahaha."
"F-fandi, kenapa kamu setega ini?" Anya menatap Fandi dengan penuh kekecewaan. Dia menangis, pasrah tubuhnya dijamah pria asing, mulai ditelanjangi.
"Bukan! Lepaskan, Anya! Aku benar-benar akan membunuh kalian——"
Buaaghh ....
Pria bertopeng itu memberikan sebuah hantaman pada kepala Fandi dengan linggisnya. Pria itu langsung pingsan.
Dan sadar-sadar Fandi mendapat banyak kesialan.
Polisi menemukan mobil Anya keesokan harinya. Di dalam mobil ada Fandi dan Anya dalam keadaan seperti bayi, tak memakai busana apapun. Sedang di sisi lainnya, kedua tangan Anya diikat dan mulutnya dibekap.
Langsung saja, mereka dibawa ke kantor polisi. Fandi ditangkap atas tuduhan pemerkosaan dan perampokan pada Alya. Hukumannya tak main-main, Fandi dijatuhi hukuman penjara sampai 12 tahun dan denda beberapa miliar.
"Kenapa ada orang setega ini? Apa yang akan kukatakan pada ibu dan bapak di kampung? Bagaimana caraku mengirim uang dan membiayai kebutuhan mereka?" keluh Fandi yang telah berhenti seragam Lapas berwarna biru.
Penderitaannya itu belum seberapa. Di dalam Lapas, dia perlu berhadapan dengan para narapidana. Perlu diketahui, kasta paling rendah di penjara adalah narapidana dengan kasus pemerkosaan. Nasib narapidana dengan kasus itu begitu mengenaskan.
Dirundung habis-habisan. Disodomi, disuruh menyepong burung pria lain. Ah, berbagai perilaku di luar nalar mesti diterima. Tak terkecuali Fandi, dia begitu tersiksa, trauma. Mentalnya benar-benar hancur dan sudah mendekati gila. Dia bahkan takut pada bayangannya sendiri.
Tapi, sebuah bantuan yang tak disangka muncul.
[Ding]
[Master baru telah ditemukan]
[Meminta persetujuan penggabungan dengan System]
[Ya/tidak]
[Tawaran ini akan hilang dalam 30 detik]
Detik terus berlalu, tapi Fandi tak kunjung menentukan pilihan dari suara yang muncul di benaknya. Dia mengira itu adalah halusinasi, aku sudah gila, pikirnya.
[Tersisa 5 detik lagi. Anda serius menolaknya?]
[4]
[3]
[2]
[1]
[Baiklah, subjek nomor 643 menolak pemberian bantuan dari God——]
"Aku menerimanya." ucap Fandi di saat-saat terakhir. Dia ragu sesaat, mimpi atau nyata. Tapi, dia ingin bertaruh saja. Jika ada kemungkinan untuk mendapat nasib baik. Maka pantas dikejar.
Suara-suara seperti seorang wanita belum muncul juga dari benaknya. Fandi lesu duluan, lagi-lagi dia menolak bantuan.
Dia pun kembali termenung, meringkuk di pojokan sel. Tak punya teman, tak punya sesiapapun yang dapat diajak bicara, hingga berbicara pada diri sendiri.
"Hei, Fandi tadi berkata 'Aku menerimanya' eh? Apakah dia suka rela ingin bersihin burungku. Kebetulan belum dicuci. Hahaha." ucap narapidana berbadan besar, bertelanjang dada, tato menutupi seluruh tubuh bagian atasnya.
[Anda mendapat dispensasi dari God]
[Proses penggabungan dengan System dimulai]
[Harap bersiap dengan segala efek yang timbul]
[Lama proses 10 detik]
"Arghh!" teriak Fandi histeris, memegangi kepala dan berguling-guling tak karuan. "Sakit ... sakit."
[Penggabungan selesai]
Kericuhan di sel tahanan yang Fandy tempati berujung dengan dikurungnya dia di ruang isolasi. Ruangan setara dengan kardus TV. Kecil, susah bergerak, pengap dan bau.
Fandi sekarang pingsan karena tak kuat menahan rasa sakit dari efek penggabungan dengan System.
"A-apa yang terjadi?"
