Namaku adalah Abdul Rahman Al Fatih, aku seorang pengusaha di bidang kontraktor selain itu aku juga punya kos-kosan mewah sebanyak dua puluh lima pintu, lantai atas untuk kos putri dan lantai bawah untuk kos putra, rata-rata yang kos di sana adalah anak orang kaya selain itu juga ada pekerjaan kantor yang mempunyai gaji tinggi, karena harga sewa di kos ku cukup menguras kantong juga, makanya rata-rata menengah ke atas yang kos di tempatku, di usia yang menginjak tiga puluh empat tahun ini aku belum juga menikah.
Masa lalu ku dengan seorang wanita membuat aku masih enggan untuk menjalin hubungan lagi, dan saat ini aku tinggal di kos ku sendiri karena aku sendiri juga yang mengelola.
Aku tak malu walaupun aku seorang CEO perusahan kontraktor aku cukup cuek. Aku enggan untuk tinggal di rumah sendiri, walaupun aku tergolong mampu untuk membeli rumah mewah ataupun apartemen, tetapi aku malas untuk tinggal sendiri, lebih baik begini saja tinggal jadi satu sama kosan ku di sini banyak temannya.
Sepulang dari kantor aku parkiran mobilku di garasi yang aku khusus kan untuk mobil pribadiku sendiri, ketika aku masih di dalam mobil, tiba-tiba ada seorang gadis berhijab mengetuk kaca mobilku.
tok,tok... akupun membuka jendela mobil ku
" Mas tolong saya, bawa saya ke rumah sakit." Ujarnya sambil dia memegang perutnya, dan kulihat matanya berkaca-kaca dan terlihat wajahnya kuyu dan sangat pucat sekali wajahnya, tanpa pikir panjang aku menganggukan kepalaku saja, dan akupun turun dari mobil mempersilahkan dia duduk di samping kemudi.
" Terimakasih Mas" ucapnya kembali, sambil meringis menahan sakit.
" Iya sama-sama " sahutku dengan sedikit gugup entah kenapa ku lihat parasnya yang ayu aku jadi gugup sendiri, baru kali ini aku merasa Canggung. apa lagi wajah gadis itu sesaat membuat aku terkesima. Bulu matanya lentik, bibirnya tipis, hidung mancung dan kulitnya putih bersih kelihatan gadis ini terawat sekali, ku taksir usianya sekitar dua puluh tahun, tetapi yang membuat aku heran kenapa aku tak mengenalnya, sebab aku adalah pemilik kos ini. Aku kenal siapa saja yang tinggal di sini, apa anak baru yang belum sempat Mbok Minah dan Pak Ujang laporkan ke aku, batinku.
" Kamu sakit apa sebenarnya? sampai kesakitan begitu", karena aku sedikit curiga karena dia memegangi perutnya dan kadang dia seperti mau muntah.
" Asam lambung saya kambuh Mas, saya sudah tidak bisa menelan makanan sebab bila saya paksa makan pasti akan keluar lagi, minum pun juga demikian" tuturnya dengan suara yang menahan rasa sakit.
Akupun cuma manggut-manggut mendengarnya, sekilas menatap iba pada gadis itu.
Sebenarnya banyak yang ingin aku tanyakan tetapi melihat dia kesakitan membuat aku mengurungkan niatku ini, baiknya nanti saja kalau dia sudah baikan, batinku.
Dalam perjalanan ke rumah sakit gadis itu tampak diam sambil memegangi perutnya yang sepertinya masih sakit. Dia merintih terus sepanjang perjalanan, sesakit itukah batinku kemudian.
"Maaf saya tadi beranikan diri untuk minta tolong sama Mas yang kebetulan ada di parkiran, karena aku lihat tak ada orang lain selain Mas di luar tadi, jadi sekali lagi maaf bila saya merepotkan"ujarnya kemudian dengan perasaan tak enak.
" Ga apa-apa Dek saya suka bisa bantu orang kok" Ujarku
" Nama adik siapa? kenapa saya tidak pernah lihat ya padahal saya adalah pemilik kos tersebut tapi belum pernah melihatmu Dek? tanyaku lagi.
" Maaf Mas aku tinggal di kos bekas selly, kebetulan dia sebenarnya sudah pindah kuliah di belanda, karena dia sudah bayar dua bulan ke depan makanya saya di suruh tinggal di sana, sebab saya tak punya tempat tinggal Mas, katanya tanpa melihat ke arahku dia menunduk merasa tak enak hati karena belum ijin padaku.
