"Happy birth day".. terdengar letupan balon dan cipratan tepung langsung ke badanku ketika aku membuka pintu.
Sembari membawa kue ulang tahun yang sudah di lengkapi lilin dengan angka 22, teman temanku datang memberikan surprise padaku yang sungguh tak ku ingat kalau hari ini adalah hari kelahiran ku.
"Selamat ulang tahun Kirani , semoga tahun ini cepat dapat jodoh ya.. " ucap sahabatku Kayla. Dia adalah teman sekaligus aku anggap saudara perempuanku karena dia orang yang selalu ada saat pasang surut kehidupan ku sejak kecil. Ayah Kayla sahabat Papaku, tapi beliau sudah meninggal lima tahun yang lalu. Itu yang membuat aku semakin bersahabat karib dengan Kayla karena Papaku sudah menganggapnya seperti anak sendiri.
Bersama dengan empat temanku lainnya Rizki, Revan, Nella dan Sinta mereka membuat pesta kejutan untukku.
"Terima kasih teman teman. You all my best friends.. ", kami saling berpelukan lalu akhirnya bersama sama memotong kuenya.
Dua puluh dua tahun, yah itulah usiaku. Meski sudah berumur dewasa tapi aku masih terlihat seperti anak SMA. Postur tubuhku yang mungil serta sifatku yang masih suka merengek manja membuat usiaku tak nampak sudah beranjak 22 tahun.
Itu momen terakhirku bersama teman teman ku, karena setelah ini aku di pindah kerja ke luar kota.
Mentari bersinar di pagi hari seakan mengantar kepergianku dari tempat kerjaku yang lama. Aku melaju dengan menaiki taxi online yang sudah aku pesan. Sesampainya di tempat kerja baru, aku bertemu dengan seseorang yang sangat tampan.
Dia tersenyum manis padaku sambil bertanya , "Kamu Kirani? ",
Aku langsung menjawab,
" Iya betul saya Kirani. Dari mana anda tahu nama saya?", kataku balik bertanya.
"Perkenalkan nama saya Aldo. Setelah ini kita akan sering bertemu untuk menjadi rekan kerja. Ada pemberitahuan bahwa akan ada karyawati baru yang datang hari ini. Namanya Kirani dan aku pikir itu pasti kamu", jelasnya secara detail.
" Oh gitu ya, oke..kalau boleh tau saya mau tanya dimana toilet nya? ", tanyaku tanpa basa basi karena tak sanggup menahan ingin buang air kecil setelah hampir 3 jam perjalanan.
" Ok, mari saya tunjukan" jawab Aldo sembari mengarahkan aku jalan menuju toilet.
Di dalam toilet aku tersenyum sendiri, "Ganteng, ramah dan... " aku tersipu malu sendiri.
"Baru juga kenal, belum tau seperti apa sifat aslinya.. cowok kan banyak yang buaya",
ucap ku sendiri dalam hati sebab aku termasuk orang yang susah jatuh cinta karena takut patah hati seperti sahabat ku Kayla.
Hari berikut nya Kirani dan Aldo sudah memulai aktifitas sebagai rekan kerja. Tak jarang Aldo sering melirik ke arah Kirani sambil tersenyum dan itu membuat Kirani menjadi salah tingkah.
Tiba waktu nya istirahat mereka menghabiskan waktu makan siang bersama sambil di temani obrolan hangat seputar diri mereka masing masing. Tentu nya agar bisa kenal lebih dekat.
Aldo yang sangat perhatian pada Kirani membuat gadis 22 tahun itu luluh hatinya. Bahkan Aldo mampu membuat Kirani menjadi sosok wanita yang lebih dewasa tidak cengeng dan merengek seperti sebelum nya. Kirani merasa mempunyai kehidupan baru.
Kriiiiiiiing.... telepon berbunyi, dan Kirani bergegas untuk mengangkatnya,
"Haloooo.. "
" Haloooo Kirani..... waah dapet kawan baru kawan lama di lupain deh.. "
terdengar suara perempuan muda di seberang sana.
" Kayla..?? aku kangen sama kamu"
kata Kirani menyapa sahabat karibnya.
"Aku juga kangen sama kamu. Sepi deh rasa nya semenjak kamu pindah", kata Kayla.
" Iya kay ,mau gimana lagi ini kan tuntutan kerja", jawab Kirani yang membuat Kayla terheran.
Nada bicara Kirani yang lebih lembut tapi tegas berbeda dengan Kirani yang sebelumnya suka merengek dengan nada manja.