Fandi perlahan-lahan membuka matanya. Dia sedikit terkejut mendapati dirinya di ruang isolasi. Tapi, di sisi lain Fandi begitu bersyukur. Di tempat kecil itulah dia mendapat kedamaian, tak perlu berurusan dengan narapidana-narapidana sinting itu. Ini bukan kali pertama Fandi mendekam di ruang isolasi.
[Ding]
[Selamat datang, Master]
"Suara siapa?" tanya Fandi sedikit ketakutan.
[Memberikan sedikit memori kejadian terakhir]
"Uwaa ... kau benar-benar System? Sesuatu yang ajaib yang dapat membantu merubah hidupku? Seperti di novel-novel?" kaget Fandy.
[Ya. Saya memang akan membantu Master dalam mengatasi segala kesulitan]
[Sebagai hadiah awal]
[Master mendapat beberapa hadiah bebas pilih salah satu]
[Uang]
[Jabatan]
[Wanita]
[Kekuatan]
[???]
Sebuah layar holografi muncul di depan Fandi, mengambang di udara dan menampung apa yang dijabarkan System. Fandi bimbang dalam memilih hadiah penggabungannya dengan System.
[Batas waktu 5 menit]
[Pilihan akan dipilih acak jika Master tak dapat memilih]
[Harapkan renungkan baik-baik pilihan Master]
Fandi lantas mulai merenungkan semua pilihan yang tersedia. Dia menimang-nimang, apa yang bakal didapat jika dia memilih pilihan itu.
Contohnya uang ... apa dia akan jadi orang terkaya di dunia?
Jabatan ... menjadi orang dengan pengaruh besar setara Presiden Amerika.
Wanita ... setiap pergi kemanapun bakal diikuti wanita. Tak akan ada wanita yang menolak ajakannya.
Kekuatan ... memiliki sesuatu kemampuan yang ada di film-film superhero. Seperti menggerakkan benda, mengeluarkan api, dan lain-lain.
??? ... potensi arahnya tak diketahui.
Fandi memikirkan semua kemungkinan itu. Dia merasa sangat bimbang. Untuk keinginan terbesarnya adalah membalas siapapun yang telah memfitnah dirinya. Untuk kekayaan, kekuasaan, wanita ... Fandi masih menomorduakan.
Jadi, pilihan paling besar adalah [???]. Tapi, di sisi lain Fandi agak sayang melewatkan semua kesempatan itu. Tapi, tekadnya sudah bulat.
[Sisa waktu 10 detik]
[Mulai menghitung mundur]
[10]
[9]
[8]
[7]
[6]
[5]
[4]
[3]
[2]
"Aku memilih [???]"
[Pilihan dikonfirmasi]
[Sedikit saran untuk Master]
[Jangan biasakan untuk menentukan pilihan terlalu mepet dengan batas waktu]
[Sejak penggabungan, Master hampir menolak dan tak akan pernah memiliki System]
"Hahaha ... sepertinya benar. Makasih System, sudah mengingatkan." ucap Fandi tertawa garing.
Perlu diketahui. System telah menyembuhkan sakit mental yang Fandi derita. Luka fisik pun juga sudah disembuhkan. Fandi saja yang tak sadar.
[???]
[Potensi arah tujuannya tidak diketahui. Master bebas menentukannya. Condong ke arah uang, wanita, jabatan, atau kekuatan. Semuanya pun juga boleh]
"Baiklah. Aku menginginkan semua itu!"
[Tujuan ditetapkan]
[Master mendapat hadiah]
Pada panel holografi di depan Fandi, muncul icon kado. Tak pikir panjang, Fandi lantas menekannya. Deret tulisan pun muncul.
[Diberi satu permintaan oleh God]
[Note : Tak boleh meminta untuk menggandakan permintaan]
"Hahaha ... lucu, sepertinya sering, ya? Seseorang meminta permintaannya ditambah." ucap Fandi meledek System.
[Begitulah, Master]
Fandi mulai memikirkan permintaannya. Itu harusnya adalah sesuatu yang bisa mengatasi masalahnya, untuk sekarang. Bebas dari hukuman, keluar dari penjara. Yah, Fandi tau protokolnya sangat sulit. Pengacara, banding, penyeledikan ulang ... panjang prosesnya.