" Maafkan saya Mas karena belum ijin sama Mas, karena saya ga tahu bila Mas pemilik kos tersebut. Selama ini saya tinggal berpindah-pindah tempat karena tak ada uang untuk membayar kos, terakhir Selly menawari saya untuk tinggal di sana karena itu saya mau saja, dan Selly kemaren belum sempat pamit sama Mas, katanya Mas lagi keluar kota," lanjutnya kemudian.
" Ya sudah ga apa-apa jangan di pikiran, buat aku yang penting yang tinggal di tempatku bukan orang dalam bermasalah, itu saja sudah cukup dan tidak membuat masalah, ujarku kemudian.
" Terimakasih banyak Mas mengerti kesusahan saya, saya janji bila waktunya sudah habis saya akan pindah Mas, saya hanya butuh tempat berteduh saja," jawabnya sambil tangannya gemetaran, aku jadi benar-benar tak tega melihatnya yang nampak kesusahan dan kondisi sakit lambung, kulihat badannya kurus, apa dia kurang makan batinku, dia gadis yang cantik malah lebih cantik menurutku, kulitnya putih bersih bibirnya tipis, bulu matanya lentik dan kalau boleh menilai aku rasa dia bukan dari kalangan bawah, kulitnya benar-benar terlihat terawat sekali, kalau jaman sekarang yang di bilang glowing kali ya. dan berkali-kali dalam hati ku mengaguminya.
" Sudahlah Dek tidak apa-apa kok, kamu tinggallah di sana sampai kamu lulus kuliah, jangan pikirkan biaya jawabku kemudian. karena aku merasa iba pada ceritanya, aku yakin dia lagi ada masalah besar entah apa itu masalahnya, hingga sampai seperti itu dan dia tak ada gelagat yang aneh-aneh.
" Beneran Mas?" tanyanya sambil memandang ke arahku seperti tak percaya pada apa yang aku ucapkan, dan mimik mukanya agak berubah senang walaupun masih kelihatan pucat sekali dan kuyu.
" Iya, apapun masalahmu semoga semuanya bisa di selesaikan dan ini semua bentuk rejeki buatmu" Ujarku lagi.
" Maaf Mas, saya hanya bisa bilang terimakasih saja, saya janji akan cari kerja untuk biaya hidup saya nantinya." ucapnya lagi.
" Sudah bentar lagi kita sampai di UGD, nanti langsung masuk UGD saja ya soalnya kamu perlu langsung di tangani menurut ku."
Tak lama kemudian kamipun sampai di depan UGD dan langsung di sambut oleh satpam dan perawat yang berjaga di sana, mereka mendudukkan gadis itu ke kursi roda.
Setelah ku parkiran mobilku akupun menyusul dia masuk ke dalam, dengan membawa tas selempang dia yang tertinggal di jog mobil, dengan langkah cepat akupun menyusul gadis itu ke dalam. Dan di sana dia di tangani dokter jaga, dan setelah selesai pemeriksaan ternyata pihak dokter bilang gadis itu harus di rawat beberapa hari di sini, karena keadaanya benar-benar sudah dehidrasi, karena di lambungnya yang tidak bisa menerima makanan, akhirnya dia harus di infus sementara waktu untuk mengganti asupannya.
Akupun di minta petugas untuk mengurus biaya administrasinya kemudian, dan aku menuruti perintah petugas tersebut.
Karena pasien akan di pindahkan ke ruang rawat inap, melihat kondisi dia dan cerita dia aku jadi tak tega, akhirnya aku pilihkan ruang VIP untuk dia tak masalah buat aku menanggung biayanya sepertinya dia benar-benar butuh bantuan, hatiku rasanya bergetar mendengar cerita singkatnya dan sepertinya dia masih ada sesuatu masalah yang besar masih dia sembunyikan, tapi entahlah kenapa aku jadi iba sekali pada nya.
Setelah selesai ku urus kamar rawat inap buat Citra Kirana Gerrard, namanya yang baru aku tahu setelah aku melihat identitas yang aku ambil tadi di dalam tas selempang itu untuk mendaftarkan diri, kasihan ku lihat hanya tinggal uang lembaran biru cuma satu lembar saja, akupun menghembuskan nafasku dengan kasar melihatnya.
Selesai aku urus pembayarannya, aku menuju ruangan VIP yang di sebutkan perawat yang bertugas merawat Citra tadi.