" Kamu sehat sehat aja kan Kirani? " tanya Kayla yang masih terheran dengan perubahan pada Kayla.
"Sehat kok, di sini tempatnya nyaman dan rekan rekan kerjanya juga baik semua orangnya", jawab Kirani.
" Syukur deh kalau gitu", Kayla mengakhiri obrolannya.
Satu bulan berlalu Kirani semakin akrab dengan Aldo, tak jarang mereka sering keluar bersama selepas bekerja. Hal itu membuat Kirani sempat merasakan ada rasa yang tumbuh dalam hati nya kepada Aldo. Namun Kirani masih mengelak pada diri nya sendiri.
Kian hari Kirani makin terlihat dewasa dalam bertutur kata, bersikap dan cara berpikir nya pun sudah sangat berbeda dengan yang dulu.
Sekarang dia sudah lebih pantas menyandang usia 22 tahun, bukan 17 tahun. Tentu nya itu semua berkat perkenalannya dengan Aldo.
Meski setiap hari sering menghabiskan waktu bersama, namun Aldo belum pernah memberi tawaran untuk main atau sekedar memberi tahu dimana Aldo tinggal. Dan hal itu membuat Kirani penasaran.
"Kamu itu asli orang sini atau pendatang juga kayak aku? " tanya Kirani yang sudah tak mampu menyembunyikan rasa keingintahuannya.
"Iya aku asli orang sini" jawab Aldo singkat dan itu membuat Kirani ingin melanjutkan pertanyaannya.
"Terus rumah kamu dimana ? deket ya sama tempat kerja kita? " Aldo hanya tersenyum dan itu membuat Kirani tak merasa lega dengan pertanyaan nya yang belum terjawab. Tapi Kirani pun tak bisa memaksa Aldo untuk menjawab nya.
"Bodo amat lah, toh aku perempuan ngapain aku nanya nanya rumah nya laki laki. nanti di kiranya perempuan apa aku ini? " ucap nya dalam hati untuk bisa mengendalikan rasa keingintahuannya.
Tiga bulan telah berlalu. Di suatu pagi Aldo tidak ada di tempat kerja nya.
"Mungkinkah dia sakit atau ada keperluan? ", Kirani mencoba menerka keadaan dan berbicara pada diri sendiri.
Hingga akhir nya keesokan hari nya dia jumpai hal yang sama, tempat kerja Aldo masih tetap kosong. Hal itu membuat Kirani mencoba menghubungi Aldo namun Aldo tak dapat di hubungi. Ponselnya mati. Sampai akhirnya keesokan hari Aldo muncul dan kembali menyapa Kirani seperti sedia kala.
"Kemaren kamu kenapa kok tidak masuk kerja?", tanya Kirani yang tanpa basa basi.
"Kamu sakit ya?", belum sempat Aldo menjawab Kirani sudah melontarkan pertanyaan baru nya.
"Aku nggak sakit", jawab Aldo.
" Terus kenapa kok dua hari gak masuk kerja?", Kirani masih tampak sangat ingin tahu.
"Ada keperluan keluarga", jawab Aldo yang membuat Kirani menghentikan pertanyaannya.
"Keluarga? , apa Aldo sudah beristri? " Kirani bertanya tanya pada diri sendiri.
Aldo bukan sosok perayu, sebenar nya dia sosok yang pendiam. Tapi justru sikap nya yang pendiam dan lebih terlihat bijak itu yang membuat Kirani tertarik, bahkan mampu merubah kepribadian Kirani. Karena selama ini yang Kirani tahu kebanyakan laki laki itu suka gombal dan banyak merayu. Berbeda dengan Aldo.
Kriiiiiing.... suara ponsel berdering, terlihat Aldo sedang menerima telpon.
"Halooo... baik baik aku akan segera ke sana", Aldo menutup telpon nya dan bergegas keluar tempat kerjanya untuk meminta izin pulang lebih awal.
Kirani tampak bingung dan ingin mencari tahu.
" Ada apa Al, apa semua baik baik saja? ", tanya Kirani.
Aldo hanya menjawab, "Ya aku harus segera pulang".
Keesokan hari nya seperti biasa Kirani datang lebih awal ke tempat kerja nya, ia melihat tempat Aldo masih kosong.
" Apa hari ini Aldo tak masuk kerja lagi, ada apa dengan nya kemaren? " penuh tanya dalam benak Kirani.
