NovelToon NovelToon

Terjebak Cinta Masa Lalu

Terjebak Cinta Masa Lalu

Eps.1

Siang yang cukup terik, membuat tubuhku berkeringat. Hari ini pengunjung resto cukup padat. Sehingga membuatku cukup kelelahan.

Namaku Melissa, dan usia ku 24 tahun. Aku bekerja sebagai waiters di sebuah resto ternama di kota Semarang. Tiga bulan sudah aku menjalani pekerjaanku di sini.

Aku berjalan menuju meja nomor 10. Di mana di meja itu segerombolan ibu ibu yang akan memesan menu.

"Selamat siang ibu, ada yang mau di pesankah?" ( Tanya ku sopan )

Di sini aku sedikit bingung. Tidak ada satu pun dari mereka yang menjawab pertanyaanku. Malah mereka memperhatikan ku dan tersenyum.

"MasyaAllah, mbak cantik sekali." (seorang ibu mengenakan jilbab hitam memuji ku.)

"Terimakasih,bu." (Jawabku sedikit malu.)

Sontak pengunjung yang menempati meja no.11 menatap ku. Mereka semua menatap ku. Seolah mereka mengagumiku.

"Sudah lama kerja di sini, mbak?"

"Baru tiga bulan, bu."

"Sudah menikah?"

"Belum, bu. Maaf, ibu ibu apakah ada yang mau di pesan?" ( aku berusaha menjawab dengan lembut walaupun sedikit kesal.)

"Oh,iya. Maaf ya mbak, jadi tanya terus."

"Kalau begitu, kami mau pesan steak ayam enam. Kentang goreng tiga porsi. Minumnya Lemont tea dua, jus apel dua, jus jeruk dua."

"Baik bu, ditunggu dulu ya. Saya permisi."

Baru akan melangkah, pengunjung meja sebelah memanggilku. Aku pun segera menghampirinya.

"mbak."

"Iya, ada yang bisa saya bantu?"

"Bolehkah saya meminta nomor ponsel kamu?"

Seorang pria dengan wajah manis dengan berani meminta nomor ponsel ku. Teman temannya pun menyorakinya. Aku pun sedikit malu.

aku pun tidak memberikan nomor ponsel ku. Namun aku justru balik meminta nomor ponselnya. Dia pun langsung memberikannya tanpa basa basi.

Nurohman, itulah nama pria yang meminta nomor ponsel ku. Ku perhatikan dengan seksama wajahnya. Mata yang sipit, senyum manis dan terdapat lesung pipi.

Aku tersenyum dalam hati. Aku pun juga berusaha mengingat ingat. Seperti pernah kenal dengan dia. Namun entah di mana. Mungkin hanya kebetulan saja.

Akupun berlalu pergi meninggalkannya. Karena masih banyak pengunjung yang harus aku layani.

**********

Jam istirahat pun tiba. Aku pergi ke luar resto untuk mencari makan siang. Aku mampir di warteg. Tempat inilah yang pas dengan kantongku. Karena aku harus pandai mengatur keuangan. Membayar kost, mengirim keluarga, dan untuk makan sehari hari.

Sambil menunggu hidangan yang ku pesan, aku iseng membuka sosmed. Ku secroll terus ke bawah. Dan tidak lupa setiap postingan yang nongol di beranda ku berikan tanda like.

Dan pada akhirnya aku menemukan sebuah postingan yang membuatku sedikit terkejut. Sebuah foto segerombolan muda mudi sedang makan di resto tempat ku bekerja.

Ku perjelas fotonya lagi. Dan akhirnya aku sadar. Bahwa salah satu orang yang ada di foto itu adalah Nurohman. Pria yang meminta nomor ponsel ku tadi.

Hati ini masih dikelilingi rasa penasaran. ku buka profilenya dan ku lihat satu per satu fotonya. Dan ku baca bionya, di situ terdapat tulisan status duda.

Dalam hati ku berkata, apakah dia benar benar seorang duda? Aku semakin penasaran. aku pun teringat nomor ponsel yang dia berikan tadi.

Ku buka aplikasi hijau, dan ku hapus foto profile ku. Lalu aku mengirimkan pesan padanya. Rasa penasaran yang sangat tinggi hingga aku memberanikan diri untuk mengirim pesan kepada seorang pria yang baru ku kenal.

[Siang]

[Siang,ini siapa?]

[Salam kenal, saya Melissa. Waiters yang bekerja di resto YH.]

Tak berselang lama panggilan telepon pun masuk. Ku perhatikan di layar ponsel terdapat nama Nurohman. Karena makanan yang aku pesan sudah datang, ku beranikan diri untuk menekan tombol reject.