Tapi, memang itulah keinginan Fandi. Jadi, dia memutuskan untuk keluar dari penjara, secepatnya. Lagipula, dia tak pantas di sana, dia difitnah.
"System, aku ingin keluar dari penjara secepat. Kalau bisa hari ini bisa keluar." terang Fandi perihal keinginannya.
[Permintaannya dikonfirmasi]
[Master, harap tunggu sampai malam]
[Master akan keluar dari penjara]
"Benarkah, System? Semudah itu?"
[Memang sangat mudah]
Entah kenapa, Fandi merasa System tengah menyombongkan diri. Fandi membayangkan Mbak-mbak Call center yang tengah membusungkan dadanya dengan angkuh.
Jadi, selama menunggu permintaannya diproses. Fandi cuma diam termenung dan sesekali mengajak System bicara. Jika ditunggu memang sangat lama, hari berganti malam.
"System, apa saja fungsimu?"
[Asisten pribadi, Master]
"Bukan itu! Maksudku ... seperti status, shop, dan lain-lain." kilah Fandi terdengar mendengkus. System lemot, tak peka.
[Pertanyaan dari Master yang salah. Semua yang Master sebutkan namanya adalah fitur. Sedang Master bertanya soal fungsi. Jadi, saya pun menjawab asisten pribadi. Sebab fungsi saya adalah membantu segala urusan Master]
Ukh .... Fandi disemprot System. Pria berambut hitam acak-acakan itu pun terdiam, dia kalah debat dengan System.
[Menampilkan status]
...Nama : Fandi Delana(27)...
...Level System : 1(0/1000.000.000)...
...Kekuatan : 5 (rata-rata)...
...Kecepatan : 5 (rata-rata)...
...Kecerdasan : 2 (di bawah rata-rata)...
...Daya tahan : 5 (rata-rata)...
...Reaksi : 3 (sedikit di bawah rata-rata)...
...Kelenturan : 1 (sangat di bawah rata-rata)...
...Kharisma : 5 (rata-rata)...
...Keterampilan khusus : —...
...Poin : 0...
Fandi takjub, matanya berbinar seperti anak-anak yang melihat sesuatu yang luar biasa. Tapi, semakin Fandi membacanya, dia berubah cemberut.
"Begini kah kemampuanku?"
[Tak lebih dan tak kurang, Master]
Fandi sepat memandang angka yang tertera pada status kecerdasannya. Di bawah rata-rata, dia sejujurnya merasa syok. Sebodoh itukah? Fandi merasa dirinya pintar.
"Jadi, apakah cuma itu?"
[Menampilkan shop]
Shop
•Aaaa
•Bbbb
•Cccc
•Dddd
Panel holografinya bertumpuk. Sekarang menjadi muncul daftar benda-benda aneh yang ada pada panel shop. Fitur sebuah toko yang mana Fandi bisa membeli benda maupun keterampilan menggunakan poin.
"Ada lagi?" tanya Fandi lebih penasaran. Dia sudah merasa begitu takjub dengan System. Tapi, fitur terakhir dari System bakal membuatnya geleng-geleng kepala.
[Konversi poin]
[1 poin : Rp. 10.000]
[Poin didapatkan dari hadiah misi yang telah dikerjakan]
[Poin juga digunakan untuk meningkatkan level System]
[Data statistik milik Master tak bisa ditingkatkan begitu saja dengan poin. Master perlu latihan manual]
[Jika ingin angka kecerdasannya naik, maka Master perlu belajar]
"Huh ... kau tak praktis, System!" cela Fandi yang kecewa pada peraturan yang mengatakan bahwa tingkat kekuatan, kecerdasan, dan lain-lainnya itu tak bisa ditingkatkan instan. Manual.