Lalu terdengar suara langkah kaki yang datang dan ternyata itu Aldo. Dia terlihat sangat letih dan tak bersemangat. Bahkan Aldo pun tak sempat menyapa Kirani, mata nya seolah larut dalam lamunan hampa.
"Kamu baik baik saja? Apa kamu sakit?", Kirani mencoba memulai pembicaraan.
Namun Aldo hanya menggelengkan kepala tanpa mengucapkan sepatah kata. Kirani bisa memahami suasana hati Aldo yang kurang baik. Dia pun lekas beranjak membiarkan nya sendiri di tempat kerja tanpa mengajukan banyak pertanyaan. Kali ini mungkin Aldo sedang tak ingin bercakap dengan siapa pun.
Tiba waktu istirahat Aldo masih tampak termenung, Kirani mencoba mendekati dan mengajak nya makan siang seperti biasa. Tapi yang terjadi malah Aldo menggenggam erat tangan Kirani sambil berkata,
" Bisa kah aku meminta bantuan mu?"
Dengan cepat Kirani menganggukkan kepala dan berkata,
" Katakan apa yang bisa ku lakukan untuk mu? "
Aldo terdiam, dia kebingungan dari mana harus memulai penjelasannya. Lalu Kirani mengelus punggung tangan Aldo sambil berucap,
" Aku siap kapanpun kamu membutuhkanku, sekarang mari kita makan dulu. Nanti kamu sakit".
" Baik lah", Aldo pun beranjak dari tempat kerjanya tanpa melepas genggaman tangan nya kepada Kirani. Sebelum melangkah mereka sempat beradu pandang. Seolah benih rasa yang sempat tumbuh di dalam hati Kirani tiba tiba tersiram guyuran hujan yang membuat nya teduh dan kian tumbuh dalam pandangan mata mereka.
Tiga puluh menit mereka menyantap makan siang Aldo pun masih belum bisa membuka mulut, hingga akhirnya saat mereka hendak kembali bekerja seusai beristirahat Aldo berkata pada Kirani,
" Nanti pulang kerja ikut lah dengan ku. Ada yang ingin aku tunjukan padamu".
Kirani segera menganggukkan kepala dan mereka kembali ke tempat kerja masing masing.
Sepulang dari kerja, Kirani di ajak oleh Aldo ke suatu tempat yang Kirani pun belum pernah mendatanginya. Terlihat rumah yang sederhana dan ada taman di depannya, Aldo lekas membuka pagar besi setengah badan yang ada di depan rumah itu seakan Aldo sudah terbiasa memasuki area rumah tersebut.
Kirani tak banyak bertanya , hanya mengikuti kemana langkah Aldo berjalan. Aldo mengetuk pintu dan terlihat wanita paruh baya membuka kan pintu, tapi wanita itu segera pergi setelah Aldo masuk.
"Mungkin itu asisten rumah tangga di rumah ini ", Kirani mencoba menerka dalam hati.
"Ini rumah ku...", terdengar Aldo mengatakannya Kirani langsung bertanya,
" Rumah mu? "
Lalu kembali Aldo menjawab " Iya, masuk lah. Duduk lah biar ku buatkan minum".
Kirani menuruti kata Aldo menuju kursi yang ada di ruang tamu. Sambil menunggu Aldo membuat minuman mata Kirani melihat setiap sudut ruangan di rumah itu, rumah nya sederhana tak banyak perabot bahkan tak ada foto yang tertempel di dinding. Bisa di bilang rumah nya sangat hampa tapi bangunannya luas walau sederhana.
Aldo datang membawa minuman.
"Minum lah",
kata Aldo sambil menyodorkan secangkir teh kepada Kirani.
" Terimakasih, kamu tinggal sendiri di rumah ini? ", Kirani mencoba bertanya.
Aldo hanya menggelengkan kepala sambil berkata,
" Itu yang ingin aku tunjukkan pada mu".
Selepas satu kali menyeruput teh buatan Aldo, Aldo mengajak Kirani ke suatu ruangan yang terlihat seperti kamar. Awal nya Kirani sempat bernegatif thinking, karena Aldo mengajaknya ke suatu kamar.
Kirani tak banyak tanya dan hanya menurut. Karena memang benih rasa cinta itu sudah benar benar tumbuh di hati nya untuk Aldo, itu yang membuat nya menurut saja dengan apa yang katakan pria tersebut.
Selepas pintu kamar terbuka Aldo melangkah dengan pelan memasuki kamar itu di iringi Kirani yang mengikuti nya di belakang.