Ku matikan data selular ku. Tak lupa nada dering ku matikan. Dan ku masukkan ponsel ku ke dalam saku. Lalu akupun menyantap makanan yang sudah aku pesan.

ku tengok layar ponsel, dan jam istirahat sudah hampir habis. Segera ku bayar makanan ku tadi. Dan aku bergegas ke resto untuk kembali bekerja.

**********

Ku rebahkan tubuh ini di kasur. Sungguh hari yang sangat melelahkan. Ku usap layar ponsel, dan kembali ku hidupkan data selullar. Satu per satu pesan masuk.

Salah satunya pesan dari Nurohman. Ku buka pesan dari dia. Entah mengapa aku sedikit tertarik dengannya. Senyumnya yang manis membuat ku terus terbayang. Tak ku sangka, pertemanan di dunia maya bisa bertemu di dunia nyata.

[Kenapa panggilan ku direject,non? aku hanya ingin ngobrol saja. Dan satu hal lagi non, apakah sebelumnya kita pernah bertemu? Karena sepertinya kamu tidak asing buatku.]

[Mungkin di dunia nyata kita memang baru bertemu. Namun entah jika di dunia maya kita berteman.]

Pesan yang ku kirim untuknya langsung centang biru. Itu artinya pesan ku langsung dibaca.Tak berselang lama panggilan telepon dari dia masuk. Ku tekan tombol hijau dan mulai berbicara.

[Assalamu'alaikum.]

[Wa'alaikumsalam. Maaf non, apa aku mengganggu?]

[Alhamdulillah, tidak. Oh ya, ada perlu apa mas?]

[Tidak ada apa apa,non. Hanya ingin ngobrol saja.]

[Oh, seperti itu. baiklah.]

[Oh ya, kamu tinggal di mana?]

[Aku kost di deket resto. Tepatnya di Jalan Nakula nomor 25.]

[Kamu kost? Emangnya kamu asli mana?]

[Aku dari kota Salatiga, mas. aku baru tiga bulan kerja di resto. Tadinya aku kerja di pabrik rokok di kota ku. Tapi karena aku jatuh sakit, jadi aku memutuskan untuk berhenti.]

[Setelah mendengar ceritamu, sepertinya aku benar benar pernah kenal kamu. Entah kenapa aku merasa dekat sama kamu. Atau mungkin kita memang sudah pernah kenal sebelumnya?]

Tanpa basa basi ku tutup sambungan telepon dari Nurohman. Lalu aku membuka sosmed, ku ketik nama Nurohman. Aku screnshot profilnya, kemudian ku kirimkan ke nomornya.

[Apakah ini akun kamu, mas? Jika benar, kita memang pernah kenal tapi hanya di dunia maya.]

[Ya benar, itu akun saya. Dan apa ini akun kamu, non.]

Rohman kembali mengirimkan sebuah screnshot sebuah foto akun facebook. Dan foto itu adalah fotoku.

Dari sinilah awal perkenalan kita. Ternyata Rohman selama ini mengagumi setiap foto yang aku unggah di facebook. Dan pada akhirnya kita telah dipertemukan di dunia nyata.

Hampir setiap hari Rohman selalu menanyakan kabar ku. Tak lupa dia juga sering mengingatkan ku untuk makan. Aku pun hanya membalas seperlunya saja sesuai dengan pertanyaan.

Satu minggu berlalu perkenalan ku dengan Rohman. Tepat hari minggu dia mengajakku untuk bertemu via whatsap. Aku pun masih enggan untuk menjawabnya. Karena dalam hati sedikit ada rasa takut jika ternyata dia adalah pria beristri.

Tak berselang lama akhirnya aku memberanikan diri untuk menolak ajakannya untuk bertemu. Mungkin karena heran, Rohman pun akhirnya menelponku. Dengan cepat ku tekan tombol hijau dan mulai berbicara.

[Assalamu'alaikum. Non, apa kamu ada acara sehingga tidak mau bertemu denganku.?]

[Waalaikumsalam. Maaf mas buka begitu. Sebenarnya ada banyak hal mengapa aku menolak ajakkanmu.]

[Baiklah sepertinya aku mengerti. Non, aku duda umur 25 tahun dan belum mempunyai anak. Aku sudah resmi bercerai dengan mantan istriku karena suatu masalah yang mungkin aku belum bisa cerita sama kamu. Aku harap kamu bisa mengerti.]

[Baiklah mas, sekarang aku jadi sudah tahu.]