Setelah sampai di ruang tersebut aku ketuk pintu kamar.
tok-tok-tok
Akupun langsung masuk tanpa menunggu jawaban dari dalam, dan ku lihat wajah Citra sudah tidak sepucat tadi, dia tersenyum manis ketika melihatku di ambang pintu dan aku balas senyumannya itu, entah kenapa hatiku masih saja gemetar melihatnya gadis itu tersenyum, cantik tapi aku juga sering melihat wanita-wanita cantik juga di luar sana, tetapi entahlah yang ini lain, rutukku dalam hati.
" Gimana keadaan kamu Citra?" tanyaku sambil ku sematkan senyuman padanya.
" Alhamdulillah sudah mendingan Mas, Mas tahu namaku dari mana? pada hal kita belum memperkenakan diri?"
" Maaf tadi pas aku daftarin, kebetulan aku bawa tas Dek Citra jadi aku cari di sana dan nemu ktp deh di sana, jawabku enteng, sambil kutunjukan tas selempang miliknya.
" Kenalkan namaku Abdul Rahman Al Fatih tapi biasa di panggil Rahman saja, ujarku sambil ku angkat tanganku untuk menjabat tangannya, dan kami pun berkenalan pada hal dari tadi aku sama dia sudah ngobrol di dalam mobil, tapi baru ngeh bila kami belum saling kenal nama.
" Terimakasih Mas Rahman atas bantuannya tapi Mas gini em ...." katanya ragu, " Citra sudah tak punya uang buat membayar biaya Rumah sakit ini, ujarnya lagi sambil menunduk dan memilih-milih jemarinya.
" Jangan pikirkan itu Dek, aku ikhlas kok membantumu, jadi ga usah khawatirkan itu, sekarang Istirahatlah biar kesehatan mu pulih lagi seperti dulu," ujarku kemudian.
" Ia Mas Rahman, terimakasih banyak sudah bantu dan temenin Citra di sini, Citra tak akan pernah lupa pada kebaikan Mas dan semoga Allah yang akan membalasnya yang lebih baik lagi" ujarnya.
" Terimakasih untuk do'anya," jawabku sambil tersenyum," sudah ya sekarang tidurlah ini sudah malam sekali adik harus banyak istirahat," tuturku lagi.
Entah mengapa aku suka memperlakukan dia dengan manis, memanggil Adek sama dia, padahal kami baru saja kenal, dan dia tak keberatan, apa ini yang di namakan cinta pada pandangan pertama, Oh si*lan apa aku jatuh cinta lagi, rutuku dalam hati.
Aku akhirnya malam ini menemani Citra nginap di rumah sakit, dan tidur di ranjang sebelah Citra yang di sediakan pihak Rumah sakit, ranjang Extra yang di peruntukkan bagi keluarga pasien.
Pagipun tiba sebelum adzan subuh aku sudah bangun karena ada yang mengetuk pintu kamar, aku bangun dan membukanya ternyata adalah pak Ujang dan Mbok Minah yang aku tugaskan untuk membawa baju ganti buat aku kerja, dan kebutuhan Citra yang lainnya aku suruh Mbok Minah mengambilkannya dengan memakai kunci cadangan kamar Selly untuk mengambil baju ganti Citra, karena tadi malam aku chart pak Ujang untuk menyusul ke rumah sakit dan terpaksa aku menceritakan semua yang terjadi kemaren tentang Citra.
" Mbok Minah saya minta tolong Mbok yang menunggu Citra di sini ya, sementara Pak Ujang yang pulang saja, sebab saya harus kerja sekarang." kataku itu sambil sedikit berbisik sama mereka berdua sebab Citra masih terlelap.
" Dan nanti sore saya pulang kerja langsung ke sini untuk gantiin Mbok" ujarku kemudian.
" Iya Aden Mas, saya akan menungguin Mbak Citra di sini, kasihan dia sebatang kara hidupnya,"ucap Mbok Minah kemudian, sepertinya dia tahu permasalahan Dek Citra.
" Dan terimakasih ya Mas, sudah mau menolong mbak Citra" ujar mbok Minah yang sepertinya Mbok Minah sudah tahu kondisi Citra, aku ingin rasanya menelisik lebih jauh tentang Citra tapi rasanya aku ga tega.
" Iya Mbok," sambil ku ambil baju yang di bawakan simbok dari rumah tadi segera aku pergi ke kamar mandi, dan ketika melewati ranjang Citra kulihat dia masih juga terlelap, mungkin karena pengaruh obat yang di berikan perawatan tengah malam tadi.