Di sudut kamar terlihat wanita duduk di kursi sambil memangku bantal dan pandangan kosong menatap keluar lewat jendela.
Kirani mulai bertanya dalam hati nya " Siapa wanita itu? ".
Setelah Aldo memperlihatkan wanita itu kepada Kirani lantas Aldo mengajak Kirani keluar dari kamar. Dan wanita itu tak sedikit pun memandang ke arah mereka berdua meskipun mendengar ada yang memasuki kamar tersebut.
Aldo mengajak Kirani kembali ke ruang tamu. Sementara Kirani masih kebingungan dengan apa maksud semua ini.
" Dia istri ku", satu kalimat pendek yang terucap dari bibir Aldo membuat mata Kirani terbuka lebar.
" Istri mu..?? Lalu untuk apa kamu mengajak ku ke rumah mu..? ",
Kirani sungguh tak menyangka. Di dalam hatinya sungguh kecewa tapi dia pun juga tak pantas merasa kecewa karena memang selama ini Aldo tak pernah merayu atau bahkan mengungkapkan rasa suka pada Kirani. Salah Kirani sendiri yang terlanjur duluan memendam rasa.
Aldo mulai bercerita, sekitar satu tahun yang lalu istri nya hamil usia 7 bulan. Seluruh keluarga sangat bahagia menantikan putra pertama sekaligus cucu pertama karena memang Aldo adalah anak tunggal dari keluarga konglomerat.
Tapi pada suatu hari saat Aldo sedang kerja di luar kota, istri Aldo ngidam kepengen beli buah manggis. Lalu Aldo menyuruh seorang ART untuk membelikannya ,tapi istri Aldo ingin membelinya sendiri.
Hingga akhir nya berangkatlah istri Aldo dan seorang ART ke tempat penjual buah manggis. Dan ketika di tengah perjalanan terjadilah kecelakaan yang membuat istri Aldo keguguran.
Bahkan rahim istri Aldo pun harus di angkat karena alasan medis yang bisa mengancam keselamatan nyawa istri Aldo. Hal itu membuat seluruh keluarga shock. Terutama istri Aldo.
Selang beberapa bulan kemudian orang tua Aldo meminta Aldo menikah lagi untuk mendapat keturunan karena memang hanya Aldo pewaris tunggal. Mendengar keputusan itu istri Aldo benar benar terguncang jiwa nya dan hingga sekarang telah satu tahun berlalu istri Aldo masih mengalami gangguan jiwa.
Padahal sedikit pun Aldo tak berniat menikah lagi. Dia masih yakin istri nya sembuh dan kelak akan melakukan program kehamilan dengan cara apapun asalkan mereka bisa memiliki keturunan lagi.
Namun sayang, semua keinginan Aldo tidak pernah tersampaikan kepada istri nya karena gangguan jiwa nya sudah terlanjur dalam.
Orang tua Aldo mengusir Aldo dari rumah dan perusahaan jika masih tetap bertahan dengan wanita yang dianggap sudah menjadi gila. Aldo pun lebih memilih pergi dan membawa istri nya hidup bersamanya.
Dengan modal tabungan yang ada di rekening serta menjual mobil yang dia miliki, Aldo membeli rumah sederhana yang sedang ia tempati sekarang. Namun sudah satu tahun berlalu istri nya tak kunjung membaik. Malah kemaren sempat drop dan mengamuk menangis histeris mencari anaknya, itu lah sebab beberapa hari lalu Aldo sering meninggalkan pekerjaan nya.
Kirani hanya terdiam mendengar semua cerita Aldo, dalam hati nya kecewa karena Aldo sudah beristri tapi Kirani juga salut melihat laki laki setia seperti Aldo. Kirani merasa hanya sebagai tempat pelarian bagi Aldo.
"Bagaimana jika rasa ini tak bisa aku hapus dari hatiku? " Kirani termenung.
bersambung....
Kirani terbangun dari lamunannya, tanpa ia sadar kalau Aldo sudah memanggilnya selama tiga kali.
"Kirani.. kirani.. kirani.. "
Aldo menghentikan panggilannya. Lalu kembali bertanya ,
" Apa yang membuat mu termenung sampai tidak mendengar panggilanku?".
" Aku..... aku... ah tidak apa apa. Silahkan kamu lanjut kan ceritamu",Kirani mencoba terlihat baik baik saja padahal dalam hatinya bergelut banyak rasa.