[Jika semuanya instan. Maka dunia Master bakal hancur]
[Ding]
[Misi dikonfirmasi]
[Cobalah tidur dengan nyaman di di ruang isolasi]
[Tingkat kesulitan : F]
[Batas waktu : 1 jam]
[Hadiah : 200 poin]
[Pinalti : Permintaan pembebasan dari penjara akan dibatalkan]
[Selamat, misi berhasil diselesaikan]
[Mendapat hadiah 200 poin]
[Master untuk kesekian kalinya hampir gagal]
Fandi membuka matanya. Tempat yang dia singgahi tetap tak berubah. Masih di ruang isolasi dengan ukuran 2X1, meluruskan kaki pun tak bisa. Sungguh keajaiban Fandi dapat tidur dengan kaki yang selalu tertekuk, jadi kesemutan. Biasanya jika dia berada di ruang isolasi, maka terlelap adalah sesuatu yang mustahil.
"Ini sangat sulit, tau! Mana ada ruang isolasi yang nyaman!" protes Fandi tak terima pada ucapan System yang seolah berkata bahwa tidur di ruang isolasi itu mudah.
[Baiklah, saya minta maaf, Master]
[Kompensasi atas ketidaksopanan saya]
[Master mendapat satu set makanan cepat saji]
Tercipta sebuah holografi 3D yang membentuk rupa fried chicken yang lengkap dengan nasi putih hangat, kentang goreng, dan Cola. Hanya butuh beberapa saat untuk ayam goreng itu menjadi nyata dan bisa disentuh.
"Khau ... baegh banget, System!" ucap Fandi yang penuh dengan makanan.
[Memang sudah seharusnya. Saya adalah asisten pribadi Master]
Fandi dengan lahap menghabiskan makanan itu. Dia tak tahu bahwa jam makan malam telah tiba. Seorang sipir memberikan piring plastik berisi nasi, sayur bayam, dan lauk tempe digoreng polos. Tak lupa sebotol air mineral. Sipir itu menatap sekilas Fandi yang sudut mulutnya belepotan dengan nasi dan sisa saus.
"Dapat makanan dari mana dia? Ada sipir yang iseng memberikan makanan?" batin sipir itu, menutup lubang ventilasi yang cuma muat untuk menyelipkan piring.
"Eh? Ini sudah malam, 'kah?" kejut Fandi. Dia menggigit tempe yang terasa hambar itu.
[Master akan segera keluar dari penjara. Harap tunggu sebentar lagi]
Fandi pun harap-harap cemas, menunggu kepastian. Tak kunjung datang, setengah jam hampir berlalu. Fandi sudah tak sabaran, dan hendak melayangkan protes, tapi pintu mungil itu mendadak menganga. Menghentikan aksi dari Fandi.
Nampak seorang sipir berjongkok mengintip Fandi. "Silahkan keluar."
"Hah? Sudah bebas, 'kah?" batin Fandi mengerjap, menatap sipir itu. Dia masih belum terlalu percaya bahwa dirinya sudah berada di luar dary ruang kecil itu. Mestinya dia berada di sana selama beberapa hari.
[Tak perlu diragukan lagi, Master]
"Hmm ... menurutku kau terlalu lemah, System. System-system lain yang pernah kutemui di novel itu tak seribet ini!" gerutu Fandi yang ditanggapi hening oleh System. Tak ada jawaban.
"Kau dipanggil ke ruang kepala Lapas!" beritahu sipir itu, tak lupa memborgol lengan Fandi, protokol keamanan.
Mereka pun menuju ruang kepala Lapas. Lalu ... begitu terkejutnya Fandi melihat sosok wanita asing.
Wanita asing yang cantik itu seketika berdiri ketika sadar akan kehadiran Fandi. Dia menunduk hormat. "Saya telah mengurus pembebasan Tuan Fandi."
"Ah, y~a. Terima kasih." Fandi mengangguk paham, tapi pada kenyataannya dia pening memikirkan wanita yang tak pernah dikenalnya sama sekali.
"System, siapa dia?" tanya Fandi dalam hati.
[Perwujudan dari permintaan Master]
[Wanita itu yang telah mengurus pembebasan Master dari penjara]
"Oh. Jadi, itulah kenapa aku harus menunggu hingga malam. Eh? Tapi, apa tak terlalu mudah? Bisa selesai dalam satu hari."
[Money is everything. Lagipula, domisili Master itu sangat mudah dilumasi dengan uang]
"Huh ... negara ini memang diperbudak oleh uang."