[Aku tidak ada maksud apa apa sama kamu. aku hanya ingin kenal lebih dekat dengan kamu, non. Karena sudah lama aku mengagumimu. Dan akhirnya kita bisa bertemu di dunia nyata.]

[Tapi aku minta maaf mas, untuk hari ini aku belum bisa bertemu sama kamu. Aku ingin istirahat karena kepalaku sedikit pusing. Lusa akan aku kabari jika sudah siap bertemu denganmu.]

[Ya sudah kamu istirahat saja. Aku tunggu kabar baik dari kamu.]

[Iya, pasti. Assalamu'alaikum.]

[Waalaikumsalam.]

Sambungan telepon pun terputus. Ku letakkan ponsel di meja Lalu ku pejamkan mata untuk melepaskan rasa lelah dan kantuk yang sudah melanda.

************

Pagi yang sangat cerah. Aku sudah bersiap diri untuk berangkat kerja. Jarak dari kost ke resto tidak terlalu jauh. Jadi aku selalu berjalan kaki.

Ku usap layar ponsel, dan ku perhatikan masih ada waktu untuk sarapan pagi. Saat kaki ini hendak melangkah keluar dari gerbang, seorang pria mengendarai motor matik berhenti tepat di deoan ku. Lalu dia membuka helm, dan tersenyum pada ku.

Aku sangat amat terkejut sekali. Pria yang ada di hadapanku adalah Rohman. Pria berwajah manis, dengan mata sipit dan lesung pipi turun dari motor dan menghampiriku.

"Pagi, non. Mau berangkat kerja, ya?"

"Kok kamu ada di sini? Emangnya rumah kamu di mana, mas?"

"Iya, non. Setiap hari aku lewat sini. Mau barengan sekalian? Ayo aku antar!"

"Maaf mas, aku mau cari sarapan dulu. Lebih baik kamu duluan saja. Nanti terlambat kerjanya."

"nggak kok. Ini masih pagi, sekalian aku juga mau cari sarapan."

Mau tidak mau aku mengiyakan ajakan Rohman. Entah perasaan apa yang ada dalam diriku. Jantungku berdetak lebih kencang ketika dekat dengannya.

Akhirnya kami berhenti di sebuah kedai bubur ayam. Dan kitapun duduk berhadapan. Aku tak berani menatapnya. Aku menyibukkan diri dengan bermain ponsel.

"Non, nggak nyangka ya kita bisa ketemu langsung."

Aku tak menjawab ucapannya. Hanya seulas senyum ku berikan untuknya. Diapun membalas senyumanku. Hatiku terasa berbunga bunga seolah terhipnotis oleh wajah manisnya.

Tak berselang lama bubur ayam yang kami pesan datang. Kami pun segera menyantapnya. sebenarnya ada banyak sekali hal yang ingin aku tanyakan padanya. Tapi mungkin ini bukan waktu yang tepat.

"Oh iya, kamu minggu depan ada acara nggak?"

"Belum tau, mas. Emangnya ada apa?"

"Rencana aku mau ajak kamu ke nikahan temen kerja aku. Itu kalau kamu nggak ada acara, sih."

"Nixetime aku kabari, mas. Rencana aku mau pulang kampung. Tapi mudah mudahan nggak ada halangan."

"Iya, aku juga nggak maksa kok. Misal kamu butuh bantuan, jangan sungkan ya. Kalaupun aku bisa bantu pasti aku bantu."

"Kenapa kamu baik banget, mas. Kita baru kenal lho."

Tak ada jawaban dari Rohman. Dia hanya tersenyum memandang ku. Tatapan yang penuh arti namun sulit dimengerti.

Usai sarapan pagi, Rohman mengantarkan aku ke resto tempatku bekerja. Sebelum aku masuk, Rohman mengeluarkan sesuatu dari tas yang dia bawa dan memberikannya padaku. Karena merasa tidak enak, ku terima pemberiannya dan ku ucapkan terimakasih. Lalu Rohman berpamitan untuk pergi ke tempat kerjanya.

Rasa penasaranku semakin tinggi. Akupun berniat mencari tahu siapa dia. Tinggal di mana, dan apa pekerjaannya.

***********

Jam kerjaku telah usai. kebetulan aku sift pagi dan tidak ada lembur. Jadi siang ini aku pulang lebih awal.

Aku memutuskan untuk pergi jalan jalan ke pusat perbelanjaan. Kebetulan temanku Rere juga ingin membeli sesuatu, jadi kita jalan bareng.

Sudah lumayan lama berkeliling di pusat perbelanjaan, dan kita berdua sudah mendapatkan apa yang kita cari. Khirnya kami memutuskan untuk pulang. Namun saat berjalan, mataku melihat sebuah pemandangan yang sangat amat indah sekali.