"Aku hanya bisa menunggu keajaiban dan mukjizat dari Tuhan", kata Aldo yang terlihat hampir mencapai titik keputusasaannya.
"Kamu harus tetap semangat", Kirani mencoba menguatkan Aldo walaupun dirinya sendiri rapuh.
"Keluargaku sudah mengusirku, jika mereka tahu keadaanku sekarang mereka hanya akan mencaciku", Aldo nampak semakin lesu.
" Aku benar benar sendiri Kirani, kamulah orang pertama yang mendengar keluhku", Aldo benar benar merasa terpuruk. Kirani pun tak tahu harus menjawab apa. Dia hanya mampu menjadi pendengar semua curahan hati Aldo.Setidaknya biar hati dan perasaannya lega.
Andai Aldo itu seorang perempuan mungkin sudah menangis tersedu sedu, tapi Aldo memang benar benar laki laki yang kuat jiwanya juga hatinya. Padahal jika dia mau dia bisa memilih wanita mana saja yang akan jadi istri nya.
Selain karena ketampanan nya, dia juga pewaris tunggal kekayaan orang tuanya. Tapi Aldo memilih untuk tetap mendampingi istrinya yang sakit gangguan jiwa dan mengunci hidupnya dari dunia luar, dari orang tuanya, saudaranya bahkan teman temannya yang dulu juga mengucilkan dirinya karena keadaannya. Roda kehidupannya saat ini hanya berputar tentang bekerja dan sepulang kerja merawat istrinya penuh kasih sayang selayak nya wanita yang normal.Dengan di bantu ART yang mengurus rumahnya ketika Aldo bekerja.
"Apa yang bisa kulakukan untukmu? " Kirani mencoba menawarkan diri untuk meringankan beban Aldo.
"Tidak ada, aku hanya ingin berbagi. Aku hanya butuh teman bicara. Aku lelah,,sangat lelah.Tapi aku sangat mencintai Tania istri ku", Aldo menundukkan kepala sambil memejamkan mata.
Hati Kirani pun sedikit bergetar saat Aldo mengungkapkan rasa cintanya yang begitu dalam kepada istrinya. " Begitu kejikah aku jika aku masih mengharap balasan cinta dari Aldo? "dalam hati Kirani bertanya pada diri sendiri.
Satu jam berlalu hingga akhirnya terdengar suara teriakan dari dalam sudut kamar yang membuat Kirani dan Aldo terbangun dari lamunan masing masing.
" Tidaaakk....... "
Suara yang sangat keras terdengar dari arah kamar Tania. Aldo bergegas masuk ke kamar serta di iringi Kirani di belakangnya. Terlihat Tania sedang menangis histeris membuat Aldo panik lalu segera memeluk tubuh Tania dan menenangkannya.
" Tenang sayang, tenang ..aku ada di sini bersamamu.. " ucap Aldo untuk menenangkan Tania. Dan perlahan Tania mulai tenang dan berhenti menangis.
Seketika Aldo mengambil air putih dan sebutir obat dari dalam laci lalu di minum kan ke Tania hingga akhirnya Tania tertidur dalam pelukan Aldo. Kemudian Aldo menggendong Tania ke tempat tidur dan menyelimuti tubuhnya.Tania sebenarnya di haruskan di rawat di RSJ namun Aldo menolak. Dia lebih memilih merawat istrinya di rumah dan memilih berobat jalan setiap bulannya.
Kirani yang menyaksikan kejadian itu hanya bisa terdiam di sudut pintu dia tak tahu apa yang harus dia katakan. Bahkan Kirani tidak sanggup berpikir tentang keadaan di kala itu. Dia beranjak keluar dari kamar setelah Aldo menarik tangannya dan mengajaknya keluar dari kamar tanpa mengucapkan kalimat apapun karena takut mengganggu tidur Tania.
Mereka berdua kembali ke ruang tamu, Aldo menghembuskan nafas besar sambil meletakkan kepalanya di sandaran kursi.
Tiada kata yang terucap di antara mereka hingga akhirnya Kirani beranjak untuk berpamitan. Hari sudah mulai gelap dan Kirani akhirnya pulang dari rumah Aldo. Aldo menawarkan diri untuk mengantar Kirani tapi Kirani menolak. Sesampainya di kost Kirani masih saja tercengang dengan kejadian tadi , dia masih tidak habis pikir dengan kehidupan Aldo yang sebenarnya. Kini dia mulai berhenti untuk berharap karena dia tahu dia akan terluka.