Setelah aku bersiap dengan perlengkapan kerjaku, akupun pamit sama Mbok Minah yang sudah aku anggap sebagai ibu keduaku.
" Nitip dek Citra ya Mbok?" kataku sambil ku lirik citra yang lagi sarapan bubur.
" Iya Den Mas, hati-hati di jalan ya?"
" Iya Mbok,"jawabku sambil tersenyum
" Mas berangkat dulu ya Dek ?" kataku pada Citra.
" Iya Mas hati-hati ya Mas,"katanya sambil tersenyum manis sekali, dan ku balas senyuman itu tak kalah manisnya.
***
Ku lanjutkan mobilku membelah jalanan ibukota yang terasa pagi ini sangatlah macet, aku terus saja masih memikirkan tentang gadis itu, dari latar belakang dan sebenarnya ada permasalahan apa yang di derita gadis itu, Citra kamu membuat hatiku tak menentu entah kenapa aku jadi merasakan hal berbeda ketika melihatnya dia memang lain dari pada yang lain, seakan hatiku terpaut sama dia, posisiku masih tak berubah aku masih saja melamun memikirkan gadis itu bahkan aku tak peduli banyak berkas yang harus aku selesaikan hari ini. Ku biarkan menumpuk di atas meja kerjaku.
Setelah ku lalui hari ini dengan setengah hati akhirnya aku memutuskan untuk segera balik ke rumah sakit, setelah makan siang aku menyerahkan beberapa pekerjaan yang penting aku kepada Lukman asisten pribadiku, dan aku meminta pada Adel untuk merubah jadwalku besuk, dan beberapa rapat yang tertunda hari ini aku serahkan pada Lukman.
Jam empat belas lebih dua puluh menit akhirnya aku sampai di Rumah sakit ini, ku langkahkan kakiku menuju kamar Citra, sesampainya di depan pintu ruangan ku ketuk pintu kamar Citra, akupun langsung masuk saja tanpa menunggu jawaban dari dalam, ku lihat Citra dan simbok sedang berbincang sesuatu,
"Aden Mas sudah Pulang jam segini?" ujar simbok yang langsung bangkit dari tempat duduknya.
" Iya Mbok, di kantor lagi ga banyak kerjaan," jawabku bohong.
" O...alah ya sudah Mas kalau gitu, Mas Rahman sudah makan belum? biar simbok carikan makanan" ujar simbok lagi
" Sudah kok Mbok, saya sudah makan di kantor dan tadi langsung ke sini" balasku kemudian.
***
Setelah itu Mbok Minah aku suruh pulang, aku mulai berbincang dengan Dek Citra, aku rasanya ingin sekali mengenal dia lebih dekat, entah perasaan ingin tahuku lebih dalam.
" Gimana keadaanmu Dek?" tanyaku sambil ku duduk di kursi di dekat dia.
" Alhamdulillah lebih baik Mas," perutnya sudah sedikit mendingan, rasa nyeri di ulu hati dan mulanya sudah berkurang," imbuhnya.
" Syukurlah kalau begitu, ku lihat sudah tidak terlalu pucat seperti kemaren" ujarku kemudian.
" Iya Mas terimakasih banyak ya, Citra ga bisa membalas semua kebaikan Mas, Citra hanya bisa do'ain semoga rejeki Mas lancar," tuturnya lagi.
" Udah Dek, ga usah di pikirkan ya?, yang penting Dek Citra segera sehat," bakasku kemudian.
" Dek Citra mau sesuatu?soalnya Mas mau keluar sebentar, dan bentar lagi sholat Ashar, Mas mau sekalian ke masjid?" lanjutku lagi.
" Udah kok Mas, Citra ga butuh apa-apa kok kayaknya, nanti bila urgent Citra tinggal pencet bel saja minta tolong perawat untuk membantu." jawabnya.
" Ya udah ya Mas tinggal dulu ya? Mas janji ga akan lama kok, Ujarku.
" Iya Mas," jawab Citra.
Sebelum aku pergi aku minta tolong perawat untuk mengawasinya sebentar, karena aku ada urusan di luar kebetulan kantor nya di sebelah rumah sakit ini.