Sebuah hijab pasmina dengan warna purple tepampang di sebuah toko. Akupun menghampirinya dan hendak membelinya. Warna favorit yang sangat indah.

Saat aku hendak mengambilnya, seseorang lebih dulu mengambilnya. Aku ingin marah, namun aku tahan.

Lalu aju menuju meja kasir, dan bertanya kepada penjaga toko. Berharap hijab dengan model dan warna yang sama masih ada. Namun kecewa yang aku dapat. Hijab tersebut hanya tinggal satu saja.

Akupun merengek pada Rere layaknya anak kecil. Aku meminta Rere untuk menemani ku berkeliling mencari hijab seperti yang aku inginkan.Rerepun mengiyakan ajakanku. Sungguh bahagia sekali mempunyai sahabat seperti dia.

Sudah berkeliling di pusat perbelanjaan, namun aku belum mendapatkan hijab yang aku maksud. Akhirnya Rere menyerah karena sudah terlalu capek. kamu pun akhirnya memutuskan untuk keluar dari pusat perbelanjaan.

Aku berjalan sedikit kesal dengan bibir manyun dan menghentak hentakkan kaki. Rere pun tak heran dengan kelakuan ku. Karena dia mengerti sifatku yang sesungguhnya sepeti apa.

Karena aku berjalan sambil menunduk, tak sengaja aku menabrak seseorang. Akupun terjatuh, dan Rere bergegas membantuku. Aku mendongakkan kepala untuk melihat seseorang yang aku tabrak. Aku takut jika orang tersebut marah padaku.

Seorang pria bertubuh kecil dan tinggi tengah berdiri dan tersenyum padaku. Wajahnya yang kalem, membuatku terasa adem. Akupun tertunduk malu. Aku bergegas meminta maaf padanya.

"Maaf mas, saya tidak sengaja. Maafkan saya."

"Tidak apa apa. Bukannya kalian yang ada di toko hijab tadi ya."

"Iya, mas."

"Apa ada yang sakit?"

"Tidak, mas. Ehm, maaf mas. Boleh tidak hijab yang mas beli tadi untuk saya. Uangnya saya ganti. Saya sangat menginginkannya tapi stok toko udah nggak ada. Tadi juga sempat keliling juga nggak ada yang punya hijab sepwrti itu."

Rere dengan cepat mencubit lengan tanganku. akupun meringis kesakitan. Namun pria itu justru tersenyum melihat kelakuan konyol kami berdua.

"Sebenarnya ini untuk ibu saya. Tapi jika kamu mau ambil saja. Nanti biar saya belikan lagi yang model lain."

"Kalau buat ibu kamu, nggak aja."

"nggak apa apa. Ini ambil saja."

"Baiklah, ini mas uangnya saya ganti."

"Sudah ambil saja. Oh iya, saya Rendy. Salam kenal."

kamipun berjabat tangan dan saling memperkenalkan diri. Tak lupa Rendy juga meminta nomor ponselku. Kitapun saling bertukar nomor ponsel.

Terjebak Cinta Masa Lalu

Eps. 2

Hari ini tepat hari Sabtu. Karena aku sift pagi, dan tidak ada lembur, aku pulang awal. Hari yang cukup melelahkan.

Ku pulang dengan dibonceng temanku, Rere. Karena arah pulang kami memang satu arah. Hampir setiap hari aku nebeng dia. Kami memang cukup dekat. Awal perkenalan kami juga melalui akun sosial media. Dia menawarkan pekerjaan sebagai waiters di resto tempatku bekerja. Dan alhamdulillah aku diterima.

Kendaraan Rere berhenti tepat di depan kostku. Aku menyuruhnya untuk mampir, namun Rere menolaknya. Katanya dia buru buru dan ada kepentingan.

Kamipun berpisah di depan kost. Tak lupa ku ucapkan terimakasih atas tumpangannya.

Kurebahkan tubuhku di kasur. Kupejamkan mata sejenak untuk melepaskan lelah. Baru sekejap ku memejamkan mata, ada panggilan masuk. Dengan rasa malas aku usap layar ponsel. Ternyata Rendy, orang yang aku tabrak ketika di pusat perbelanjaan kemarin. kutekan tombol reiject dan kuletakkan ponselku di meja.

Tak berselang lama, panggilan dengan nama yang samapun masuk. Sedikit rasa penasaran, aku angkat panggilan itu.

[Assallamualaikum.]

[Waalaikumsalam.]

[Kamu lagi sibuk, ya?]