Mentari mulai bersinar dan membawa Kirani ke rutinitas biasa. Bangun pagi , mandi, sarapan roti dan bersiap berangkat kerja.
Sesampainya di tempat kerja Aldo terlihat sudah datang lebih awal dan menyapa Kirani dengan senyuman. Kali ini Aldo terlihat lebih bersemangat seperti hari hari lalu sebelum Kirani tahu tentang kehidupannya.
"Selamat pagi Kirani, kamu pasti kelelahan karena tadi malam pulang kemalaman? "
tanya Aldo memulai percakapan.
"Enggak juga, biasa aja kok", Kirani hanya menjawab singkat. Waktu sudah menunjukan pukul 07.55 dan mereka hendak memulai pekerjaan mereka masing masing tepat di pukul 08.00 pagi. Ketika mereka hendak melangkah, ternyata tubuh mereka bertabrakan dan membuat Kirani hampir terjatuh tapi lekas di tahan oleh Aldo sehingga akhirnya kedua wajah mereka hampir melekat satu sama lain. Kirani merasakan hembusan nafas Aldo dalam jarak yang begitu dekat, sementara tangan Aldo memegang erat pinggang Kirani agar tubuh nya tak terjatuh.
Mata mereka saling bertatapan tajam hingga membuat hati Kirani tak karuan. Itu juga kali pertama bagi Kirani mengalami hal yang mendebar kan berdekatan dengan lelaki. Karena sebelumnya memang Kirani tipe yang cuek pada lelaki. Dan bisa di bilang Aldo adalah cinta pertamanya.
Aldo pun sempat merasakan sesuatu di dalam hati namun tiba tiba terlintas wajah Tania di matanya dan membuat dia seketika melepas kan tangannya dari pinggang Kirani sambil berucap ,
"Maaf aku tak sengaja".Kirani hanya bisa menundukkan kepala, dia tak tahu apa yang harus dia pikirkan. Bahagia, berdebar debar namun juga kecewa.
Waktu istirahat pun tiba, Aldo mengajak Kirani untuk makan siang bersama dan mereka pun melangkah menuju kantin. Tibanya di meja makan mereka tak saling bicara terutama Kirani, hingga akhirnya Aldo memulai percakapan.
"Kirani, aku sangat berterima kasih kepadamu. Aku bersyukur Tuhan mengirimkanmu kepadaku di saat aku terpuruk. Jika sedang bersamamu aku merasa beban hidupku sedikit berkurang" ucap Aldo sambil memegang tangan Kirani.
"Jujur aku sangat nyaman dengan genggaman hangat tangan ini, tapi... " Kirani berkata dalam hati namun tersadar apa yang di harapkan nya tak akan pernah jadi nyata.
"Semoga kelak kamu mendapatkan lelaki yang baik dan benar benar menyayangimu sepenuh hati" ,Aldo kembali meneruskan perkataannya tanpa melepas genggaman tangannya.
Kirani semakin terdiam mendengar kalimat Aldo yang terakhir. Kini harapan Kirani benar benar pupus karena Aldo memang tak sedikitpun menaruh rasa padanya. Cinta dan kesetiaan Aldo kepada istrinya sangatlah besar.Kirani merasa kecewa namun juga kagum kepada Aldo.
Dia berharap suatu saat dia bisa bertemu lelaki seperti Aldo. Kirani benar benar jatuh cinta. Cinta pertama yang bertepuk sebelah tangan.
(Like koment and favoritnya jangan lupa ya..)
........
Hari sudah mulai sore dan semua pekerja mulai bersiap siap untuk pulang dari kerja. Kirani bekerja di suatu tempat jasa pengiriman barang dalam kota hingga luar negara. Kali ini Kirani tidak langsung pulang ke tempat kost nya, dia memilih untuk sejenak berjalan jalan ke taman tak jauh dari tempat kerjanya.
Di sana Kirani duduk sendiri di temani sorot lampu yang mulai menyinari hari yang kian gelap. Di sekelilingnya nampak banyak pemuda pemudi yang sedang bercanda ria, memadu kasih dan bercengkerama hangat.
Kayla...tiba tiba Kirani merindukannya. Dia rindu teman temannya, mereka yang biasanya menghabiskan waktu bersama sama kini terpisah karena Kirani di pindah kerja.