Jarum jam sudah menunjukan empat lebih tiga puluh, sudah dua jam setengah aku meninggalkan Citra di kamarnya, akupun buru-buru balik setelah menyelesaikan urusanku dengan klien baruku, Syukur Alhamdulillah dapat proyek dengan mudah hari ini. rejeki Citra ini, batinku, aku tersenyum-senyum sendiri ketika jalan menuju ruangan Citra di rawat, kita harus percaya, ketika kita ikhlas pasti Allah akan menggantikannya rejeki lebih dari yang tidak pernah kita sangka-sangka sama sekali.
Aku janji bila proyek ini berhasil aku akan tanggung kuliahmu Citra, gumamku dalam hati yah sebuah proyek besar menanti, mungkin besuk aku tak bisa menungguinya, lebih baik Mbok Minah yang harus gantikan aku sampai malam, aku harus ngomong sama Citra agar dia tak salah paham.
Ketika aku masuk Citra baru saja selesai sholat di atas tempat tidur, dan dia melipat mukenanya pakai tangan kanan dan menaruhnya di atas nakas, ketika melihatku datang dia nampak senyum manis sekali, wajahnya sudah kelihatan merona tidak seperti tadi pagi yang masih sedikit pucat.
" Maaf aku agak lama tadi baru saja menemui klien trus langsung mampir masjid untuk sholat bareng dulu sama dia," tuturku.
" Ga apa-apa Mas, gara-gara Citra, Mas jadi tambah sibuk dan Citra yang jadi ga enak jadi menganggu kerjaan Mas," ujarnya.
" Nggak kok, kliennya itu sahabatku Dek, dan Alhamdulillah setelah kamu do'ain kemaren itu Mas dapat proyek besar nih, jadi Mas gantian berterimakasih padamu Dek gara-gara do'a kamu Mas dapat rejeki besar kali ini, Mega proyek tuturku.
" Alhamdulillah ya Allah, Citra ikut senang sekali Mas," ucapnya terharu, sambil mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
" Mas janji tadi bila proyek ini goal Mas akan biayai semua keperluan kuliah kamu, dan semuanya gratis," ujarku dengan wajah yang berbinar-binar.
" Hah benar Mas?? serunya seperti tak percaya dengan apa yang aku ucapkan,
" Benar Dek, Mas serius ga bohong" ujarku sambil tersenyum.
" Citra ga tahu harus bilang apa sama Mas, hanya do'a dan ucapan terimakasih yang bisa Citra lakukan, ujarnya sambil tertunduk malu.
" Terimakasih Dek, kamu jangan merasa tidak enak gitu, dari do'a kamu Mas dapat rejeki, betul ga? kataku untuk memberi dia semangat dan selalu merasa tidak enak,p jujur aku menganggap dia seperti adikku sendiri yang sudah lama tiada, sifatnya juga manja sekali kaya dia.
Citra menganggukkan kepalanya saja, ku rasa dia sangat terharu dengan janji yang aku ucapkan, akupun sebenarnya juga demikian terharu dengan semua ini, sepertinya ada sesuatu di hatiku ini, ah entah lah.
***
Sudah empat hari Citra di rawat di Rumah sakit setelah kondisinya pulih akhirnya dia di ijinkan pulang ke rumah kos dan dia aku ijinkan untuk tetap tinggal di sana gratis sesuai janjiku, untuk kuliah dan lain-lain aku yang biayai, karena proyek besar ku sudah Goal tinggal eksekusi saja.
POV Citra
Akhirnya aku pulang juga dari Rumah sakit lega rasanya sudah terbebas dari infus dan bau obat-obatan yang menyiksaku selama empat hari, perutku rasanya sudah enakan, makan sudah seperti biasa tetapi belum boleh makan nasi, padahal aku sudah rindu makan nasi, bubur tiap hari membuatku bosan keluhku dalam hati.
Aku di jemput mas Rahman dari rumah sakit, sebenarnya aku tidak enak tapi harus gimana lagi dia memaksa, dan tiba-tiba dia sudah di rumah sakit ini, aku harus bersyukur di pertemukan sama dia, dia adalah sosok yang baik sekali, dewasa dan penuh karisma.
Orangnya ganteng lagi ga ada obatnya deh, walaupun sudah Om-om tetapi dia sangat menggemaskan, aku di perlakukan sangat manis sekali seperti sama pacarnya saja, aku benar-benar seperti di manja sama dia, entah lah kenapa aku merasa nyaman waktu bersama dia, meskipun kami baru kenal.
" Sudah siap Dek ?" tanya Mas Rahman yang sudah menenteng tasku.