[Enggak sibuk sih, tapi hanya saja aku capek mau istirahat. Aku baru saja pulang kerja.]

[Oh, maaf aku mengganggu istirahat kamu.]

[Nggak apa apa, mas. Ngomong ngomong ada perlu apa, mas?]

[Nggak,sih. Hanya mau ngobrol saja. Ya udah mungkin bukan waktu yang tepat. Kamu istirahat saja. Assalamualaikum.]

[Waalaikumsalam]

Kututup panggilan dari Rendy. Lalu aku kembali merebahkan diri dan memejamkan mata. Dan akhirnya aku tertidur dengan nyenyak.

**********

Aku terbangun dari tidurku. Ku perhatikan kaca jendela, ternyata hari sudah gelap. Ku ambil ponselku, dan ku geser layarnya. Ternyata waktu sudah menunjukkan pukul enam sore. Segera ku bangkit lalu menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah itu aku bergegas melaksanakan sholat magrib.

Usai sholat, aku berniat untuk keluar mencari makan. Tiba tiba ponselku berbunyi. Kuperhatikan nama di layar ponsel. Ternyata Rohman yang menelponku.

[Assalamualaikum.]

[Waalaikumsalam.]

[Iya, mas. Ada apa?

[Non, apa kamu sedang sibuk?]

[Sebenarnya nggak sibuk,sih. Hanya saja aku mau cari makan.]

[Kebetulan kalau gitu. Kita makan bareng, yuk.]

[Ehmm, apa nggak ngerepotin kamu mas?]

[Nggak kok. Kebetulan aku mau ketemu kamu.]

[Ya udah, terserah kamu aja.]

[Tunggu sebentar, aku jemput kamu.]

[Iya.]

Aku berjalan ke depan untuk menunggu kedatangan Rohman. Selang lima belas menit Rohman tiba. Dia turun dari motor dan bergegas menghampiriku.

Senyum yang indah membuat jantung ini berdetak kencang. Entah perasaan apa yang ada pada diriku. Setiap kali bertemu dengannya, jantung ini berdebar lebih kencang.

[Kamu mau makan apa, non?]

[Apa aja.]

[Ya udah, ayo.]

Tanpa basa basi, Rohman memakaikan ku sebuah helm. Dan akhirnya kamipun berboncengan untuk makan malam.

Tak berselang lama, kami sampai di sebuah cafe. Tempatnya cukup bagus, dan cukup ramai. Kami duduk sambil memilih milih menu.

Sebenarnya aku tak begitu suka makan di kafe. Tapi karena Rohman memilih tempat ini, aku ngikut aja. Tidak enak hati jika harus menolak.

Seorang pelayan menghampiri kami. Akupun hanya memesan sepotong roti bakar dan jus alpukat. Begitu juga dengan Rohman, dia juga memesan makanyang sama denganku.

Sembil menunggu pesanan datang, aku menyibukkan diri dengan bermain ponsel. karena aku tidak sanggup jika harus bertatap muka dengan Rohman.

Ku buka aplikasi whatsap. Ternyata ada beberapa pesan yang masuk. Salah satunya dari Rendy.

[Malam, Lissa.]

[Malam.]

[Kamu lagi apa?]

[Aku sedang di luar makan malam.]

[Oh. Sama siapa?]

[Sama temanku.]

[Baiklah, nanti kalau sudah selesai kabari aku.]

[Iya.]

Karena tidak enak hati, aku berusaha membuka obrolan dengan Rohman. Agar suasana juga tidak terasa canggung. Aku memberanikan diri untuk bertanya tanya tentang dirinya. Karena memang aku sedikit penasaran dengannya.

"Mas, maaf jika aku lancang bertanya soal kamu."

"Tanya saja, tidak perlu sungkan. Kalau aku mau jawab pasti aku jawab."

"Apa kamu itu benar benar seorang duda, mas? Maaf maksud aku, diusia kamu yang masih tergolong masih muda kamu sudah bergelar duda. Mohon maaf kalau aku tidak sopan."

Aku menundukkan kepala karena aku merasa malu. Tidak semestinya aku bertanya soal itu. Aku takut jika Rohman marah dengan pertanyaanku. Namun ternyata dugaanku salah. Justru Rohman malah tersenyum memandangku. Akupun semakin gugup. Jantungku berdetak tak beraturan.

"Baiklah, mungkin memang aku harus bercerita denganmu tentang aku yang sebenarnya. Ya, aku memang seorang duda. Pernikahanku hanya bertahan selama satu tahun. Karena aku tidak tahan dengan sifat mantan istriku yang sangat keras kepala, kasar, dan susah diatur. Mungkin berpisah itu jalan yang terbaik. Lalu apa kamu keberatan dengan statusku sebagai seorang duda, non."