Kirani hendak menelpon Kayla agar dia tak begitu kesepian duduk sendiri di taman, namun batrei ponselnya tinggal 7℅ dan membuat Kirani menghentikan niatnya untuk menelpon Kayla
l la. Awalnya dia ingin bercerita dan menyampai kan semua yang dia alami dan dia rasakan saat ini, namun terpaksa dia tunda keinginannya untuk bercerita karena ponselnya lowbat. Kayla sudah seperti saudara bagi Kirani, Kayla tahu semua tentang Kirani. Begitu pula sebaliknya.
Terlihat jarum jam di tangan Kirani mengarah ke angka 8,perut Kirani terasa lapar dan badannya sudah merasa agak tak nyaman karena sepulang dari bekerja tadi dia langsung ke taman dan belum mandi. Kirani pergi meninggalkan taman dan mengarah ke tukang bakso yang mangkal di pintu taman. Dia pesan satu porsi dan membungkusnya untuk kemudian di santap sesampainya di kamar kost.
Serasa malam begitu cepat berlalu hingga pagi telah datang kembali menjemput rutinitas harian Kirani. Tapi hari ini dia libur kerja karena tanggal merah, Kirani hanya ingin menghabiskan waktunya di kamar.Dia memegang ponsel nya dan hendak menelpon Kayla, tapi terdengar suara ketukan pintu.
Tok.. tok.. tok..
"Tak biasa nya ada tamu di jam segini, siapa ya? " Kirani bertanya dalam hati dengan keheranan tapi dia tetap melangkah menuju pintu lalu membukanya.
"Aldo? " Kirani terkejut dengan kedatangan Aldo. Aldo memang tahu alamat kost Kirani tapi tak pernah sengaja datang berkunjung, apalagi di hari libur seperti ini.
"Ada apa, tak biasa nya kamu berkunjung ke tempatku? Pasti ada yang penting" tanya Kirani tanpa basa basi.
"Apa kamu tidak ingin mempersilahkan aku masuk dulu? " Aldo balas bertanya
."Oh maaf, mari silahkan masuk, tempatnya agak berantakan dan sempit. Aku lagi mager", Kirani merasa agak canggung dengan kedatangan Aldo karena memang dia tak terbiasa punya tamu laki laki.
"Ada perlu apa?" tanya Kirani.
"Tidak apa apa aku hanya ingin main saja, mungkin juga tak akan lama", jawab Aldo mencoba menjelaskan kedatangannya kepada Kirani.
" Oh, tumben kamu pergi main di hari libur. Tania bagaimana? ", Kirani memberikan pertanyaan lagi kepada Aldo.
"Ya nggak apa apa, sebenarnya hari libur atau nggak itu tidak ada beda nya untuk Tania. Hari harinya hanya termenung saat aku ada di sampingnya atau pun tidak. Hanya saja aku sendiri yang lebih memilih untuk selalu menemaninya saat tidak bekerja", Aldo menceritakan keadaannya.
"Lalu kenapa di hari ini kamu tidak menemaninya? ", Kirani masih melanjutkan pertanyaannya.
" Aku ingin bertemu dengan mu, entah kenapa aku merasa nyaman bila di dekat mu", Aldo dengan lugu menyampaikan perasaannya.
Sebenar nya Kirani sangat bahagia mendengar kalimat itu, tapi ada Tania dalam kehidupan Aldo yang membuatnya harus menghentikan harapannya.
Dua jam sudah Aldo berada di dalam kamar kost bersama Kirani, suasana yang sangat hangat namun mengecewakan bagi Kirani jika mengingat status Aldo.
"Al, sudah terlalu lama kamu berkunjung apa kamu tidak menghawatirkan Tania? " Kirani bertanya kepada Aldo.
"Kamu tidak suka aku lama lama di sini? " Aldo malah balik bertanya.
"Bukan, bukan itu maksudku. Aku senang kamu datang ke tempatku. Selama ini aku juga kesepian, karena nggak begitu kenal sama anak kost sini. Paling cuma satu atau dua anak aja yang pernah main ke kamar kost ku itupun paling hanya seminggu sekali ", Kirani memberikan jawaban yang panjang pada Aldo. Tak bisa dia pungkiri jika memang kedatangan Aldo di kamar kostnya membuatnya merasa nyaman.
" Kirani, andaikan kita masih sama sama sendiri mungkin kamulah tempat ku melabuhkan hatiku", Aldo mengucapkan kata katanya sambil makin mendekat kepada Kirani yang duduk di depan nya.