Fandi akhirnya berhadapan dengan Kepala Sipir. Bercengkrama sebentar, saling berbasa-basi. Dia langsung menaruh stigma negatif padanya, hanya dengan bertukar kata Fandi dapat mengetahui perangainya.
"Dia tak pantas dijadikan pemimpin!" batin Fandi memandang tak suka pada Kepala Sipir. Mereka kini berjabat tangan, saling bertukar senyum.
[Jadi, gimana, Master? Di singkirkan saja?]
"Singkirkan bagaimana?"
[Bunuh]
"Hah?" Kaget Fandi memekik tiba-tiba. Kepala Sipir menatap Fandi dengan pandangan bingung.
"Bukan apa-apa. Saya hanya sedikit terkejut. Bapak ternyata sangat ramah, ya?" ucap Fandi tersenyum ramah yang kentara dipaksakan.
Apa yang dikatakan Fandi itu bertolak belakang.
Kepala Sipir itu adalah orang paling jarang senyum, atau bersikap ramah. Orang paling tak disukai di Lapas, melebihi narapidana paling ganas dan bejat. Memerintah sipir lainnya seenaknya, mengabaikan hak-hak narapidana, dan pungli terhadap narapidana dan keluarganya. Penderitaan Fandi di penjara pun atas campur tangannya.
[Misi dikonfirmasi]
[Lengserkan kepala sipir dari jabatannya]
[Tingkat kesulitan : C]
[Batas waktu : Tidak ada]
[Hadiah : ???]
"Ya. Dia memang orang yang buruk. Bahkan Mbak-mbak suruhanmu itu ditatap dengan senonoh! Cih, aku ingin menghajarnya," batin Fandi terlanjur mengepalkan tinju, gatal ingin menonjok muka mesum si kepala sipir.
[Seharusnya tak masalah, Master]
"Eh? Boleh?"
Buagh ...
Tinju keras Fandi tepat mendarat di wajah si Kepala Sipir, membuatnya tersungkur jatuh. Sudut bibirnya langsung berdarah.
"Apa-apaan ini——"
Buagh ... buagh ... buagh ...
Fandi tak memberikan kesempatan baginya untuk bicara, terus ditonjoki hingga bonyok. Membayangkan semua penderitaannya di lapas, membuat Fandi semakin bersemangat untuk menghancurkan muka pak tua itu, bukannya ingat umur dan perbanyak beribadah, tapi malah menanam dosa.
"Hah ... hah ... huh, aku masih belum puas!?" ucap Fandi terengah-engah, dia mengelap keringat di pelipisnya. "Bunuh saja sekalian. Aku jijik padanya."
[Terserah, Master]
Fandi seketika menyeringai menakutkan.
[Saya menyarankan agar tak membunuhnya]
"Heh? Apa?" Kedua tangan Fandi yang hendak mencekik leher si Kepala Sipir , lantas berhenti mengikuti suara wanita yang menggema di benak Fandi.
"Padahal tadi kau menyuruh, system?!"
[Dipikir-pikir lagi tak ada untungnya]
"Kau tak konsisten!"
[Maaf, master]
Fandi awalnya enggan, tapi pada akhirnya dia menurut perkataan System.
Si Kepala Sipir berakhir dengan pingsan, terikat di kursi putarnya. Fandi lalu menuliskan serangkai kalimat pada secarik kertas dan menempelkan di jidat si kepala sipir.
[Jika ingin membuktikan bahwa kepala lapas bersalah, tak cukup dengan tulisan seperti itu. Butuh bukti. Tindakan Master malah membuat Anda bisa menjadi buronan]
[Tuduhan penganiayaan]
"Eh? Iya juga, ya?" Fandi menepuk jidatnya, gemas. Kenapa bisa sebodoh itu?
[Angka pada stat milik Master tak berbohong. Di bawah rata-rata]
Ukh ... tepat menusuk hati. Di hina oleh System-nya sendiri. Fandi mendadak merasa lesu, semangatnya hilang.
"Untuk bukti ... saya sudah menyiapkan semuanya." Wanita cantik suruhan System akhirnya buka suara. Langsung mengejutkan Fandi.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!