"Maaf bukan begitu maksud aku, hanya saja aku takut ada salah faham jika ternyata kamu ada istri, pacar, atau mungkin tunangan."

"Kamu tenang saja, non. Semua aman, karena aku masih sendiri sampai sekarang."

"Baiklah, mas."

"Oh, iya. Bagaimana untuk besok? Apa kamu jadi pulang kampung?!

"Belum tahu,mas."

"Jika kamu tidak jadi pulang kampung, apa kamu bersedia nemenin aku ke acara nikahan temanku?"

"Lusa aku kabari, mas."

"Baik, aku tunggu kabar baikmu."

Makanan yang kami pesanpun datang. Kami segera menikmatinya. Sebenarnya masih ada lagi hal perlu aku tanyakan. Namun aku urungkan karena waktu kurang tepat.

Selesai makan malam, Rohman mengajakku ke sebuah toko pakaian. Sepertinya dia sudah sangat akrab dengan penjaga tokonya. Rohman dan karyawati tersebut berbincang bincang sesekali tertawa. Aku tidak terlalu memperdulikannya. Karena itu bukan urusanku.

Akupun kembali menyibukkan diri dengan ponselku. Ku buka aplikasi sosial mediaku. Ada beberapa pemberitahuan. Karena penasaran, ku buka satu persatu.

Aku dikejutkan dengan akun Nurohman yang menandai akun sosial mediaku. Sebuah postingan dengan fotoku yang sedang bermain ponsel di cafe tadi dengan caption "Tuhan, jika dia jodohku dekatkanlah. Tapi jika dia bukan jodohku, maka jangan beri dia jodoh selain aku."

Dalam hatiku masih bertanya tanya. Apa maksud dan tujuan caption tersebut. Apa mungkin ini hanya candaan Rohman saja.

Namun di kolom komentar sudah banyak sekali yang berkomentar. Mungkin itu adalah teman teman Rohman.

"Wah, cantiknya."

"Ditunggu undangannya."

"Semoga langgeng, ya."

Dan masih banyak lagi komentar komentar lainnya. Tak ku hiraukan lagi postingan tadi. Segera ku tutup aplikasinya.

Tak berselang lama, karyawati yang berbincang dengan Rohman menghampiriku. Dengan senyum yang ramah dia mengajakku ke ruang ganti. Aku sedikit bingung, namun aku tetap mengikutinya.

Mita, ya nama karyawati tersebut adalah Mita. Karena terdapat nama di bajunya. Mita menyuruhku untuk mencoba sebuah baju batik yang dia bawa. Akupun mengiyakannya.Segera aku masuk ke ruang ganti, dan mencobanya.

Dalam hatiku, bagus juga. Sangat nyaman dipakai. Dan warnanyapun juga sangat netral dan kalem.

Aku keluar dari ruang ganti. Rohman menghampiriku dan tersenyum. Dia menganggukkan kepala kepada Mita. Seolah dia memberikan isyarat padanya.

"Gimana mbak, apakah bagus bajunya?

"Bagus banget mbak, serasi banget kalian berdua pakai cople ini."

Aku kembali ke ruang ganti untuk melepas baju yang aku pakai. Lalu aku memberikannya pada Mita. Lalu Rohman membayar dua buah baju yang bisa dibilang couple di kasir.

Satu buah kantung berisi Baju yang aku coba tadi diberikan kepadaku. Aku masih belum mengerti maksudnya.

"Lho, ini buat apa mas?"

"Buat kamu. Besok misal kamu bisa temenin aku ke acara nikahan temanku, kamu pakai ini ya. Biaar kita bisa samaan."

Aku hanya menganggukkan kepala. Karena malam juga sudah semakin larut, Rohman mengantarku pulang menuju kost.

"Terimakasih ya, mas. Kamu udah beliin aku baju dan udah ajak aku makan."

"Sama sama, non. Harusnya aku yang makasih. Kamu udah menyempatkan diri buat ketemu aku"

"Iya, mas. Kalau begitu aku duluan ya. Nggak enak nanti kalau ada yang lihat."

"Iya, aku juga permisi."

Rohman berpamitan pulang. Tak lupa dia juga tersenyum padaku. Senyum manis yang membuat aku selalu terbayang.

Terjebak Cinta Masa Lalu

Eps. 3

Aku kembali merebahkan diri di kasur. Tiba tiba ponselku berbunyi. Sebuah panggilan masuk. Di layar ponsel tertuliskan nama Rendy. Dengan cepat segera aku angkat telpon darinya.