Mereka saling beradu pandang, bahkan dalam beberapa menit kemudian hidung mereka hampir bersentuhan. Tapi seperti biasa, bayangan wajah Tania muncul di benak Aldo yang kemudian membuat Aldo menundukkan pandangannya dari Kirani.
Kirani pun mengerti alasan Aldo menundukkan pandangannya walau pun Aldo tak mengatakan secara langsung kepada Kirani.
Tania, itu pasti alasan Aldo yang membuat dia menundukkan pandangannya. Alasan yang sangat wajar untuk seorang suami yang menjaga kesetiaan kepada istrinya. Kirani pun merasa tak pantas jika merasa kecewa atau pun marah. Dia mencoba memberi senyum kepada Aldo dan selalu memberinya semangat.
Hari sudah mulai siang dan Aldo pun berpamitan kepada Kirani. Sepulangnya Aldo dari tempat kostnya, Kirani hendak menelpon sahabatnya Kayla. Dia sudah tak tahan memendam semua perasaannya itu sendirian. Dia ingin mencurahkan semuanya kepada Kayla.
Tuuut... tuuut.. tuuut.. telepon mulai menyambung ke ponsel Kayla namun masih belum ada jawaban, hingga akhir nya beberapa detik kemudian terdengar suara Kayla menjawab telponnya.
"Halooo Kirani apa kabar, lama ya kamu nggak nelpon aku? paling cuma kirim pesan dan itu pun lama sekali kamu membalas nya", Kayla terlihat protes karena jarang di hubungi sama Kirani.
"Maaf Kay, aku hanya lagi sibuk. Gimana kabar kamu di sana dan teman teman? " Kirani menanyakan kabar teman temannya.
"Kami semua sehat sehat aja, kamu sendiri gimana? Semenjak kamu pindah kerja di situ kamu berubah Kirani, kamu jadi lebih pendiam dan ngomong sekadarnya. Itu pun dengan nada yang lembut dan itu sangat berbeda dengan Kirani yang dulu", Kayla menanyakan perubahan yang terjadi pada Kirani.
"Kay, aku ingin mengundurkan diri dari pekerjaan ini", Kirani menjawab dengan singkat dan pasti itu membuat Kayla sangat kebingungan.
" Kenapa Kirani? apa ada yang jahat sama kamu. Atau bos nya galak, atau gaji kamu kurang? ", Kayla mencoba menebak nebak apa yang terjadi pada Kirani.
" Bukan Kay, rekan kerja di sini semua baik termasuk juga bosnya, gajinya pun malah sering dapat lemburan dan bonus uang makan", jawab Kirani yang masih membuat Kayla kebingungan.
"Lalu dengan alasan apa kamu ingin mengundurkan diri dari pekerjaanmu yang sekarang? " Kayla masih terus bertanya kepada Kirani.
Hingga akhir nya Kirani menceritakan semuanya terutama tentang Aldo. Karena memang sesungguhnya Aldo lah alasan mengapa Kirani ingin mengundurkan diri. Kirani merasa tak mampu terus berada dalam keadaan seperti ini.Dia ingin berlari dari keadaan ini, ingin pergi jauh dari kehidupan Aldo.
Kayla pun mengerti dengan apa yang di rasakan sahabatnya dan mendukung apapun yang menjadi keputusan nya.
Hari esok pun tiba, Aldo nampak datang lebih awal dari pada Kirani. Aldo tak tahu bahwa hari ini mungkin jadi hari terakhir dia bertemu Kirani, karena Kirani berniat mengundurkan diri di hari ini.
Kirani juga telah tiba. Sesampainya di tempat kerja dia langsung menuju ke ruangan bosnya namun tak nampak ada orang di dalam ruangan itu karena bos nya hari ini cuti. Dan hal ini membuat Kirani harus menunda pengunduran dirinya. Kirani kembali ke tempat kerjanya, kemudian Aldo menghampirinya.
"Kenapa kamu datang terlambat? ", tanya Aldo memulai pembicaraan.
" Aku tadi masih pergi ke ruangan bos" , Jawab Kirani.
"Apa yang terjadi, apa ada komplain hingga kamu di panggil ke ruang bos? ", Aldo mencoba mencari tahu.
"Bukan bos yang memanggil ku, tapi aku yang mencari nya. Aku ingin mengundurkan diri dari pekerjaan ini", jawaban Kirani yang membuat Aldo sangat kaget.
" Apaaa..? kamu mau mengundurkan diri? " Aldo sungguh tak menyangka.
.....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!