" Sudah Mas, aku sudah ga sabar pulang " ujarku.
Mas Rahman tersenyum menatapku dengan wajah sayu dan akupun demikian, ada sesuatu yang tak bisa aku ungkapkan, tapi aku takut bila aku terlalu berharap lebih dengan apa yang dia lakukannya buatku, sebab kalau di turuti kata hatiku itu terlalu cepat untuk urusan hati.
Karena terlalu lama saling menatap aku jadi canggung, akupun menunduk dan mengajaknya pulang.
Mbok Minah yang sudah menunggu kami dari tadi mesam mesem saja melihat kelakuan kami kaya anak kecil saja, aku jadi benar-benar malu sekali.
Sampai di kos menjelang sholat dhuhur, aku dan Mbok Minah turun dari mobil sementara Mas Rahman langsung baik lagi ke kantor.
" Non,... langsung naik ke atas dan Istirahat saja ya non dan jangan lupa obatnya di minum sebelum tidur" pesan Mbok Minah
" Iya Mbok makasih ya"sahutku sambil ku langkahkan kakiku naik ke kamarku.
Sampai di atas ku hempaskan tubuhku di atas tempat tidur, ketika ku amati kamarku kelihatan bersih sekali, rupanya Mbok Minah telah membersihkannya, rasanya aku jadi tak enak sama Mbok Minah, tak lama kemudian mataku terpejam dan akupun terlelap begitu saja.
Sayup-sayup ku dengar suara ponsel berbunyi, ku kerjapkan mataku sesaat dan ku raih ponsel yang ada di nakas, ku lihat nama Mas Rahman terpampang di layar ponselku, sambil tersenyum akupun mengangkatnya.
" Assalamu'alaikum Mas ?" sapaku dengan suara khas manjaku.
" Waalaikum salam Dek, gimana keadaanmu sekarang?" tanyanya di sebrang sana.
" Alhamdulillah udah mendingan Mas, maaf aku tadi baru bangun tidur tadi sampai kos langsung tidur" balasku.
" Syukurlah kalau kamu sudah mendingan, makan dulu ya kalau gitu trus habis itu minum obatnya." Imbuhnya.
" Pingin makan apa? biar Mas yang pesenin atau mau masakan Mbok Minah saja, biar Mas suruh membawakannya ke atas.
" Sebenarnya aku pingin makan nasi Mas tapi belum boleh ya"ujarku
" Belum boleh dek, sabar saja dulu ya kalau sudah benar-benar sehat, baru boleh makan nasi,"tuturnya.
" Iya Mas, kalau gitu aku pinginnya bubur Manado boleh? Biar ada rasanya " tawarku lagi.
" Boleh, bentar ya Mas pesenin dulu, habis itu minum obatnya," ujarnya kemudian
"Iya Mas" jawabku singkat.
" Ya udah Mas tutup dulu ya Dek telponnya, Assalamu'alaikum" serunya.
" Waalaikum salam" balasku.
Setelah menjawab telepon Mas Rahman aku kembali berbaring lagi, rasanya masih agak lemas tubuhku karena pengaruh obat tadi siang, ku tatap langit-langit kamarku sehingga merangkai tentang kepahitan hidupku yang menjadi anak yang terbuang, mama sungguh tega sekali sama aku bila ingat itu, tapi aku patut bersyukur di kala seperti ini ternyata banyak orang baik menolongku, selain teman-teman yang simpatik kepadaku, ada juga orang yang baru aku kenal yaitu Mas Rahman, dia sungguh baik malah sangat baik sekali.
dia bilang mau biayain kuliah aku dan semua kebutuhan aku, entah karena alasan apapun itu semuanya seperti sebuah mimpi saja, ketemu sama pria seperti dia yang aku rasakan perhatiannya luar biasa, pria tampan berperawakan atletis dan kulit putih, dan usianya di atas tiga puluh Tahun, cukup matang untuk berumah tangga, tapi dia masih saja sendiri, walaupun dia pria yang sangat mapan tetapi penampilannya sederhana saja, kalau aku sering curi pandang dulu, ketika dia di kos cuma pakai sarung dan kemeja saja dan sering duduk di depan teras kosnya sambil merokok. Kelihatan hot sekali batinku, apa lagi perhatian dia kepadaku begitu manis sekali, dengan sifat manjaku yang memang sudah dari sononya membuat aku makin nyaman saja, apalagi di perlakukan manis terus, batinku.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!