[Hallo, selamat malam.]

[Malam. Apa aku mengganggu waktumu.]

[Kebetulan tidak.]

[Apa kamu tadi sedang jalan sama seseorang?]

[Iya, kenapa?]

[Apa itu pacarmu?]

[Tidak, hanya teman saja.]

[Kamu tinggal di mana, lis?]

[Aku kost di jalan Nakula belakang Resto YH.]

[Apa aku boleh main ke sana]

[Boleh saja, jika aku libur mampir saja.]

[Baiklah. Aku tunggu kabar baikmu.]

[Ya sudah mas, sudah malam. Aku mau istirahat.]

[Selamat istirahat, semoga mimpi indah.]

[Terimakasih.]

Ku tutup sambungan telepon dengan Rendy. wajahnya memang manis dan kalem. Cara bicaranya juga sangat lembut. Namun entah mengapa aku tidak begitu tertarik padanya.

Mata ini sudah tidak mampu lagi menahan kantuk. Segera ku pejamkan mata untuk istirahat sejenak.

***********

Sorot sinar matahari menerobos melalui celah kaca. Sedikit silau, hingga akupun terbangun dari tidurku. Aku menggeliat sekejap.

Ku tengok arloji, ternyata sudah pukul delapan pagi. Niat untuk pulang kampung aku urungkan. Walaupun sebenarnya perjalanan tidak memakan waktu lebih dari dua jam.

Aku kembali merebahkan tubuhku, karena mata masih sedikit mengantuk. Mungkin karena semalam aku tidur terlalu larut, jadi untuk bangunpun aku masih malas.

Kebetulan hari ini aku libur kerja. Jadi bisa sedikit bersantai. Ku usap layar ponsel, dan ku buka aplikasi whatsap. Ternyata sudah ada beberaoa pesan masuk.

Ku buka satu persatu pesan tersebut. Pesan terbanyak dari Rohman. Dan terdapat dua panggilan tidak terjawab.

[Pagi, non.]

[Non, gimana untuk hari ini. Apa kamu jadi pulang kampung.]

[Non, jika kamu jadi pulang kampung nanti aku antar jika kamu tidak keberatan.]

Tidak ku balas pesan dari Rohman. Aku kembali membuka pesan berikutnya. Dari Rendy Argawinata.

[Pagi.]

Entah mengapa aku sedikit ada niat untuk membalas pesan darinya. Dia itu sama manisnya dengan Rohman. Namun aku suka cara bicaranya. Sangat lembut dan kalem.

[Pagi juga. Maaf aku baru saja bangun tidur.]

Tak berselang lama pesan dariku sudah centang biru. itu artinya sudah dibaca dengannya.

[Jam segini baru bangun, Lis.]

[Aku tidur kemaleman.]

[Kenapa kemaleman? Pasti mikirin aku, ya.]

[Kamu ada ada saja, mas.]

[Lis, entah kenapa aku kepikiran kamu terus. Kapan kita bisa bertemu?]

[Gimana ya, mas. Aku belum bisa memastikan.]

[ Apa hari ini kamu sibuk?]

[Hari ini aku sudah ada janji sama seseorang untuk datang di acara nikahan.]

[Baiklah, kalau begitu.]

[Iya sudah mas, aku mau mandi dulu.]

[Iya silahkan.]

Ku tutup sambungan teleponku dengan Rendy.

Jantungku berdetak kencang. Entah mengapa aku mulai sedikit tertarik dengannya. Suaranya yang lembut, dan sopan membuatku terbayang.

Tak berselang lama ada panggilan masuk. Ku perhatikan layar ponselku terdapat sebuah nama Rohman. Dengan cepat aku angkat telepon darinya.

[Assalamualikum.]

[Waalaikumsalam, mas.]

[Kenapa pesanku tidak kamu balas.]

[Maaf mas, aku baru saja bangun. Aku belum sempat membalasnya karena banyak pesan masuk.]

[Oh, seperti itu.]

[Iya, mas.]

[Ehm, kamu hari ini jadi pulang kampung?]

[Sepertinya tidak, mas. Karena sudah kesiangan.]

[Kalau begitu apa kamu tidak keberatan ikut aku ke acara pernikahan temanku?]

[Ehm, baiklah.]

[Alhamdulillah. Terimakasih ya, non. Jangan lupa kamu pakai batik yang kemarin. Biar kita bisa cople.]

[Iya, mas. Nanti berangkat jam berapa?]

[Jam setengah sepuluh aku sampai kost kamu, non. Karena acaranya jam sepuluh.]

[Ya sudah, aku mau mandi dulu.]

[Iya, assalamualikum.]

[Waalaikumsalam.]

Aku segera bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Tak butuh waktu lama, cukup sepuluh menit. Usai mandi aku mengenakan batik yang dibelikan Rohman kemarin. Dengan setelan celana jean biru tak lupa dengan jilbab phasmina hitam.

Aku duduk di depan cermin. Ku oles tipis makeup di wajahku. Tak lupa ku semprotkan sedikit parfum. Aku berdiri di depan cermin utuk memastikan penampilanku. Apakah sudah cocok untuk ke acara nikahan.

Dalam hatiku, cukup anggun penampilanku kali ini. Ku tengok jam di layar ponselku. Ternyata masih pukul sembilan. Masih ada waktu setengah jam lagi untuk bersantai.

Aku sedikit bete karena menunggu. Ku buka ponsel dan iseng mengirim pesan untuk Rendy.

Karena aku semakin penasarn dengannya.

[Mas, Rendy.]

Tak berselang lama pesan yang aku kirim untuknya langsung centang biru. Lalu dengan cepat Rendypun membalasnya.

[Iya, ada apa]

[Enggak, hanya bete aja.]

[Kamu nggak jadi pergi, Lis.]

[Jadi, sebentar lagi.]

[Oh.]

[Kamu kerja di mana, mas.]

[Aku di pabrik plastik.]

[Kamu tinggal di mana, mas]

[Nggak jauh ko dari tempat kerja kamu. Nextime aku ajak ke rumah biar kamu tau.]

[Ke rumah kamu?]

[Iya. Silaturahmi lah, main ke sini. Mana tau kita jodoh.]

Aku dan Rendy pun tertawa. Entah dia sedang bercanda atau serius aku juga tidak tau. Cukup menghibur hati. Ternyata Rendy juga tipe orang yang periang.

Tak ku balas lagi pesan dari Rendy. Tiba tiba panggilan masuk dari Rohman. Segera aku angkat.

[Non, aku sudah di depan kost kamu.]

[Hah, i iya mas. Tunggu sebentar]

Segera ku ambil tas mini dan tak lupa aku memakai flatshoes. Ku kunci pintu dan segera berjalan ke depan menghampiri Rohman.

Mata ku tak berkedip, seketika memandang Rohman yang berpenampilan lain. Memakai kemeja batik lengan panjang. membuat penampilannya tampak elegan. Senyumnya yang khas dengan lesung pipi membuat ku sangat kagum.

Jantung ku berdetak kencang saat ada di dekatnya. Tatapan matanya membuatku salah tingkah. Entahlah, persaan apa yang ada dalam diriku.

Jantung ku semakin tak beraturan ketika Rohman mulai memakaikan helm di kepalaku. Seketikan tubuh dan wajah kami berdekatan.

Rasanya masih seperti mimpi. Seseorang yang dulu aku kenal hanya di dunia maya, kini bisa berhadapan langsung di depan mata. Tak ku sangka, ternyata Rohman selama ini mengagumiku lewat sosial media.

Seketika semua siap, Rohman mempersilahkan aku untuk naik di kendaraan roda duanya. Dan kendaraanpun mulai berjalan dengan pelan. Ingin sekali aku berpegangan walau hanya sedikit di bahunya, namun aku takut dan malu.

Takut dia risih, dan malu karena aku hanya teman.

Kendaraan mulai berjalan sedikit kencang. Dengan ragu ragu aku memegang pundak Rohman, karena takut jatuh.

Namun dengan tiba tiba kendaraan berhenti mendadak. Reflek aku memeluk tubuh Rohman. Akupun jadi malu dan gugup. Segera aku meminta maaf padanya. Karena aku tidak ada maksud apa apa.

"Maaf, mas. Aku tidak sengaja memeluk kamu. Aku hanya kaget saja tadi tiba tiba kamu berhenti mendadak."

"Tidak apa apa, non. Tadi ada kucing tiba tiba berlari. Aku kaget, dan rem mendadak. Aku yang harusnya minta maaf. Kamu nggak apa apa kan, non?"

"Iya, aku nggak apa apa mas."

Saat aku hendak melepas pelukan, Rohman menarik tanganku untuk tetap memelukku dari belakang. Akupun merasa tak enak hati.

"Sudahlah, non. Tetap pegangan aja, nanti kamu jatuh."

"Iya."

Aku mengiyakan apa yang Rohman katakan. Ku peluk tubuhnya dari belakang. Hatiku tampak tenang dan rasanya nyaman sekali.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!